Bacaan 1 : Ester 7:1-6
Bacaan 2 : Yakobus 5:13-20
Bacaan 3 : Markus 9:38-50
Tema Liturgis : Tekun Bergumul dengan Firman Tuhan dan Melakukan dalam Kehidupan
Tema Khotbah: Hidup Bertekun Memberi Kuasa Mewujudkan Kebaikan Bagi Kehidupan
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Ester 7:1-6
Pada ayat 3-4 Ester akhirnya memperkenalkan dirinya sebagai orang Yahudi yang telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan dan Ester menyatakan bahwa dirinya tidak bisa berdiam diri karena memandang hal ini sebagai malapetaka yang tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja. Saat raja merespon positif akan keluhan Ester (ay. 5) Ester segera menyampaikan dengan tegas dan terbuka tentang siapakah “dalang” dari semua keprihatinan yang menimpa orang-orang Yahudi;yakni Haman (ay. 6). Apa yang dilakukan oleh Ester untuk mengupayakan kelepasan bagi bangsanya atas keprihatinan yan dihadapi tidak lepas dari dukungan doa (puasa) yang dilakukan oleh Mordekhai dan orang-orang Yahudi yang terdapat di Susan (lih. Ester 4:16-17)
Yakobus 5:13-20
Pada bagian ini Yakobus memberikan suatu pengajaran perihal kuasa doa dalam hidup orang berimanuntuk mencari kekuatan dari Allah.Penekanan pentingnya doa ditunjukkan dengan penjelasan bahwa ketika sakit, kita dapat/perlu berdoa memohon kesembuhan. Dengan kata lain, sakit menjadi gambaran tiada pengharapan, kelemahan dan keterbatasan manusia, tetapi doa menjadi cara yang membuat manusia keluar dari pergumulan tersebut atau mendapat kekuatan menghadapinya. Pentingnya doa juga ditunjukkan melalui pengalaman Elia yang karena ia berdoa, maka keajaiban terjadi. Mengapa doa itu penting dan sangat ditekankan oleh penulis? Jawaban atas pertanyaan ini sangat penting untuk membuat orang terhindar dari kesalahpahaman menjadikan doa sebagai ritual kosong belaka tanpa hormat dan pengenalan akan Tuhan. Dibalik semua nasihatnya, penulis menunjukkan kepada kita siapa Tuhan yang kepadaNya doa itu kita tujukan, siapa Tuhan yang kita ajak bicara, siapa Tuhan yang kita datangi dalam doa itu. Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat berkuasa, yang bisa kita andalkan dalam keadaan tidak berdaya sekalipun karena sakit, dan bahkan hal-hal yang tidak pernah kita pikirkan. Tuhan yang sedemikian hebat, hanya dapat kita temui dengan cara berdoa. Doa itu penting karena itulah cara kita berjumpa dengan Tuhan yang Mahakuasa
Markus 9:38-50
Sebagian besar orang mengidap “penyakit” merasa tidak nyaman, mungkin tepatnya tidak rela ketika suatu prestasi baik dihasilkan oleh orang lain, apalagi dengan prestasi itu membawa dampak menaikan popularitas orang tersebut. Ini terjadi pada murid-murid Yesus. Mereka menyaksikan ada seseorang yang dapat mengusir setan demi nama Yesus (Markus 9:38-40), padahal mereka tahu bahwa orang tersebut bukanlah pengikut Yesus seperti mereka. Para murid berpikir bahwa hanya mereka yang mempunyai kewenangan untuk melakukan itu. Hanya merekalah pemegang “royalti” sedang orang atau pihak lain tidak boleh menggunakan nama itu. Para murid bereaksi keras mencegah orang itu mengusir setan dengan menggunakan nama Yesus.Yesus bukan saja menolak sikap para murid, tetapi juga Ia mengatakan bahwa setiap orang yang tidak melawanNya ada di pihakNya. Orang atau pihak yang tidak melawan Yesus itu dapat berarti bahwa ia atau mereka mengerjakan apa yang Yesus ajarkan serta meneladani apa yang dilakukan Yesus. Di sini kita melihat Yesus tidak mau terjebak dalam pemahaman iman formalitas belaka, iman yang hanya difahami sebagai label. Ia ingin berbicara tentang hakekat atau esensi dari iman itu, yakni keyakinan kepada Yang Kuasa yang membawa dampak pemulihan bagi manusia. Yesus tidak ingin namaNya dicatut oleh orang-orang yang berprilaku bertolak belakang dari ajaran dan gaya hidupNya.
Pada bagian berikutnya (Markus 9:42-50) kita dapat menemukan intisari pesan bahwa hal utama bagi orang percaya ialah menjalani kehidupan senantiasa di dalam Tuhan dan memberi teladan bagi setiap orang dan generasi peneruslewat seluruh cara hidupnya.
Benang Merah Ketiga Bacaan
Kehidupan orang-orang yang bertekun dalam iman kepada Tuhan mendatangkan kekuatan untuk mengubah keadaan dari tidak baik menjadi baik melalui kekuatan doa yang sungguh-sungguh memohon penyataan kuasa Tuhan.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Bereaksi, mencegah, menggugat dan akhirnya tidak suka terhadap orang lain yang berbeda. Bukankah hal seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk kita. Kita menjadi tidak suka pada si “A” karena ia tidak sependapat dengan kita. Atau kepada si “B” karena ia sekarang menjadi kompetitor atau pesaing bagi kita. Dan celakanya ada orang yang membenci rekannya hanya karena ia berbeda agama. Sikap seperti ini akan menghambat kita untuk melakukan kerjasama apalagi menghargai orang yang berbeda guna menciptkan kondisi kehidupan yang baik. Masih segar dalam ingatan masyarakat Indonesia, terutama warga Jakarta. Banyak orang terjebak dalam politik dikotomi: “pihak kami” dan “pihak kalian”. Dalam kondisi seperti ini setiap kelompok mendadak menjadi buta atau sengaja membutakan diri terhadap karya atau prestasi kelompok lain. Seolah semua yang dikerjakan oleh pihak lawan itu adalah negatif. Sebaliknya apa yang ada di pihaknya semuanya baik.
Isi
Memang pada dasarnya sebagian besar orang mengidap “penyakit” merasa tidak nyaman, mungkin tepatnya tidak rela ketika suatu prestasi baik dihasilkan oleh orang lain, apalagi dengan prestasi itu membawa dampak menaikan popularitas orang tersebut. Ini terjadi pada murid-murid Yesus. Mereka menyaksikan ada seseorang yang dapat mengusir setan demi nama Yesus (Markus 9:38-40), padahal mereka tahu bahwa orang tersebut bukanlah pengikut Yesus seperti mereka. Para murid berpikir bahwa hanya mereka yang mempunyai kewenangan untuk melakukan itu. Hanya merekalah pemegang “royalti” sedang orang atau pihak lain tidak boleh menggunakan nama itu. Para murid bereaksi keras mencegah orang itu mengusir setan dengan menggunakan nama Yesus.
Yesus bukan saja menolak sikap para murid, tetapi juga Ia mengatakan bahwa setiap orang yang tidak melawanNya ada di pihakNya. Orang atau pihak yang tidak melawan Yesus itu dapat berarti bahwa ia atau mereka mengerjakan apa yang Yesus ajarkan serta meneladani apa yang dilakukan Yesus. Di sini kita melihat Yesus tidak mau terjebak dalam pemahaman iman formalitas belaka, iman yang hanya difahami sebagai label. Ia ingin berbicara tentang hakekat atau esensi dari iman itu, yakni keyakinan kepada Yang Kuasa yang membawa dampak pemulihan bagi manusia. Yesus tidak ingin namaNya “dicatut” oleh orang-orang yang berprilaku bertolak belakang dari ajaran dan gaya hidupNya.
Pada bagian berikutnya (Markus 9:42-50) kita dapat menemukan intisari pesan bahwa hal utama bagi orang percaya ialah menjalani kehidupan senantiasa di dalam Tuhan dan memberi teladan bagi setiap orang dan generasi peneruslewat seluruh cara hidupnya. Inilah yang oleh Yakobus disebut sebagai “orang yang benar” yang jika doanya didoakan dengan yakin sangat besar kuasanya. Dengan demikian, siapapun orangnya dan bagaimanapun keadaannya tidaklah menjadi masalah bagi Tuhan. Yang dikehendaki oleh Tuhan adalah orang-orang yang sungguh-sungguh mau untuk senantiasa tinggal di dalam Dia dan sungguh-sungguh meyakini kuasaNya dalam menjalani hidup anugrahNya. Tetap tinggal bertekun di dalam Tuhan dan meyakini kuasaNya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan dalam kehidupan yang penuh tantangan, godaan dan cobaan ini. Saat jalan hidup baik-baik saja iman seseorang bisa sangat kokoh tetapi jika ada ancaman maka iman bisa melemah.
Maka menarik untuk melihat kisah Ester. Dia yang semula tidak membuka identitasnya sebagai orang Yahudi dengan sangat berani membuka jatidirinya di hadapan raja Ahasyweros saat bangsanya menghadapi ancaman besar dari orang dekat raja. Keberanian ini tentu tidak muncul begitu saja namun juga karena ketekunannya untuk senantiasa hidup di dalam Tuhan dan mengandalkan kuasa Tuhan. Hal tersebut nampak dari permintaannya kepada Mordekhai untuk mengajak saudara-saudara seiman berpuasa (berdoa memohon kepada Tuhan) agar dapat menemukan jalan keluar atas permasalahan/ancaman yang dihadapi.
Penutup
Demikianlah perjalanan hidup kita di dalam Tuhan. Kita dipanggil untuk tidak mudah memberikan penilaian-penilaian terhadap orang lain tentang iman percayaNya bahkan penilaian-penilaian itu kemudian malah membawa kepada sikap yang mengkotak-kotakkan sesama. Panggilan kita adalah untuk tekun dalam kehidupan iman kita yang salah satu wujudnya adalah dengan tekun untuk membaca Kitab Suci yang adalah firman Tuhan. Dengan ketekunan itu iman kita akan terus ditumbuhkan dan dikuatkan untuk meyakini akan kuasa Tuhan. Sikap hidup beriman seperti inilah yang patut kita teladankan bagi sesama dan generasi penerus agar berbagai keprihatinan hidup yang terjadi oleh karena pementingan dan kesombongan diri/kelompok sehingga melupakan Tuhan Yang Maha Kuasa akan berganti dengan sikap hidup yang baik dan kondisi hidup yang juga akan semakin baik.
Nyanyian: KJ 356:1,2
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Paring reaksi, ngalang-alangi, lan pungkasanipun boten remen kaliyan tiyang sanes. Bab menika saged dipunalami sok sintena kemawon kalebet kita. Kita boten remen kaliyan si „A“ lantaran boten satunggal pamanggih kaliyan piyambakipun. Utawi dhumateng si „B“ awit piyambakipun dados saingan kita. Cilakanipun wonten tiyang ingkang gething kaliyan tiyang sanes amargi benten agaminipun. Sedaya menika ngalang-alangi kita nindakakaken perkawis sae lan urmat dhumateng tiyang ingkang benten. Mila awrat nyiptakaken gesang ingkang langkung sae. Kita taksih enget menapa ingkang kedadosan ing Jakarta. Kathah tiyang sami gesang ing politik dikotomi : „pihak kami“ lan „pihak kalian“. Ing kondisi kados makaten, kados-kados sedaya wuta tumprap kasaenanipun tiyang sanes/kelompok sanes. Sedaya ingkang katindakaken dening mengsah menika negatif. Kosokwangsulipun, menapa ingkang katindakaken kelompokipun piyambak mesti sae.
Isi
Pancen wonten kecenderungan dene tiyang nggadhahi „penyakit“ boten remen menawi tiyang sanes nggadhahi prestasi sae lan populer. Menika kedadosan dhateng para murid. Para murid mangertosi dene wonten tiyang ingkang saged nundhung setan ing dalem asmanipun Gusti Yesus (Markus 9: 38-40), kamangka tiyang menika sanes pandherekipun Gusti Yesus kados para murid.Para murid nggadhahi pamanggih bilih piyambakipun ingkang gadhah wewenang kangge nindakaken sedaya perkawis menika. Namung piyambakipun ingkang nyepeng „royalti“ Asama menika, tiyang sanes boten pareng ngginakaken Nama menika. Para murid lajeng semangat anggenipun ngalang-alangi tiyang menika nyebut Asmanipun Gusti.
Gusti Yesus boten namung ndukani para murid, nanging dhawuh bilih sok sintena ingkang boten nglawan Gusti, mila tiyang menika ngrojongi. Tiyang ingkang boten nglawan Gusti Yesus bakal purun nindakaken menapa ingkang dipunwucalakenGusti sarta nuladhani Gusti. Ing ngriki kita mirsani dene Gusti Yesus boten kersa dipunkrangkeng ing pangertosan iman ingkang formalitas, iman ingkang namung krana label. Gusti kersa dhawuh bab hakekat utawi essensi iman, inggih menika kapitadosan dhumateng Ingkang Maha Kwasa ingkang mbeta manungsa kapulihaken. Yesus boten kersa Asamanipun „dipuncathut“ dening tiyang-tiyang ingkang tumindakipun tebih saking piwulang lan cara gesangIpun.
Ing bab salajengipun (Markus 9: 42-50) kita saged manggihi wosing dhawuh kagem tiyang pitados inggih menika paring tuladha dhumateng sedaya tiyang lan generasi penerus lumantar sawetahing cara gesangipun. Menika ingkang dipunwastani dening Yakobus „Tiyang Mursid“ ingkang pandonganipun ageng kuwaosipun. Kanthi makaten, sok sintena kemawon lan kadospundia kemawon tiyangipun, boten dados perkawis. Ingkang dipunkersakaken dening Gusti, tiyang ingkang temen purun gesang ing Gusti Yesus lan pitados kuwaosIpun ing pigesangan. Sedaya menika boten gampil katindakaken awit kathah tantangan, pacoben, lan panggodha. Menawi sedaya sae-sae kemawon, kapitadosanipun tiyang saged kiyat, kosokwangsulipun menawi wonten ancaman, kapitadosanipun saged nglokro.
Mila sae mirsani cariyosipun Ester. Piyambakipun ingkang saderengipun boten mbikak sinten sejatining dhirinipun minangka tiyang Yahudi, lajeng mbikak sedaya menika ing ngajengipun Sang Prabu Ahasyweros nalika bangsa Yahudi ing bebaya. Anggenipun wantun nindakaken sedaya menika mesti boten muncul ujug-ujug nanging krana gesangipun ingkang tansah ngandhalaken panguwaosipun Gusti. Menika saged ketingal saking panyuwunipun dhumateng Mordekhai kangge ngajak tiyang-tiyang sabngsa kangge siyam (nyuwun dhumateng Gusti) supados saged nemokaken margi kangge sedaya perkawis ingkang dipunadhepi.
Panutup
Makaten lampahing gesang kita ing Gusti. Kita dipuntimbali supados boten gampil mbiji kapitadosanipun tiyang sanes amargi tumindak menika saged mbeta dhumateng gesang ingkang mbedak-mbedakaken tiyang. Kita dipuntimbali temen ing gesang kapitadosan kita, ingkang satunggaling wujudipun sengkud anggen kita maos Kitab Suci, dhawuhipun Gusti. Kanthi ketemenan menika iman kapitadosan kita badhe saged tuwuh lan kiyat pitados dhumateng kwasanipun Gusti. Tumindak menika ingkang patut kita dadosaken tuladha kangge tiyang sanes lan generasi penerus supados sedaya kaprihatinan gesang amargi mentingaken diri pribadi lan kelompok sarta nilar Gusti Ingkang Maha Kuwasa kagantos tumindak ingkang sae lan ugi gesang ingkang mindhak dina mindhak sae.
Pamuji: 194