Minggu Biasa – Pekan Anak
Stola Hijau
Bacaan 1 : Kejadian 25 : 19 – 34
Bacaan 2 : Roma 8 : 1 – 11
Bacaan 3 : Matius 13 : 1 – 9, 18 – 23
Tema Liturgis : Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah
Tema Khotbah: Tanah yang Baik Itu Adalah Keluarga
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kejadian 25 : 19 – 34
Esau dan Yakub adalah anak-anak yang meramaikan kehidupan keluarga Ishak – Ribka pada ulang tahun perkawinannya yang ke-20. Ishak punikah pada usia 40 tahun (ayat 20) dan memiliki anak pada usia 60 tahun (ayat 26). Sepanjang orang hidup berkeluarga, seringkali menghadapi jalan yang berliku dan penuh dengan hiruk pikuk pergumulan, tak terkecuali keluarga Ishak dan RIbka. Bagi keluarga kecil mereka, pergumulan yang harus dihadapi adalah belum hadirnya seorang anak setelah hampir dua dasawarsa mereka hidup bersama. Pergumulan itu serius, mengingat janji Tuhan kepada Abraham bahwa yang akan disebut keturunannya ialah yang berasal dari Ishak (Kejadian 21 : 12). Bagaimana janji itu akan terpenuhi jika Ribka dalam keadaan mandul? Situasi yang dihadapi isterinya ini mirip seperti kondisi Sara, ibunya sebelum mengandung dirinya.
Dalam pergumulan yang berat itu, Ishak berdoa untuk isterinya dan Tuhan mengabulkan doanya. Doa Ishak dipenuhi dalam diri Ribka yang mengandung. Namun, pergumulan itu belum juga selesai karena anak yang ada dalam rahim Ribka bertolak-tolakan. Keluarga kecil Ishak dan Ribka menjadi gambaran keluarga di sepanjang jaman. Keluarga yang tidak lepas dari persoalan. Satu selesai, menyusul persoalan yang lainnya. Dalam pergumulan itu, Ribka melakukan sikap yang tepat dengan datang kepada Tuhan untuk minta petunjuk (ayat 22). Tuhan menjadi kepala atas keluarga kecil Ishak dan Ribka.
Roma 8 : 1 – 11
Ketika Paulus bergumul dengan pertanyaan, “siapakah yang dapat melepaskan aku …?” maka bacaan ini menjadi jawabannya. Pembebasnya adalah Roh, yang tidak lain adalah kekuatan dari Kristus Yesus. Panggilan Kristen itu hidup tidak untuk dirinya sendiri, melainkan hidup untuk tunduk kepada Roh Kristus. Dengan hidup dalam persatuan dengan Kristus, orang Kristen terhubung dengan kekuatan Roh yang akan memberikan pimpinan dan kekuatan dalam menemukan kehidupan dan kedamaian. Hal yang tidak mungkin diberikan oleh hukum Taurat. Karena hidup ini telah dikuasai oleh Kristus dan dituntun oleh Roh-Nya, maka dalam setiap apa yang dilakukan orang Kristen dalam hidup, harusnya ada dalam kendali Roh Tuhan. Seluruh hidup ini dipersembahkan untuk tunduk dan taat pada pimpinan Roh yang adalah kehidupan oleh karena kebenaran.
Matius 13 : 1 – 9, 18 – 23
Dunia pertanian yang dipakai perumpamaan oleh Tuhan Yesus dalam mengajar itu merupakan dunia yang akrab dengan masyarakat waktu itu. Ketika perumpamaan tentang penabur itu diajarkan, maka bisa dibayangkan bahwa pada saat itu Yesus menjadikan perahu sebagai mimbar-Nya dan mungkin nampak di hadapan mereka, ada petani yang sedang menaburkan benih. Yesus memakai contoh sederhana, yang nampak di depan mata dan dialami setiap hari sebagai sumber belajar mengenai kebenaran Firman-Nya. Melalui pengalaman terdekat, Yesus memberi wejangan mengenai benih yang adalah ajaran Yesus tentang Kerajaan Sorga. Benih yang berbuah itu adalah para murid-Nya dan benih yang sia-sia adalah mereka yang tidak percaya. Benih itu menjadi sia-sia karena jatuh ke tanah yang buruk : di jalanan (ayat 4), tanah yang keras (ayat 5), dan di antara duri-duri (ayat 7). Namun benih yang jatuh di tanah yang baik (ayat 8) menghasilkan buah yang banyak dan melimpah. Tanah yang baik ini kondisi yang sesuai dan membuat pesan Yesus diterima serta menghasilkan buah yang melimpah (ayat 23). Sedangkan tanah yang buruk adalah keadaan yang tidak layak, yang melambangkan ketidak-mengertian karena si jahat menghalanginya (ayat 19), kadangkala yang membuatnya tidak mampu bertahan saat datang penindasan dan penganiayaan (ayat 21), serta kekuatiran dalam diri mereka oleh karena minat duniawi serta keinginan akan kesejahteraan (ayat 22). Dalam tanah yang baik, pesan Yesus diterima dan menghasilkan buah melimpah (ayat 23).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Keluarga adalah tempat pertama dan utama iman itu disemaikan, bertumbuh dan berbuah nyata. Keluarga yang membangun diri seperti tanah yang baik akan memandang setiap peristiwa hidup yang ada disekitarnya sebagai sarana untuk bertumbuh, sesederhana apapun itu, sehingga akan menghasilkan buah yang melimpah. Keluarga yang mampu menjadi tempat persemaian iman yang baik, bertumbuh dan berbuah melimpah adalah keluarga yang menjadikan Tuhan sebagai kepala keluarga dan senantiasa mempersembahkan hidupnya untuk dituntun oleh Roh-Nya.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
(Pada penutupan Pekan Anak dalam bulan keluarga ini, biasanya ibadah dilakukan bersama-sama seluruh warga sehingga jika anak-anak turut serta, tanyakan juga pertanyaan ini kepada mereka.)
Bapak, ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan,
Apakah saudara mempunyai tempat favorit dalam keluarga? Bagian mana dari rumah saudara, yang menurut saudara menjadi tempat favorit bersama (suka ngumpul di situ)? Mengapa? Apakah yang saudara lakukan di tempat favorit itu? Sebagian orang menjadikan meja makan sebagai tempat favorit mereka, dimana mereka bisa makan sembari ngobrol tentang banyak hal bersama keluarga. Sebagian lagi menjadikan dapur sebagai tempat yang asyik karena sembari masak mereka juga bisa bercanda dan ngobrol tentang apapun. Sebagian lagi mungkin ruang tidur, karena di sana mereka bisa bercerita tentang apapun sampai ketiduran. Dalam kebersamaan yang dibangun itulah, pengalaman-pengalaman hidup keluarga bisa menjadi sumber belajar yang berharga. Ketika keluarga berkumpul mengitari makanan di meja, bukankah itu saat yang tepat mensyukuri berkat pemeliharaan Tuhan. Ketika sedang sibuk menyiapkan makanan di dapur, bukankah itu juga kesempatan yang baik untuk menjelaskan tentang tanggung jawab kita menjaga hidup yang dianugerahkan Tuhan dengan baik dan tetap sehat. Bahkan, seandainya masakan kita itu rasanya ambyar tidak seperti yang diharapkan, bukankah itu juga saat yang berharga untuk belajar tentang kegagalan, mencari penyebabnya dan bagaimana ke depannya supaya tidak terulang.
Isi
Menjadikan apa yang nampak di depan mata dan sedang dialami sebagai sumber belajar, dilakukan juga oleh Tuhan Yesus ketika mengajar para murid tentang kerajaan Sorga. Dia menjadikan penabur, benih dan ladang sebagai perumpamaan dalam menjelaskan. Dunia pertanian sangat akrab dengan manusia. Sangat mungkin ketika mengajar banyak orang yang berbondong-bondong dan mengerumuni-Nya itu Yesus menggunakan perahu sebagai mimbar, sementara tak jauh dari danau itu ada petani yang sedang menabur.
Keluarga adalah sumber belajar yang kaya tentang kehidupan. Ini adalah tempat pertama dan utama anak-anak bertumbuh dalam iman bersama dengan orang dewasa yang meneladankan buah-buah perbuatan yang baik. Keluarga Kristen dipanggil untuk menjadi tanah yang baik, dimana pesan Tuhan diterima dan dimengerti dengan baik, lalu setiap waktu dan terus menerus dipraktekkan dalam laku hidup. Dalam laku orang tua memperlakukan anak-anak, dalam laku orang tua menyambut tamu, menyapa orang lain, berbagi dengan mereka yang membutuhkan, bekerja dengan rajin, berkendara di jalanan, maupun tidak melibatkan diri dalam pembicaraan dan candaan yang kotor. Dalam peristiwa-peristiwa itu, orang tua bisa mengajar anak-anak tidak hanya dengan kata, namun dengan laku yang nyata.
Tanah yang baik untuk benih yang berbuah melimpah itu tidak terjadi dengan begitu saja. Petani mengupayakan banyak hal untuk itu, seperti membajak atau mencangkul untuk menggemburkan tanah supaya benih itu bisa diterima bahkan tumbuh subur dan berbuah. Keluarga Kristen yang dipanggil untuk berbuah dalam hidup perlu mengupayakan banyak hal untuk menyiapkan tanah yang baik itu, melalui bacaan, tontonan atau mungkin wisata yang bisa mengenyangkan jiwa dan menolong diri untuk berefleksi. Tidak cukup memberi makanan bergizi bagi badan, batin pun membutuhkannya.
Tantangan sekarang tidak mudah. Keluarga Kristen digempur dari berbagai penjuru yang siap melemahkan dan mendangkalkan sehingga pesan Kristus mungkin dimengerti, namun tidak bertahan lama apalagi mewujud dalam laku nyata. Tontonan yang dilihat keluarga sehari-hari sering menampilkan persaingan yang tidak sehat dianggap wajar, kemewahan adalah tujuan hidup, bekerja hanya sekedar mengejar harta dan jika harapan tidak menjadi nyata orang akan mencari kambing hitam, berbuat curang bahkan nekat. Tidak banyak bacaan yang baik dan bermutu di rumah-rumah keluarga Kristen yang berisikan kisah-kisah yang hidup dan inspiratif tentang perjuangan hidup yang mengasah otak dan batin. Wisata yang dilakukan seringkali hanya sekedar bisa mendapat foto yang indah dan bisa dipamerkan, bukan demi menyegarkan jiwa dan lebih mensyukuri hidup. Orang tua kesulitan mengendalikan perilaku anaknya dan menyerahkannya pada gadget yang dianggapnya akan membuatnya tenang dan manut. Dampaknya, anak-anak mengalami ketidakpercayaan diri untuk berkomunikasi dan bersosialisasi, karena gadget adalah teman akrabnya sejak dini. Orang tua lebih suka bertanya tentang nilai dan rangking anaknya, ketimbang bertanya tentang perasaan mereka dan mendengarkannya.
Sungguh, tantangan keluarga Kristen tidak semakin mudah. Namun, sebesar apapun pergumulan dan perjuangan untuk menjadikan keluarga kita tanah yang baik, dibutuhkan upaya yang besar juga untuk menundukkan diri pada pimpinan Roh Kristus. Dialah yang mampu membebaskan kita dari segala jerat yang membelenggu langkah kita untuk bertumbuh dan berbuah. Menjaga hubungan keluarga dengan Kristus akan menjadi energi besar dalam memperjuangkan kedamaian. Mungkin bukan kemudahan yang kita temui, namun Roh Kristus memberikan kekuatan pada kita melewati yang tak mudah itu. Paulus berpesan supaya seluruh hidup ini dipersembahkan untuk tunduk dan taat pada pimpinan Roh yang adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Sehingga, sekalipun sebenarnya tidak suka dan tidak enak, karena itu hal yang benar, maka orang akan berupaya berjuang.
Sikap yang demikian ini juga dialami oleh keluarga kecil Ishak dan Ribka. 20 tahun hidup bersama sebagai suami isteri tanpa anak yang dijanjikan oleh Tuhan pastilah menjadi pergumulan tersendiri. Namun dalam situasi itu, mereka tetap menjadikan Allah sebagai kepala bagi keluarganya. Hal itu nampak dalam sikap Ishak yang berdoa dan dijawab oleh Allah melalui kehamilan Ribka. Ketika Ribka mengeluh karena mengandung dua bayi dalam rahimnya, iapun melakukan sikap yang tepat dengan meminta petunjuk Allah.
Penutup
Bagaimana dengan keluarga kita? Di bulan keluarga ini, keluarga kita dipanggil untuk menjadi tanah yang baik dengan menjadikan Tuhan sebagai kepala. Segala perbuatan berangkat dan bermuara kepada-Nya, yang selalu kita libatkan. Mari mengelola segala urusan dengan menundukkannya dalam pimpinan Roh-Nya. Bahkan, melalui setiap peristiwa yang setiap hari kita alami bersama keluarga, mari menjadikan semua itu sebagai sumber belajar dan refleksi yang akan menumbuhkan iman kita dan menjadikan kita berbuah dengan melimpah. Amin. (KRW).
Nyanyian : KJ. 451 “Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga”
—
RANCANGAN KHOTBAH : BASA JAWI
Pambuka
Punapa wonten brayat ingkang kagungan panggenan favorit ing griya? Ingkang asring kita dadosaken panggenan ngempal sesarengan. Kenging punapa kok dipun remeni? Punapa ingkang kita lampahi nalika ngempal ing ngriku? Saperangan tiyang ndadosaken ruang dhahar dados panggenan favorit karana nalika sami dhahar sinambi ngobrol bab punapa kemawon sesarengan. Saperangan tiyang ndadosaken pawon dados panggenan favorit karana sinambi masak, saged gojeg lan ngobrol. Saperangan malih ndadosaken kamar kangge tilem dados panggenan favorit karana saged ngobrol maneka warni bab ngantos keturon. Lumantar pengalaman-pengalaman gesang punika brayat saged sinau prekawis ingkang wigati. Nalika sedaya brayat kempal ngupengi tetedhan ing meja, punika rak wekdal ingkang sae kangge ngaturaken panuwun awit berkah lan pangrimatanipun Gusti Allah. Nalika sedaya brayat saweg repot nyawisaken tetedhan ing pawon, punika rak wekdal ingkang sae kangge njlentrehaken bab tanggel jawab kita ngrigenaken gesang ingkang sampun kaparingaken dening Gusti supados tansah sehat. Senaosa tetedhan kita punika raosipun ambyar boten kados ingkang kita rancang, punika rak nggih wekdal ingkang sae kangge sinau bab kegagalan, ngupadi punapa ingkang murugaken gagal lan kadospundi supados ing tembe ngajeng boten kalampahan malih.
Isi
Ndadosaken punapa ingkang katingal lan saweg kalampahan dados sumbering sinau, katindakaken ugi dening Gusti Yesus nalika paring piwulang dhumateng para sakabat bab Kratoning Swarga. Panjenenganipun ndadosaken juru nyebar wiji, wiji lan lemah minangka pasemon anggenipun paring piwulang. Gambaran bab tetanem lan taneman punika mesthinipun dipun mangertosi kaliyan tiyang kathah. Saged ugi, nalika Gusti Yesus saweg paring piwulang tumrap tiyang kathah ingkang sami gumrudug, mbokmenawi boten tebih saking ngriku wonten juru nyebar wiji saweg makarya.
Ing satengahing brayat, sejatosipun kathah bab ingkang saged dados sumbering pasinaon bab gesang. Punika panggenan ingkang utami nuwuhaken iman kapitadosanipun para lare sinarengan tiyang diwasa ingkang paring tuladha bab gesang ingkang ngetohaken uwoh kesaenan. Brayat Kristen katimbalan dados lemah ingkang becik, ingkang wonten ing ngriku pangandikanipun Gusti Allah dipun tampeni lan dipun lampahi saben wekdal lan tansah dipun wujudaken ing gesang nyata. Inggih punika wonten ing tumindakipun tiyang sepuh ingkang nggulawentah para putranipun, ing tumindakipun tiyang sepuh anggenipun ngladosi tamu, sapa aruh kaliyan tiyang sanes, andum berkah kaliyan tiyang sanes ingkang mbetahaken, anggenipun makaryo, boten curang lan tumindak kosro. Lemah ingkang becik lan nuwuhaken uwoh ingkang kathah lan tikel-tikel punika mbetahaken usaha ingkang ageng, kados ta dipun krakal utawi pacul supados saged dipun tanemi. Wusananipun, taneman punika saged tuwuh ngrembaka lan ngetohaken uwoh ingkang kathah. Brayat Kristen katimbalan ngetohaken woh kesaenan, kedah ngupadi lemah ingkang sae lumantar waosan, tontonan utawi wisata ingkang nyekapi kabetahanipun batin lan dados bahan refleksi. Boten namung badan jasmani ingkang mbetahaken tetedhan ingkang sae lan bergizi, karohanen ugi betahaken.
Brayat Kristen samangke ngadhepi tantangan awrat ingkang ndadosaken pangandikanipun Gusti Yesus namun dipun mangertosi nanging boten saged ndedalem ing satengahing brayat, punapa malih mawujud ing gesang nyata. Tontonan ingkang saben dinten dipun pirsani brayat Kristen ngetingalaken persaingan ingkang boten sehat punika kaanggep limrah, kemewahan minangka pangajeng-ajenging gesang, makaryo karana mburu bandha, lan menawi ingkang dipun rancang boten kasembadan tiyang badhe pados kambing hitam, tumindak curang malah kepara nekat. Boten kathah waosan (bacaan) ingkang sae lan bermutu ing dalemipun keluarga Kristen ingkang isinipun bab kisah-kisah inspiratif ingkang ngasah pikiran lan batin. Wisata ingkang dipun lampahi asring namung supados angsal foto ingkang sae lan saged dipun pameraken, sanes supados manahipun langkung seger lan tansah saos sukur ing gesangipun. Tiyang sepuh ingkang boten saged ngendhaleni para putranipun langkung remen maringi HP / gadget ingkang ketingal saged ndadosaken lare tenang lan manut. Pramila, kathah anak ingkang boten kendel (percaya diri) nalika srawung lan wicantenan kaliyan sesaminipun karana gadget sampun dados kanca kentelipun wiwit alit. Taksih kathah tiyang sepuh ingkang langkung remen ndangu bab biji lan rangking putranipun, katimbang ndangu bab punapa ingkang dipun raosaken lan mirengaken pasambatipun para putranipun.
Saestu, tantangan brayat Kristen boten tansaya gampil, ning tansaya awrat. Nanging, kadosa pundi agengipun tantangan ingkang dipun adhepi saged ndadosaken brayat punika kadosdene lemah ingkang becik? Punika mbetahaken kesanggeman masrahaken diri wonten ing panuntuning Roh Kristus. Panjenenganipun ingkang kuwaos nguwalaken kita saking sedaya jerat ingkang ngadhang-adhangi langkah kita saged tuwuh lan nguwoh ngrembaka. Tansah njagi sesambetan kaliyan Sang Kristus punika saged dados daya ingkang ageng nggayuh katententreman. Mbokmenawi ingkang asring kita panggihi punika kangelan lan karibedan, nanging Roh Kristus tansah maringi kekiyatan nglangkungi sedaya punika. Rasul Paulus ngengetaken bilih gesang punika kedah kapingsungsungaken kanthi tunduk lan taat dhumateng pimpinanipun Roh Kayekten, saengga, senaosa kadhang boten remen nindakaken, nanging karana punika bab ingkang leres, badhe dipun upadi.
Tumindak kados mekaten punika ingkang dipun lampahi dening brayatipun Ishak lan Ribka. 20 tahun gesang bebrayan tanpa putra ingkang dipun prasetyakaken dening Gusti mestinipun boten entheng. Nanging, ing satengahipun kahanan punika, piyambakipun tansah ndadosaken Gusti Allah minangka Sesirahipun brayat. Punika ketingal mawi sikapipun Ishak ingkang ndedonga lan dipun sembadani dening Gusti Allah nalika Ribka ngandhut. Mekaten ugi, nalika Ribka sambat bab bayi ingkang wonten ing kandhutanipun, piyambakipun tumindak ingkang leres kanthi nyuwun pitedahipun Gusti Allah.
Panutup
Kadospundi kaliyan brayat kita? Ing satengahipun wulan brayat punika, kita katimbalan tansah ngupadi dados brayat ingkang ndadosaken Gusti punika sesirah. Sedaya ingkang kalampahan mijil lan tumuju dhumateng Panjenenganipun. Sumangga, ngrigenaken urusan pigesangan wonten ing pangrehipun Sang Roh. Lumantar saben prekawis ingkang kalampahan saben dinten ing satengahipun brayat, kita ndadosaken punika sumbering sinau lan refleksi ingkang bandhe nuwuhaken iman kapitadosan kita supados saged ngetohaken woh ingkang kathah. Amin (KRW).
Pamuji :
- KPJ. 326 “Punika Brayat Kula”
- KPJ. 316 “Brayat kang Tinangsulan ing Tresna”