Minggu Biasa | Penutupan Bulan Keluarga
Stola Hijau
Bacaan 1: 1 Raja-raja 3 : 4 – 15
Bacaan 2: Roma 8 : 26 – 29
Bacaan 3: Matius 13 : 31 – 33, 44 – 52
Tema Liturgis: Keluarga GKJW sebagai Keluarga Kerajaan Allah
Tema Khotbah: Mewujudkan Tanda-tanda dan Nilai-nilai Kerajaan Allah dalam Keluarga
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
1 Raja-raja 3 : 4 – 15
Kitab Raja-raja merupakan bagian terakhir dari sejarah Israel, mulai dari zaman Raja Salomo sampai dengan zaman pembuangan. Bacaan kita ini merupakan bagian dari pasal 1-11 tentang pemerintahan Raja Salomo, yang dimulai dari pergantian tahta dari Daud ke Salomo (psl. 1-2), diteruskan kebijaksanaan dan kemuliaan Salomo (psl. 3-5), pembangunan Bait Allah (psl. 6-8), kunjungan Ratu Syeba (psl. 9) dan Salomo dipengaruhi isteri-isterinya yang berakibat perlawanan terhadapnya.
Ketika raja Salomo mempersembahkan seribu korban bakaran di Bukit pengorbanan Gibeon, pada waktu malam Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dan berfirman: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu”. Salomo menjawab dengan memohon hati yang paham untuk menimbang perkara umat Tuhan, untuk membedakan antara yang baik dan jahat (Ay. 9). Tuhanpun memberikan kepadanya hati yang penuh hikmat dan pengertian (Ay. 12). Malahan apa yang tidak dimintanya, diberikan oleh Tuhan, yakni kekayaan dan kemuliaan (Ay. 13).
Roma 8 : 26 – 29
Roma 8:26-29 merupakan bagian dari Roma 8:18-31 yang di dalam Alkitab terjemahan baru diberi judul: Pengharapan Anak-anak Allah, yang secara ringkas berisi: bahwa seluruh ciptaan mengerang, demikian juga anak-anak Allah menantikan pembebasan dan saat anak-anak Allah dinyatakan. Anak-anak Allah sudah ditebus, namun masih juga menantikan penebusan secara penuh. Oleh karena itu, mereka juga hidup di dalam harapan.
Dalam ayat 26, 27, Roh Kudus membantu kelemahan kita anak-anak Allah. Karena kita tidak tahu bagaimana berdoa, yaitu dengan keluhan yang tak terkatakan, karena begitu banyaknya kelemahan dan kekurangan doa kita. Tujuannya supaya doa kita sesuai dengan kehendak Allah.
Pada ayat 28, Allah juga berkarya dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya. Sehingga tidak hanya sesuatu yang kelihatan enak, baik saja, melainkan yang kelihatan berat dan tidak enakpun dipakai Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Sehingga rencana kekal Allah untuk memanggil kita, menentukan, membenarkan dan memuliakan kita, itu terjadi.
Matius 13 : 31 – 33, 44 – 52
Tuhan Yesus sering mengajar dengan menggunakan perumpamaan. Karena perumpamaan merupakan kisah-kisah dengan bahasa sederhana yang gampang dimengerti oleh para pendengarnya, baik yang berlatar belakang pendidikan dan kecerdasan rendah maupun tinggi. Malahan dengan perumpamaan tersebut makna yang dalam, bahkan esoterik (rohani) dapat diungkapkan dengan bahasa yang sederhana.
Dalam Matius 13 ini sebenarnya ada 7 perumpamaan tentang Kerajaan Allah: pertama, penabur yang mengungkap berbagai karakter manusia dalam menerima Kerjaan Allah. Kedua, lalang di antara gandum yang mengungkap adanya agen atau penggoda dari Kerajaan Allah. Ketiga sampai ke lima adalah bacaan kita, biji sesawi yang mengungkap proses perkembangan Kerajaan Allah. Ragi yang mengungkapkan Karya Kerajaan Allah di dalam setiap hati yang mengubah kehidupan manusia. Harta terpendam yang mengungkapkan Kerajaan Allah akan ditemukan oleh yang mencari. Mutiara yang mengungkapkan setelah mengetahui, segalanya akan dilakukan demi Kerajaan Allah. Terakhir pukat, mengungkapkan tentang pemisahan terakhir.
Benang Merah Tiga Bacaan
Kerajaan Allah sudah datang, sedang berproses menuju kesempurnaan dengan kedatangan Tuhan Yesus kedua kali nanti. Dimulai dari hati setiap pribadi yang menerima-Nya, berkembang dalam keluarga, berlanjut dalam masyarakat dan dunia. Betapa keluarga Kristiani menjadi kancah yang strategis bagi tumbuh kembangnya Kerajaan Allah itu.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Di dalam kehidupan ini banyak hal penting yang harus dilakukan. Namun ada hal yang terpenting dari yang penting-penting itu, yang mendasari dan menjadi tujuan pokok dari kehidupan. Seperti menghantam bola Bowling, jika kena yang satu dapat berdampak kepada semuanya terguling, demikian juga hendaknya di dalam kehidupan setiap keluarga dalam mengatasi panggilan hidupnya. Masalahnya sering kita melakukan banyak hal yang tidak penting atau mendasar, kelupaan yang terpenting. Akibatnya disorientasi kehidupan, kelelahan, dan kesia-siaan. Bacaan kita hari ini mengungkapkan bagaimana Raja Salomo memilih yang terpenting dari banyak hal yang penting dan sejajar dengan hal tersebut, ajaran Tuhan Yesus sendiri untuk mencari yang terpenting dalam kehidupan ini.
Isi
Bagi Raja Salomo yang Terpenting adalah Hikmat
Dalam 1 Raja-raja 3:4-15, ketika Raja Salomo mempersembahkan korban di Gibeon, Tuhan menampakkan diri kepadanya dalam mimpi dan menawarkan apakah yang Salomo minta untuk diberikan Tuhan kepadanya (Ay. 5). Salomo merasa kecil dan tidak berpengalaman memimpin suatu bangsa yang besar. Ia tidak meminta kekuasaan, harta benda atau apapun seperti raja-raja yang ada, tetapi ia meminta hikmat, yakni hati yang paham menimbang perkara, dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sehingga dapat menghakimi umatnya dengan adil (Ay. 9). Tuhanpun memberikan kepadanya hati yang penuh hikmat dan pengertian (Ay. 12).
Hikmat Allah lebih berharga daripada permata (Ams. 8:11), jauh melebihi emas (Ams. 16:16), lebih baik dari keperkasaan (Pkh. 9:16). Hikmat adalah ciptaan Allah yang pertama (Ams. 8:22). Bersama hikmat-Nya Allah mengatur segala sesuatu (Ams. 8:27-29). Karena itu, hikmat tidak pernah terpisah dengan Tuhan Allah (Ams. 8:30). Orang yang mendapatkan hikmat mendapatkan hidup, sedangkan yang membencinya, mencintai maut (Ams. 8:35-36).
Banyak hal penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Dapatkah kita melihat yang terpenting dari semua yang penting itu? Sehingga dengan melakukan yang terpenting itu, sekaligus kita juga dapat mengangkat semuanya?
Kerajaan Allah adalah yang Terpenting bagi Hidup Orang Percaya (Mat. 6:33)
Sejajar dengan Hikmat dalam Perjanjian Lama, dalam Perjanjian Baru Tuhan Yesus mengajar tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga sebagai hal terpenting. Di tengah rusaknya dunia akibat terputusnya hubungan manusia dengan Allah yang berdampak rusaknya hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan hidupnya, di dalam Kristus Kerajaaan Allah sudah datang dan sedang berproses menuju kesempurnaannya dalam kedatangan-Nya yang kedua kali. Kerajaan Allah adalah bukan kekuasaan atas wilayah, bukan kekuasaan sosial, ekonomi, politik, dan militer, melainkan pemerintahan Allah yang dimulai dengan hati yang menyerahkan diri kepada-Nya dan hidup dari kehendak-Nya, yaitu: kasih, damai sejahtera, kebenaran, dan keadilan-Nya.
Di dalam bacaan kita gambaran Kerajaan Allah itu: dimulai dari sesuatu yang sangat kecil, sekecil biji sesawi, tetapi hidup, terus tumbuh, dan berkembang hingga menjadi sangat besar, sehingga menjadi tempat yang teduh untuk bernaung burung-burung dan mahkluk hidup. Kebesarannya tidak menyingkirkan dan membinasakan pohon-pohon dan mahkluk lain, melainkan merengkuh dan menaunginya. Seperti ragi sedikit yang mengubah dan mengembangkan seluruh adonan untuk menjadi roti, demikianlah Kerajaan Allah itu mengubah dan mengembangkan kehidupan manusia untuk menjadi lebih besar, lebih baik, dan menjadi berkat. Oleh karena itu, dia sangat berharga melebihi harta karun, sehingga dicari tak henti. Bahkan seperti Mutiara yang tidak ternilai, sehingga ketika telah ditemukan apa saja dikorbankan oleh orang atau pedagang demi untuk memilikinya. Akhirnya, Kerajaan Allah ini juga seperti pukat atau jaring, yang memilih dan menentukan ikan-ikan yang baik dan membuang ikan-ikan yang tidak baik. Demikianlah Tuhan memanggil, menentukan, membenarkan dan memuliakan orang-orang yang dipilih-Nya.
Keluarga Kristen sebagai Kancah Strategis Tumbuh Berkembangnya Kerajaan Allah
Gereja adalah tanda-tanda (a sign post) dari Kerajaan Allah. Tanda-tanda yang mewujud-nyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah, yaitu damai sejahtera, kasih, kebenaran, dan keadilan-Nya dalam kehidupan. Keluarga Kristen adalah orang-orang yang telah menyerahkan hatinya kepada Sang Kristus. Keluarga Kristen menempati tempat yang sangat strategis bagi tumbuh berkembangnya Kerajaan Allah di dunia ini. Karena ia bukan hanya sebagai persekutuan yang terkecil dari Gereja, melainkan sekaligus juga merupakan komunitas terkecil dari masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, apa yang sedang terjadi, tumbuh dan berkembangnya, keluarga Kristen bukan hanya memberikan sumbangsihnya bagi pertumbuhan gereja, melainkan juga kepada masyarakat dan bangsa.
Banyak hal penting yang harus kita lakukan dalam hidup ini, lebih-lebih dalam keluarga. Kita tidak hanya bertanggung jawab kepada diri sendiri. Misalnya, tanggung jawab suami, isteri, orang tua, anak, memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, papan, pekerjaan, sekolah anak-anak, jodoh mereka, hubungan dengan keluarga-keluarga lain, tetangga dst., hingga kita dibuat bingung, tenaga pikiran terkuras. Sabda Tuhan Yesus, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat. 6:33). Mencari Kerajaan Allah adalah mencari kehendak-Nya, hikmat-Nya sebagai dasar, panduan dan tujuan untuk mencari berbagai kebutuhan dalam hidup kita yang tidak terbilang itu. Kita tidak mulai dari nol dan berupaya sendiri, melainkan dari modal besar yang sudah ditanamkan oleh Tuhan sendiri di dalam hidup kita. Tuhan telah mengasihi kita lebih dulu, supaya kita dapat mengasihi sesama kita (Yoh. 3:16). Kematian dan kebangkitan Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah, supaya kita hidup berdamai dengan sesama (Yok. 20:20-23). Di dalam Kristus kita telah dibenarkan Allah, sehingga kita hidup dalam kebenaran-Nya (Rum. 3:22).
Celakanya kita sering tidak tahu apa yang kita inginkan dan butuhkan. Seringkali kita hanya terpaku kepada yang tampak saja, yang bisa kita lihat, dengar dan raba saja. Padahal lebih banyak hal yang tidak bisa kita lihat, tidak ada dalam data-data empiris, tetapi justru itu hal yang menentukan. Namun syukur, kepada orang yang telah menyerahkan diri kepada-Nya, Kerajaan Allah sudah datang di dalam hati dan keluarganya. Allah bekerja dan campur tangan sejak jauh-jauh sebelumnya, yaitu sejak didalam keinginan yang diungkapkan melalui doa-doa kita, yang kita sering tidak tahu apa yang kita doakan. Di sana Roh Tuhan bekerja dengan keluhan yang tidak terkatakan karena banyaknya kesalahan dan kelemahan kita. Maka Allah yang menyelidiki hati nurani, tentu mengetahui maksud Roh itu. Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rum. 8:26-28). Mereka yang telah dipanggil-Nya, ditentukan dan dipilih-Nya juga akan dibenarkan dan dimuliakannya (Rum. 8:30).
Di tengah hiruk-pikuk kesibukan keluarga kita, berapa banyak kita memberi ruang dan waktu untuk mencari kehendak, hikmat, dan kebenaran Tuhan. Ruang dan waktu untuk menyerahkan berbagai beban kehidupan, mendengarkan suara-Nya, berkomunikasi dengan-Nya dan berupaya mengetrapkan pemerintahan-Nya dalam langkah-langkah kehidupan? Ada keluarga yang setiap pagi masing-masing anggotanya membawa doa-doa pribadinya, dan pada waktu makan malam berkumpul saling berbagi cerita masing-masing, kemudian mendengarkan Firman dan ditutup dengan doa yang dilayankan secara bergantian. Ada lagi keluarga yang setiap Minggu sore bersekutu dengan anak cucunya di berbagai tempat, bahkan ada yang di luar negeri melalui zoom. Demikianlah berbagai cara untuk melakukan, yang terpenting dalam kehidupan ini sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi masing-masing. Apakah yang kita lakukan?
Penutup
Dari antara banyak hal penting, yang terpenting dalam kehidupan telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kerajaan Allah telah datang bagi kita yang menyerahkan diri dan percaya kepada-Nya. Mencari Kerajaan Allah adalah mencari kehendak-Nya dan hikmat-Nya dalam setiap segi dari kehidupan dalam diri, keluarga, bahkan di tengah masyarakat. Hal itu bagai kuk atau pasangan yang ringan dan enak, karena dengan melakukan itu, semua beban dan tanggung jawab yang besar dan kompleks dalam kehidupan diri, keluarga, bahkan di tengah masyarakat, dapat kita tarik dan angkat dengan baik dan menjadi berkat (Mat. 11:28-30). Betapa strategisnya tempat keluarga. Karena di dalam keluargalah merupakan kancah pertama dan terkecil kita untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah itu. Dengan mewujud nyatakan kasih, damai sejahtera, kebenaran, dan keadilan Allah mulai dari keluarga. Bukan hanya keluarga kita yang mendapatkan berkat, tetapi semuanya itu juga akan merengkuh, menaungi, dan melimpahi lingkungan hidup kita. Amin. [BRU].
Pujian:
- KJ. 247 : 1 – 3 Sungguh Kerajaan Allah
- 260 : 1 – 3 Dalam Dunia Penuh Kerusuhan
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Ing salebeting gesang punika kathah sanget bab-bab ingkang penting ingkang kedah kita tindakaken. Ing kathahing bab-bab ingkang sarwa penting punika estunipun wonten satunggal bab ingkang paling penting, ingkang saged ndhasari miwah dados tujuaning pigesangan. Kados dene nguncalaken bal Bowling ngengingi satunggal botol ingkang saged njalari sadaya botol nggoling, mekaten ugi kedahipun ing gesang kita sacara pribadi, punapa dene ing bebrayatan ing salebeting nindakaken timbalaning gesang. Masalahipun, asring kita nindakaken marupi-rupi bab ingkang kita anggep penting, ananging nglirwakaken dhumateng ingkang paling penting miwah paling ndhasar. Akibatipun kita kecalan arah, sayah, lungkrah tanpa daya miwah rumaos nglaha. Waosan kita ing dinten punika nyatakaken kados pundi Sang Prabu Suleman, Ratu Israel milih ingkang paling penting ing satengahing marupi-rupi ingkang penting, lan sejajar kaliyan punika piwucalipun Gusti Yesus bab ngupadi bab ingkang paling penting ing saklebeting gesanging tiyang pitados.
Isi
Tumrap Sang Prabu Suleman ingkang Paling Penting inggih Kawicaksanan
Ing 1 Para Raja 3:4-15, kacariyosaken nalika Sang Prabu Suleman ngaturaken korban pisungsung ing Gibeon, Yehuwah Allah ngetingal dhumateng Sang Prabu lumantar pangimpen ngendika: “Nyuwuna apa kang bakal Sunparingake marang kowe” (Ay. 5). Sang Prabu Suleman rumaos alit miwah tanpa pengalaman mimpin bangsa ingkang ageng. Panjenenganipun boten nyuwun bandha utawi panguwaos kadosdene raja-raja umumipun, ananging nyuwun kawicaksanan lan kalimpadan. Inggih punika kawicaksanan-ing manah ingkang saged ngakimi umat, ingkang saged mbentenaken antawisipun ingkang sae kaliyan ingkang awon (Ay. 9). Pranyata Gusti Allah minangkani panyuwunipun Sang Prabu (Ay. 12).
Kawicaksananipun Gusti Allah punika langkung aji katimbang raja-peni (WB. 8:11), miwah emas salaka (WB. 16:16). Langkung sae katimbang kasantosan (Koh. 9:16). Kawicaksanan punika minangka titahing Allah ingkang kawitan (WB. 8:22). Sesarengan kaliyan kawicaksanan Yehuwah Allah mranata samukawis (WB. 8:27-29). Mila kawicaksananipun boten nate kapisah saking Yehuwah Allah (WB. 8:30). Tiyang ingkang manggihaken kawicaksanan inggih nampi gesang saha sihing Pangeran, dene tiyang ingkang nyengiti kawicaksanan, nresnani pepejah (WB. 8:35-36).
Kathah sanget bab-bab penting ingkang kedah kita tindakaken ing gesang punika. Punapa kita ugi saged ningali lan mangertosi ingkang paling penting saking sadaya punika? Saengga kanthi nindakaken bab punika saged dados dhasar lan ngangkat sadaya ingkang penting?
Kratoning Allah punika ingkang Paling Wigati tumrap Gesangipun Tiyang Pitados (Mat. 6:33)
Sejajar kaliyan Prajanjian Lami, ing Prajanjian Enggal Gusti Yesus paring piwucal Kratoning Allah utawi Kratoning Swarga (Mat. 6:33). Ing satengahing risaking jagad karana pedhoting sesambetan antawisipun manungsa kaliyan Yehuwah Allah ingkang ndadosaken risaking sesambetan antawisipun manungsa kaliyan sesami miwah lingkungan gesangipun, wonten ing Gusti Yesus Kristus, Kratoning Allah sampun prapta saha saweg lumampah tumuju kasampurnanipun ing rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih mangke. Kratoning Allah punika sanes panguwaosing wilayah, punapa dene panguwaosing sosial, ekonomi, politik tuwin militer. Ananging paprentahan-ipun Allah ingkang kawiwitan saking manah ingkang pasrah dhumateng Gusti miwah nindakaken karsanipun, inggih punika: sih katresnan, tentrem rahayu, kaleresan sarta kaadilan-Ipun.
Ing waosan kita Kratoning Allah punika kawiwitan saking bab ingkang alit sanget, kadosdene alitipun Wiji Sawi. Wiji ingkang gesang, tuwuh, ngrembaka ngantos dados ageng, matemah dados papan ingkang edum kangge ngayom peksi-peksi dalah titah gesang sanesipun. Agungipun boten nyingkiraken saha nyirnakaken tetuwuhan lan titah sanesipun, nanging malah angrengkuh dalah ngayomi. Kadosdene ragi sekedhik ingkang ngrebah lan ngembangaken sadaya adonan dados roti, mekaten ugi Kratoning Allah ngrebah miwah ngrembakakaken gesanging manungsa dados langkung ageng, langkung sae saha dados berkah. Mila Kraton punika aji sanget, nglangkungi raja-brana ingkang tansah dipun luru dening tiyang. Malahan kadosdene mutiyara ingkang aji sanget, nalika kapanggihaken, punapa kemawon kinorbanaken kangge nggadhahi Kraton punika. Akhiripun, Kratoning Allah punika kadosdene Jaring ingkang ageng, ingkang milih, namtokaken pundi ulam ingkang sae lan pundi ingkang boten sae ingkang kedah kabucal.
Mekaten, Gusti Allah nimbali, namtokaken, ngleresaken lan mulyakaken tiyang-tiyang ingkang kapiji. Inggih para tiyang ingkang nyambeti timbalanipun Gusti sarta masrahaken gesangipun saha pitados dhumateng Panjenenganipun.
Brayat Kristen Minangka Papan Ingkang Strategis kangge Tuwuh Ngrembakanipun Kratoning Allah
Greja punika tandha (a sign post) Kratoning Allah. Tandha-tandha ingkang mawujudaken nilai-nilai, pathokaning gesang Kratoning Allah, inggih punika: tentrem rahayu, sih-katresnan, kaleresan miwah kaadilaning Allah ing gesangipun. Brayat Kristen, wosipun brayatipun tiyang-tiyang ingkang masrahaken manahipun lan pitados dhumateng Sang Kristus, nggadhahi posisi ingkang strategis sanget tumrap tuwuh miwah ngrembakanipun Kratoning Allah ing ndonya punika. Awit brayat punika boten namung minangka patunggilan ingkang paling alit saking pasamuanipun Gusti kemawon, ananging ugi minangka paguyuban (komunitas) ingkang paling alit saking bebrayan lan bangsanipun. Mila punapa kemawon ingkang kadadosan, tuwuh, ngrembaka sarta mangun brayat Kristen, sadaya punika boten namung ndherek urun tumrap tuwuh ngrembakanipun pasamuan, ananging ugi masyarakat lan bangsanipun.
Kathah sanget bab-bab ingkang penting, ingkang kedah kita tindakaken ing gesanging brayat punika. Kadosta: Marupi-rupining tanggel jawabing semah, tiyang sepuh, anak, sadherek, ngupaya sandhang pangan, papan, pandamelan, sekolahipun anak-anak, jodhonipun anak-anak lsp.ipun, ingkang asring ndadosaken kita bingung, tenapa pikiran kinuras, pungkasanipun kantun sayah, lungkrah, pepes, pupus lan rumaos sadaya nglaha. Gusti Yesus ngendika: “Ananging Kratoning Allah lan kasampurnane, iku padha upayanen dhisik, nuli samubarang kabeh mau bakal diparingake marang kowe” (Mat. 6:33). Ngupaya Kratoning Allah ateges ngupadi karsanipun Allah, kawicaksananipun minangka dhasar, panduan miwah tujuan anggen kita ngupaya lan nyekapi sadaya kabetahaning gesang kita ingkang kathah sanget punika. Saestunipun kita boten miwiti pangupaya punika saking nul-puthul, nanging saking modhal ageng ingkang sampun katanem dening Gusti piyambak ing gesang kita. Gusti sampun nresnani kita langkung rumiyin supados kita saged nresnani sesami (Yok. 3:16). Seda lan wungunipun Gusti Yesus sampun ngrukunaken kita kaliyan Yehuwah Allah supados kita gesang rukun lan tentrem rahayu kaliyan sesami (Yok. 20:20-23). Wonten ing pitados dhumateng Sang Kristus, kita kaleresaken dening Gusti Allah, satemah kita gesang ing kaleresanipun (Rum. 3:22).
Cilakanipun kita asring boten mangertos punapa ingkang dados pepenginan lan kabetahan kita. Asring kita namung katrem dhumateng ingkang ketingal kemawon, ingkang saged kita tingali, kita pireng, tuwin kita dumuk. Kamangka kathah sanget bab-bab ingkang boten saged kita tingali, kita pireng lan tanpa data ingkang cetha, nanging malah namtokaken lampahing gesang. Saestu sokur wonten ngarsanipun Gusti, dene tumrap para tiyang ingkang sampun masrahaken gesangipun dhumateng Gusti, Kratoning Allah sampun prapta ing manah miwah brayatipun. Gusti Allah makarya saha campur asta wiwit tebih sakderengipun, inggih punika wiwit ing saklebeting pangangen angen miwah pepenginannipun ingkang kaaturaken lumantar pandonga, ingkang asring boten mangertos punapa ingkang kadongakaken. Wonten ing ngriku, Sang Roh Suci makarya, ndherek ndedonga kanthi pasambat ingkang boten saged winirasa (Rum. 8:26), karana saking kathahing kalepatan tuwin kaapesan kita. Gusti Allah ingkang nitipriksa isining manah, tamtu mangertosi karsanipun Sang Roh Suci punika. Kanthi mekaten estunipun Yehuwah Allah makarya ing sadaya prekawis, sekeca lan boten sekeca kangge kasaenaning para tiyang ingkang nresnani Panjenenganipun (Rum. 8:26-28). Mila tiyang ingkang dipun timbali, dipun tamtokaken kapilih, kaleresaken miwah kamulyakaken (Rum. 8:30).
Ing satengahing marupi-rupining kesibukan kita pinten kathahing wekdal miwah papan ingkang kita aturaken kangge ngupaya karsa, kawicaksanan tuwin kaleresanipun Gusti punika? Wekdal lan papan kangge masrahaken sakathahing momotaning gesang, nilingaken pangandikanipun, rerembagan kaliyan Gusti saha ngetrapaken paprentahanipun ing gesang kita? Wonten brayat ingkang saben enjing anggotanipun sacara pribadi ndedonga piyambak-piyambak. Ing dhahar dalu sadaya makempal bagi-binagi cariyos, kanthi gilir gumantos kalajengaken mirengaken pangandikanpun Gusti lajeng katutup pandonga. Malahan ing zaman digital punika wonten brayat ingkang saben Minggu sonten tetunggilan kaliyan anak-wayahipun ingkang tebih-tebih, malah ngantos wonten Njaban Rangkah (Luar negri) lumantar zoom. Mekaten marupi-rupining cara nindakaken, ingkang paling wigati ing gesang miturut kesagedan lan kawontenanipun piyambak-piyambak. Lajeng punapa ingkang kita tindakaken?
Panutup
Saking kathahing bab-bab ingkang penting, ingkang paling penting sampun kaparingaken dening Gusti dhumateng kita. Inggih punika Kratoning Allah sampun prapta tumrap kita ingkang masrahaken manah lan pitados dhumateng Gusti Allah. Ngupaya Kratoning Allah ateges ngupaya karsanipun tuwin kawicaksananipun ing sadaya babagan ing gesang kita piyambak, brayat, punapa dene bebrayan. Bab punika kadosdene pasangan, ananging pasangan ingkang entheng lan sekeca. Sebab kanthi nindakaken sadaya punika ndadosaken sadaya momotan tuwin tanggel jawab ing salebeting gesang pribadi, brayat miwah bebrayan saged kita angkat lan tarik kanthi entheng lan lestari wilujeng dados berkah (Mat. 11:28-30). Iba namtokaken sanget papaning brayat, karana brayat minangka kancah wiwitan lan ingkang paling alit tumrap kita kangge mawujudaken tandha-tandha lan nilai-nilai Kratoning Allah. Kanthi mawujudaken sih katresnan, pirukun, tentrem rahayu, kaleresan miwah kaadilanipun Allah, boten namung brayat kita kemawon ingkang linuberan berkah, ananging sadaya punika ugi badhe angrengkuh, ngajomi miwah ngluberi berkah sakiwa tengen kita. Amin. [BRU].
Pamuji: KPJ. 406 : 1 – 3 Kratoning Swarga Wus Prapta