Minggu Pra Paskah 5
Stola Ungu
Bacaan 1: Yesaya 43 : 16 – 21
Mazmur: Mazmur 126
Bacaan 2: Filipi 3 : 4b – 14
Bacaan 3: Yohanes 12 : 1 – 8
Tema Liturgis: Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema Khotbah: Meninggalkan Masa Lalu, Mengejar Panggilan Mulia
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 43 : 16 – 21
Nats hari ini menegaskan bahwa janji Allah pasti akan tergenapi, yaitu Ia akan membawa Israel keluar dari Babel. ”Penebusmu, Yang Mahakudus, Allah Israel” akan menyuruh orang ke Babel untuk membuka semua palang pintu penjara (Ay. 14). Penebusan tersebut dilakukan dengan menjatuhkan Babel. Kejatuhan Babel tersebut digambarkan seperti peristiwa keluaran dari Mesir (Ay. 16-17). Penebusan ini disebut sebagai ”Keluaran baru.”. Keduanya tidak persis sama. Umat diingatkan untuk ”janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu,” karena Ia akan ”membuat sesuatu yang baru” (Ay. 19). Yang lama, bersifat lebih nasional, yang baru meluas juga untuk bangsa lain. Yang lama karena kesetiaan-Nya pada perjanjian-Nya dengan Abraham. Yang baru karena kesetiaan-Nya, walaupun umat-Nya tidak setia. Umat dipanggil sebagai saksi-saksi karya penebusan Allah atas mereka (Ay. 10, 12).
Alasan tindakan Allah tersebut adalah karena Israel adalah ”umat pilihan-Ku; umat yang telah Ku-bentuk bagi-Ku untuk memberitakan kemasyhuran-Ku” (Ay. 20-21). Perhatikan kata ”Ku” yang berkali-kali muncul, menunjukkan bahwa Allah melakukan penebusan tersebut karena Ia adalah Allah yang mengingat perjanjian-Nya.
Filipi 3 : 4b – 14
Menjadi pengikut Kristus merupakan sebuah keputusan yang harus sungguh-sungguh dijalani. Demikian juga bagi rasul Paulus. Kejayaan dan kemuliaan di masa lalu tidak lagi bernilai karena pengenalan akan Kristus. Apa yang dahulu dianggap bernilai, sekarang ini menjadi sama seperti sampah (Ay. 7-8). Mengapa Paulus mengungkapkan hal ini? Dia sedang memperingatkan jemaat Filipi untuk berhati-hati terhadap ”anjing-anjing, pekerja-pekerja yang jahat dan penyunat-penyunat yang palsu” (Ay. 2). Orang-orang itu menekankan hidup keagamaannya secara lahiriah semata (Ay. 4). Orang-orang yang demikian melakukan ibadahnya secara ritualistik dan legalistik. Mereka perlu diwaspadai karena ada di dalam jemaat dan berpotensi menyesatkan kerohanian jemaat. Dengan memakai kesaksian hidupnya, rasul Paulus menasihati jemaat Filipi. Dulu segala kemegahan lahiriah seperti itu dianggapnya keuntungan, tetapi sekarang tidak. Pengenalan akan Kristus itulah yang diingininya.
Nasihat ini ditulisnya dari penjara. Sekiranya Paulus tetap mengingini kejayaan dan kemuliaannya dulu, dia tidak akan ada dalam penjara. Paulus dengan tegas menyatakan imannya dan terus mengarahkan pandangannya ke depan bahkan ”berlari untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Ay. 14).
Yohanes 12 : 1 – 8
Pembacaan ini menampilkan figur yang tulus dan figur yang munafik. Ketulusan itu dicerminkan oleh tindakan Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak Narwastu yang mahal, seharga 300 dinar. Nilai yang sangat besar pada waktu itu, dan juga saat ini jika nilainya dikonversi. Pada saat yang sama, muncullah Yudas yang terheran-heran dan mempermasalahkan apa yang dilakukan oleh Maria. Secara spontan ia merespons bau semerbak Narwastu itu dengan bersikap seolah-olah peduli terhadap orang miskin. Yudas sangat menyayangkan hal itu. Namun, penulis Injil Yohanes mencatat siapa sesungguhnya Yudas, ia seorang pencuri uang kas. Ia menggunakan orang miskin hanya untuk maksud tersembunyi sesuai dengan karakter dan kebiasaannya. Hal itu terbukti nyata pada akhir hidupnya ketika ia menjual Yesus seharga 30 keping uang perak, jauh lebih rendah dari apa yang dipersembahkan oleh Maria.
Ketulusan akan bermuara pada tindakan pengorbanan, sementara kemunafikan hanya menghasilkan tindakan yang mencari keuntungan dan kenyamanan diri sendiri. Ketulusan Maria, mengajar kita – sebagai murid Kristus – untuk berkurban dan merelakan milik kita kepada Kristus untuk memuliakan-Nya. Mari kita perhatikan dengan saksama pikiran, tutur kata, motivasi, dan tindakan keseharian kita. Apakah semuanya telah dibangun di atas dasar ketulusan atau kemunafikan?
(https://alkitab.sabda.org/commentary.php)
Benang Merah Tiga Bacaan:
Masa lalu memiliki tempatnya sendiri dan ada banyak kebaikan maupun pelajaran didalamnya. Namun kita harus bergerak maju menuju pembaharuan. Yesaya mempersaksikan karya Allah yang terus bekerja dalam hidup kita hingga saat ini, mengingatkan kita untuk tidak hanya terpaku pada apa yang telah terjadi di masa lalu. Rasul Paulus pun memberikan keteladaan tentang melupakan hal-hal yang mengikat kita pada masa lalu yang mungkin menghalangi kita untuk maju, dan sebaliknya, mengejar panggilan Allah yang mulia dalam hidup kita. Sementara Maria menunjukkan kepada kita betapa berartinya Yesus baginya, dan kasih itu terwujud konkret dalam aksinya memberikan yang terbaik.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Bayangkan seorang pelari maraton. Dia telah berlatih keras selama berbulan-bulan untuk mencapai garis finis dalam perlombaan yang panjang ini. Di awal perlombaan, dia penuh semangat dan energi, tetapi seiring berjalannya waktu, rasa lelah mulai merasuki tubuhnya. Setiap langkah terasa lebih berat, terutama ketika dia teringat betapa sulitnya perjalanan sejauh ini. Tentang betapa sulitnya tanjakan-tanjakan yang telah berhasil dilewati atau betapa lambatnya dia di beberapa bagian.
Jika dia terus menoleh ke belakang, memikirkan langkah-langkah yang sudah diambil, maka langkah berikutnya akan terganggu, bahkan mungkin dia akan tersandung dan jatuh. Menyadari itu, dia memutuskan untuk memusatkan perhatiannya ke depan. Dia mengarahkan pandangannya ke garis finis dan membayangkan perasaan sukacita dan pencapaian yang akan dia rasakan ketika tiba di sana. Dengan tekad yang kuat, dia meninggalkan pikiran tentang masa lalu dan memfokuskan seluruh energinya untuk mencapai tujuan yang ada di depan.
Ilustrasi ini menggambarkan perjalanan hidup kita sebagai orang Kristen. Kadang-kadang kita merasa tergoda untuk terus memikirkan masa lalu, bisa jadi karena kesalahan, kegagalan, atau bahkan pencapaian dan kebanggaan yang sudah lewat. Tetapi, seperti pelari yang bijaksana tadi, kita dipanggil untuk tidak membiarkan masa lalu membebani dan menghalangi kita. Sebaliknya, kita harus mengarahkan fokus kita pada tujuan yang telah Tuhan tetapkan bagi kita, yaitu pembaruan dalam Kristus dan panggilan surgawi.
Isi
Dalam bacaan Yesaya, kita melihat bagaimana Tuhan mengingatkan umat-Nya akan kuasa-Nya yang besar dalam membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Namun, yang menarik Tuhan tidak meminta umat-Nya untuk terus hidup dalam kenangan masa lalu, tetapi justru memerintahkan mereka untuk “tidak mengingat-ingat yang dahulu dan tidak memperhatikan yang dari zaman purbakala.” Tuhan berjanji untuk melakukan sesuatu yang baru, membuat jalan di padang gurun dan sungai di padang belantara.
Di sini, kita diajak untuk menyadari bahwa meskipun masa lalu memiliki tempatnya, kita tidak boleh terperangkap di dalamnya. Tuhan kita adalah Tuhan yang terus bekerja, yang menciptakan hal-hal baru dalam hidup kita. Dia memberikan kita kesempatan untuk bangkit dan memulai kembali, bahkan ketika kita merasa bahwa kita telah gagal atau tidak memiliki harapan.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus mengungkapkan bagaimana ia telah meninggalkan semua hal yang dianggapnya sebagai keuntungan demi mengenal Kristus. Paulus, yang dulunya sangat bangga akan statusnya sebagai orang Farisi dan ketaatannya pada hukum Taurat, menyadari bahwa semua itu tidak ada artinya dibandingkan dengan pengenalan akan Kristus. Dia berkata, “Yang kuingini ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya.”
Paulus memberikan kita contoh yang luar biasa tentang bagaimana kita seharusnya memandang kehidupan kita. Dia tidak terikat pada keberhasilannya di masa lalu atau statusnya yang tinggi, tetapi ia fokus pada tujuan akhir: mengejar panggilan surgawi dalam Kristus Yesus. Dia melupakan apa yang ada di belakang dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di depan. Dalam masa Pra Paskah ini, kita diingatkan untuk menilai kembali prioritas kita. Apakah kita masih terikat pada hal-hal duniawi yang memberikan kita rasa aman semu? Atau, seperti Paulus, apakah kita siap untuk melepaskan semuanya demi mengenal Kristus lebih dalam lagi?
Bacaan dari Injil Yohanes memberikan kita gambaran kontras antara dua sikap yang berbeda terhadap Kristus. Maria, saudara perempuan Lazarus, menunjukkan ketulusan, pengabdian, dan kasihnya kepada Yesus dengan mengurapi kaki-Nya dengan minyak Narwastu yang mahal. Ini adalah tindakan pengorbanan yang besar dan menunjukkan betapa pentingnya Yesus baginya. Di sisi lain, kita melihat Yudas Iskariot, yang mempertanyakan tindakan Maria dan berpura-pura peduli kepada orang miskin, padahal ia sebenarnya bermaksud mencuri uang. Sikap Yudas menunjukkan hati yang terikat pada uang dan kepentingan diri sendiri, bahkan sampai mengkhianati Yesus.
Maria memberi kita contoh tentang bagaimana seharusnya kita memberikan yang terbaik dari hidup kita untuk Yesus, sementara Yudas mengingatkan kita tentang bahaya cinta akan uang dan ketidakjujuran yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Ketulusan akan bermuara pada tindakan pengorbanan, sementara kemunafikan hanya menghasilkan tindakan yang mencari keuntungan dan kenyamanan diri sendiri. Ketulusan Maria mengajar kita sebagai murid Kristus untuk berkorban dan merelakan milik kita kepada Kristus untuk memuliakan-Nya. Mari kita perhatikan dengan seksama pikiran, tutur kata, motivasi, dan tindakan keseharian kita. Apakah semuanya dibangun di atas dasar ketulusan ataukah justru kemunafikan?
Penutup
Mari kita merenungkan hidup kita selama masa pra paskah ini. Apakah kita siap untuk menerima hidup baru dalam Kristus? Apakah kita siap untuk meninggalkan masa lalu kita dan berjalan dalam kasih dan tujuan yang baru bersama Kristus? Apakah kita mau mengikut Kristus dengan sepenuh hati, meninggalkan segala hal yang menghalangi kita untuk mengenal-Nya lebih dalam, dan mengarahkan hidup kita sepenuhnya kepada-Nya?
Waktu ini adalah waktu yang tepat untuk memperbarui komitmen kita kepada Kristus. Dalam perenungan hari ini, kita diajak untuk melihat ke depan dengan iman yang kuat, fokus pada tujuan surgawi, dan mengasihi dengan tulus. Marilah kita terus membuka diri terhadap karya baru yang sedang Tuhan lakukan dalam hidup kita, meninggalkan masa lalu yang menghalangi kita, dan melayani Tuhan serta sesama dengan kasih yang nyata. Dengan demikian, kita dapat merayakan kebangkitan Kristus dengan hati yang diperbarui dan sukacita penuh. Amin. [Sv].
Pujian: KJ. 370 : 1 – 3 Ku Mau Berjalan dengan Juruselamatku
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Kadosa pelari maraton. Piyambakipun sampun latihan kanthi temen ing sawetawis sasi kanggé nggayuh garis finis ing salebeting lomba ingkang panjang punika. Wonten wiwitaning lomba, piyambakipun kebak semangat lan tenaga, nanging sareng sawetawis wekdal, raos sayah wiwit ngrasuki badanipun. Saben lampahan kraos langkung awrat, utaminipun nalika piyambakipun enget kados pundi sisahipun lelampahan punika. Bab ewetipun tanjakan-tanjakan ingkang sampun kasil dipun langkungi utawi kados pundi piyambakipun langkung pelan tininbang pelari sanesipun wonten ing saperangan bagean.
Bilih piyambakipun terus noleh dhateng wingking, nggalih langkah-langkah ingkang sampun dipun tempuh, lelampahan salajengipun saged badhe kaganggu, malah mbok menawi piyambakipun saged kesandung lan dhawah. Ngrumaosi bab punika, piyambakipun lajeng njurung kawigatosanipun dhateng ngajeng. Piyambakipun mandheng dhateng garis finis lan mbayangaken raos bingah ingkang badhe dipun raosaken kala dugi wonten garis finish ngrika. Kalawan tekad ingkang kiyat, piyambakipun nilaraken penggalih bab mangsa kepengker lan fokus nggayuh tujuan ingkang wonten ing ngajeng.
Ilustrasi punika nggambaraken lelampahaning gesang kita minangka tiyang Kristen. Kadangkala kita kagoda kangge terus mikiraken mangsa kapengker, kados kalepatan, kagagalan, utawi malah pencapaian lan kabanggaan ingkang sampun langkung. Nanging, kadosa pelari maraton ingkang wicaksana punika, kita dipun emutaken supados mboten ndadosaken wekdal rumiyin punika dados beban lan pambengan wonten lampah gesang kita samangke. Kita kedah ngarahaken fokus kita dhateng tujuan ingkang sampun katetepaken dening Gusti kangge kita, inggih punika gesang enggal wonten ing Kristus lan timbalan swargi.
Isi
Saking waosan Yesaya, kita sumerep kados pundi Gusti Allah ngemutaken umat-Ipun bab kuwaos-Ipun ingkang ageng, ingkang nyata nalika Gusti Allah ngentasaken bangsa Israel saking tanah Mesir. Nanging Gusti Allah mboten ngersakaken umat-Ipun gesang ing kenangan wekdal rumiyin kemawon, nanging malah paring pangandika, “Aja padha ngeling-eling bab-bab kang wus kepungkur, lan aja mikir marang bab-bab kang wus kelakon dhek jaman kuna!” Gusti paring prajanji badhe nindakaken prekawis-prekawis ingkang enggal – badhe karya margi wonten ing ara-ara samun lan lepen-lepen wonten ing pasamunan.
Kita dipun ajak kangge ngrumaosi bilih wekdal rumiyin nggadhahi panggenanipun, wekdal sapunika kita mboten kepareng terperangkap wonten lebetipun. Gusti kita inggih punika Gusti ingkang terus makarya, Gusti ingkang ndamel bab-bab enggal ing salebeting gesang kita. Panjenenganipun maringaken kita kesempatan kangge tangi lan miwiti malih, punapa malih nalika kita rumaos menawi kita sampun semplah lan mboten nggadhahi pangajeng-ajeng malih.
Wonten ing seratipun dhumateng pasamuwan ing Filipi, Rasul Paulus nyariyosaken kados pundi piyambakipun sampun nilar sadaya prekawis ingkang dipun anggep minangka kauntungan kangge gesang ndhèrèk Sang Kristus. Paulus ingkang rumiyinipun bingah sanget awit statusipun dados tiyang Farisi lan kataatanipun dhateng hukum Torah, ngrumaosi menawi sadaya punika mboten wonten artosipun dipun bandingaken kaliyan wanuh kaliyan Sang Kristus. Piyambakipun wicanten, “Kang dakkarepake yaiku wanuh marang Panjenengane lan daya wungune.”
Paulus maringi kita tuladha ingkang luar biasa bab kados pundi kita kedah mandeng gesang kita punika. Piyambakipun mboten kaiket kaliyan kasuksesanipun ing jaman kepengker utawi drajatipun ingkang inggil, nanging fokus ing tujuan pungkasan: mbujeng timbalan swarga wonten ing Sang Kristus Yesus. Piyambakipun nilar bab kepengker lan ngeneraken dhiri marang ingkang wonten ing ngajeng.
Ing salebeting mangsa pra paskah punika, kita dipun emutaken kangge niti priksa malih prioritas kita. Punapa kita taksih kagungan keterikatan kaliyan bab-bab kadonyan ingkang maringi kita raos aman ingkang semu? Utawi, kados Paulus, punapa kita siap nilaraken samukawis supados saged langkung pirsa dhumateng Gusti Yesus Kristus?
Pangandikan saking Injil Yohanes paring gambaran ingkang kontras antawis kalih sikep ingkang benten dhumateng Sang Kristus. Maria, rayi saking Lazarus, nedahaken ketulusan, pangabdian, lan tresna dhumateng Gusti Yesus kanthi nglèmèk suku-Nipun kaliyan lisah Narwastu ingkang awis. Punika dados tindakan pangorbanan ingkang ageng lan nedahaken kados pundi wigatosipun Gusti Yesus wonten ing gesangipun. Wonten ing sisih sanes, kita mangertosi Yudas Iskariot, ingkang nggugat tindakanipun Maria lan ethok-ethok kaènget dhateng tiyang miskin, nanging sejatosipun piyambakipun badhe ngendhut arta. Sikepipun Yudas nedahaken manah ingkang kaiket kaliyan bandha lan kapentingan pribadi, malah dumugi khianati Gusti Yesus.
Maria maringi tuladha dhateng kita kados pundi kita kedah maringi ingkang paling sae saking gesang kita kagem Gusti Yesus, déné Yudas ngélingaken kita bab bebaya tresna marang arta lan mboten jujur ingkang saged nebihaken kita saking Gusti. Katulusan badhe ngasilaken tumindak pangorbanan, déné kamunafikan namung badhé ngasilaken tumindak ingkang madosi kauntungan pribadi. Katulusanipun Maria mucal dhateng kita, minangka murid Kristus kangge ngurbanaken dhiri lan lila masrahaken barang ingkang kita gadhahi kagem Sang Kristus, kagem kamulyanipun Panjenenganipun. Sumangga kita tingali kaliyan mituhu pikiran, tutur, motivasi, lan tindakan kita saben dinten. Punapa sadaya dipun wangun kaliyan dhasar katulusan utawi malah kamunafikan?
Panutup
Sumangga ningali gesang kita ing salebeting wanci Prapaskah punika. Punapa kita siyap kangge nampi gesang enggal ing Kristus? Punapa kita siyap nilaraken prekawis ingkang sampun langkung lan mlampah wonten ing katresnan lan tujuan enggal sesarengan kaliyan Sang Kristus? Punapa kita badhe ndhèrèk Sang Kristus kaliyan kebak ing manah, nilaraken sadaya bab ingkang ngambengi kita anggenipun langkung rumaket kaliyan Gusti, lan ngeneraken gesang kita tumuju ing Panjenenganipun?
Wekdal punika wekdal ingkang trep kangge kita ngenggalaken komitmen kita dhateng Sang Kristus. Ing waosan dinten punika, kita dipun ajak kangge mandheng dhateng ngajeng srana iman ingkang kiyat, fokus ing tujuan surgawi, lan nresnani kanthi tulus. Sumangga kita mbikak dhiri kaliyan pakaryan enggal ingkang Gusti saweg tindakaken ing salebeting gesang kita, nilaraken wekdal kepengker ingkang ngambengi kita, lan nindakaken paladosan kagem Gusti saha sesami kaliyan katresanan ingkang nyata. Kanthi mekaten, kita kepareng ngriyadinaken wungunipun Sang Kristus kanti manah ingkang kaenggalaken lan kebak kabingahan. Amin. [Sv].
Pamuji: KPJ. 416 : 1 – 3 Saprakara Kang Pantes