Iman Dihayati dan Diajarkan Sejak Dini sebagai Laku Hidup Khotbah Minggu 5 Juli 2020

22 June 2020

Minggu Biasa – Pekan Anak
Stola Hijau

Bacaan 1         :  Kejadian 24 : 34 – 38
Bacaan 2         : 
Roma 7 : 15 – 25a
Bacaan 3         : 
Matius 11 : 16 – 19, 25 – 30

Tema Liturgis :  Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah
Tema Khotbah: 
Iman Dihayati dan Diajarkan Sejak Dini sebagai Laku Hidup

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kejadian 24 : 34 – 38

Kejadian pasal 24 ini menuturkan tentang Abraham yang mencari pasangan untuk anaknya, Ishak. Ia mengutus hambanya yang paling tua (yang terpercaya/yang telah lama bersamanya dan mengenal serta tahu kehidupan /sejarah Abraham), untuk menolongnya mencarikan istri bagi Ishak. Menariknya, Abraham sebagai seorang ayah tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya dan menurutnya perempuan tersebut mestilah dari bangsa/ negeri dari mana Abraham berada. Meskipun ia mengharapkan perempuan yang baik yang berasal dari negeri asalnya untuk anaknya, Abraham tetap memegang janji Tuhan Allah. Tuhan Allah mengutusnya pergi dari negerinya dan tinggal di tanah Kanaan. Oleh sebab itu, bilamana perempuan yang dipikirnya adalah terbaik dari negeri asalnya tidak mau ikut serta tinggal di tanah Kanaan. Maka, utusan Abraham pun tidak boleh memaksa perempuan itu dan utusan Abraham itu pun juga terbebas dari tugas tersebut. Sedangkan Ishak, anak Abraham juga tidak diizinkan untuk keluar dari tanah Kanaan, sebagai wujud ketaatan Abraham kepada Tuhan Allah yang memanggilnya.

Abraham mengimani bahwa Tuhan akan menyertai utusan Abraham berjumpa dengan perempuan yang akan menjadi pasangan bagi Ishak. Utusannya pun bertemu dengan Ribka. Ia tahu melalui cara perempuan ini memperlakukan orang asing dengan keramahtamahan, bahwa perempuan inilah yang diperkenan Tuhan bagi tuannya. Ribka ternyata bukan hanya seorang perempuan dari negeri asal Abraham tetapi ia adalah anak Betuel saudara Abraham. Dan ketika utusannya berjumpa dengan keluarga Ribka dan menyampaikan maksudnya. Kebaikan Tuhanlah yang diceritakan dulu sebagai dasar kehidupan tuannya hingga saat ini, sebagaimana Abraham mengimani dan menunjukkannya pada para hambanya. Dan memang terjadilah seperti yang diimani oleh Abraham, seorang perempuan dari bangsanya untuk Ishak, anaknya.

Roma 7 : 15 – 25a

Pada pasal tujuh ini, Paulus menjelaskan tentang hukum Taurat. Hukum Taurat itu suci, begitu pun dengan peraturan atau perintah yang ada di dalamnya. Melalui hukum Taurat, umat ditunjukkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak. Sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa melalui perintah yang suci, umat jadi tahu apa itu dosa, yakni apa yang harus dilakukan: haruslah dilakukan; apa yang dilarang dalam hukum Taurat itu: tidak boleh dilakukan. Di luar itu adalah dosa.

Pada pasal ini pula, Paulus menggunakan cara pandang yang secara kental menunjukkan pemisahan antara tubuh dan roh. Misalnya, roh ingin melakukan kebaikan tapi tidak bisa melakukan karena tubuhnya justru ingin melakukan hal yang tidak baik. Seakan-akan tubuh dan roh berpikir sendiri-sendiri dan tidak menjadi satu kesatuan.

Bagi Paulus, perintah suci yang ada dalam hukum Taurat itu adalah sesuatu yang rohani. Sedangkan Paulus merasa bahwa dirinya tidaklah rohani. Sehingga seringkali ia merasa gagal melakukan perintah dari hukum Taurat. Ia ingin melakukan yang baik tetapi tidak mampu sebab ia tidak rohani. Ia dikuasai oleh tubuhnya. Menurut pandangannya, tubuh adalah sesuatu yang tidak rohani dan segala sesuatu yang tidak rohani dipandangnya sebagai dosa. Maka bila ia tidak melakukan hukum Taurat, itu karena ia terperangkap dalam tubuhnya dan itu dosa. Namun dalam kesadarannya, ia menghayati bahwa satu-satunya yang dapat menolongnya lepas dari dosa yang memerangkapnya melalui tubuh yang fana ini adalah Tuhan Yesus Kristus. Untuk itu ia sungguh percaya Tuhan menolongnya dan bersyukur ada harapan untuk selamat.

Matius 11 : 16 – 19, 25 – 30

   Yesus telah melakukan panggilan pelayanannya. Karya-karya-Nya membebaskan dan memberi kelegaan bagi banyak orang. Meski banyak karya pembebasan yang telah dilakukan oleh Yesus, baik melalui mujizat atau pengajaran-pengajaran-Nya. Tetapi hal itu tidak mudah membuat orang percaya pada Yesus. Bahkan Yohanes Pembaptis yang dipakai oleh Allah untuk mewartakan kedatangan Sang Mesias pun juga banyak tidak didengarkan oleh orang-orang. Hal tersebut tampak pada saat Yohanes Pembaptis menghayati hidup dengan memilih hidup di padang gurun, bertarak : tidak makan seperti orang lain dan minum anggur serta tekun mewartakan firman Tuhan. Ia justru dicela, dipandang sebagai orang kerasukan setan : hidup dengan cara tidak wajar seperti kebanyakan orang. Begitu Yesus melakukan pelayannya dengan memilih cara yang berbeda dengan Yohanes Pembaptis. Yesus memilih untuk duduk dan makan bersama siapa saja. Yesus pun juga dicela.

Memang ada orang-orang yang berniat untuk tidak percaya, tidak peduli siapa dan apa yang dilakukan oleh orang pilihan Tuhan. Bisa jadi kebaikan yang telah dinyatakan oleh siapa saja yang diutus oleh Tuhan (bahkan oleh Yohanes Pembaptis, kemudian Yesus Kristus sendiri) memang tidak dapat dimengerti sebab lebih mengandalkan kepandaian dan kebijaksanaannya sendiri.

Namun bagi setiap orang yang jiwanya seperti anak-anak; bersih, murni dan jujur; yang datang dengan satu harapan bahwa Tuhan pasti akan menolongnya. Itulah yang dapat merasakan kebaikan dan kasih Tuhan. Dengan terbuka Tuhan sendiri yang mempersilahkan datang dan memberi kelegaan yakni ketenangan batin. Bukan berarti persoalan hidup akan langsung hilang tetapi diberinya kelegaan, ketenangan batin dan energi penuh pengharapan untuk menjalani hidup. Masalah/pergumulan ada, tetapi kekuatan kita menghadapinya diperbaharui.

Benang Merah Tiga Bacaan :

Karya penyelamatan terus dilakukan Allah di sepanjang hidup manusia. Caranya pun beragam dan terus menerus ada di tengah dunia ini dan berlaku bagi siapa saja. Namun tidak selalu bisa dirasakan oleh semua orang. Hanya orang yang memang memiliki niatan penuh untuk percaya pada Tuhan saja yang bisa merasakan bagaimana Tuhan berkarya, sekalipun berat tantangan atau pergumulannya tentu tetap dapat merasakan karya Tuhan menyertainya seperti yang terjadi pada Abraham dan Paulus. Sedangkan orang yang memang tidak berniat untuk percaya, akan sulit pula merasakan karya Tuhan. Bahkan bila itu dikerjakan sendiri oleh Tuhan yang datang ke dunia sebab hatinya memang tidak percaya.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Saudara yang terkasih, tidak jarang kita ingin segala sesuatu bisa berjalan dengan pasti dalam hidup ini. Kita ingin masa depan kita pasti, pengobatan yang kita lakukan pasti membawa kesembuhan, makanan yang akan kita makan besok pasti ada, kebutuhan untuk besok pasti tercukupi, sampai doa yang kita panjatkan juga terkabul secara pasti persis dengan yang kita minta. Itulah mengapa ada orang-orang yang hanya mau diobati oleh dokter X atau hanya mau didoakan oleh pendeta M. Sebab yang diharapkan bisa ‘pasti’ itu mestilah bisa dirasakan juga dalam hatinya. Dan itu hanya bisa ditentukan pada orang-orang tertentu. Padahal tidak ada segala sesuatu yang pasti dalam hidup ini. Ilmu pengetahuan yang dianggap pasti pun terus mengalami perkembangan, itu juga tidak bisa menjamin kepastian masa depan manusia. Lalu bagaimana kita menjalani hidup di tengah ketidakpastian ini? Apakah kita tidak akan berjuang untuk sembuh bila dokter kepercayaan kita tidak ada? Apakah kita akan berhenti berdoa dan beribadah kalau pendeta yang kita sukai tidak ada?

Isi

Saudara yang terkasih, saat Abraham diutus oleh Tuhan keluar dari bangsanya menuju pada tanah yang dijanjikan, Abraham tidak tahu pasti kemana tujuannnya. Tetapi Abraham dan keluarga beserta para hambanya tetap berangkat, hingga sampai di Kanaan dengan selamat. Ketika di tanah Kanaan, Abraham berpikir untuk mencarikan istri bagi Ishak, anaknya. Perempuan mana? Perempuan dari bangsanya sendiri, bukan perempuan tanah Kanaan. Pastinya perempuan yang mana? Ia pun belum tahu. Abraham meyakini Tuhan akan menolong utusannya berjumpa dengan perempuan yang ia imani diperkenan Tuhan akan menjadi istri bagi Ishak. Iman yang demikian dicontoh dan dilakukan oleh utusan Abraham. Bahwa Tuhan akan menolongnya berjumpa dengan perempuan bagi Ishak.

Keyakinan kepada Tuhan sedari awal sudah menjadi laku hidup dalam keluarga Abraham hingga semua hambanya. Sehingga segala sesuatu yang dilakukan, didasari penuh pada iman : Tuhan akan menolongnya. Oleh sebab itu, ketika perjalanan sampai di dekat mata air, tempat para perempuan mengambil air, terjadi sebagaimana tanda yang diminta pada Tuhan.

Tentu tanda bukan satu-satunya bukti dari sebuah iman. Tanda pun dapat berubah-ubah. Poinnya adalah bahwa niatan untuk percaya kepada Tuhan bukan sekedar dilakukan ketika ada sesuatu yang hendak dicapai. Percaya kepada Tuhan dilakukan sebagai jalan hidup: ketika jalan di depan tampak benderang dan pasti atau penuh tanda tanya dan misteri. Juga ketika melakukan kegiatan sehari-hari atau untuk sebuah perencanaan beberapa hari, bulan atau tahun ke depan. Ketika iman telah menjadi jalan hidupnya, yakni karena telah niatkan untuk selalu percaya pada Tuhan di setiap saat. Tanda apapun yang diberikan oleh Tuhan, tampak persis seperti yang kita minta atau berbeda, tampak menakjubkan atau tampak biasa saja. Maka orang beriman akan mengerti bahwa itu adalah karya Tuhan. Sederhananya, yang beriman akan mengerti bahwa Tuhan menjawab doanya melalui cara apapun.

Tetapi bila iman bukan sebagai jalan hidup. Percaya kepada Tuhan tidak diniatkan sejak awal. Maka apapun yang ditunjukkan Tuhan untuk menyayangi, menolong, menjawab doa pun akan berlalu begitu saja. Bahkan bila Tuhan sendiri pun yang datang menjumpai dan menolong, akan berlalu begitu saja. Sebab memang sedari awal tidak berniat untuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Misalnya saja, ingin hidup dalam kebenaran. Tetapi ketika ditunjukkan oleh Yohanes pembaptis melalui cara hidupnya yang bertarak; malah dianggap kerasukan setan. Dan ketika Yesus sendiri datang, menunjukkan cara hidup yang mau makan bersama, malah dicela. Jadi poinnya bukan sekedar tentang tanda, bukan tentang siapa yang datang, tetapi tentang iman, bagaimana tetap percaya kepada Tuhan dalam segala kondisi.

Beriman kepada Tuhan artinya meniatkan diri untuk percaya penuh pada Tuhan. Dan hal itu tidak selalu mudah dijalani. Paulus merasakan itu sulit untuk dilakukan. Ada banyak hal yang bisa membuat kita tidak sungguh-sungguh percaya pada Tuhan. Sebab beriman itu tidak sekedar melaksanakan aturan Taurat tetapi ada atau tidak ada aturan tetap percaya kepada Tuhan. Dan bagi Paulus, satu-satunya yang dapat menolongnya untuk tetap percaya dan selamat hanyalah Tuhan sendiri.

Saudara-saudara yang terkasih, kita menyadari bahwa dalam dunia tidak ada yang pasti. Cara Tuhan menjawab kita, tanda yang diberikan, siapa yang dipakaiNya semua itu juga tidak bisa kita pastikan. Bagaimana hidup kita beberapa jam lagi dan bagaimana masa depan anak cucu kita, semua serba tidak pasti. Namun, dari ketiga bacaan hari ini kita bisa belajar bahwa beriman kepada Tuhan adalah meniatkan dan melakukannya. Melatih diri untuk memiliki niatan yang sungguh percaya pada Tuhan dan tetap melangkah dengan percaya pada Tuhan.

Kita bisa sakit, tapi bukan berarti kita berhenti untuk hidup sehat. Bisa jadi dokter kepercayaan tidak ada lagi, tapi bukan berarti kita hilang harapan untuk sembuh. Kita bisa mendapat masalah di tempat kerja, tapi bukan berarti kita tidak lagi mau bekerja. Keluarga kita bisa saja mengalami musibah, tapi bukan berarti kita pergi meninggalkannya. Pasangan kita bisa saja berbeda pendapat dengan kita, tapi bukan berarti kita tidak lagi mau berpendapat. Hati kita terluka oleh ucapan teman di Gereja, tapi bukan berarti kita tidak mau lagi ke Gereja. Harapan kita bisa jadi tidak terkabul, tapi bukan berarti kita berhenti berdoa. Maksudnya adalah bahwa ada banyak hal dalam kehidupan kita yang berjalan tidak seperti yang kita harapkan, bahkan tidak bisa dipastikan perubahannya tetapi apapun yang terjadi itu tidak mempengaruhi percaya kita kepada Tuhan. Itulah iman.

Penutup

Sekalipun Abraham tidak tahu bagaimana perempuan bagi Ishak, tetapi melalui imannya, Abraham percaya Tuhan akan menolongnya. Itu diteladankan pada anak dan hamba-hamabnya. Sekalipun Paulus merasa dirinya lemah, tetapi melalui iman, ia percaya Tuhan menolongnya. Dan itu dibagikan melalui suratnya kepada jemaat-jemaat. Dan setiap orang yang berbeban berat pun disilakan untuk merasakan kelegaan melalui percaya kepada Tuhan yang berkarya dengan banyak cara atau melalui siapa saja.

Percaya dengan sepenuh hati kepada Tuhan itu mestilah diajarkan sejak dini kepada anak cucu kita, supaya percaya itu tidak pernah berhenti dan iman itu menjadi jalan hidupnya. Maka saudara yang terkasih, apapun tandanya, siapapun yang dipakai-Nya, bagaimanapun kondisinya, karya kasih Tuhan yang melegakan dapat dirasakan. (MT).

Nyanyian : KJ. 280 : 1, 2 , 3  Aku Percaya

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Para kekasihipun Gusti, asring kita punika kepingin punapa kemawon ing gesang kita saged sarwa pinesthi. Mangsa ing ngajeng kita  saged kelampahan kanthi pasti lan sae, pengobatan ingkang kita tindakaken saged ndadosaken kita sehat malih, tetedhan kita kangge benjing mesthi wonten, kabetahan punapa kemawon mesthi wonten kacekapan, ngantos pandonga ingkang kita aturaken dhumateng Gusti, saged kabul lan saged mesthi sami kados punapa ingkang kita pikajengaken. Bab punika ndadosaken wonten tiyang-tiyang ingkang namung purun dipunpriksa dokter X utawi namung kersa dipun dongaken kaliyan pendita M. Amargi ingkang dipun kajengaken saged “pasti” , saged dipunraosaken ing manahipun. Nyatanipun mboten wonten prekawis ingkang sarwa “pasti” ing gesang punika. Ilmu pangertosan ingkang dipun anggep ilmu pasti kemawon tansah wonten perkembanganipun lan mboten saged paring jaminan kangge gesangipun manungsa. Lajeng kados pundi prayoginipun kita nglampahi gesang ing donya ingkang sarwa mboten “pasti” punika? Punapa kita badhe nglokro nalika dokter ingkang kita pitados mboten wonten? Punapa kita badhe mandheg anggenipun ndedonga utawi ngibadah bilih pendita favorit kita mboten wonten?

Isi

Sedherek ingkang kinasih, nalika Abraham dipunutus dening Gusti Allah medal saking negerinipun tumuju panggenan ingkang kaprasetyaaken Gusti dhateng Abraham, Abraham enggal nindakaken punapa ingkang dipunkersakaken Gusti Allah, sanajan mboten pirsa wonten ing pundi panggenan punika. Ing kasunyatanipun Abraham saha brayat lan para abdinipun saged mlebet ing tanah prajanjian, tanah Kanaan kanthi tentrem rahayu. Nalika mapan ing tanah Kanaan punika, Abraham kepingin Ishak, putranipun, saged pikantuk semah ingkang sae. Nanging semah kagem Ishak mesthi kapendhet saking bangsa asalipun Abraham. Mboten pareng tiyang estri saking bangsa Kanaan. Lha, lajeng tiyang estri ingkang pundi ingkang nedahaken saged dados semah ingkang sae kangge Ishak? Abraham mboten ngertos. Ananging Abraham pitados kanthi gumolonging manah bilih Gusti Allah badhe nuntun abdinipun lan mitulungi supados saged kepanggih kaliyan tiyang estri ingkang badhe dados semah kangge Ishak.

Kapitadosanipun dhumateng Gusti, sampun dados lampah gesangipun Abraham sabrayat lan dipunwulangaken ugi marang para abdinipun. Punapa kemawon ingkang badhe dipuntindakaken, mesthi dipunlandhesi pitados dhumateng Gusti: bilih Gusti paring pitulungan. Pramila, nalika abdinipun sampun celak dhateng sumur kangge para estri mendhet toya, ing mriku sang abdi kepanggih kaliyan tiyang estri kados tandha ingkang dipunsuwun dhumateng Gusti. Lan punika dipunyakini kaliyan abdi punika minangka salah satunggaling cara Gusti Allah mitulungi.

Tamtu, tanda punika sanes bukti iman. Tanda ugi saged benten, saged gantos. Nanging wosipun niat pitados dhumateng Gusti Allah punika mboten namung dipuntindakaken nalika wonten kepinginan ingkang badhe dipuntuju. Pitados dhumateng Gusti Allah kedah dados laku gesang saben dinten: nalika margining gesang padhang utawi nalika peteng, nalika nindakaken pandamelan pandintenan ugi nalika ndamel rancangan kangge mbenjing, sasi ngajeng utawi kangge taun-taun ingkang badhe kalampahan. Nalika iman, kapitadosan dhumateng Gusti sampun dados laku gesangipun, mila tanda punapa kemawon ingkang dipunparingaken dening Gusti: sami kados ingkang kita suwun, ingkang ngeram-eramaken utawi ingkang biasa kemawon mboten dados masalah. Sacara ringkes, tiyang ingkang pitados kanthi tumemen badhe mangertos lan saged ngraosaken kanthi cara punapa kemawon Gusti makarya ing gesangipun.

Ananging, bilih kapitadosan dhumateng Gusti Allah mboten dados laku gesangipun, punapa kemawon caranipun Gusti Allah paring pitedah, paring wangsulan kangge pandonga-pandonga kita, paring pitulungan kangge kita, sedaya punika mboten saged karaosaken amargi pancen mboten niat pitados. Contonipun, kepingin gesang leres. Gusti Allah ngutus Yokanan Pambaptis,  lumantar cara gesangipun miji gesang ing gurun, tapa lan tarak; nanging malah dianggep kerasukan dhemit. Lajeng Gusti Yesus piyambak ingkang rawuh, nedahaken cara gesang  kersa dhahar sesarengan tiyang dosa, nanging nggih tetep dipunpaido. Sejatosipun pakaryanipun Gusti Allah  sampun wonten ing satengahing gesang, lumantar Yokanan utawi Yesus sacara langsung. Amargi mboten niat pitados, sedaya punika namung nglaha. Nanging kangge tiyang ingkang pitados kanthi tumemen saged dados margining berkat. Pokokipun sanes tanda punapa ingkang kaparingaken Gusti, ugi sinten ingkang rawuh, nanging ingkang wigati inggih punika bab kapitadosan, kados pundi kita pitados dhumateng Gusti ing satengahing kahanan ingkang sarwa mboten mesthi punika.

Pitados dhumateng Gusti Allah punika legawa masrahaken gesang ing pangrimatanIpun. Pancen mboten gampil dipuntindakaken, kathah prekawis ingkang dadosaken kita awrat kangge pitados. Awit pitados punika mboten namung nindakaken bab ingkang sampun kaserat dados tata cara Taurat. Iman punika wonten punapa mboten wonten aturan tetep pitados dhumateng Gusti. Lan miturut pamanggihipun Paulus, namung Gusti Allah piyambak ingkang saged mitulungi kita kangge tetep pitados dhumateng Panjeneganipun.

Para sedherek ingkang kinasih, kita sadhar bilih ing donya punika sarwa mboten mesthi. Caranipun Gusti paring wangsulan, tanda ingkang dipunparingaken, sinten ingkang dipunutus, sedaya punika mboten mesthi. Kados pundi gesang kita, gesangipun anak cucu kita, sedaya sarwa mboten pasti. Nanging, saking tiga waosan dinten punika, kita saged sinau supados tetep pitados ing kahanan punapa kemawon.

Nalika kita nandang sakit, mboten ateges kita mboten purun malih sehat. Bilih dokter ingkang kita pitados mboten wonten, mboten ateges kita kecalan pengajeng-ajeng kangge sehat malih. Bilih kita pikatuk bebendhu ing papan pendamelan kita, mboten ateges kita lajeng mandheg anggen kita nyambut damel. Brayat kita saged pikantuk reribet, ananging mboten ateges kita kedah mlajeng saking brayat kita. Semah kita nggadhahi pamanggih ingkang benten kaliyan kita, mboten ateges kita nesu lan mboten purun malih rembagan. Manah kita saged sedhih, mangkel, kuciwa kaliyan kanca rencang kita ing greja, nanging mboten ateges kita mandheg anggen kita ngabekti. Pangajeng-ajeng kita saged kemawon sirna, mboten kados ingkang kita kajengaken, ananging mboten ateges kita lajeng mandheg ndedonga dhateng Gusti Allah. Tegesipun, kathah prekawis ingkang mboten sami kaliyan kita pikajeng kita, sarta kathah ingkang mboten pasti, nanging punapa kemawon prekawis punika, sedaya punika mboten ngicalaken kapitadosan kita dhumateng Gusti.

Panutup

Sanajan Abraham mboten ngertos tiyang estri ingkang dados semahipun Ishak, nanging lumantar kapitadosanipun Abraham, Gusti paring pitulungan. Bab iman dhateng Gusti Allah punika dipunwucalaken Abraham dhateng putra lan abdinipun. Mekaten ugi Paulus, sanajan rumaos mboten gadhah daya lan kuasa, nanging lumantar kapitadosanipun dhateng Gusti, Gusti Allah kersa paring pitulungan. Imanipun dhateng Gusti Allah punika dipunwartosaken dhumateng pasamuwan-pasamuwan. Lan kangge sinten kemawon ingkang ngalami prekawis entheng uga awrat dipun parengaken ngraosaken pitulungan lumantar maneka cara lan sinten kemawon ingkang dipun agem Gusti.

Pitados kanthi gumolonging manah, jiwa raga prayoginipun dipunwucalaken dhateng para putra lan wayah, supados kapitadosan kita mboten mandheg, kepara saged dados margining gesang. Pramila para sedherek ingkang kinasih, punapa kemawon tandanipun lan ing kahanan punapa kemawon, pakaryanipun Gusti ingkang paring pitulungan lan ndadosaken bingah ing manah tansah saged dipunraosaken sinten kemawon.  (MT).

 

Pamuji : KPJ. 175 : 1, 2  Neng Gunung Wah Neng Ngare

Renungan Harian

Renungan Harian Anak