Merasakan dan Mengalami Kehadiran Tuhan dalam Hidup Khotbah Minggu 7 April 2024

25 March 2024

Minggu Paskah 2
Stola Putih

Bacaan 1: Kisah Para Rasul 4 : 32 – 35
Mazmur: Mazmur 133 : 1 – 3
Bacaan 2: 1 Yohanes 1 : 1 – 2 : 2
Bacaan 3: Yohanes 20 : 19 – 31

Tema Liturgis: GKJW Bangkit Bersama Kristus Mewujudkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Merasakan dan Mengalami Kehadiran Tuhan dalam Hidup

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 4 : 32 – 35
Kehidupan jemaat mula-mula ditandai dengan kesediaan diri para rasul untuk memberitakan Injil Kristus. Pemberitaan Injil menjadi wujud kesaksian para rasul tentang karya kasih Kristus kepada semua umat manusia di bumi. Mereka senantiasa bertekun dalam doa dan menjadikan doa sebagai bagian yang dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan mereka bersama. Melalui doa, para rasul dan jemaat mula-mula bersehati sepikir, berserah diri, dan berpengharapan kepada Allah. Mereka meyakini karya Kristus  terus berlanjut. Mereka percaya Roh Kudus menuntun dan menolong mereka dalam tugas pelayanan dan pemberitaan Injil yang mereka lakukan. Di samping pemberitaan Injil dan ketekunan dalam doa, para rasul dan jemaat mula-mula juga hidup dalam persekutuan yang erat dan indah, baik persekutuan dengan Tuhan maupun persekutuan di antara mereka sendiri. Melalui persekutuan inilah, kesatuan dan kesehatian di antara para rasul dan jemaat mula-mula tampak nyata. Mereka menghayati bahwa mereka telah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Karakter atau sifat Kristus senantiasa mereka nyatakan dalam kehidupan mereka bersama di tengah-tengah persekutuan jemaat, yaitu hidup saling mengasihi, melayani, dan memberi.

Sikap hidup saling mengasihi, melayani, dan memberi adalah wujud nyata kehadiran jemaat mula-mula di tengah dunia. Dimana mereka hidup dengan sungguh-sungguh, sehati, sepikir, sejiwa dalam mewujudkan kasih melalui kesediaan saling mengasihi, melayani, dan memberi. Kesungguhan itu tampak dari tindakan mereka bahwa apa yang menjadi kepunyaan mereka pribadi adalah milik bersama (Ay. 32). Mereka yang mempunyai tanah dan rumah menjual harta mereka dan menyerahkan hasil penjualan tanah dan rumah mereka kepada para rasul untuk dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai kebutuhan mereka (Ay. 34-35). Mereka melakukan ini didasari kesadaran bahwa kuasa kebangkitan Kristus adalah tanda kasih karunia Allah yang dilimpahkan kepada umat-Nya (Ay. 33). Sehingga mereka tidak sekedar berkata-kata saja dalam mengungkapkan kasihnya, tetapi mereka juga melakukan aksi nyata, dimana setiap anggota jemaat menyatakan kasihnya dengan membagikan harta mereka (Ay. 34). Mereka yang mendapatkan berkat lebih membagikan hartanya kepada saudara mereka yang kekurangan, sehingga semua jemaat tercukupi dan terberkati. Mereka melayani Tuhan dan memberi bukan dengan cara sembarangan atau semau mereka sendiri, tetapi ada yang menata dan yang mengaturnya. Mereka mempercayakan pengelolaan harta mereka kepada para rasul yang telah mereka pilih sebagai pemimpin jemaat saat itu. Para rasullah yang menata dan mengatur harta yang mereka serahkan, untuk mencukupi kebutuhan jemaat mula-mula (Ay. 35). Hal ini menunjukkan kedewasaan mereka dalam bersikap, serta kemurah-hatian mereka sebagai pengikut Kristus.

1 Yohanes 1 : 1 – 2 : 2
Dalam suratnya, Rasul Yohanes memberi kesaksian tentang pengalaman hidupnya bersama Tuhan Yesus Sang Firman Hidup. Dalam kesaksiannya tersebut, dia menyatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dalam diri Yesus, dan dialah saksi dari semuanya itu (Ay. 2). Ia tidak hanya memberikan kesaksian tetapi juga menjelaskan makna dan pentingnya pengenalan Yesus Sang Firman Hidup. Menurutnya Yesus telah ada bersama Bapa di dalam kekekalan. Tujuan kesaksian Yohanes ini agar para pembaca suratnya dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah sebagai umat-Nya (Ay. 3). Dengan demikian Yohanes merasakan sukacita yang besar (Ay. 4).

Selanjutnya Yohanes menjelaskan tentang Allah adalah Terang. Maksud dari kesaksian Yohanes ini adalah di dalam Allah tidak ada kegelapan (Ay. 5). Terang menggambarkan tentang kebenaran, sedangkan gelap menggambarkan tentang dosa. Maka setiap orang percaya hidup dalam terang Allah, artinya dia hidup dalam persekutuan dengan Allah dan melakukan kebenaran. Dia menaati setiap perintah Allah. Demikian pula dia menjaga dirinya tetap kudus dan berkenan kepada Allah. Orang yang berada dalam terang, dia telah bertobat dan menerima keselamatan Allah. Hidupnya tidak lagi menurut dosa (Ay. 6). Dia percaya dalam ketaatannya kepada Allah, membuahkan pengudusan oleh darah Kristus yang telah mati di salib demi pengampunan dosa manusia (Ay. 7). Lantas bagaimana jika orang yang benar jatuh dalam dosa? Maka ia harus mau mengakui dosanya di hadapan Allah (Ay. 9), tidak mengeraskan hati, menyesali kesalahannya, dan memohon pengampunan dosa kepada Allah.

Yohanes 20 : 19 – 31
Kisah dalam Yohanes 20:19-31 adalah bagian dari narasi penampakan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Digambarkan pada waktu itu, situasi yang sangat mencekam bagi para murid. Mereka  kehilangan guru mereka yang mati disalibkan. Dan kini mereka menerima kabar jika tubuh Tuhan Yesus telah diambil orang (bdk. Mat. 28:11-15). Hal inilah yang membuat para murid ketakutan, mereka takut jika sewaktu-waktu mereka akan ditangkap dan dianiaya oleh para imam Yahudi. Inilah yang membuat mereka bertemu di ruangan yang tertutup dan terkunci. Tiba-tiba Tuhan Yesus ada di tengah-tengah mereka dan mengucapkan salam, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Ay. 19). Tuhan Yesus memperlihatkan bekas luka di tangan dan lambung-Nya, dan segera para murid menyadari bahwa yang berdiri di depan mereka adalah Tuhan Yesus (Ay. 20). Akhirnya mereka percaya akan kuasa kebangkitan Tuhan Yesus sebagaimana telah diberitahukan kepada mereka. Ada perasaan sukacita, lega, dan damai sejahtera di antara mereka. Melalui perjumpaan itu, Tuhan Yesus memberikan tugas kepada mereka untuk mewartakan kabar sukacita tentang kebangkitan Tuhan Yesus ini kepada seluruh umat manusia. Tuhan Yesus lalu memberikan Roh Kudus yang akan memampukan mereka dalam melaksanakan setiap tugas pengutusan ini.

Pada bagian perikop berikutnya (Yoh. 20:24-29), Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kembali kepada para murid. Hadir di tengah-tengah mereka Tomas, salah seorang murid yang tidak percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, sebelum ia membuktikan sendiri dengan melihat dan mencucukkan jarinya ke tangan dan lambung Tuhan Yesus. Terhadap diri Tomas, Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya dan memenuhi harapan Tomas untuk mencucukkan jarinya ke tangan dan lambung-Nya. Akhirnya Tomas percaya dan menyembah Tuhan (Ay. 28). Setelah itu Tuhan Yesus memberikan pesan-Nya kepada para murid dan umat Tuhan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Ay. 29)

Benang Merah Tiga Bacaan
Ketiga bacaan kita pada minggu ini memiliki benang merah yang sama, yaitu merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup. Bacaan pertama, Jemaat mula-mula merasakan dan mengalami keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada mereka, sehingga dengan sukacita mereka saling menolong, menopang, memberi, dan berbagi dengan sesamanya yang kekurangan. Bacaan kedua, Yohanes melalui kesaksian suratnya, merasakan dan mengalami karya Tuhan Allah di dalam dirinya, pengenalannya sebagai murid Yesus, membuatnya mampu bersaksi bahwa Yesus Kristus adalah Sang Firman yang menjadi manusia, yang oleh Dia, manusia dosa beroleh pengampunan dosa dan pendamaian. Bacaan ketiga, para murid dan Tomas merasakan dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang bangkit. Perjumpaan ini mengubahkan sikap hidup mereka, mereka yang semula takut, bimbang, khawatir menjadi sukacita, semangat, dan berani bersaksi.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Pada diri manusia kita mengenal panca indra, yaitu indera penglihat (mata), indera pendengar (telinga), indera peraba (kulit), indera pencium (hidung), indera perasa/pengecap (lidah). Dengan mata kita dapat melihat orang di sekitar kita. Kita dapat melihat pemandangan di depan kita. Kita dapat melihat peristiwa yang terjadi di depan kita. Dengan telinga kita dapat mendengarkan suara-suara di sekitar kita baik suara manusia, binatang, alam. Dengan kulit kita dapat merasakan berbagai macam jenis benda yang kita sentuh, yaitu terasa halus, lembut, licin, kasar, tajam. Dengan hidung kita dapat mencium bau yang ada di sekitar kita, bau wangi, harum, ataupun bau amis dan busuk sekalipun. Sedangan dengan lidah kita dapat merasakan beraneka ragam rasa, manis, asem, asin, pahit dari makanan, minuman yang masuk ke dalam mulut kita.

Dengan panca indera yang dimiliki ini, manusia dapat merasakan dan mengalami hal-hal yang menyenangkan dan juga menyakitkan. Misalnya saat kita melihat anak kita menjadi lulusan wisudawan terbaik, kita merasa senang dan bahagia. Sebaliknya ketika kita melihat orang tua kita meninggal dunia, kita merasa sedih dan kehilangan. Artinya dengan panca indera yang kita miliki ada banyak hal dan peristiwa yang dapat kita rasakan dan alami. Dari berbagai pengalaman hidup yang kita tangkap dengan panca indera kita, itu memproses hidup kita untuk menjadi pribadi yang semakin dewasa dan bijaksana dalam menyikapi hidup.

Isi
Ketiga bacaan kita pada minggu ini memiliki benang merah yang sama, yaitu merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam hidup. Bacaan pertama, dikisahkan tentang jemaat mula-mula yang merasakan dan mengalami keselamatan yang telah Tuhan anugerahkan kepada mereka, sehingga dengan sukacita mereka saling menolong, menopang, memberi dan berbagi dengan sesamanya yang kekurangan. Para rasul dan jemaat mula-mula juga hidup dalam persekutuan yang erat dan indah, baik persekutuan dengan Tuhan maupun persekutuan di antara jemaat mula-mula. Melalui persekutuan itulah, kesatuan dan kesehatian di antara para rasul dan jemaat mula-mula semakin nyata. Mereka menghayati bahwa mereka telah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus, maka karakter atau sifat Kristuslah yang senantiasa dinyatakan dalam kehidupan mereka bersama, yaitu hidup saling mengasihi, melayani, dan memberi.

Setiap jemaat hidup dengan sungguh-sungguh, sehati, sepikir, sejiwa dalam mewujudkan kasih melalui kesediaan diri saling mengasihi, melayani, dan memberi. Kesungguhan itu tampak dari tindakan mereka bahwa apa yang menjadi kepunyaan pribadi adalah milik bersama (Ay. 32). Mereka yang mempunyai tanah dan rumah menjual harta mereka, dan menyerahkan hasil penjualan tanah dan rumah mereka kepada para rasul untuk dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai keperluan mereka (Ay. 34-35). Mereka melakukan ini didasari kesadaran bahwa kuasa kebangkitan Kristus adalah tanda kasih karunia Allah yang dilimpahkan kepada umat-Nya (Ay. 33). Sehingga mereka tidak sekedar berkata-kata saja dalam mengungkapkan kasihnya, tetapi juga melakukan aksi nyata, dimana setiap anggota jemaat menyatakan kasih mereka dengan memberi dan membagikan harta mereka (Ay. 34).

Pada bacaan kedua, rasul Yohanes melalui kesaksian suratnya, merasakan dan mengalami karya Allah di dalam diri Yesus Kristus, Sang Firman yang Hidup. Rasul Yohanes percaya oleh Tuhan Yesus Kristus, manusia dosa beroleh pengampunan dosa dan pendamaian. Dia menyatakan bahwa Firman itu telah menjadi manusia dalam diri Yesus, dan dialah saksi dari semuanya itu (Ay. 2). Ia tidak hanya memberikan kesaksian saja tetapi juga menjelaskan makna dan pentingnya pengenalan Yesus Kristus Sang Firman Hidup. Menurut Yohanes, Yesus telah ada bersama Bapa di dalam kekekalan. Karena itu, kesaksian Yohanes ini bertujuan agar para pembaca suratnya itu, dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah sebagai umat-Nya. (Ay. 3). Selanjutnya Yohanes juga menjelaskan tentang Allah adalah Terang. Maksud dari kesaksian Yohanes ini adalah di dalam Allah tidak ada kegelapan (Ay. 5). Terang menggambarkan tentang kebenaran, sedangkan gelap menggambarkan tentang dosa. Maka setiap orang percaya yang hidup dalam terang Allah, dia hidup dalam persekutuan dengan Allah dan melakukan kebenaran. Dia hidup menaati setiap perintah Allah. Demikian pula dia menjaga dirinya tetap kudus dan berkenan kepada Allah. Orang yang berada dalam terang, dia telah bertobat dan menerima keselamatan Allah. Hidupnya tidak lagi menurut dosa (Ay. 6). Dia percaya dalam ketaatannya kepada Allah membuahkan pengudusan oleh darah Kristus yang telah mati di salib demi pengampunan dosa manusia (Ay. 7). Lantas bagaimana jika orang yang benar jatuh dalam dosa? Ia harus mau mengakui dosanya di hadapan Allah (Ay. 9), tidak mengeraskan hati, menyesali kesalahannya, dan memohon pengampunan kepada Allah.

Bacaan ketiga berkisah para murid dan Tomas yang merasakan dan mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus yang bangkit. Perjumpaan ini mengubahkan sikap mereka. Mereka yang semula takut, bimbang, khawatir menjadi sukacita, semangat, dan berani bersaksi. Digambarkan pada waktu itu, para murid berada pada situasi yang mencekam. Mereka telah kehilangan guru mereka Yesus, yang mati disalibkan. Dan kini mereka menerima kabar jika tubuh Tuhan Yesus telah diambil orang (bdk. Mat. 28:11-15). Hal inilah yang membuat para murid ketakutan, mereka takut jika sewaktu-waktu mereka ditangkap dan dianiaya oleh para imam Yahudi, karena itu mereka bertemu di ruangan yang tertutup dan terkunci. Pada saat itu tiba-tiba Tuhan Yesus ada di tengah-tengah mereka dan mengucapkan salam, “Damai sejahtera bagi kamu!” (Ay. 19). Tuhan Yesus memperlihatkan bekas luka di tangan dan lambung-Nya, dan segera para murid menyadari yang berdiri di depan mereka adalah Tuhan Yesus. (Ay. 20) Akhirnya mereka percaya akan kuasa kebangkitan Tuhan Yesus sebagaimana telah diberitahukan kepada mereka. Ada perasaan sukacita, lega, dan damai sejahtera di antara mereka. Kemudian Tuhan Yesus memberikan tugas kepada mereka untuk mewartakan kabar sukacita tentang kebangkitan Tuhan Yesus ini kepada seluruh umat manusia. Tuhan Yesus memberikan Roh Kudus yang akan memampukan mereka dalam melaksanakan setiap tugas pengutusan ini.

Pada bagian perikop berikutnya (Yoh. 20:24-29), Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya kembali kepada para murid. Hadir di tengah-tengah mereka Tomas, salah seorang murid yang tidak percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus, sebelum ia membuktikan sendiri dengan melihat dan mencucukkan jarinya ke tangan dan lambung Tuhan Yesus. Terhadap diri Tomas, Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya, dan memenuhi harapan Tomas untuk mencucukkan jarinya ke tangan dan lambung Tuhan Yesus. Akhirnya Tomas percaya dan menyembah Tuhan (Ay. 28). Setelah itu Tuhan Yesus memberikan pesan-Nya kepada para murid dan umat Tuhan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Ay. 29)

Penutup
Merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup, dapat kita rasakan dari hal-hal yang sederhana yang kita alami sehari-hari. Dari kita bangun pagi, kita dapat menghirup udara segar di pagi hari, kita dapat menikmati berkat makanan dan minuman, kita dapat melakukan tugas pekerjaan dan karya kita sepanjang hari, kita dapat beribadah bersama dengan jemaat, semua adalah wujud penyertaan dan pemeliharaan Tuhan dalam hidup kita. Pengalaman merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan juga terjadi pada saat hidup kita mengalami berbagai persoalan dan pergumulan hidup. Di saat itulah kita menyadarkan bahwa kita manusia yang lemah dan terbatas. Dalam keterbatasan dan kelemahan itulah Tuhan hadir menyapa dan menolong kita. Tuhan memberikan kekuatan, kemampuan, dan kebijaksanaan, sehingga kita dapat melewati dan mengatasi setiap persoalan dan pergumulan hidup kita, Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri.

Tanda bahwa Tuhan menyertai dan berkarya dalam hidup kita adalah damai sejahtera. Ya, kita merasakan damai sejahtera dalam perjalanan hidup kita, sebagaimana yang dirasakan oleh para murid ketika Tuhan Yesus menampakkan diri-Nya dan menyapa mereka. Demikian pula kita akan dimampukan untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang berani mewartakan karya kasih Allah di dalam Kristus kepada dunia. Roh Kudus akan menuntun, menolong, dan memampukan kita untuk terus melanjutkan karya Allah. Karena itu, setiap orang yang percaya dan mempercayakan hidupnya dalam kuasa Allah, dia  mampu merasakan dan mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Dia tidak akan mudah bimbang, ragu dan takut, tetapi selalu yakin, berani, dan teguh dalam iman dan aksi, seperti rasul Yohanes yang yakin, berani dan teguh menjadi saksi Kristus.

Di Minggu Paskah 2 saat ini, mari kita memaknai peristiwa penampakan Tuhan Yesus kepada para murid, kesaksian Yohanes, dan cara hidup jemaat mula-mula sebagai wujud kesediaan kita ikut ambil bagian dalam melayani Tuhan. Setiap orang yang merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan dalam hidupnya akan menampakkan perubahan hidup pada dirinya. Ada sukacita di hatinya, ada terang di setiap langkah hidupnya, ada kejujuran dan kebenaran dalam setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Mari kita bersedia menjadi saksi-Nya, bersedia melakukan kehendak-Nya, dan bersedia untuk melayani dan berbagi dengan sesama. Sebab dalam setiap perjumpaan kita dengan saudara kita yang lemah, yang kekurangan, yang sakit, yang menderita di situlah kita dapat merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan di dalam kehidupan ini. Selamat melanjutkan karya Kristus. Selamat Paskah. Tuhan memberkati. Amin. [AR].

 

Pujian: KJ.  340 : 1, 2   Hai Bangkit Bagi Yesus

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Ing salebeting gesang kita minangka manungsa, kita tamtu mangertos bab panca indra, inggih punika indra paningal (mripat), indra pamireng (talingan), indra peraba (kulit), indra pencium (irung), lan indra pangrasa/pangecap (ilat). Srana mripat, kita saged ningali tiyang ing antawis kita. Kita saged ningali pemandangan ing ngajeng kita. Kita ugi saged ningali maneka warna prastawa ingkang kedadosan ing antawis kita. Srana talingan kita saged mirengaken suwanten-suwanten ing antawis kita, sae punika suwanten manungsa, kewan, ugi alam. Srana kulit kita saged ngraosaken maneka warni jenis barang ingkang kita cepeng, barang punika saged karaosaken alus, lembut, licin, kasar, landep. Srana irung, kita saged ngambu maneka warna ambu ing antawis kita, kados ambu wangi, arum, amis lan bosok. Mekaten ugi srana ilat kita saged ngraosaken maneka warna rasa, kados legi, asem, asin, pait saking tetedhan lan unjukan ingkang mlebet tutuk kita.

Srana panca indra punika, manungsa saged ngraosaken lan ngalami maneka werna prekawis sae prekawis ingkang bingahaken ugi prekawis ingkang nyedihaken. Contonipun, nalika kita ningali anak kita punika dados lulusan wisudawan ingkang unggul, tamtu kita rumaos seneng lan bingah. Kosokwangsulipun, nalika kita ningali tiyang sepuh kita katimbalan, tamtu kita rumaos sisah lan kecalan. Artosipun srana panca indra kita saged mangertosi maneka warna prekawis lan kedadosan ingkang kita raosaken lan alami piyambak. Mekaten ugi saking maneka warna pengalaman gesang ingkang katangkep mawi panca indra kita, pengalaman punika ingkang proses gesang kita dados pribadi ingkang sansaya tuwuh diwasa lan wicaksana salebeting nyikepi gesang.

Isi
Tiga waosan kita ing dinten minggu punika kagungan inti ingkang sami, inggih punika bab ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti Allah ing salebeting gesang. Waosan sepisan, nyariosaken pasamuwan ing wiwitan ingkang ngraosaken lan ngalami kawilujengan saking Gusti, minangka kanugrahan kangge pasamuwan punika, saengga kanthi sukabingah, warga pasamuwan wiwitan tansah tumindak tulung tinulung, sami mbantu, sami atur peparing lan mbagi barang darbenipun kangge sesaminipun ingkang nandhang kakirangan. Gesangipun para rasul lan pasamuwan wiwitan punika, gesang ing patunggilan ingkang raket lan endah, sae patunggilan kaliyan Gusti Allah ugi kaliyan sesaminipun. Lumantar patunggilan punika, para rasul lan pasamuwan wiwitan tansah tunggil rasa lan tunggil manah. Para rasul lan pasamuwan wiwitan punika mangertos bilih piyambakipun sampun katebus lan kawilujengaken dening Gusti Yesus. Mila salebeting gesangipun para rasul lan pasamuwan wiwitan nedhahaken sifat-sifatipun Sang Kristus, inggih punika gesang kanthi nresnani sesami, purun ngladosi lan ugi purun atur barang darbenipun.

Kacariosaken pasamuwan wiwitan gesang kanthi teman-teman, tunggil manah, tunggil pikir, tunggil jiwa kangge mujudaken katresnan lumantar kasedyan tresna tinresnan, lelados, lan atur barang darbenipun. Sikep temen-temenipun pasamuwan wiwitan punika katingal saking tumindakipun, punapa ingkang dados barang darbenipun dados barang kagunganipun pasamuwan (Ay. 32). Para warga pasamuwan wiwitan ingkang kagungan tanah lan griya, tanah lan griyanipun punika dipun sade lan asil saking tanah lan griya punika dipun pasrahaken dhateng para rasul supados dipun edum dhateng saben tiyang miturut kabetahanipun (Ay. 34-35). Para warga pasamuwan wiwitan nindakaken prekawis punika kalandesan kuwaos wungunipun Sang Kristus, minangka tandha sih rahmatipun Gusti Allah dhateng para umat-Ipun (Ay. 33). Para warga pasamuwan wiwitan nindakaken sih katresnanipun punika boten namung ing tembung kemawon, ananging ing tumindak nyata, ing pundi saben warga pasamuwan nyatakaken katresnanipun srana maringi lan mbagi barang darbenipun. (Ay. 34).

Ing waosan kaping kalih, rasul Yokanan lumantar seratipun paring paseksi, bilih piyambakipun ngraosaken lan ngalami pakaryanipun Gusti Allah ing dhirinipun Gusti Yesus Kristus, Sang Sabda ingkang gesang. Rasul Yokanan pitados karana Gusti Yesus, para manungsa ingkang kebak dosa kaparingan pangapuntening dosa lan katentreman. Piyambakipun ngakeni bilih Sabdanipun Allah punika sampun dados manungsa ing dhirinipun Gusti Yesus, lan piyambakipun punika ingkang dados saksi saking sedaya prekawis punika. (Ay. 2). Rasul Yokanan mboten namung atur paseksi kemawon, nanging piyambakipun ugi jelasaken tegesipun lan pentingipun tepang kaliyan Gusti Yesus Sang Sabda Gesang. Miturut Yokanan, Gusti Yesus punika sampun wonten sinarengan Gusti Allah Sang Rama ing salebeting kalanggengan. Karana punika, paseksinipun Yokanan nggadhahi tujuan supados para pamaos seratipun saged gesang ing patunggilanipun Gusti Allah minangka umat-Ipun (Ay. 3). Yokanan ugi jelasaken bilih Gusti Allah punika Sang Pepadhanging Gesang. Tegesipun boten wonten pepeteng ing Gusti Allah (Ay. 5). Padhang punika gambaraken kayekten, peteng punika gambaraken dosa. Mila saben tiyang pitados dipun timbali gesang ing pepadhangipun Gusti Allah, piyambakipun gesang nunggil Gusti lan nindakaken kayekten. Piyambakipun gesang kanthi manut dhateng sedaya titahipun Gusti Allah. Srana mekaten, piyambakipun saged njagi dhirinipun tetap suci lan layak wonten ngarsanipun Gusti Allah. Tiyang ingkang gesang ing pepadhang, piyambakipun sampun mratobat lan nampi kawilujengan saking Gusti Allah. Gesangipun boten manut dosa malih (Ay. 6). Awit piyambakipun pitados: ing kasetyan dhumateng Gusti Allah badhe nuwuhaken kasucen srana Rahipun Sang Kristus ingkang sinalib seda kagem nebus dosaning manungsa (Ay. 7). Lajeng kados pundi bilih wonten tiyang ingkang dumawah ing dosa? Piyambakipun kedah purun ngakeni dosanipun ing ngarsanipun Gusti Allah (Ay. 9), boten wangkot, nelangsani kalepatanipun, sarta nyenyuwun sih pangapunten dhumateng Gusti Allah.

Waosan kaping tiga nyariosaken para sakabatipun Gusti Yesus lan Tomas ingkang ngraosaken lan ngalami pepanggihan kaliyan Gusti Yesus ingkang sampun wungu. Pepanggihan punika ngowahi sikepipun para sakabat, para sakabat ingkang waunipun sami ajrih, mangu-mangu, kuwatos dados sukabingah, semangat, lan wantun atur paseksi. Kagambaraken nalika semanten, para sakabat wonten ing kahanan  ajrih. Para sakabat kecalan Gusti Yesus ingkang seda sinalib lan nampi pawartos bilih layonipun Gusti Yesus ical dipun pendet tiyang (Mat.28:11-15). Bab punika ingkang dadosaken para sakabat sami ajrih, para sakabat ajrih bilih sawanci-wanci para sakabat punika dipun tangkep lan dipun aniaya dening para imam Yahudi. Pramila para sakabat sami pepanggihan ing papan ingkang katutup lan kakunci. Lajeng boten kanyana-nyana Gusti Yesus wonten ing satengah-tengahipun para sakabat sarta ngendika, ”Tentrem-rahayu anaa ing kowe kabeh!” (Ay. 19). Gusti Yesus ngetingalaken bekas tatunipun ingkang wonten asta lan lambung-Ipun. Para sakabat sadar bilih ingkang jumeneng ing ngajengipun punika Gusti Yesus (Ay. 20). Pungkasanipun para sakabat pitados tumrap kuwaos wungunipun Gusti Yesus kadosdene ingkang sampun kawartosaken dhateng para sakabat. Para sakabat rumaos sukabingah, lega, lan tentrem rahayu. Saking pepanggihan punika, Gusti Yesus maringi tugas dhateng para sakabatipun kangge martosaken kabar kabingahan bab wungunipun Gusti Yesus dhateng sedaya umat manungsa. Gusti Yesus maringi Roh Suci ingkang badhe paring kakiyatan lan kasagedan dhateng para sakabat kangge nindakaken tugas pangutusan punika.

Ing perikop selajengipun (Yok. 20:24-29), Gusti Yesus ngetingalaken Sariranipun malih dhateng para sakabat ing pundi Tomas wonten ing satengah-tengahipun para sakabat. Tomas punika salah satunggaling sakabatipun Gusti Yesus ingkang mboten pitados bab wungunipun Gusti Yesus sadereng piyambakipun mbuktekaken srana ningali lan nyucukaken drijinipun ing asta lan lambung-Ipun Gusti Yesus. Dhateng Tomas ingkang boten pitados punika, Gusti Yesus ngatingalaken Sariranipun lan genepi punapa ingkang dados pangajeng-ajengipun Tomas kangge nyucukaken drijinipun ing asta lan lambung-Ipun Gusti Yesus. Pungkasanipun Tomas pitados lan manembah dhumateng Gusti Yesus (Ay. 28). Salajengipun Gusti Yesus ngendika dhateng para sakabat lan para umatipun, “Rahayu wong kang padha ora ndeleng, nanging kumandel.” (Ay. 29)

Panutup
Ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti ing salebeting gesang kita punika, saged kita rasoaken saking prekawis-prekawis ingkang prasaja, ingkang kita alami sadinten-dinten. Wiwit kita tangi ing wanci enjing, kita saged ambekan, kita saged nedha lan ngombe, kita saged nindakaken tugas pandamelan lan pakaryan kita sauruting dinten, kita saged ngabekti sesarengan kaliyan warga pasamuwan, sedaya punika wujud panganthi lan pangrimatanipun Gusti ing gesang kita. Pengalaman ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti ugi kalampahan nalika kita ngadepi maneka werni masalah lan pakeweting gesang. Ing ngriku, kita sami sadar bilih kita punika manungsa ingkang ringkih lan winates. Ing karingkihan lan winates kita punika, Gusti Allah rawuh, Panjenenganipun nyapa lan nulungi kita. Panjenenganipun kersa paring kakiyatan, kasagedan, lan kawicaksanan dhateng kita, saengga kita saged nglangkungi lan luwar saking masalah lan pakeweting gesang kita. Kita pitados bilih Gusti mboten nilar kita piyambakan.

Tandha bilih Gusti Allah nganthi lan makarya salebeting gesang kita, inggih punika kita ngraosaken tentrem rahayu. Inggih, kita ngraosaken tentrem rahayu ing sauruting lampah gesang kita, kadosdene ingkang dipun raosaken dening para sakabat nalika Gusti Yesus ngetingalaken Sariranipun lan nyapa para sakabat. Mekaten ugi kita badhe dipun kiyataken dados saksi-saksi-Nipun ingkang wantun martosaken pakaryan tresnanipun Gusti Allah ing Sang Kristus dhateng donya. Sang Roh Suci badhe nuntun, nulungi, lan nyagedaken kita kangge nglajengaken pakaryanipun Gusti Allah. Awit saking punika, saben tiyang ingkang pitados lan mitadosaken gesangipun ing panguwaosipun Gusti Allah, piyambakipun saged ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti Allah ing gesangipun. Piyambakipun mboten badhe mangu-mangu, kuwatos, lan ajrih, nanging tansah yakin, wantun, lan teguh ing iman lan tumindak, kados rasul Yokanan ingkang yakin, wantun, lan teguh dados seksinipun Sang Kristus.

Ing Minggu Paskah 2 punika, mangga kita sami nyumerepi artosipun prastawa ngatingalipun Gusti Yesus dhateng para sakabat, paseksinipun Yokanan, lan cara gesangipun pasamuwan wiwitan minangka wujud kasedyan kita sumadya ngladosi Gusti. Saben kita ingkang ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti salebeting gesang kita tamtu nuwuhaken ewah-ewahan gesang. Wonten sukabingah ing manah kita, wonten padhang ing lampah gesang kita, wonten kajujuran lan kayekten ing pangucap kita. Pramila sumangga kita dados seksi-Nipun ingkang tansah sumadya nindakaken karsa-Nipun, lan sumadya ngladosi sarta andum berkah dhateng sesami. Awit ing pepanggihan kita kaliyan sanak sedherek kita ingkang ringkih, kakirangan, sakit, kasisahan, ing ngriku kita saged ngraosaken lan ngalami rawuhipun Gusti ing salebeting gesang kita. Sugeng nglajengaken pakaryanipun Sang Kristus. Sugeng Paskah. Gusti mberkahi kita. Amin. [AR].

 

Pamuji: KPJ.  267 : 1, 2  Pamarta Kula Agesang

Renungan Harian

Renungan Harian Anak