Pembukaan Bulan Penciptaan
Stola Putih
Bacaan 1 : Kejadian 1: 1-5
Bacaan 2 : Kisah Para Rasul 19: 1-7
Bacaan 3 : Matius 2: 1-12
Tema Liturgis : Alam menunjukkan Tuhan dan kuasa keselamatanNya
Tema Khotbah: Allah menyatakan diri dan karyaNya melalui benda alam
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kejadian 1:1-5
Kejadian pasal 1 ini mau menunjukkan bahwa Allahlah yang menciptakan langit dan bumi, artinya dunia dengan segala isinya. Segala sesuatu yang ada merupakan ciptaan Allah. Segala sesuatu yang nampak di permukaan bumi dan yang ada di dalam perutnya adalah ciptaan Allah, milik Allah. Segala sesuatu yang nampak langit dan yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang adalah juga ciptaan Allah sendiri. Intinya, tidak ada sesuatu pun yang bukan ciptaan Allah. Ini adalah pengakuan iman yang dasar.
“Bumi belum berbentuk dan kosong.” Tidak ada apa pun di dalamnya yang indah untuk dilihat, sebab bumi belum berbentuk dan kosong. Tohu dan Bohu, artinya kekacauan dan kehampaan. Bumi tidak berbentuk, tidak berguna, tanpa penghuni, tanpa perhiasan, hanya bayangan atau rancangan kasar dari hal-hal yang akan datang.
Roh Allah adalah Penggerak yang pertama: Ia melayang-layang di atas permukaan air.
Bahwa yang pertama yang diciptakan Allah dari semua makhluk yang kelihatan adalah terang. Bukan berarti bahwa agar dengan terang itu Ia sendiri bisa melihat untuk bekerja (sebab baik kegelapan maupun terang sama saja bagi-Nya), tetapi bahwa agar dengan terang itu kita bisa melihat pekerjaan-pekerjaan-Nya dan kemuliaan-Nya di dalam pekerjaan-pekerjaan itu, dan bisa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan kita selama hari masih terang.
Terang dijadikan oleh Allah dengan kuasa firmanNya. Itu menunjukkan betapa berkuasanya firman Allah itu!
Kisah Para Rasul 19:1-7
Efesus adalah sebuah kota terpenting di Asia, terkenal dengan sebuah kuil yang dibangun untuk dewi Artemis, yang merupakan salah satu keajaiban dunia: ke sanalah Paulus datang untuk memberitakan Injil, ketika Apolos masih di Korintus (ay. Kis 19:1). Sewaktu Apolos sedang menyirami jemaat di Korintus, Paulus menanam jemaat di Efesus. Paulus tidak kesal terhadap Apolos karena mengambil alih pekerjaannya dan membangun di atas dasar yang sudah dia letakkan. Sebaliknya, ia bersukacita atas pekerjaan Apolos itu, dan melanjutkan pekerjaan baru yang sudah dipersiapkan untuk dia di Efesus dengan hati yang semakin ceria dan puas. Ini karena dia tahu bahwa seorang hamba Perjanjian Baru yang begitu cakap seperti Apolos tengah berada di Korintus, untuk meneruskan pekerjaan baik di sana. Meskipun ada orang-orang yang menjadikan Apolos sebagai ketua dari suatu golongan melawan dia (1Kor. 1:12), dia tidak iri hati terhadapnya, tidak pula ia membenci kenyataan bahwa orang-orang suka kepadanya. Setelah melalui daerah Galatia dan Frigia, menjelajah daerah-daerah pedalaman, Pontus dan Bitinia, yang terletak di utara, akhirnya Paulus tiba di Efesus. Dia bertemu dengan beberapa murid di sana, yang menyatakan iman kepada Kristus sebagai Mesias yang benar. Tetapi mereka masih memahami ajaran Kristus pada tingkat yang paling dasar dan rendah, dengan mengikuti ajaran pelopor-Nya, Yohanes Pembaptis. Jumlah mereka kira-kira dua belas orang (ay. Kis 19:7). Pemahamam mereka masih sama seperti ketika Apolos tiba di Efesus (sebab waktu itu Apolos hanya mengetahui baptisan Yohanes, 18:25).
Untuk menerima Roh Kudus dan karunia-karuniaNya, dan setelah mereka memahami segala sesuatunya dengan lebih baik, mereka dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Untuk itu Paulus menumpangkan tangan di atas mereka.
Matius 2:1-12
Di sini kita melihat kehadiran orang-orang majus yang rendah hati di hadapan Raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu, dan penghormatan yang mereka berikan kepada-Nya. Dari Yerusalem mereka pergi ke Betlehem, bertekad mencari terus sampai menemukan-Nya.
Mereka berhasil menemukan Kristus berkat bintang yang sama yang mereka lihat di negeri mereka sendiri (ay. 9-10).
Begitu indah cara Allah memimpin mereka. Dengan penampakan bintang tersebut, mereka diberi pengertian ke mana mereka harus mencari keterangan mengenai Raja ini. “bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka.” Orang-orang majus dipimpin sebuah bintang menuju keturunan yang dijanjikan, yang adalah Bintang timur yang gilang-gemilang itu sendiri (Why. 22:16). Bintang ini diberikan sebagai tanda kehadiran Allah bersama mereka, sebab Dia adalah terang itu dan Dia berjalan di depan umat-Nya sebagai Pemandu mereka.
Mereka bersukacita mengikuti pimpinan Allah (ay. 10). Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka.
Sekarang mereka yakin bahwa Allah menyertai mereka, dan tanda-tanda penyertaan serta perkenaan-Nya itu telah memenuhi jiwa mereka dengan sukacita yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata bagi mereka yang tahu menghargai tanda-tanda itu.
Sekarang mereka bisa menertawakan orang Yahudi di Yerusalem, yang boleh jadi pernah menertawakan mereka karena dianggap datang dari jauh hanya untuk melakukan hal yang bodoh.
Sekarang mereka memiliki alasan untuk berharap bisa melihat Tuhan Yesus Kristus dengan segera, Sang Surya Kebenaran, sebab mereka telah melihat Bintang Timur yang gilang-gemilang itu.
Mereka menjumpai-Nya di sebuah gubuk sebagai istana-Nya, serta ibunya sendiri yang miskin sebagai satu-satunya dayang-Nya! Setelah menemukan Raja yang mereka cari-cari, pertama-tama mereka mempersembahkan diri, kemudian mempersembahkan persembahan kepada-Nya.
Mereka sujud menyembah Dia. Kita tidak membaca bahwa mereka memberikan penghormatan seperti ini kepada Herodes, walaupun ia berada di puncak kebesarannya; namun kepada Bayi ini mereka memberikan penghormatan, bukan saja seperti kepada seorang raja (karena jika demikian, mereka pasti juga telah melakukan yang sama kepada Herodes), tetapi seperti kepada Allah sendiri.
Mereka mempersembahkan persembahan kepada-Nya.
Jadi, apa yang berkenan diberikan Allah kepada kita, harus kita gunakan untuk menghormati-Nya.
Mereka mempersembahkan emas sebagai upeti kepada-Nya sebagai seorang raja, kemenyan; dan mur, sebagai kepada Manusia yang harus mati, sebab mur digunakan untuk membalur jasad orang mati.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Bacaan 1 dan 3 menyatakan bahwa alam semesta menjadi bukti kekuasaan Tuhan dan tuntunanNya kepada karya penyelamatanNya (bacaan 2).
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan… bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Dikatakan di Televisi Animal Planet bahwa tidak ada sesuatu pun di alam ini (ciptaan Tuhan) yang tidak berguna. Bahkan Kumbang Tinja (Jawa: engkès) yang lahir di tengah tinja (kotoran binatang), yang memakan tinja dan berkegiatan hanya dengan tinja juga sangat berguna untuk kesuburan tanah. Tinja yang menumpuk diurai dan disebarkan ke mana-mana sedikit demi sedikit oleh engkès ini, sehingga tumbuhan yang agak jauh dari tumpukan tinja itu mendapat pupuk kompos. Engkès pun berjasa terhadap tumbuhan, binatang dan manusia. Binatang/ benda kecil, remeh dan “menjijikkan” saja dipakai oleh Tuhan untuk menyatakan karya pemeliharaanNya atas tanah, apalagi binatang atau benda besar di alam ini, pasti besarlah kuasa, karya dan kasih Allah yang dinyatakan.
Isi
Bumi yang diciptakan oleh Tuhan dan yang kita diami ini, bagi kita tentu benda yang sangat besar, super besar. Kita hanya bisa melihat sebagian sangat kecil dari bumi ini, bagaikan hanya melihat satu titik kecil pada lembaran tulisan atau lukisan kanfas atau kertas. Permukaan bumi begitu kaya dengan hiasan-hiasan yang sangat indah; tidak satu bagian pun yang hampa, di padang gurun pun ada pohon-pohon, binatang dan sangat banyak pasir. Semuanya begitu mengagumkan. Itu baru permukaannya saja, belum bagian dalamnya yang tentu sangat besar. Hanya bisa dibayangkan betapa banyaknya isi perut bumi ini: lava gunung, air, minyak, batubara, timah, perak, emas yang sangat banyak dan masih banyak barang tambang yang lain. Bumi ini benar-benar luar biasa indahnya, kayanya dan besarnya. Yang menciptakannya, yaitu Tuhan Allah, pasti sangat besarlah kuasaNya.
Itu baru bumi, belum benda-benda yang masih banyak lagi di langit ini. Padahal, menurut para ahli, bumi ini adalah benda/ planet kecil dibanding planet-planet yang lain di tata surya atau alam semesta. Langit berisi banyak sekali benda-benda yang lebih besar dan lebih kecil dari bumi ini. Lihatlah benda-benda langit itu di waktu malam gelap, sungguh betapa banyak dan mengagumkannya. Semuanya dan segala isi bumi ini diciptakan, dikuasai, direngkuh dan dipelihara oleh satu pribadi, yaitu Allah Tuhan kita. Semuanya dijadikan dan diadakan dari ketiadaan, dari kekosongan. Yang ketika diciptakan, bumi itu masih belum berbentuk dan kosong, kacau dan hampa, digerakkan dan diatur oleh Allah dengan RohNya yang melayang-layang di atasnya. Sungguh terlalu besar kuasa Tuhan Allah kita itu untuk bisa dibayangkan oleh otak kita yang kecil ini.
Kuasa Tuhan Allah yang tidak terbatas itulah yang ditunjukkan oleh Alkitab (bacaan dari Kejadian ini). Alkitab tidak dimaksudkan untuk menunjukkan proses detail bagaimana Tuhan Allah menciptakan alam semesta dengan segala isinya ini. Kej. 3:3 mengatakan ‘Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.’ Ini menunjukkan betapa besar dan hebatnya kuasa firman Allah itu. Hanya dengan berfirman saja, maka terang dan yang lain-lainnya itu jadi, dan jadi dengan sangat baik. Sungguh sangat banyak tak terhitung benda-benda alam yang diciptakanNya, dan masing-masing benda itu mempunyai perbedaan dan ciri khas sendiri-sendiri. Sungguh amat sangat indah dan mengagumkan. Itu semua diciptakanNya hanya dengan berfirman saja.
Di bacaan Injil Matius 2:1-12 ditunjukkan bahwa benda alam, yaitu bintang, dipakai oleh Allah untuk menunjukkan jalan bagi orang-orang Majus menuju ke tempat di mana Tuhan Yesus dilahirkan dan berada. Mereka menemui Bayi Yesus itu di rumah di mana Dia berada bersama Maria, ibuNya. Jika mengingat cerita di Injil Lukas, rumah itu berarti rumah hewan atau kandang, yang tentu sanga sederhana atau bahkan jelek. Itu berarti benda alam yang sangat sederhana, yakni kandang hewan, juga dipakai oleh Allah untuk menyatakan karya kasihNya.
Setelah menemukan Sang Mesias itu, orang-orang Majus itu mempersembahkan kepadaNya benda-benda istimewa dari alam, yakni emas, kemenyan dan mur. Benda-benda persembahan mereka merupakan simbol ungkapan hati mereka. Emas merupakan simbol pengakuan mereka kepada Yesus sebagai Raja. Kemenyan menjadi simbol penyembahan dan pujaan mereka kepadaNya. Mur menjadi simbol dukungan mereka terhadap kerelaan Tuhan Yesus nantinya untuk mati bagi keselamatan dan kesejahteraan dunia.
Di sisi lain, Paulus menggambarkan posisinya bersama Apolos seperti pemelihara terhadap alam. Paulus yang menanam, sedangkan Apolos yang menyirami (1 Korintus 3:6-8). Keduanya sama-sama memberitakan Injil, yakni kabar baik tentang karya penyelamatan Allah atas dunia ini. Paulus menyamakan pemberitaan Injil dengan pentingnya penanaman dan penyiraman terhadap tanaman alam.
Penutup
Setiap hari kita melihat dan bertemu dengan berbagai benda alam, mulai dari yang sangat kecil dan sederhana sampai yang besar dan indah mengagumkan. Semuanya itu sebenarnya menyatakan diri Allah, menyatakan kuasa, karya, kasih dan kehendakNya kepada semua ciptaan, dan tentu juga kepada kita manusia. Hanya saja, pertanyaannya apakah kita berusaha mengenali Allah, menemukan wujud kuasa, karya, kasih dan kehendakNya melalui benda-benda alam itu. Seringnya kita pasti jarang melakukan itu. Sebenarnya, jika kita melakukannya dan bisa mengenali Allah, menemukan kuasa, karya, kasih dan kehendakNya melalui benda-benda alam itu, pasti:
- Kita akan merasa kagum atau senang sekali kepada Allah.
- Kita akan dipimpin untuk berbuat yang baik kepada alam ciptaanNya.
- Kita dicegah dari tindakan semena-mena terhadap alam.
- Kita tidak mudah mengeluh karena alam (panas, dingin, hujan, dsb).
- Kita bisa mendapatkan hikmat dari Tuhan dalam menjalani kehidupan.
- Hati kita akan dipenuhi rasa damai dan tenteram.
- Hidup kita dipenuhi rasa syukur atas alam itu.
Untuk itu, mari kita berusaha berefleksi dengan satu benda alam, setiap hari atau seminggu sekali dengan benda alam yang berbeda-beda! Refleksi dengan benda alam itu bisa kita lakukan dengan bertemu langsung dengan benda itu, atau dengan membaca tulisan tentang alam, atau menonton televisi tentang alam, dsb.
(Tunjukkan satu benda alam yang bisa dilihat oleh semua yang beribadah. Bisa benda apa saja: tanaman, tanah, batu, air atau yang lain) Lihatlah benda ini baik-baik! Mari kita mengenali Allah dengan kuasa, karya, kasih dan kehendakNya dengan berefleksi sendiri-sendiri dengan benda alam ini dalam keheningan. (Saat teduh: biarkan umat berefleksi!) Amin. [st]
Nyanyian: KJ. 60:1,7; 61:1-4; 63:1,2/ Kidung Kontekstual (KK). 145.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Kasebataken ing TV Animal Planet bilih boten wonten satunggal punapa ing alam donya menika (titahipun Gusti Allah) ingkang boten piguna. Nadyan engkès (Kumbang Tinja) ingkang lair ing tengahing tléthong (kotoranipun kewan), nedhanipun nggih tléthong sarta nindakaken kegiatanipun kaliyan tléthong ugi piguna sanget tumrap kasuburaning siti. Tléthong ingkang numpuk dipun orak-orik lan dipun sebar dhateng pundi-pundi sekedhik baka sekedhik dening engkès menika, temah tetuwuhan ingkang radi tebih saking tumpukan tléthong menika angsal rabuk kompos. Engkès ugi nggadhahi lelabuhan tumrap tetuwuhan, kewan lan manungsa. Kewan utawi barang (benda) ingkang alit, sepele lan njijiki kemawon kaagem dening Gusti Allah kangge nedahaken pakaryan pangrimatipun tumrap siti, menapa malih kewan lan barang ageng ing alam menika, mesthi ageng pangwasa, pakaryan lan katresnanipun Gusti Allah ingkang kapratelakaken.
Isi
Bumi ingkang katitahaken dening Gusti lan dados papan dunung kita menika, menggahing kita menika tamtu barang (benda) ingkang ageng sanget. Kita namung saged ningali saperangan alit kemawon saking bumi menika, kados ningali satunggal titik alit ing lembar seratan utawi lukisan kanfas utawi kertas. Lumahing bumi menika saestu kebak rerenggan ingkang endah sanget; boten wonten satunggal perangan kemawon ingkang kothong, ing ara-ara samun nggih wonten wit-witan, kewan, lan kathah sanget wedhi. Sedayanipun saestu ngungunaken. Menika nembe lumahipun kemawon, dereng perangan lebeting bumi ingkang tamtu ageng sanget. Namung saged dipun angen-angen saiba kathahipun isi telenging bumi menika: lava gunung, toya, lisah, batubara, timah, perak, emas ingkang kathah sanget lan taksih kathah malih barang tambang sanesipun. Bumi menika saestu ngedab-edabi endah, ageng lan kathah isen-isenipun. Ingkang nitahaken menika, nenggih Gusti Allah, tamtu ugi saestu agung pangwasanipun.
Menika nembe bumi, dereng barang-barang ingkang taksih kathah malih ing langit. Kamangka, miturut para ahli, bumi menika barang/ planet ingkang alit kabandhing kaliyan planet-planet sanesipun ing jagad raya. Langit menika isi kathah sanget barang-barang ingkang langkung ageng lan langkung alit tinimbang bumi menika. Mangga ningali barang-barang langit menika (ketingal dados lintang-lintang) ing wanci dalu ingkang peteng, saestu saiba kathah lan ngungunaken. Sedayanipun lan sedaya isining bumi menika katitahaken, karegem, karengkuh lan karimat dening satunggal pribadi, inggih menika Gusti Allah kita. Sedayanipun katitahaken lan dipun wontenaken saking kawontenan ingkang suwung, boten wonten menapa-menapa. Ingkang nalika katitahaken, bumi menika worsuh boten kantenan lan suwung, dipun obahaken lan katata dening Gusti Allah srana Rohipun nganglang ing sanginggilipun. Saestu kaagengen pangwasanipun Gusti Allah kita menika saged kita angen-angen klayan nalar kita ingkang alit menika.
Pangwasanipun Gusti Allah ingkang tanpa winates menika ingkang arsa katedahaken dening Kitab Suci (waosan Purwaning Dumadi menika). Kitab Suci boten arsa nedahaken proses detail (njlimeting lelampahan) kados pundi anggenipun Gusti Allah nitahaken jagad raya kalayan saisen-isenipun menika. Ing Purw. Dumadi 3:3 kaserat ‘Gusti nuli ngandika “Anaa padhang”. Banjur ana padhang’. Menika mratelakaken saiba agung lan elok pangwasa dhawuh pangandikanipun Allah menika. Namung srana ngandika kemawon, tumunten padhang lan titah-titah sanesipun menika dados, lan dados kanthi sae sanget. Saestu kathah sanget, dhatan winilang, barang-barang alam ingkang dipun titahaken dening Gusti, lan sedaya barang menika benten-benten nadyan tunggal jinis. Saestu endah sanget lan dhahat nengsemaken. Sedaya menika dipun titahaken namung kanthi ngandika kemawon.
Ing waosan Injil Mateus 2:1-12 kacariyosaken bilih barang alam, inggih menika lintang, dipun agem dening Allah kangge nedahaken margi kagem para tiyang Majus tumuju dhateng papan dunungipun Gusti Yesus kalairaken. Para Majus menika manggihaken Gusti Yesus lan Maryam, ibunipun, ing satunggaling griya. Menawi nitik cariyos ing Injil Lukas, griya menika ateges griyanipun kewan utawi kandhang, ingkang tamtu prasaja sanget lan awon. Menika ateges bilih barang alam ingkang namung prasaja sanget, nenggih kandhang kewan, ugi dipun agem dening Gusti Allah mujudaken sih pakaryanipun ingkang agung.
Sareng sami sowan ngarsanipun Sang Mesih, para Majus menika nyaosaken pisungsung konjuk Panjenenganipun ingkang arupi barang-barang mirunggan (istimewa) saking alam, inggih menika emas, menyan lan blendok. Barang-barang pisungsung menika ngemu pralambang isining manahipun para Majus menika. Emas dados pralambang pangakenipun para Majus menika dhumateng Gusti Yesus minangka Ratu (Raja). Menyan mralambangaken panembah lan pamuji konjuk ngarsanipun Gusti. Blendok dados lambang panyengkuyung dhumateng Gusti Yesus ing tembe anggenipun lila seda murih karahayon lan katentremaning jagad.
Ing sisih sanes, Rasul Paulus nggambaraken kalenggahanipun (posisinya) kaliyan Apolos kados sesambetanipun kaliyan alam. Paulus ingkang nanem, dene Apolos ingkang ngocori/ nyirami (1 Kor. 3:6-8). Kekalihipun sami-sami mawartosaken Injil, pawartos bab pakaryan karahayonipun Allah tumrap jagad menika. Paulus mbandhingaken pawartosing Injil sami kaliyan wigatosing nanem lan ngocori taneman alam.
Panutup
Saben dinten kita ningali lan kepanggih kaliyan werni-werni barang alam, wiwit ingkang alit sanget lan prasaja ngantos ingkang ageng lan endah. Sejatosipun, sedaya mratelakaken dhirinipun Gusti Allah kalayan pangwaos, pakaryan, katresnan lan karsanipun dhateng sedaya titah, lan tamtu ugi dhateng kita manungsa. Namung pitakenanipun: menapa kita mbudidaya nyipati Gusti Allah, manggihaken wujuding pangwaos, pakaryan, katresnan lan karsanipun Allah lumantar barang-barang alam menika. Blakanipun, kita awis-awis tumindak mekaten. Sayektosipun, menawi kita nindakaken menika lan saged nyipati Gusti Allah lan manggihaken pangwaos, pakaryan, katresnan lan karsanipun Allah ing barang-barang alam menika, mesthi:
- Kita badhe rumaos ngungun utawi remen sanget dhumateng Allah.
- Kita badhe kapimpin tumindak sae dhateng alam titahipun Allah.
- Kita kapenggak saking tumindak sawenang-wenang dhateng alam.
- Kita boten gampil ngedumel karana alam (benter, asrep, jawah, lsp).
- Kita pikantuk kawicaksanan saking Gusti nglampahi pigesangan.
- Kita badhe kapenuhan raos ayem lan tentrem.
- Kita gesang kebak panuwun sokur atas alam menika.
Ingkang menika, sumangga kita berefleksi (ngraos-raosaken kanthi lebet) kaliyan barang-barang alam, saben dinten utawi -sabotenipun- seminggu sepisan kaliyan barang alam ingkang benten-benten. Refleksi kaliyan barang alam menika saged kita tidakaken klayan ningali barang ing alam, utawi sarana maos seratan bab alam, utawi srana mirsani TV bab alam, lsp.
(Katedahna satunggal barang alam ingkang saged dipun pirsani dening sedaya ingkang ngabekti, kados ta: taneman, siti, sela, toya utawi sanesipun) Kula aturi mirsani barang menika! Sumangga nyipati Gusti Allah klayan pangwaos, pakaryan, katresnan lan karsanipun ing barang alam menika ing waktu sidhem. [st]
Pamuji: KPK 23:2,3; 9:1,2 / KK 145.