Menerima Kelegaan dari Tuhan Khotbah Minggu 6 Agustus 2023

24 July 2023

Minggu Biasa | Perjamuan Kudus Pembangunan GKJW
Stola Putih

Bacaan 1:  Yesaya 55 : 1 – 5
Bacaan 2:  Roma 9 : 1 – 5
Bacaan 3:  Matius 14 : 13 – 21

Tema Liturgis: Kesatuan sebagai Modal Keterlibatan GKJW dalam Pemulihan Masyarakat
Tema Khotbah: Menerima Kelegaan dari Tuhan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 55 : 1 – 5
Perikop ini memiliki dimensi seruan, teguran, dan juga janji. Tuhan memiliki inisiatif untuk mengajak orang-orang yang haus dan lapar untuk datang kepada-Nya, menikmati sajian yang paling lezat, yaitu hikmat Tuhan dan janji-Nya. Hal ini dilakukan Tuhan karna manusia dipandang telah melakukan hal yang sia-sia (Ay. 2). Membelanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti merupakan gambaran bahwa manusia mencari hal-hal yang tidak esensial dalam hidupnya. Awal untuk menerima janji abadi Tuhan adalah datang kepada-Nya dan mendengarkan-Nya.

Roma 9 : 1 – 5
Rasul Paulus begitu sedih karena orang-orang Israel yang merupakan pihak yang telah diangkat menjadi anak serta menerima perjanjian dari Allah, bahkan bangsa Israel inilah yang menjadi jalan hadirnya Yesus di dunia. Kesedihan dan juga penderitaan ini sangat nampak dan sangat dalam. Rasul Paulus bahkan mengandaikan dirinya sanggup menanggung penderitaan (Ay. 3), asalkan orang-orang sebangsanya ini tidak mendapat hukuman karena penolakannya kepada pemberitaan tentang Kristus. Namun dalam penjelasan yang selanjutnya (Ay. 6 dst.) menjadi jelas bahwa memang ada orang-orang yang telah dipilih oleh Allah, dan memang tidak semua orang Israel disebut sebagai anak-anak perjanjian.

Matius 14 : 13 – 21
Dalam duka yang mendalam karena meninggalnya Yohanes, Tuhan Yesus bertolak dengan perahu menuju tempat yang sunyi. Orang banyak yang mengetahui hal tersebut mengetahuinya dan mengikutinya. Begitu besar daya tarik sekaligus harapan mereka kepada-Nya. Tuhan Yesus melihat situasi ini dengan penuh kasih. Ia menunda maksudnya untuk menyendiri, lalu membuat karya penyembuhan. Hari menjelang malam membuat para murid menyarankan supaya orang banyak tersebut diberi tahu supaya mencari makanan di desa sekitar, namun Yesus justru memberi tanggung jawab kepada para murid untuk memberi makan pada orang banyak tersebut. Tuhan Yesus dengan segala kasih-Nya mengambil ikan dan roti dari para murid, mengucapkan berkat, memecah-mecahkannya hingga orang banyak itu makan sampai kenyang.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Tuhan selalu mengambil inisiatif untuk memberikan kelegaan bagi manusia. Dalam bacaan di atas digambarkan kelegaan itu ialah memuaskan rasa lapar dan haus. Hal ini tergambar dalam bacaan Yesaya maupun Matius. Akan tetapi kelegaan yang inisiatif dari Allah itu, bisa jadi tidak kita terima karena kita menolak seperti yang digambarkan dalam kesedihan Rasul Paulus di Roma, serta kesia-siaan yang dilakukan umat pada Yesaya 55:2. Oleh karena itu, supaya kita dapat menerima kelegaan dari Tuhan, kita perlu datang dan mendengarkan Tuhan (Yes. 55:3), serta berharap penuh seperti orang yang mengikuti Yesus.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Anthony de Mello menuliskan salah satu cerita tentang beruang dalam buku Doa Sang Katak 2. Ia mengisahkan tentang seekor Beruang yang kerjaannya hanya mondar-mandir ke sana kemari di dalam kandangnya. Pada suatu waktu, Beruang itu dibebaskan dari kandangnya dan ditempatkan di alam liar. Hal yang menarik terjadi, ketika Beruang itu dilepaskan, ia tetap berjalan mondar-mandir, seolah-olah kandang atau kerangkengnya masih ada.

Peristiwa sang Beruang di atas bisa jadi dialami juga oleh manusia. Ada begitu banyak hal yang membuat manusia merasa menderita dan berada dalam kerangkeng. Manusia merasa geraknya terbatas dan tidak memiliki pilihan. Bacaan pada saat ini memberitakan kepada kita kelegaan yang akan kita terima.

Isi
Sebagaimana yang telah diceritakan di atas, sang Beruang tidak sadar bahwa kerangkeng yang membelenggunya sudah tidak ada lagi. Beruang terus melakukan gerakan yang sia-sia, bahkan setelah ia dibebaskan. Hal ini senada dengan yang diberitakan oleh nabi Yesaya, bahwa manusia juga sering menggunakan daya upaya dan hidupnya untuk mengejar sesuatu yang sia-sia dan tidak pokok. Hal ini terjadi karena sekalipun manusia mendapatkan kebebasan tetapi manusia tidak menyadarinya. Oleh karena itu, Tuhan yang penuh kasih berinisiatif untuk memberi makan dan minum secara gratis. Makanan dan minum yang disajikan pada manusia ini adalah makanan yang lezat. Makanan yang lezat ini merupakan gambaran dari hikmat Tuhan serta perjanjian-Nya. Manusia sesungguhnya tidak perlu bingung dan melakukan hal yang sia-sia, karena hikmat Tuhan dan perjanjian-Nya sesungguhnya gratis. Akan tetapi untuk mendapat janji Allah ini pertama-tama yang harus dilakukan umat adalah datang kepada-Nya (Yes. 55:3). Setelah itu yang mesti dilakukan ialah mendengarkan suara-Nya.

Datang pada Tuhan dan mendengarkan suara Tuhan merupakan hal yang penting. Manusia yang sudah diberikan janji-janji itu tidak akan menerima kelegaan dari Allah apabila ia tidak mau datang dan mendengarkan suara-Nya. Rasul Paulus dalam bacaan Roma 9:1-5 sendiri merasakan kesedihan yang amat sangat karena orang-orang Yahudi sendiri ada yang menolak pemberitaan tentang Kristus. Bangsa Yahudi memang sudah menjadi umat pilihan, bahkan Tuhan Yesus dilahirkan di antara orang Yahudi, rasul Paulus pun merupakan orang Yahudi, namun siapapun yang tidak mau mendengarkan, bahkan menolak suara Tuhan dan juga pemberitaan tentang Kristus, tidak bisa mendapatkan kelegaan.

Inisiatif Tuhan untuk menyelamatkan manusia tidak pernah kurang. Tuhan Yesus yang juga merupakan manusia tentulah merasa sedih ketika mendengar saudara sekaligus rekan sepelayanan-Nya, Yohanes, telah meninggal dunia karena dihukum oleh Herodes. Ketika Ia hendak menyepi, orang banyak telah tahu, dan memutuskan mengikuti-Nya dengan jalan darat. Tuhan Yesus yang bertemu dengan banyak orang, dengan penuh kasih mengesampingkan duka-Nya. Ia memberi kesembuhan pada orang yang datang kepada-Nya, dan memohon kelegaan dari pada-Nya. Ketika hari mulai malam, dan sudah mendekati waktunya makan malam hampir dekat, para murid menyarankan Tuhan Yesus agar menghimbau orang banyak yang mengikutinya itu untuk menuju ke desa terdekat, untuk mencari makan serta tempat istirahat. Tuhan Yesus menolak saran itu. Ia justru mengatakan bahwa para muridlah yang mestinya menyediakan makanan itu. Tuhan Yesus mengambil lima roti dan dua ikan dari para murid. Ia mengambil dan memberkati dari apa yang ada dari para murid, dan membuatnya cukup bagi lima ribu orang, bahkan setelah semuanya kenyang dan dilegakan, makanan itu masih sisa hingga dua belas bakul.

Penutup
Segala beban dan persoalan yang membelenggu hidup manusia bukan tidak mungkin dilepaskan. Manusia mesti hanya datang pada Tuhan dan mendengarkan suara-Nya. Manusia memahami apa yang menjadi kehendak-Nya serta menerima karya penyelamatan Kristus. Kelegaan akan kita terima asalkan kita sadar bahwa kita butuh untuk datang dan mendengarkan suara-Nya. Ia tidak akan pernah menegakan umat-Nya. Kelegaan yang digambarkan dengan penyembuhan serta kenyang menyantap makanan yang lezat akan menyadarkan kita bahwa begitu besar cinta Tuhan pada kita. Kelegaan yang didapatkan akan membuat manusia berdaya: keluar dari kerangkeng, baik itu kerangkeng yang ada di luar dirinya, maupun kerangkeng dalam pikirannya. Kerangkeng itu bisa berupa situasi yang sulit, kemarahan, keputusasaan, kekecewaan, keterpecahan, iri hati dan masih banyak lagi. Kelegaan itu yang membuat manusia tidak akan bergerak sia-sia, karena sudah ada tujuan yang pasti dalam hidup-Nya, yaitu datang, mendengarkan suara-Nya serta menerima karya penyelamatan dan pengorbanan Tuhan Yesus. Kelegaan itu pula yang membuat manusia sadar dirinya telah menjadi utuh dan didamaikan dengan dirinya sendiri serta pihak lain.

Dengan demikian, siapapun diri kita, selama kita bersedia datang kepada Tuhan dan mendapatkan kelegaan dari Tuhan, yang membuat kita menjadi manusia yang utuh, sadar dan dimampukan untuk berdamai dengan diri sendiri maupun pihak lain. Kita yang merupakan bagian dari GKJW, juga akan diberi kelegaan penuh untuk hadir di tengah masyarakat, berdamai dengan sesama dan sekitar kita, bahkan dimampukan untuk terlibat membawa pemulihan di tengah masyarakat yang sedang memerlukan pemulihan. Amin. [MT].

 

Pujian: KJ. 353  Sungguh Lembut Tuhan Yesus Memanggil

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, seged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Anthony de Mello nyerat salah satunggaling cariyos bab Beruang ing buku “Doa Sang Katak 2”. Piyambakipun nyariosaken wonten setunggaling Beruang ingkang namung mlampah mbolak-mbalik ing salebeting kandangipun. Sawijining dinten, Beruang kalawau dipun uculaken ing alamipun. Beruang kalawau boten mlajeng, ananging taksih mlampah mbolak-mbalik kados nalika ing salebeting kandang.

Lelampahan beruang punika saged ugi kelampahan ing gesang manungsa. Wonten bab-bab ingkang ndadosaken manungsa nandhang sangsara lan rumaos kados ing salebeting kandang. Manungsa rumaos winates lan boten nggadhah pilihan. Waosan ing dinten punika nedahaken kita saged pikantuk sih rahmat lan uwal saking kahanan kita ingkang sarwa ewet.

Isi
Kados ingkang kacariyosaken ing inggil, Beruang boten mangertosi bilih kandang ingkang ngurung punika sampun boten wonten. Beruang punika tansah mlampah mbolak-mbalik sanadyan sampun boten dipun kurung. Sami kaliyan cariyosipun Beruang kalawau, manungsa ugi asring nindakaken bab ingkang nglaha. Sadaya punika katindakaken awit manungsa asring boten mangertosi kahananipun. Awit punika Gusti ingkang inisiatif kangge maringi tetedhan lan omben gratis. Tetedhan lan omben ingkang kaparingaken inggih punika tetedhan ingkang becik. Sadaya punika nggambaraken kawicaksanan saha prasetyanipun Gusti. Supados pikantuk kawicaksanan saha prasetya punika manungsa kedah nyaket lan mirengaken pangandikanipun Gusti.

Nyaket saha mirengaken pangandikanipun Gusti punika bab ingkang wigati. Manungsa ingkang sampun dipun paringi prasetya boten badhe nampi sih rahmat saking Gusti menawi boten purun nyaket lan mirengaken pangandikanipun Gusti. Rasul Paulus ing waosan Rum 9:1-5 ngraosaken prihatos lan sedih, awit ing antawisipun bangsa Yahudi kathah ingkang nampik kabar kabingahan, inggih punika bab pangruwating dosa mawi kasalibing Sang Kristus. Bangsa Yahudi punika sampun kaberkahan dados bangsa ingkang kapiji, dados lantaran rawuhipun Gusti Yesus, kepara Rasul Paulus punika kalebet ing bangsa Yahudi. Senadyan mekaten, minangka bangsa ingkang kapiji kemawon boten cekap. Sok sintena ingkang boten purun nyaket, lan nampi pakaryanipun Gusti kalebet babagan kasalibing Gusti Yesus boten badhe nampeni sih rahmat.

Inisiatifipun Gusti kangge maringi sih rahmat punika boten kirang-kirang. Kejawi ingkang sampun kababar ing Prajanjian Lami. Gusti Allah ingkang dados manungsa, inggih punika Gusti Yesus ugi nindakaken inisiatif punika. Kacariyosaken ing Injil Mateus 14:13-21, Gusti Yesus nembe kemawon nampi kabar, bilih sedherekipun saha rencang ing paladosan, Yokanan, dipun pejahi dening Herodes. Nalika nandhang sungkawa Gusti Yesus badhe miyambak ing papan ingkang sepen, tiyang kathah sami nusul mlampah ing kithanipun. Para tiyang punika sanget anggen kepengin nyaket saha mirengaken pangandikanipun Gusti Yesus. Mirsani kahanan ingkang mekaten, manah ingkang kebak ing kawelasan ndadosaken Gusti Yesus nyarasaken ingkang sami sakit. Nalika nuju ing dalu para sakabat matur dhumateng Gusti Yesus supados ndhawuhi para tiyang kalawau tumuju ing desa sakkupengipun papan punika supados pikantuk tetedhan. Nanging Gusti Yesus paring pangandika bilih para sakabat punika ingkang kedah nyawisaken tetedhan punika. Gusti mendhet ingkang dipun gadhahi para sakabat, inggih punika roti gangsal lan ulam kalih, tumenga nyuwun berkah, lajeng tetedhan kalawau kabagekaken. Sadaya nedha kanthi wareg malah wonten turahipun kalih welas bakul.

Panutup
Sadaya panandhang ugi momotaning manungsa saged ndadosaken manungsa kados dipun kurung. Kahanan punika saged dipun luwari menawi manungsa nyaket lan mirengaken pangandikanipun Gusti. Manungsa mangertosi punapa ingkang kadhawuhaken ugi nampi pakaryanipun Allah srana sinalibipun Gusti Yesus. Sih rahmat punika ingkang njalari manungsa saged ngraosaken tentrem, sae punika magepokan kaliyan dhiri pribadi punapa ugi kaliyan pihak sanesipun.

Kanthi mekaten, kados punapa kemawon dhiri kita, menawi kita purun nampeni sih rahmat saking Gusti, badhe kaparingan kesadharan dados manungsa ingkang wutuh. Kita ugi saged nuwuhaken katentreman ing dhiri kita, saha ing sakkiwa tengen kita. Kita dados sarananipun Gusti ing GKJW kangge nyebar kabingahan saha katentreman ing sadengah papan Gusti ngutus kita. Amin. [MT].

 

Pamuji: KPJ. 82  Lamun Kula Kasayahan

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak