MINGGU BIASA
STOLA PUTIH
Bacaan 1 : Yesaya 58: 1-9
Bacaan 2 : 1 Korintus 2: 1-12
Bacaan 3 : Matius 5: 13-20
Tema Liturgis : Melakukan lebih dari yang ditetapkan.
Tema Khotbah : Lebih taat dan lebih baik dari yang lain.
Keterangan Bacaan
Yesaya 58:1-9
Bangsa Israel menyangka bahwa ritual yang mereka lakukan diperkenan oleh Allah. Sepertinya mereka hidup saleh (ayat 2). Puasa mereka pun bukan main seriusnya (ayat 3, 5). Bagi kebanyakan orang beragama, perilaku itu dianggap agung dan terpuji, dan sepatutnya mendapat pujian serta pahala.
Israel bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa (3a). Allah menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan mereka yang keliru, yaitu: bertindak semena-mena dan saling berkelahi (3b-5). Percuma melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain dilanggar. Perilaku berpuasa seperti ini hanya sekadar tindakan lahiriah untuk menarik perhatian dan simpati orang lain, namun tidak dapat menipu Allah. Kiasan pedas “menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur” menunjukkan betapa bodohnya perbuatan mereka yang menggunakan simbol kesedihan palsu untuk menjangkau Allah (ayat 5).
Umat Israel mementingkan aturan agamawi dalam menunaikan puasa, tetapi melalaikan hakikat berpuasa yang diinginkan Allah yaitu, menegakkan keadilan (ayat 6) dan membagikan berkat kepada orang lain. Perilaku munafik itu membatalkan tercurahnya berkat Allah bagi mereka dan menghalangi kuasa Allah menjawab doa mereka (ayat 8-9). Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan menaati peraturan Allah adalah perwujudan puasa yang sejati. Inilah perbuatan yang ingin Allah temukan hadir dalam diri umat-Nya.
1 Korintus 2:1-12
Paulus secara pribadi mencontohkan gagasan 1:17 “…Kristus mengutus aku… untuk memberitakan Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan…” Kelemahan Paulus sendiri adalah bukti bahwa apa yang ia beritakan adalah kekuatan Allah. Dilihat dari ukuran duniawi, pengutusan Paulus gagal. Ia tidak dapat bersandar pada apa yang dianggap bernilai atau dianjurkan dunia. Ia diganggu oleh penyakit (2 Kor. 12: 7), penampilannya tidak mengesankan (2 Kor. 10: 10). Pembawaannya lemah (1 Kor. 2: 3). Akan tetapi keberadaan komunitas Korintus adalah argumen kuat bagi kehadiran Roh Kudus, karena hanya Roh dapat menciptakan komunitas. Demikian, Paulus melanjutkan mengambil kesimpulan Injil yang menentang keterbatasan manusiawinya atau keterbatasan pengalaman orang Korintus. Akibatnya, jelas iman tidak dibangun atas dari anggota atau pelayannya, melainkan atas kekuatan Allah. Dengan hikmat dan kekuatan Roh, Paulus dapat memberitakan Injil kepada orang-orang Korintus.
Matius 5:13-20
“Kamu adalah garam dunia.” Para nabi yang ada sebelum mereka adalah garam bagi tanah Kanaan, tetapi para rasul adalah garam bagi seluruh bumi, sebab mereka harus pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil. Apa yang mampu mereka lakukan di kawasan yang begitu luas seperti seluruh muka bumi ini? Dengan bekerja tanpa suara seperti garam, maka segenggam garam itu akan menyebarkan rasanya ke mana-mana, menjangkau daerah yang luas, dan bekerja tanpa terasa dan tanpa penolakan seperti bekerjanya ragi (13:33).
Jika mereka berlaku seperti seharusnya, mereka seperti garam yang baik, putih bersih, halus, dan dihancurkan menjadi butir-butir, namun sangat berguna dan diperlukan. Mereka menjadi berkat yang luar biasa bagi dunia. Mereka tidak boleh terus-menerus bersama-sama di Yerusalem, melainkan harus menyebar seperti garam yang ditabur di atas daging, sebutir di sini dan sebutir di sana.
Jika tidak, mereka menjadi seperti garam yang telah menjadi tawar. Garam adalah obat bagi makanan yang tawar, tetapi tidak ada obat bagi garam yang tawar. Ia tidak berfaedah lagi, tidak ada lagi gunanya. Ia pasti akan binasa dan ditolak. Ia akan dibuang — diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Hal ini juga memperlihatkan bahwa murid-murid itu berguna. Dunia diam dalam kegelapan, dan Kristus membangunkan murid-murid-Nya untuk bersinar di dalamnya. “Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” Murid-murid Kristus, terutama mereka yang berani dan bersemangat dalam pelayanan, akan menjadi luar biasa dan dipandang sebagai mercusuar. Sebagai terang dunia, mereka dimaksudkan untuk menerangi dan membawa terang kepada orang lain (ay. 15).
Mereka harus bercahaya seperti terang. Murid-murid Kristus tidak boleh meringkuk dan mengunci diri di balik dalih merenung, kerendahan hati, atau menjaga diri. Sebaliknya, karena sudah menerima karunia, mereka juga harus melayani seorang akan yang lain (Luk. 12:3). Mereka harus membuktikan dalam seluruh tutur kata mereka, bahwa mereka benar-benar pengikut Kristus (Yak. 3:13). Mereka harus melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dapat dilihat dan diakui orang, tetapi bukan untuk mendatangkan pujian bagi diri sendiri, melainkan “Supaya orang-orang… memuliakan Bapamu yang di sorga.” Murid Kristus bukan saja harus berupaya keras untuk memuliakan Allah, namun juga melakukan apa saja untuk membawa orang lain memuliakan Dia. “Biarlah mereka melihat perbuatanmu yang baik, agar mereka dapat melihat kuasa anugerah Allah di dalam dirimu, dan bersyukur kepada-Nya untuk hal itu, serta memuliakan Dia yang telah memberikan kuasa sedemikan itu kepada manusia.”
Kristus membantah dugaan bahwa Ia hendak meniadakan dan memperlemah Perjanjian Lama. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan kitab para nabi.” Kristus tidak mempunyai maksud buruk terhadap hukum Taurat dan kitab para nabi.
Kristus datang untuk menggenapinya, yaitu: Untuk mematuhi perintah-perintah hukum Taurat. Dalam segala perkara Ia tunduk kepada hukum Taurat, menghormati orangtuanya, menguduskan hari Sabat, berdoa, memberikan sedekah, melakukan hal-hal yang belum pernah diperbuat orang lain, taat sepenuhnya, dan tidak pernah melanggar hukum dalam hal apa pun.
Kristus datang untuk menggenapi janji-janji hukum Taurat dan nubuat para nabi yang semuanya bersaksi tentang diri-Nya. Dengan demikian Dia melengkapi dan menyempurnakannya. Jika hukum diumpamakan sebagai sebuah wadah yang sudah ada air di dalamnya, maka Dia datang bukan untuk menumpahkan air itu, melainkan untuk mengisi wadah itu sampai penuh.
Ia menegaskan kekekalan hukum Taurat ”… selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun (hal yang paling remeh sekalipun) tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” Langit dan bumi akan hancur dan kacau, tetapi tidak satu pun Firman Allah yang akan gugur atau menjadi sia-sia. Apa pun yang menjadi milik Allah, sekecil apa pun itu adanya, akan dipelihara.
Kristus menyuruh murid-murid-Nya untuk memelihara hukum Taurat itu dengan hati-hati, dan menunjukkan kepada mereka bahaya yang timbul akibat melalaikan dan mencelanya (ay. 19). “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, apa lagi yang besar, seperti yang dilakukan orang Farisi, yang melanggar perintah Allah demi adat istiadat mereka (15:3), ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga.”
Kebenaran yang hendak ditegakkan Kristus harus melebihi kebenaran para ahli Taurat dan orang Farisi (ay. 20). Agama yang hendak dikukuhkan-Nya bukan saja untuk menyingkirkan kejahatan, tetapi juga untuk melebihi kebaikan para ahli Taurat dan orang Farisi. Murid Kristus harus berbuat lebih banyak dan lebih baik lagi daripada mereka, atau tidak akan masuk sorga. Mereka menjalankan hukum dengan setengah-setengah dan sangat menekankan bagian upacaranya, murid Kristus harus memberikan hati kepada Allah. Para ahli Taurat dan kaum Farisi ini hanya peduli dengan bagian lahiriah saja, tetapi murid Kristus harus memperhatikan kesalehan batiniah.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Hukum dan perintah Allah sudah jelas. Yang harus dilakukan tidak hanya sebagiannya atau yang nampak saja, melainkan semuanya dan bahkan lebih dari yang kelihatan atau tertulis. Untuk itu Roh Kudus memberikan hikmat dan kekuatan.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Leonardo Di Caprio, orang Amerika keturunan Jerman-Itali, merasa sangat terhormat ketika dia ditunjuk oleh PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) menjadi Duta Peduli Lingkungan Dunia. Padahal sebenarnya dia orang yang sudah besar, karena dia adalah aktor film Titanic yang terkenal di dunia itu. Dia berkata: “Ini adalah kewajiban bagi saya untuk angkat suara bagi momen yang penting untuk sejarah umat manusia. Ini adalah momen untuk bertindak bagaimana merespon terhadap krisis iklim dan menentukan nasib manusia di planet ini.” Dia pernah datang ke Indonesia dan mengusulkan pengembalian hutan Sumatra yang rusak yang mengakibatkan kematian banyak satwa (gajah, harimau, orang hutan) di pulau itu. Tetapi dia ditolak oleh Indonesia.
Isi
Para murid Kristus bukan hanya diterima oleh Kristus menjadi murid-muridNya sebagaimana adanya mereka yang sangat terbatas dan sederhana sebagai para nelayan. Mereka ditetapkan menjadi besar dan jauh lebih besar dari keberadaan mereka saat itu, yaitu menjadi garam dan terang dunia, ya dunia. Bukan hanya garam dan terang di lingkungan sekitar atau bangsa dan negara mereka saja, tetapi bagi dunia luas, seluruh dunia. Ini adalah status yang luar biasa besar bagi mereka. Ini adalah peranan yang sangat-sangat besar. Sebab, mereka umumnya tidak berpendidikan cukup. Mereka umumnya berkegiatan di lautan. Sekarang mereka ditetapkan dengan status yang merambah ke seluruh bagian dunia. Mereka tentu, dan semua orang, sangat familiar (tidak asing samasekali) dengan garam yang dihasilkan dari air laut dan terang yang mutlak dibutuhkan di tengah laut ketika mereka bekerja menjala ikan di waktu malam.
Mereka ditetapkan dan diutus untuk membuktikan status mereka sebagai garam dan terang dunia dengan segala tutur kata dan perbuatan baik mereka. Tidak dijelaskan secara rinci bagaimanakah tutur kata dan perbuatan baik yang menjadi bukti garam dan terang itu. Tutur kata dan perbuatan baik itu dimaksudkan supaya semua orang dapat melihat, mengalami dan merasakan agung dan mulia kasih, karya, kuasa dan kehendak Allah, sehingga semua orang memuliakan Bapa yang di sorga. Mereka, dengan bimbingan dan kekuatan Roh Kudus kemudian, harus dan pasti mampu memikirkan sendiri tutur kata dan perbuatan baik itu.
Hukum Allah yang harus dilakukan sudah diberikan kepada umatNya. Para ahli Taurat dan orang Farisi sudah menafsirkan dan menguraikan serta melakukannya. Tetapi para murid Kristus dikehendaki melakukan lebih banyak dan lebih baik dari apa yang dilakukan oleh mereka. Mereka melakukan hukum Allah untuk mencari puji-pujian bagi diri mereka sendiri, tetapi murid Kristus dikehendaki melakukan hukum Allah supaya Allah yang dimuliakan. Mereka melakukan hukum Allah itu secara lahiriah saja, tetapi murid Kristus dikehendaki melakukannya dengan dorongan hati nurani yang dalam, dengan dorongan jiwa yang tulus. Mereka melakukan sebagian saja dari hukum Allah itu, terutama yang bersifat ritual atau upacara ibadah saja, dan melalaikan bagian yang lain yang menyatakan kasih kepada semua orang.
Perbuatan seperti yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi itulah yang dilakukan oleh bangsa Israel dan para pemimpinnya dalam bacaan 1 Yesaya 58: 1-9. Allah tidak menghendaki perbuatan munafik seperti itu. Mereka berpuasa secara serius, tetapi berbuat semena-mena terhadap sesama. Berpuasa yang dikehendaki Allah adalah melakukan keadilan dan segala perbuatan baik kepada semua orang. Tanpa melakukan keadilan dan segala perbuatan baik, puasa dan ibadah kepada Allah menjadi sia-sia.
Para murid Kristus dikehendaki melakukan seluruh hukum Allah, baik yang berhubungan secara fertikal dengan Allah maupun bersifat horisontal dengan sesama manusia. Para murid Kristus dikehendaki mengatakan/ memberitakan dan melakukan segala jenis kebaikan, bukan sekadar yang tertulis atau ditetapkan dalam hukum Allah. Itulah yang dilakukan dan diteladankan oleh Kristus sendiri. Kristus samasekali tidak membatalkan Hukum Taurat, bahkan mengurangi sedikitpun tidak. Sebaliknya, Dia malah menggenapinya, melakukan semua yang tertulis dan melakukan lebih dari pada yang tertulis. Dia bahkan melakukan jiwa yang mendasari hukum itu dan yang menjadi tujuannya.
Memang jiwa yang mendasari hukum itu dan tujuannya tidak nampak dalam hukum itu, tersembunyi. Itulah yang harus dicari, digumuli, direnungan, ditemukan dan dilakukan oleh para murid Kristus. Usaha itu tentu sangat sulit jika dilakukan dengan kemampuan pikiran manusia sendiri. Yang tahu tentu adalah yang memberikan hukum itu, yakni Allah sendiri. Untuk itu, Roh Allah membimbing dan menguatkan para murid Kristus, setiap pengikutNya. Roh Kudus memberikan hikmat dan kekuatan untuk menemukan dan melakukan jiwa yang mendasari hukum itu. Berkat hikmat dan kekuatan Roh Kudus itulah Rasul Paulus, dan setiap pengikut Kristus, mampu menyebarkan dan melakukan Injil Kristus kepada orang-orang Korintus dan kepada semua orang (1 Korintus 2: 1-12).
Penutup
Dengan mampu melakukan segala kebaikan lebih dari apa yang tertulis dan ditetapkan itulah para murid Kristus, termasuk kita, dapat menjadi garam yang menyedapkan dan mengawetkan, serta menjadi terang yang menentramkan dan membahagiakan kehidupan semua orang; dapat menjadi berkat bagi sesama ciptaan Allah. Itulah tujuan diberikannya hukum Allah itu.
Mungkin yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana lebih konkritnya contoh dan bukti segala kebaikan yang menjadi jiwa dan tujuan hukum Allah itu? Pertanyaan ini akan dijawab dalam kotbah hari Minggu depan. Karena itu, datanglah beribadah besok Minggu ya! Jangan absen! Kiranya Roh Kudus menyemangati dan membimbing jiwa kita. Amin. [st]
Nyanyian: KJ 47: 1-3/ 400: 3, 4.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pembuka
Leonardo Di Caprio, tiyang Amerika tedhak turunipun tiyang Jerman-Itali, rumaos kinurmatan sanget nalika kapiji dening PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dados Duta Peduli Lingkungan sadonya. Kamangka, piyambakipun sampun dados tiyang agung, kondhang, karana piyambakipun menika bintang film Titanic ingkang kondhang ing donya menika. Piyambakipun mungel: “Iki dadi kuwajibanku unjuk swara kanggo kahanan kang wigati kanggo riwayating umat manungsa. Iki dadi wewengan kanggo tumindak ngadhepi krisis iklim (risaking mangsa) kang bisa ngowahi nasibing manungsa ing bumi iki.” Piyambakipun nate rawuh ing Indonesia lan atur pamrayogi mangsulaken kawontenaning wana ing Sumatra ingkang sampun risak ingkang njalari raja pati tumrap kathahing sato kewan (gajah, macan, orang hutan) ing pulo menika. Nanging piyambakipun dipun tampik dening Indonesia.
Isi
Para sekabatipun Gusti Yesus katampi dening Sang Kristus boten namung dados para siswa/ muridipun Gusti kados kawontenanipun ingkang sarwi winates lan prasaja minangka tukang njala ulam. Para sekabat menika katetepaken dados ageng lan langkung ageng sanget tinimbang kawontenanipun para sekabat rikala semanten, nggih menika dados “uyahing bumi” lan dados “pepadhanging jagad”. Para sekabat menika boten namung katetepaken dados sarem lan pepadhang ing lingkungan sakiwa-tengenipun utawi sabangsa negarinipun, nanging kangge salumahing bumi, saindhenging jagad. Menika satunggaling status ingkang ngedab-edabi tumrap para sekabat. Awit, meh sedaya para sekabat menika sanes tiyang sekolahan utawi ingkang berpendidikan cukup. Meh sedaya sabanipun menika wonten ing tengahing seganten. Samangke tiyang-tiyang menika kaparingan status ingkang nyrambahi salumahing bumi, saindhenging jagad. Tamtu para sekabat menika, kados dene sedaya tiyang, sami kawong sanget kaliyan sarem ingkang tukipun saking toya seganten lan pepadhang ingkang tansah kabetahaken ing tengahing seganten saben-saben sami nyambut damel njala ulam ing wanci dalu.
Para sekabat menika katetepaken lan kautus mujudaken statusipun minangka sareming bumi lan pepadhanging jagad srana pangucap lan tumindak utami. Ing waosan kita boten kasebataken kanthi cetha kados pundi pangucap lan tumindak utami ingkang dados bukti minangka wujuding sarem lan pepdhanging jagad menika. Pitembungan lan tumindak utami menika pinurih supados sedaya tiyang sami saged ningali, ngalami lan ngraosaken agung lan mulyaning sih katresnan, pakaryan, pangwasa lan karsanipun Allah, temah sedaya tiyang sami ngluhuraken asmanipun Allah Sang Rama ing swarga. Srana pitedah lan pitulunganipun Sang Roh Suci, para pendherekipun Sang Kristus mesthi saged menggalih piyambak pitembungan lan tumindak utami menika.
Angger-anggeripun Allah ingkang kedah katindakaken sampun kaparingaken dhateng umatipun. Para ahli Toret lan tiyang Farisi sampun ngentha-entha, njlentrehaken sarta nindakaken. Nanging para pendherekipun Sang Kristus dipun kersakaken tumindak langkung kathah lan langkung sae tinimbang ingkang katindakaken dening para ahli Toret lan Farisi menika. Para ahli Toret lan tiyang Farisi menika nindakaken angger-anggeripun Allah kangge pados pangalembana saking manungsa kagem dhiri pribadinipun, nanging para pendherekipun Sang Kristus dipun kersakaken nindakaken angger-anggeripun Allah supados asmanipun Allah pribadi ingkang kaluhuraken. Tiyang-tiyang menika sami nindakaken angger-anggeripun Allah sacara tata lairipun kemawon, nanging pendherekipun Sang Kristus pinurih nindakaken angger-anggeripun Allah srana krenteging manah ingkang lebet, kanthi tulusing manah. Tiyang-tiyang menika nindakaken saperangan kemawon saking angger-anggeripun Allah, nggih menika ingkang asipat ritual utawi tata pangibadah kemawon, lan nglirwakaken perangan sanesipun ingkang nedahaken katresnan dhateng sesami.
Kados patrapipun para ahli Toret lan tiyang Farisi menika ingkang katindakaken dening bangsa Israel lan para pimpinanipun, ing waosan 1: Yesaya 58: 1-9. Gusti Allah boten ngersakaken tumindak ingkang lamis (munafik) kados mekaten. Tiyang-tiyang menika sami siyam kanthi tumemen, nanging tumindak sawenang-wenang dhateng sesaminipun. Siyam ingkang dipun kersakaken dening Gusti Allah nggih menika nindakaken kaadilan lan sedaya tumindak utami dhateng sedaya tiyang. Tanpa nindakaken kaadilan lan sedaya tumindak utami, siyam lan pangibadah dhumateng Allah dados muspra, nglaha, lamis.
Para pendherekipun Sang Kristus dipun kersakaken nindakaken sedaya angger-anggeripun Allah, dadosa ingkang sesambetan kaliyan Gusti Allah mekaten ugi ingkang sesambetan kaliyan sesamining manungsa. Para pendherekipun Sang Kristus dipun kersakaken ngucapaken/ mawartosaken lan nindakaken sedaya sipating kasaenan, boten namung ingkang sinerat utawi katetepaken ing angger-anggeripun Allah. Lah menika ingkang katindakaken lan katedahaken dening Gusti Yesus piyambak. Gusti Yesus babar pisan boten arsa murungaken angger-anggeripun Allah, malah nyuda sekedhik kemawon boten. Swalikipun, Panjenenganipun malah nyampurnakaken, nindakaken sedaya ingkang sinerat lan kasaenan ingkang boten sinerat. Panjenenganipun nindakaken jiwaning angger-angger menika lan menapa ingkang dados eneripun.
Pancen jiwa (prekawis) ingkang nalesi lan ingkang dados enering pepaken menika boten kacetha ing angger-angger menika. Lah prekawis menika ingkang kedah dipun penggalih, dipun upadi, dipun gegilut, dipun panggihaken lan dipun tindakaken dening para pendherekipun Sang Kristus. Prekawis menika tamtu ewet menawi dipun tindakaken manut nalar budining manungsa. Awit ingkang pirsa menika inggih ingkang maringi angger-angger menika, anenggih Gusti Allah pribadi. Ingkang menika, Rohipun Allah paring pitedah, wangsit lan kekiyatan dhateng sedaya pendherekipun Gusti Yesus. Roh Suci maringi kawicaksanan lan wangsit sarta kekiyatan kangge manggihaken lan nindakaken jiwaning angger-angger menika. Lah awit kawicaksanan lan kekiyatan saking Roh Suci menika Rasul Paul, lan sedaya pendherekipun Sang Kristus, saged nyebaraken lan nindakaken Injiling Sang Kristus dhateng tiyang-tiyang Korinta lan dhateng sedaya tiyang (1 Korinta 2: 1-12).
Penutup
Klayan saged nindakaken saranduning kasaenan langkung saking ingkang sinerat lan katetepaken, para pendherekipun Gusti Yesus saged dados sarem ingkang nyedhepaken lan ngawetaken, saha dados pepadhang ingkang nentremaken lan mbingahaken pigesanganing saben tiyang; saged dados berkah tumrap sedaya titahipun Gusti Allah. Lah menika tujuaning angger-anggeripun Allah kaparingaken.
Mbokmenawi taksih wonten prekawis ingkang dados pitakenan, nggih menika: kados pundi cethanipun conto lan buktining sedaya kasaenan ingkang dados jiwaning lan tujuaning angger-anggeripun Allah menika? Wangsulanipun pitakenan menika badhe kaaturaken mbenjing dinten Minggu ngajeng. Mila, sedaya sami kaaturan rawuh ing pangibadah Minggu ngajeng nggih! Sampun wonten ingkang mlincur! Mugi Sang Roh Suci paring pambereg/ pangatag lan pitedah dhateng jiwa kita. Amin. [st]
Pamuji: KPK 210: 1 (2x)/ 113: 1-3.