Minggu Biasa 9 | Bulan Keluarga
Stola Hijau
Bacaan 1: Ratapan 3 : 22 – 33
Mazmur: Mazmur 30
Bacaan 2: 2 Korintus 8 : 7 – 15
Bacaan 3: Markus 5 : 21 – 43
Tema Liturgis: Keluarga GKJW Menumbuhkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Yesus Kristus Menjadi Andalan Keluarga
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Ratapan 3 : 22 – 33
Kitab Ratapan, khususnya pada pasal 3 adalah suatu lagu atau nyanyian ratapan seseorang tentang keberadaan bangsa Israel setelah kehancuran kota Yerusalem. Kehancuran kota Yerusalem tersebut diyakini tidak dapat dipisahkan dari sikap dan tindakan bangsa Isarel yang melanggar hukum Allah. Situasi ini menjadikan penduduknya mengalami kedukaan yang sangat mendalam. Rasa kedukaan itu kemudian diungkapkan dalam kata-kata berbentuk sajak yang memilukan hati. Meskipun demikian sajak-sajak yang penuh kedukaan ini memancarkan suatu kepercayaan kepada Allah yang tidak tergoyahkan, serta rasa sesal hati yang mendalam dan mendesak umat agar melakukan pertobatan. Umat percaya bahwa dalam penderitaan dan kesesakan yang dialami masih ada pengharapan bagi umat Allah. Oleh karena itu, umat tetap mengarahkan pengharapannya kepada Allah. Kepercayaan dan rasa sesal hati itulah yang menjadikan kitab Ratapan berharga untuk segala zaman.
2 Korintus 8 : 7 – 15
Kekayaan selalu menjadi harapan setiap orang. Banyak orang beranggapan, bahwa kekayaan bisa menjadikan setiap orang bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Kekayaan tidak harus berbentuk materi, menurut penulis surat 2 Korintus, kekayaan bisa dalam bentuk iman, perkataan, pengetahuan, kesungguhan untuk membantu, dan pelayanan kasih (2 Kor. 8:7). Menarik untuk kita perhatikan bersama, bahwa kekayaan dalam iman ditempatkan pada urutan yang pertama: “Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, – dalam iman, …” (Ay. 7). Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa kaya dalam iman menjadi landasan dalam pemahaman setiap orang berkaitan dengan sikap dan perbuatannya sehari-hari. Dengan memiliki kekayaan iman, setiap orang akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu berdasarkan apa yang diimaninya. Bagi setiap orang yang beriman kepada Yesus Kristus, demikian juga gereja sebagai persekutuan orang-orang yang mengaku beriman kepada Yesus Kristus pasti akan selalu berusaha agar berkata-kata, bersikap, dan bertindak sesuai dengan apa yang diajarkan dan diteladankan Yesus Kristus, yakni mengandalkan hidup kepada pertolongan Allah, mewujudkan kasih dalam kehidupan sehari-hari dan kesediaan untuk rela berbagi dan berkorban. Bagi warga jemaat Korintus, hal tersebut perlu ditampakkan dalam kesediaannya untuk peduli dan berbagai kepada jemaat-jemaat yang perlu segera mendapatkan pertolongan.
Markus 5 : 21 – 43
Jabatan dan kedudukan setiap orang tidak menjamin, bahwa hidupnya akan selalu bebas dari berbagai kesulitan. Hal demikian dialami oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat di Sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi). Sebagai kepala rumah ibadah, Yairus tentu memahami ajaran keagamaan Yahudi dengan baik. Ia tugas memimpin ibadah di sinagoge, menentukan orang untuk memimpin doa, membaca Alkitab, dan mengkhotbahkannya. Memperhatikan jabatan dan tugasnya yang demikian ini pasti Yairus sangat dihormati dan disegani. Meski demikian Yairus ternyata bukan orang yang angkuh dan memanfaatkan jabatan yang dimilikinya untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Selain sebagai kepala rumah ibadah, Yairus juga sebagai seorang kepala rumah tangga, sekaligus sebagai seorang ayah yang rendah hati. Ia menghormati orang lain dan mau berusaha dengan keras untuk mewujudkan apa yang diinginkannya, bersedia mengakui kekurangan atau kelemahan dirinya dan bersedia mengakui kemampuan atau kelebihan orang lain. Itulah sebabnya ketika ia mengetahui keberadaan Yesus yang memiliki kuasa menyembuhkan orang sakit. Yairus berharap bisa berjumpa dengan Tuhan Yesus dan memohon agar Ia berkenan menyembuhkan anaknya.
Sebagai seorang ayah yang bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya yang sakit, bahkan hampir mati, yakni anaknya. Yairus berusaha dengan keras agar bisa menjumpai Yesus dan memohon pertolongan-Nya. Ketika Yairus berjumpa dengan Yesus, ia pun tersungkur di depan kaki Yesus. Ia berharap kepada Yesus agar mendatangi anaknya, meletakkan tangan-Nya pada diri si anak supaya anaknya bisa selamat dan tetap hidup. Yairus menampakkan sikap sebagai orang yang mengandalkan hidup sepenuhnya kepada Yesus. Ia tidak ingin memaksa Yesus agar mendahulukan keinginannya ketika mengetahui Yesus menyembuhkan terlebih dahulu seorang yang sakit pendarahan. Sebaliknya, ia hanya berserah saja kepada Yesus. Baginya yang terpenting adalah telah memohon kepada Yesus agar menyembuhkan anaknya. Selain itu Yairus juga tidak tampak panik, ketika mendapat kabar di tengah perjalanan, bahwa anaknya sudah mati (Ay. 35). Ia percaya saja kepada Tuhan Yesus, terlebih ketika Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Jangan takut, percaya saja!” (Mrk. 5:36).
Pada akhirnya, keyakinan dan usaha Yairus tidak sia-sia, sebab karena keyakinannya pada Yesus, anaknya yang telah dikabarkan mati itu ternyata sembuh. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan anaknya yang bisa bangkit berdiri dan berjalan setelah tangannya dipegang Yesus dan diminta Yesus agar bangun dari tidurnya (Ay. 42).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Beriman kepada kepada Allah di dalam Yesus Kristus mengharuskan setiap orang memiliki kerendahan hati, kesabaran, dan kesediaan berbagi. Kerendahan hati akan memampukan setiap orang menyadari akan kelemahannya dan menjadikannya mengandalkan diri pada pertolongan Tuhan. Kesabaran akan menjadikan seseorang mampu mengendalikan diri dalam menanti apa yang diharapkan kepada Tuhan, sebab Tuhan peduli kepada umat-Nya dan memberikan apa yang menjadi harapan umat-Nya. Kesediaan berbagi menjadikan banyak orang merasakan sukacita dari Tuhan.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Setiap orang tua pasti selalu berusaha melakukan apapun yang terbaik bagi anak-anaknya. Para orang tua bahkan rela berkorban demi anak-anaknya. Berusaha bekerja keras agar anak-anaknya selalu sehat, bisa sekolah dengan lancar dll. Kenyataan yang demikian ini memang sudah merupakan hal yang biasa dilakukan setiap orang tua. Termasuk setiap keluarga yang dipersekutukan dalam ikatan kasih Yesus Kristus. Hal yang demikian tidaklah mudah dilakukan. Harus ada semangat, kemauan yang kuat, dan kerja keras para orang tua agar bisa mewujudkan apa yang diinginkannya. Selain itu juga dibutuhkan keyakinan yang besar kepada Tuhan, bahwa Tuhan berkenan menolong para orang tua ketika sedang menghadapi kesulitan. Hal inilah yang dialami oleh Yairus.
Isi
Yairus, Orang Tua (Ayah) yang Percaya kepada Yesus Kristus
Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat di Sinagoge (tempat ibadah orang Yahudi). Sebagai kepala rumah ibadah, Yairus tentu memahami ajaran keagamaan Yahudi. Ia melakukan tugas memimpin ibadah di tempat ibadah, menentukan orang untuk memimpin doa, membaca Alkitab dan mengkotbahkannya. Memperhatikan jabatan dan tugasnya yang demikian ini pasti Yairus sangat dihormati dan disegani. Meski demikian, Yairus ternyata bukan orang yang angkuh dan memanfaatkan jabatan yang dimilikinya untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.
Selain sebagai kepala rumah ibadah,Yairus juga sebagai seorang kepala rumah tangga, sekaligus sebagai seorang ayah yang rendah hati. Ia menghormati orang lain dan mau berusaha dengan keras terkait apa yang diinginkannya. Ia bersedia mengakui kekurangan atau kelemahan dirinya dan bersedia mengakui kemampuan atau kelebihan orang lain. Itulah sebabnya ketika ia mengetahui keberadaan Yesus yang memiliki kuasa menyembuhkan orang sakit. Yairus berharap bisa berjumpa dengan Tuhan Yesus dan memohon agar Ia berkenan menyembuhkan anaknya.
Ketika Yairus berjumpa dengan Yesus, ia pun tersungkur di depan kaki Yesus. Ia berharap kepada Yesus agar mendatangi anaknya, meletakkan tangan-Nya pada diri si anak supaya anaknya bisa selamat dan tetap hidup. Yairus menampakkan sikap sebagai orang yang mengandalkan hidup sepenuhnya kepada Yesus. Meski demikian Yairus tidak memaksa Yesus agar mendahulukan keinginannya ketika mengetahui Yesus memberikan perhatian dan menyembuhkan terlebih dahulu seorang yang sakit pendarahan. Sebaliknya, ia hanya berserah saja kepada Yesus. Baginya yang terpenting adalah telah memohon kepada Yesus agar menyembuhkan anaknya. Keyakinan Yairus pada Yesus sangat kuat. hal tersebut bisa terlihat, ketika di tengah perjalanan pulang bersama Yesus ia mendapat kabar, bahwa anaknya telah mati. Selain itu perbuatannya dianggap merepotkan Tuhan Yesus dan tidak ada gunanya. Alkitab tidak menceritakan Yairus yang panik (Mrk. 5: 35). Ia percaya saja kepada Tuhan Yesus, terlebih ketika Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Jangan takut, percaya saja!” (Mrk. 5:36).
Pada akhirnya, keyakinan dan usaha Yairus tidak sia-sia, sebab karena keyakinannya pada Yesus, anaknya yang telah dikabarkan mati itu ternyata sembuh. Hal tersebut dibuktikan dengan keberadaan anaknya yang bisa bangkit berdiri dan berjalan setelah tangannya dipegang Yesus dan diminta Yesus agar bangun dari tidurnya (Mrk. 5:42).
Relasi Orang Tua dengan Tuhan Yesus Kristus bisa Menghadirkan Sukacita bagi Keluarga (Anak)
Keberadaan keluarga Kristen tidak bisa dipisahkan dari Tuhan Yesus yang mempersekutukan anggota keluarga. Bahkan, Tuhan Yesus juga menjadi Kepala keluarga yang utama. Oleh karena itu, semua anggota keluarga (ayah, ibu, anak dan semua anggota keluarga) berkewajiban untuk selalu membangun relasi yang baik dengan Tuhan Yesus Kristus. Bahkan harus melakukan apa yang diajarkan dan diteladankan Tuhan Yesus Kristus dengan setia. Oleh karena itu, orang tua memiliki peran dalam menghadirkan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus bagi anak-anaknya dan bagi semua anggota keluarga sebagaimana dilakukan oleh Yairus.
Keyakinan Yairus kepada Tuhan Yesus sungguh luar biasa. Hal itu tampak dalam kerendahan hati, kesabaran, dan kesediaan berbagi. Ia tidak menjadi egois dengan memaksa Tuhan Yesus agar mendahulukan anaknya sehingga segera sembuh. Sementara itu Tuhan Yesus menyembuhkan terlebih dahulu perempuan yang sedang sakit pendarahan. Dalam kepanikannya menghadapi anaknya yang sedang sakit, Yairus masih bisa berbagi dengan membiarkan Yesus menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan. Demikian juga seharusnya keyakinan para orang tua dalam mengusahakan apa pun yang baik bagi anak-anaknya. Sebagai orang tua kita diingatkan agar tidak menjadi egois dengan memaksa-maksa Tuhan mendahulukan permintaan kita. Sebaliknya kita harus percaya dan sabar menantikan kuasa Tuhan Yesus Kristus dinyatakan bagi anak-anak maupun anggota keluarga yang kita cintai. Inilah salah satu wujud kekayaan iman sebagaimana diungkapkan Rasul Paulus: Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, – dalam iman, …” (2 Kor. 8:7). Hal ini menunjukkan kepada kita, bahwa kaya dalam iman menjadi landasan dalam pemahaman bagi setiap orang berkaitan dengan sikap dan perbuatannya sehari-hari. Dengan memiliki kekayaan iman, setiap orang yang beriman kepada Tuhan Yesus akan selalu berusaha melakukan segala sesuatu berdasarkan apa yang diimaninya. Inilah kekayaan iman yang dimiliki oleh Yairus.
Keyakinan kepada Tuhan Yesus seperti yang dimiliki Yairus, serta sikap dan tindakannya untuk bersedia berbagi dengan sesama mengingatkan kita sebagai orang tua agar selalu berusaha melakukan apa yang bagi anak-anak kita. Mengupayakan apa yang baik bagi anak, memang sudah menjadi kewajiban para orang tua. Meskipun demikian dalam mengupayakan apa pun yang bagi anak-anak kita, hendaknya juga dilakukan dengan meminta pertolongan kepada Tuhan Yesus. Terlebih pada situasi yang sangat sulit dan berat. Jangan sampai kita melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan kekuatan diri kita. Selain itu juga kita tidak memaksa-maksa Tuhan Yesus agar segera bertindak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Sesungguhnya, Tuhan Yesus mengetahui seberapa berat persoalan dan kesulitan yang dialami umat-Nya. Ia akan bertindak untuk menyatakan kuasa-Nya bagi setiap orang yang meminta pertolongan kepada-Nya pada saat yang tepat. Kuasa Tuhan Yesus akan melegakan dan mendatangkan sukacita bukan hanya bagi para orang tua saja, melainkan juga bagi anak-anak, semua anggota keluarga, dan setiap orang yang berharap kepada-Nya.
Penutup
Beriman kepada Tuhan Yesus Kristus memang bisa mendatangkan sukacita bagi setiap orang dan bagi keluarga yang dipersekutukan oleh Tuhan Yesus Kristus. Meski demikian beriman kepada Tuhan Yesus Kristus mengharuskan setiap orang memiliki kerendahan hati, kesabaran, dan kesediaan berbagi. Kerendahan hati akan memampukan setiap orang menyadari akan kelemahannya dan menjadikannya menyandarkan diri pada pertolongan Tuhan. Kesabaran akan menjadikan seseorang mampu mengendalikan diri dalam menanti apa yang diharapkan kepada Tuhan. Kesediaan berbagi menjadikan banyak orang merasakan sukacita dari Tuhan. Amin. [HSW].
Pujian: KJ. 451 : 1, 2 Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Saben tiyang sepuh tamtu tansah ngupadi nindakaken punapa kemawon ingkang sae tumrap anakipun. Nadyan punapa ingkang dipun tindakaken punika awrat sanget, tetep kemawon katindakaken. Mekaten pangorbananipun tiyang sepuh tumrap anakipun. Tansah ngupadi supados anakipun sehat, saged sekolah kanthi lancar lsp. Kasunyatan ingkang mekaten pancen sampun dados prekawis ingkang limrah katindakaken dening para tiyang sepuh. Mekaten ugi ingkang katindakaken dening brayat ingkang katunggilaken ing katresnanipun Gusti Yesus Kristus. Inggih punika brayat Kristen. Prekawis punika boten gampil katindakaken. Kedah wonten semangat, pikajeng ingkang kiat lan pambudidaya ingkang tumemen dening para tiyang sepuh supados saged mujudaken punapa ingkang dados pangajeng-ajengipun. Kejawi punika ugi mbetahaken pangandel (keyakinan) ingkang ageng dhumateng Gusti, bilih Panjenenganipun karsa mitulungi para tiyang sepuh nalika ngadhepi pakewet. Prekawis ingkang mekaten dipun alami dening Yairus.
Isi
Yairus, Tiyang Sepuh (Bapa) ingkang Pitados dhumateng Yesus Kristus
Yairus, punika lurah papan pangibadah ing Sinagoge (papan pangibadahipun tiyang Yahudi). Minangka lurah papan pangibadah, tamtunipun Yairus mangertosi bab piwucal agami Yahudi. Piyambakipun nindakaken ayahan mandegani pangibadah ing papan pangibadah, nemtokaken tiyang ingkang mandegani dedonga, maos Kitab Suci lan medharaken sabda. Migatosaken ayahan ingkang mekaten mesti dadosaken Yairus dipun urmati kanthi sanget. Nadyan mekaten Yairus sanes tiyang ingkang angkuh lan ngginakaken kalenggahanipun kangge nindakaken punapa kemawon ingkang dados pangajeng-ajengipun.
Kejawi minangka lurah papan pangabekti, Yairus ugi minangka sesirahing brayat inggih punika bapa ingkang andhap asor. Yairus ngurmati tiyang sanes lan ugi purun ngupadi kanthi tumemen gegayutan kaliyan punapa ingkang dados pepinganipun. Piyambakipun purun ngakeni kakirangan lan karingkihan dhirinipun, sarta purun ngakeni kasagedan lan kaunggulanipun tiyang sanes. Pramila, nalika piyambakipun mangertos bab Gusti Yesus ingkang kagungan kawasa nyarasaken tiyang sakit. Yairus nggadhahi pangajeng-ajeng saged pepanggihan kaliyan Gusti Yesus lan nyenyuwun supados Panjenenganipun karenan nyarasaken anakipun ingkang sakit.
Nalika Yairus pepanggihan kaliyan Gusti Yesus, Yairus lajeng sujud. Piyambakipun ngajeng-ajeng supados Gusti Yesus ngrawuhi anakipun lan numpangaken Asta. Kanthi mekaten anakipun saged wilujeng lan lestantun gesang. Ketingal sanget bilih Yairus ngandelaken gesangipun sawetah dhumateng Gusti Yesus. Nadyan mekaten Yairus boten meksa Gusti Yesus supados ngrumiyinaken punapa ingkang dados pangejeng-ajengipun nalika mangertos Gusti Yesus paring kawigatosan lan nyarasaken tiyang ingkang sakit nggrajak rah ngantos kalih welas taun. Kosokwangsulipun, piyambakipun namung pasrah kemawon dhumateng Gusti Yesus. Tumrap Yairus ingkang utami inggih punika sampun nyenyuwun dhumateng Gusti Yesus supados nyarasaken anakipun. Pangadelipun Yairus dhumateng Gusti Yesus nyata kiat sanget. Prekawis punika katingal nalika ing satengahing lelampahan wangsul kaliyan Gusti Yesus, Yairus nampi pawartos bilih anakipun sampun tilar donya. Kejawi punika ugi tumindakipun kaanggep ngrepoti Gusti Yesus lan mboten wonten ginanipun. Kitab Suci boten nyariosaken Yairus ingkang bingung (Mrk. 5:35). Piyambakipun pitados kemawon dhumateng Gusti Yesus, langkung-langkung nalika Gusti Yesus ngandika: “Aja wedi, kumandela wae!” (Mrk. 5:36).
Ing wusananipun, pangandel lan pambudidayanipun Yairus mboten nglaha, awit pangandelipun dhumateng Gusti Yesus, anakipun ingkang kawartosaken sampun tilar nyatanipun saras. Prekawis punika katingal saking kawontenan anakipun ingkang tangi, jumeneng sarta mlampah saksampunipun tangan anakipun Yairus kaasta dening Gusti Yesus (Mrk. 5:42).
Sesambetan Tiyang Sepuh kaliyan Gusti Yesus Kristus saged Dhatengaken Sukabingah tumrap Kaluwarga (Anak)
Kawontenanipun brayat Kristen mboten saged kapisahaken saking Gusti Yesus ingkang nyatunggilaken warganing brayat. Malah, Gusti Yesus dados Sesirahing brayat ingkang utami. Pramila, sedaya warganing brayat (bapak, ibu anak lan sedaya warganing brayat) nggadhahi kuwajiban mujudaken sesambetan ingkang sae kaliyan Gusti Yesus. Malah kedah nindakaken punapa ingkang dipun wucalaken lan katuladhanaken Tuhan Yesus kanthi setya. Pramila, tiyang sepuh nggadhahi peran dhatengaken katresnanipun Gusti Yesus tumrap anak-anakipun lan sedaya warganing brayat kados ingkang katindakaken dening Yairus.
Pangandelipun Yairus dhumateng Gusti Yesus saestu ngeram-eramaken. Prekawis punika katingal ing andhap asor lan sumadya peparing. Yairus boten lajeng egois kanthi meksa Gusti Yesus supados ngrumiyinaken anakipun satemah enggal saras. Ing wekdal sesarengan Gusti nyarasaken langkung rumiyin tiyang ingkang sakit nggrajag rah. Ing raos bingung ngadhepi anakipun ingkang saweg sakit, Yairus taksih saged andum wekdal kanthi nengga langkung rumuyin Gusti Yesus ingkang nyarasaken tiyang sanes ingkang sakit. Inggih mekaten ugi kedahipun pangandelipun para tiyang sepuh anggenipun ngupadi punapa ingkang sae tumrap anak-anakipun. Minangka tiyang sepuh kita dipun engetaken supados mboten dados egois kanthi meksa Gusti Yesus ngrumiyinaken punapa ingkang dados pepinginan kita. Kosokangsulipun, kita kedah pitados lan sabar nganthi-anthi kawasanipun Gusti Yesus kaparingaken tumrap anak-anak kita lan sedaya warganing brayat ingkang kita tresnani. Inggih mekaten satunggaling wujud kasugihan kapitadosan kados ingkang kalairaken dening Rasul Paulus: “Mula saikine, padha kaya anggonmu wus sugih ing samubarang, …” (2 Kor. 8:7). Prekawis punika nedahaken dhumateng kita, bilih sugih ing kapitadosan punika dados ladhesan ing pamanggihipun tumrap saben tiyang gegayutan kaliyan sikap lan tumindak sadinten-dinten. Kanthi sugih ing kapitadosan, saben tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yesus tansah ngupadi nindakaken punapa kemawon adedasar pangandelipun. Inggih mekaten kasugihan ingkang dipun gadhahi dening Yairus.
Pangandelipun dhumateng Gusti Yesus kados ingkang dipun gadhahi Yairus, mekaten ugi sikap lan tumindakipun ingkang sumadya andum peparing (berbagi) tumrap sesami ngengetaken kita minangka tiyang sepuh supados nindakaken punapa ingkang sae tumrap anak-anak kita. Ngupadi punapa ingkang sae tumrap anak, punika pancen kuwajibanpun para tiyang sepuh. Nadyan mekaten prekawis punika kedah kita suwunaken dhumateng Gusti Yesus. Langkung-langkung ing kawontenan ingkang ewet lan awrat. Sampun ngantos kita nindakaken samukawis ingkang ngandelaken kakiyatan kita piyambak. Kejawi punika, kita ugi boten meksa Gusti Yesus supados enggal tumindak cundhuk kaliyan pikajeng kita. Saestunipun, Gusti Yesus pirsa awrating momotan lan pakewet ingkang dipun adhepi para umat kagunganipun. Gusti Yesus ugi karsa mujudakan pangwaosipun tumrap saben tiyang ingkang nyenyuwun pitulungan dhumateng Panjenganipun ing wekdalipun. Pangwaosipun Gusti Yesus andadosaken leganing manah lan sukabingah, boten namung kagem para tiyang sepuh kemawon, nanging ugi tumrap anak-anak, sedaya warganing brayat lan saben tiyang ingkang ngandelaken pangajeng-ajengipun dhumateng Gusti Yesus.
Panutup
Pitados dhumatheng Gusti Yesus pancen saged dhatengaken sukabingah tumrap saben tiyang lan brayat ingkang katunggilaken dening Gusti Yesus. Nadyan mekaten saben tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yesus kedah nggadhahi manah ingkang andhap asor, sabar, lan purun andum peparing (berbagi). Andhap asor ndadosaken saben tiyang ngrumaosi kakiranganipun lan ngandelaken pitulunganipun Gusti Yesus. Sabar ndadosaken saben tiyang ngemudheni dhiri anggenipun nganthi-anthi punapa ingkang dados panyuwunanipun dhumateng Gusti Yesus. Sumadya andum peparing (berbagi) ndadosaken sansaya kathah tiyang ngraosaken sukabingah saking Gusti Yesus. Amin. [HSW].
Pamuji: KPJ. 316 : 1, 2 Brayat Kang Tinangsulan Tresna