Anak-anak Guru Kehidupan Khotbah Minggu 7 Juli 2024

24 June 2024

Minggu Biasa | Pekan Anak
Stola Hijau

Bacaan 1:  Yehezkiel 2 : 1 – 5
Mazmur: Mazmur 123 : 1 – 4
Bacaan 2: 2 Korintus 12 : 2 – 10
Bacaan 3: Markus 6 : 1 – 13

Tema Liturgis: Anak GKJW Diutus Menjadi Duta Damai
Tema Khotbah: Anak-anak Guru Kehidupan

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yehezkiel 2 : 1 – 5
Yehezkiel adalah seorang nabi yang bernubuat pada masa pembuangan. Di usia 25 tahun (597 SM), dirinya bersama dengan kurang lebih 8.000 orang dari Kerajaan Yehuda dibawa ke Babel sebagai orang buangan setelah Raja Nebukadnezar berhasil menyerang Yerusalem. Baik raja, keluarga raja, isteri-isteri raja, pegawai-pegawai istana, semua orang yang gagah perkasa, para tukang, dan para pandai besi, pahlawan yang sanggup berperang, termasuk harta benda di seluruh negeri dibawa ke Babel (2 Raj. 24:10-17).

Lima tahun berselang, Tuhan memanggil Yehezkiel. Dalam Yehezkiel 2:1, kita melihat bagaimana Tuhan Allah memanggil Yehezkiel, “Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau.” Tuhan menyebut, dengan panggilan: “Hai anak manusia.” Mengapa Tuhan tidak menyebut nama? Mengapa Tuhan menyebut Yehezkiel dengan sebutan “anak manusia?” Tercatat Allah menyebut Yehezkiel “anak manusia” (ben adam) lebih dari 90 kali. Sebutan “anak manusia” sesungguhnya menunjukkan kerendahan, kelemahan Yehezkiel sebagai manusia di mata Tuhan Allah. Namun sekalipun Yehezkiel hanyalah manusia biasa, Tuhan berkenan  memilih dan memanggilnya untuk berbicara atas nama-Nya kepada bangsa Israel.

2 Korintus 12 : 2 – 10
Siapa yang dimaksud Rasul Paulus, “orang Kristen” yang diangkat Tuhan ke langit ketiga ke Taman Firdaus yang diceritakan oleh Rasul Paulus? Orang Kristen yang dimaksud adalah dirinya sendiri, meskipun seolah-olah ia menceritakan orang lain. Ia kanugrahan perjalanan mistik yang luar biasa bersama dengan Tuhan. Kalimat di ayat 2 dan 3: “entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya –orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu, — entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya.” Paulus tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya, namun hal ini sungguh-sungguh terjadi dalam kesadarannya. Dua hal di atas sungguh menunjukkan kerendah-hatian Paulus. Ia dibawa ke langit ketiga yang dipercaya sebagai tempat Tuhan bertahta. Sehingga ia berkesempatan mendengarkan perkataan sorgawi. Tentu semua menjadi berkat bagi Rasul Paulus sebab tidak sembarang orang mendapatkan kesempatan yang sama. Peristiwa itu kemudian bagi banyak orang dipandang sebagai peristiwa pengalaman mistiknya sampai ke langit tingkat ketiga, Paulus telah mencapai taraf gnosis (pengetahuan) tertinggi.

Meski dianggap telah mendapatkan pengetahuan tertinggi, hal ini tidak berbanding lurus bahwa ia pun kebal terhadap penderitaan. Di ayat 7 disebutkan bahwa ia mengalami kelemahan. Iblis (satan) diutus untuk menggocoh (dalam terjemahan lain disebut ‘menghantam’) Rasul Paulus. Seperti duri dalam daging (skolops te sarki), yang lebih bermakna ‘duri bagi daging’, yang menusuk-nusuk. Ada beberapa pemaknaan dari skolops te sarki :

  1. Ada penafsir yang menyebutkan skolops te sarki adalah berupa sakit fisik.
  2. Ada juga pemahaman bahwa sebelum sampai langit ketiga dan mendapatkan pengalaman sorgawi, Rasul Paulus melewati langit di bawah, ia merasakan kehadiran satan itu memberikan siksaan, sehingga saat kembali dalam realita kehidupan, Rasul Paulus mengalami semacam trauma yang mendalam atas peristiwa tersebut.
  3. Kecemasan akibat serangan-serangan dan adanya ketidakpercayaan jemaat Korintus terhadap jabatan kerasulannya.

Meski berada dalam keterbatasan, penyertaan Tuhan sempurna atas Rasul Paulus dan memampukannya terus mewartakan Injil dengan setia dan rendah hati.

Markus 6 : 1 – 13
Kisah Yesus ditolak di Nazaret, didahului dengan kisah heroik, yaitu Yesus menyembuhkan banyak orang sakit dan orang yang kerasukan setan. Ia mengajar, menyembuhkan, dan mengusir setan di seluruh daerah Galilea (Markus 1-5). Dari Galilea, Ia berangkat ke Nazaret, tempat dimana Ia berasal. Ia mulai mengajar di Sinagoge yang ada disana. Semua orang merasa takjub dengan pengajaran-Nya dan mendengar mukjizat-mukjizat yang dilakukan-Nya. Mulailah mereka mengidentifikasi siapa pribadi yang sedang mengajar di hadapan mereka ini.

Orang banyak itu merasa mengenal siapa Dia. Identifikasi pertama sebelum mengenali ibu dan saudara-saudara-Nya, yaitu di ayat 3, “Bukankah Ia ini tukang kayu ….” Yesus segera mereka kenali dari pekerjaan-Nya karena Ia terlahir dari keluarga tukang kayu. Kata tukang kayu menggunakan kata tekton, yang bisa diartikan sebagai seorang tukang bangunan, seorang pengrajin, seorang tukang kayu. Pekerjaan seperti apa tukang kayu di masa Tuhan Yesus? Dalam pandangan kuno, prestise seseorang itu didasarkan pada kepemilikan tanah. Bertani dianggap lebih baik sebab memiliki sebidang tanah untuk dikerjakan dan diusahakan. Menjadi tukang kayu bisa diartikan sebagai  pekerjaan yang tidak menjanjikan dan kehidupan para tukang kayu adalah kehidupan yang sederhana, jauh dari prestise akan kepemilikan tanah.

Namun jika direnungkan secara mendalam, mengapa Yesus lahir di tengah keluarga tukang kayu dan tidak terlahir di keluarga dengan pekerjaan yang lebih dihargai orang? Di balik pekerjaan-Nya sebagai tukang kayu, sebenarnya ada makna yang mendalam. Tukang kayu tekun dan bekerja dengan keras. Dia merancang, menciptakan, dan mengeksekusi dengan teliti, memotong, mengasah kayu sampai jadi barang yang berkualitas. Bukankah demikian yang dikerjakan-Nya sebagai Juru Selamat, memungut kita manusia dosa untuk kembali diubah menjadi pribadi yang berharga.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Sungguh bersyukur bahwa Tuhan Allah berkenan memakai umat-Nya melakukan pekerjaan-Nya. Tuhan tidak melihat sisi kemanusiaan manusia yang nampak dalam kelemahan, keterbatasan, kerapuhan yang sering dianggap sebagai penghambat dan penghalang. Sesungguhnya, Tuhan berkenan memakai keterbatasan, kelemahan, kekurangan dalam diri manusia untuk menyatakan karya dan kuasa-Nya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing) 

Pendahuluan
Film Tamil (film di India Selatan) berjudul Mersal, cukup menyedot perhatian penikmat film di tahun 2017 yang lalu. Sepenggal scence, saat di bandara untuk pergi menghadiri suatu penghargaan, Dr. Maran berpakaian tradisional India, yaitu menggunakan semacam kain sarung. Ia dicurigai oleh petugas karena berpenampilan berbeda. Namun saat diintrogasi, tampak dari jendela seseorang yang tak sadarkan diri setelah menengguk segelas kopi. Ia meloloskan diri dari penjagaan dan menolong perempuan itu, bermodalkan kartu ATM yang dipotong, ia menyayat leher perempuan itu, untuk membuat sedikit lubang dan memasukkan beberapa sentimeter sedotan untuk membuat ruang udara. Pertolongan pertama itu membuahkan hasil dan menjadikan perempuan itu tersadar dan segera mendapatkan penanganan lebih intensif.

Kebanyakan orang mudah meremehkan. Sedotan yang hanya sekali pakai, yang setelah digunakan dibuang, ternyata seketika bagaikan alat operasi canggih yang dapat dipakai menolong nyawa seseorang. Tak terkecuali orang mudah meremehkan sesamanya seperti yang dialami Dr. Maran di dalam film Mersal di atas, karena berbagai alasan. Bisa karena penampilan, usia masih belia, atau sebaliknya terlalu sepuh.

Isi
Hal inilah yang dialami Yesus saat masuk ke Nazaret, kota tempat tinggalnya. Awalnya banyak orang menjadi takjub karena Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan kuasa. Namun mulailah mereka mengidentifikasi siapa Yesus itu. Orang banyak itu merasa mengenal siapa Dia. Identifikasi pertama sebelum mengenali ibu dan saudara-saudaranya, yaitu di ayat 3, “Bukankah Ia ini tukang kayu ….” Segera mereka kenali Yesus dari pekerjaan-Nya karena Ia terlahir dari keluarga tukang kayu. Pekerjaan seperti apa tukang kayu di masa Yesus? Dalam pandangan kuno, prestise kehidupan seseorang  didasarkan pada kepemilikan tanah. Dan oleh karenanya, bertani akan jauh lebih mentereng dibandingkan tukang kayu rumahan, seperti Yesus dan keluarganya.

Namun jika direnungkan, mengapa Yesus lahir di tengah keluarga tukang kayu dan tidak terlahir di keluarga yang memiliki pekerjaan yang yang jauh lebih baik, supaya lebih dihargai? Menjadi tukang kayu bukan pekerjaan sembarangan, namun butuh keahlian khusus. Mereka adalah pribadi yang tekun dan pekerja keras. Mereka merancang, menciptakan, mengeksekusi dengan teliti, memotong, mengasah kayu sampai menjadi barang yang berkualitas. Ada kalanya kayu yang terlihat sia-sia menjadi sampah, Ia sulap menjadi barang yang berharga dan bernilai. Bukankah demikian yang dikerjakan-Nya sebagai Juru Selamat. Memungut kita manusia dosa, untuk  diubah menjadi pribadi yang berharga.

Dengan mengetahui pekerjaan dan keluarga Yesus, orang banyak itu merasa sangat mengenal Yesus. Mereka berkesimpulan bahwa Yesus adalah orang biasa, dari keluarga sederhana, bahkan miskin. Dia adalah pribadi yang  tidak pantas untuk mengajar dan memberitakan tentang Kerajaan Surga. Yesus menjadi Pribadi yang diremehkan dan diragukan.

Namun ini berbeda dengan cara Tuhan memandang umat-Nya. Tuhan memanggil Yehezkiel sebagai hamba-Nya, saat Yehezkiel berusia tiga puluh tahun, masih sangat muda. Dalam Yehezkiel 2:1, kita melihat bagaimana Tuhan Allah memanggil Yehezkiel, dengan sebutan “anak manusia”. Tercatat Allah menyebut Yehezkiel ”anak manusia” (ben adam) lebih dari 90 kali. Sebutan ”anak manusia” sesungguhnya menunjukkan kerendahan, kelemahan Yehezkiel sebagai manusia di hadapan Tuhan. Namun sekalipun Yehezkiel hanyalah manusia biasa, Tuhan berkenan  memilih dan memanggilnya, untuk berbicara atas nama Tuhan kepada bangsa Israel.

Rasul Paulus yang dipanggil Tuhan melayani-Nya pun juga tidak luput dari kelemahan. Di ayat 7 disebutkan bahwa ia mengalami kelemahan. Iblis (satan) diutus untuk menggocoh (dalam terjemahan lain disebut ‘menghantam’) Rasul Paulus. Seperti duri dalam daging (skolops te sarki), yang sesungguhnya lebih bermakna ‘duri bagi daging’, atau duri yang menusuk daging.  Ada beberapa pemaknaan dari “duri yang menusuk” ini :

  1. Ada penafsir yang menyebutkan duri yang menusuk daging itu adalah sakit fisik.
  2. Ia mengisahkan penglihatannya, ia dibawa Tuhan ke langit ketiga (hadirat Allah). Ada pemahaman bahwa sebelum sampai ke sana, Rasul Paulus melewati langit di bawah, ia merasakan kehadiran utusan Iblis itu memberikan siksaan, sehingga saat kembali dalam realita kehidupan, ia mengalami semacam trauma yang mendalam.
  3. Rasul Paulus mengalami kecemasan akibat serangan-serangan dan adanya ketidakpercayaan jemaat Korintus terhadap jabatan kerasulannya.

Apapun kelemahan yang dialami Rasul Paulus, tidak menggagalkan Tuhan memakainya. Dan Rasul Paulus pun melayani dengan rendah hati dan setia. Justru di dalam kelemahan Rasul Paulus, disanalah Tuhan menyatakan kuasa-Nya yang sempurna.

Penutup
Tidak ada manusia yang sempurna. Namun semua berkesempatan sama, dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan karya kebaikan Tuhan, termasuk anak-anak, yang masih sangat sering diremehkan, hanya menjadi objek dalam banyak hal, yang selalu dianggap menjadi murid bukan guru kehidupan.

Mari di Pekan Anak ini kita belajar dari anak-anak yang ternyata tidak kalah semangat menjawab panggilan Tuhan untuk membawa kedamaian dan kesukacitaan di sekitar mereka. Ada beberapa kisah diantaranya :

  1. Di luar sana, ada Malala yang dinyatakan sebagai peraih Hadiah Nobel Perdamaian 2014. Dia telah memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak. Ia menerima penghargaan pada usia 17 tahun, yang membuatnya menjadi penerima Nobel termuda dalam sejarah.
  2. Anak Carissa Putri Aryasanti (GKJW Jemaat Sukun), dengan permainan musik dan suara yang indah mempersembahkan pujian “Pribadi Yang Mengenal Hatiku” di kanal youtube GKJW dan memberkati banyak orang.
  3. Mbak Laras (GKJW Sukun) menjadi berkat dengan memberikan les pelajaran kepada anak-anak di gereja dan anak-anak di sekitar pastori gereja (Non-Kristen).
  4. Anak Cristi, Rico, Gabriel, Lady dkk (GKJW Tunglur) yang bermain apik dalam Film dalam rangka Festival Bulan Kespel 2022, yang mengajarkan kepada kita akan makna Misungsung.

Melihat mereka dan karya-karya mereka dan masih banyak lagi anak-anak Tuhan yang lain, hati kita tersentuh, trenyuh. Kita turut bersukacita sebab anak-anak kita telah mampu menjadi berkat lewat talenta yang Tuhan berikan. Mari dengan rendah hati kita mencontoh mereka sebab anak-anak juga guru kehidupan. Kita contoh semangat mereka, kita contoh daya juang mereka, kita contoh daya kreativitas mereka. Semoga bersama dengan anak-anak, kita  semakin banyak terlibat dan banyak cara mewujudkan kehidupan yang penuh damai sejahtera. Amin. [PKS].

 

Pujian: KJ. 389 : 1, 3  Besarlah Kasih Bapaku

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Film kanthi judul Mersal punika salah satunggal Film Tamil (film saking tlatah India Kidul), ingkang dipun damel taun 2017. Kacariyosaken, Dr. Maran minangka lakon utami badhe kesah ndherek ajang penghargaan. Nalika ing bandara, piyambakipun dipun curigai kaliyan petugas keamanan awit saking rasukanipun ingkang mboten umum. Dr. Maran ngagem rasukan tradisional mawi kain/sarung. Wekdal dipun introgasi dumadakan wonten piyantun estri ingkang semaput bibar nyruput kopi. Dr. Maran mlajeng nrobos para petugas lan paring pitulungan. Piyambakipun ngagem ATM ingkang dipun tugel dados gantosipun pisau, damel sayatan ing gulu piyantun estri kalawau. Sak sampunipun, saking sayatan kalawau dipun lebetaken setunggal kalih sentimeter sedotan supados wonten hawa ingkang saged mlebet. Pertolongan pertama kalawau ndadosaken piyantun estri kalawau sadar lan pikantuk pangrimatan ingkang langkung intensif malih.

Kita punika asring gampil ngremehaken. Ngremehaken barang-barang ing sakiwa tengen kita, kados dene sedotan ingkang dipun ginakaken namung sepisan lajeng dipun bucal. Ing astanipun Dr. Maran, barang ingkang sepele punika saged dados piranti operasi lan dados sarana wilujengipun sesami. Salebeting gesang asring tiyang punika gampil ngremehaken sesaminipun, kados ingkang dipun raosaken Dr. Maran, karana maneka warna alasan kados ta penampilan, yuswa ingkang taksih anem, utawi karana sampun sepuh sanget.

Isi
Punika ingkang dipun alami Gusti Yesus wekdal lumebet dhateng Nazaret, kitha asalipun. Ing wiwitan kathah sanget tiyang ingkang rumaos kaeraman mirengaken piwulangipun Gusti Yesus. Ananging tiyang kathah kalawau lajeng kemutan sinten Piyantun ingkang saweg memulang kalawau. Piyantun kalawau inggih punika Yesus si tukang kayu (Ay. 3). Tukang kayu punika pakaryan ingkang kados pundi ta ing jamanipun Gusti Yesus? Wonten ing pandangan kuno, tiyang sukses punika dipun tingali saking wiyaripun siti ingkang dipun gadhahi. Dados tani punika langkung aji tinimbang tukang kayu ingkang nyambut damel wonten griya.

Ananging punapaa Gusti Yesus miyos ing brayat tukang kayu, sanes brayat ingkang pakaryanipun langkung sae supados langkung dipun ajeni? Dados tukang kayu punika mboten saged dipun remehaken karana mboten gampil saha mbetahaken keahlian khusus. Para tukang kayu punika kedah tlaten lan tliti. Milai saking ngrancang, nugel kayu, dipun bentuk, dipun serut supados kayu punika dados barang ingkang dipun kersaaken. Kadhang kala kayu limbah dipun proses saged dados sae lan reginipun awis. Punika ugi ingkang dados gegambaran kita. Gusti Yesus telaten anggenipun nata gesang kita. Kita kados dene kayu limbah ingkang karana rah pangorbanan-Ipun dados manungsa ingkang aji ing ngarsanipun Gusti.

Kanthi mangertos punapa pakaryanipun Gusti Yesus, sinten brayatipun, tiyang kathah kalawau rumaos tepang kaliyan Gusti Yesus. Mila lajeng rumaos bilih tukang kayu mboten pantes medhar sabda. Tukang kayu mboten pantes memulang, punapa malih bab kraton swarga. Gusti Yesus dipun remehaken lan mboten dipun ajeni babar pisan.

Prekawis punika benten kaliyan Gusti Allah anggenipun ningali kahananipun manungsa. Wekdal Gusti Allah nimbali Yehezkiel dados abdinipun Gusti, Yehezkiel taksih anem, inggih punika yuswa tigang dasa tahun. Yehezkiel 2:1 nyebataken Gusti Allah nimbali Yehezkiel kanthi sebutan “anaking manungsa” (ben adam), malah kaping sangang dasa. Sebatan punika ngetingalaken bilih Yehezkiel punika alit saha manungsa limrah ing ngarsanipun Gusti Allah. Ananging kadosa pundi kawontenanipun, Gusti kersa ngagem Yehezkiel dados wakilipun Gusti Allah ing satengahipun Bangsa Israel.

Mekaten ugi Rasul Paulus ingkang dipun timbali saha dipun kanthi dening Gusti Allah mboten luput saking kekirangan. Ing ayat 7 kasebataken, Iblis kautus mbitheni (‘menghantam’) Rasul Paulus. Kados eri ing daging (skolops te sarki) ingkang nancep. Wonten sawetawis penafsiran bab eri ing daging punika, inggih punika :

  1. Wonten penafsiran menawi eri ing daging punika wujud sesakit ingkang dipun sandhang dening Rasul Paulus.
  2. Wonten ingkang nyebataken bilih wekdal kaajak dening Gusti dhateng Pirdus, Rasul Paulus mlampah ing papan panggenan ing pundi utusan Iblis kalawau sami nyiksa piyambakipun. Dados Rasul Paulus rumaos trauma.
  3. Rasul Paulus kuwatos karana serangan-serangan saking tiyang ingkang mboten remen kaliyan piyambakipun lan pasamuwan Korinta ingkang mangu-mangu kaliyan piyambakipun minangka rasul Yesus kristus.

Kadosa pundi kahananipun Rasul Paulus, Gusti Allah kersa ngagem piyambakipun. Mekaten Rasul Paulus tetep kiyat, semangat, kanthi andhap asor misungsungaken gesangipun kagem Gusti. Malah ing satengah karingkihan, kaapesan, piyambakipun kiniyataken.

Panutup
Mboten wonten manungsa ingkang sampurna ing donya punika. Ananging sedaya nggadhahi kesempatan ingkang sami, kaagem Gusti kangge mbabaraken katresnan saha kasaenan-Ipun, kalebet anak-anak. Anak-anak ingkang asring kita sebat pribadhi ingkang dipun remehaken, dados objek sanes subjek, ingkang dipun papanaken minangka murid, sanes guru pigesangan.

Mangga ing Pekan Anak punika kita sinau saking anak-anak ingkang kasunyatanipun mboten kalah semangatipun nampi timbalanipun Gusti mbabaraken katentreman saha kabingahan ing sakiwa tengenipun kita.

Punika sawetawis kisahipun:

  1. Malala, inggih punika remaja 17 tahun ingkang nampi hadiah Nobel Perdamaian awit perjuanganipun kangge pendidikan para lare. Malala dados piyantun paling anem nalika nampi hadiah Nobel punika.
  2. Anak Carissa Putri Aryasanti (GKJW Jemaat Sukun), ing kanal YouTobe GKJW misungsung pujian saha permaian musik ingkang endah sanget, dados berkah kangge sok sintena kemawon ingkang mirengaken.
  3. Mbak Laras (GKJW Sukun) dados berkah kanthi mbiyantu lare-lare greja malah ugi lintas iman ing kiwa tengenipun pastori greja, paring pelajaran tambahan (les).
  4. Anak Cristi, Rico, Gabriel, Lady dkk (GKJW Tunglur) ingkang main drama kanthi sae sanget nalika Festival Bulan Kespel 2022, ingkang nggigah manah kangge sinau sesarengan bab pisungsung. Lan taksih kathah malih.

Ningali anak-anak ing nginggil saha anak-anak sanesipun, ingkang tansah mujudaken timbalanipun Gusti, manah kita lajeng mongkok, haru saha bangga. Sesarengan kita ngraosaken kabingahan awit anak-anak kita sampun saged ngembangaken bakat/talentaipun. Sumangga kanthi andhap asoring manah, kita conto semangatipun, perjuanganipun, daya kreativitasipun. Sebab anak-anak kita punika guru kehidupan. Mugi sesarengan kaliyan anak-anak, sansaya kathah paraga saha kathah cara anggen kita mujudaken pigesangan ingkang kebak tentrem rahayu. Amin. [PKS].

 

Pamuji: KPJ. 431 : 1, 3  Gusti Adawuh

Renungan Harian

Renungan Harian Anak