Minggu Biasa III – Pembukaan Bulan Keluarga
Stola Hijau
Bacaan 1 : Yeremia 28 : 5 – 9
Bacaan 2 : Roma 6 : 12 – 23
Bacaan 3 : Matius 10 : 40 – 42
Tema Liturgis : Keluarga yang Lestari dan Ikut Serta dalam Karya Tuhan Allah
Tema Khotbah: Keluarga yang Hidup Taat pada Peraturan Allah
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yeremia 28 : 5 – 9
Konflik Yeremia dengan nabi-nabi palsu terus berlanjut. Nabi palsu silih berganti ada untuk mengganggu kehidupan umat Tuhan dengan cara memalsukan firman Tuhan. Kali ini Yeremia berhadapan dengan seorang nabi yang bernama Hananya. Hananya memberitahukan kepada Yeremia, para imam dan seluruh rakyat Yehuda bahwa Firman yang ia terima dari Allah. Seluruh rakyat dan para imam yang menyaksikan perdebatan dari mereka sulit menentukan siapa yang benar. Hal ini dikarenakan, pertama isi firmannya hampir sama. Firman yang dibawa oleh Hananya tidak membantah bahwa perkakas Bait Allah akan dirampas oleh Babel dan bangsa Yehuda yang dalam pembuangan memang menerima hukuman dari Allah melalui Babel. Perbedaannya hanya pada jangka waktu, Hananya memberitakan bahwa dalam waktu 2 tahun Yehuda akan dipulihkan, sedangkan Yeremia memberitakan bahwa Yehuda akan pulih setelah 70 tahun di Babel. Kedua, baik Hananya dan Yeremia menyampaikan firman Allah dengan pola yang sama yaitu : “Beginilah firman Tuhan.” Ketiga, Hananya menggunakan aksi yang spektakuler (mematahkan gandar yang ada di tengkuk Yeremia) untuk memperkuat berita yang ia bawa (ay. 10–11). Lantas bagaimana respon Yeremia?
Yeremia tidak mau jika rakyat Yahudi menjadi bingung dengan perdebatan mereka, yang akan mengakibatkan kekacauan sebab tentara Babel ada di ambang pintu. Ia tidak mau rakyat menjadi korban perdebatannya dengan Hananya. Kasih Yeremia kepada Yehuda sangatlah besar, karena itulah Yeremia membantah pemberitaan Hananya dengan sangat bijak dan penuh kehati-hatian (Ay. 5-6). Ia meminta rakyat Yehuda menganalisa pemberitaan Yeremia berdasarkan kebenaran yang disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya (Ay. 8-9). Ketika Hananya mulai main kekerasan, ia memilih untuk menyingkir (Ay. 11). Yeremia kembali menemui Hananya setelah Allah memerintahkannya untuk memberitakan kepastian penghukuman Allah atas Yehuda dan kematian Hananya karena telah memberitakan nubuat palsu dan menyesatkan bangsa Yehuda.
Roma 6 : 12 – 23
Pada zaman Paulus, seorang hamba atau budak adalah orang tidak mempunyai kemerdekaan. Ia adalah milik tuannya, ia hidup untuk tuannya. Hidupnya dikontrol penuh oleh tuannya itu. Itulah gambaran keterikatan manusia apabila berbuat dosa atau menyerahkan diri kepada dosa. Namun Paulus mengingatkan bahwa kita telah diselamatkan dan dibebaskan dari perhambaan dosa. Kita bukan lagi hamba dosa, kita adalah hamba Kristus yang hidup dalam kebenaran. Sebagai orang Kristen perlu menyadari bahwa menjadi hamba itu bukan suatu yang pasif menerima nasib saja. Menjadi hamba siapa kita, tergantung pada sikap aktif kita menyerahkan diri kepada Allah ataukah kepada dosa? (Ay. 18).
Hanya karena kasih karunia Allah, Yesus Kristus telah menebus dan membebaskan kita dari dosa dan membuat kita menjadi hamba kebenaran. Pengorbanan Yesus Kristus membayar seluruh hutang dosa manusia. Dalam pandangan Paulus, manusia menjadi sangat berharga bagi Allah. Kita dijadikan orang-orang yang merdeka dari dosa, menjadi hamba Kristus dan kebenaran. Hidup kita bagi Dia! Hidup dalam kekudusan dan kemuliaanNya! Sekali lagi Paulus mengingatkan kepatuhan pada dosa akan membuat hidup kita tidak berbuah, memalukan dan berujung maut. Tetapi ketaatan pada kebenaran dan hidup kudus akan membawa pada hidup kekal.
Matius 10 : 40 – 42
Sekilas tampak, perkataan Yesus membawa kontradiksi. Ia yang adalah Raja Damai mengatakan bahwa kedatangan-Nya bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Kedatangan Kristus memang membawa damai, damai di antara manusia dengan Allah dan damai di antara sesama manusia. Namun demikian ada hal yang tidak dapat dielakkan, kedatangan Kristus juga membawa pertentangan antara orang yang percaya kepada-Nya dan yang tidak, antara gelap dan terang. Pertentangan ini dapat terjadi bahkan di antara orang – orang yang tinggal dalam satu rumah atau di antara orang-orang yang memiliki pertalian darah. Bila mengikut Yesus membuat orang terpisah dari keluarganya, itulah harga yang harus ia tanggung. Yesus menuntut orang percaya memprioritaskan Dia lebih daripada sanak keluarganya (Ay. 37-38). Ini memang tidak mudah! Akan tetapi Ia menjanjikan bahwa pilihan itu tidak sia – sia. Kristus memberikan penghiburan kepada para murid. Pelayanan mereka tidaklah sia-sia. Ada sukacita besar melebihi penderitaan memikul salib (Ay. 40 – 42).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Tuhan Allah memberikan firman-Nya agar manusia mengetahui akan apa yang menjadi kehendak dan perintahNya. Melalui ketetapan firman-Nya yang disampaikan itu, Allah menghendaki agar umat-Nya beroleh keselamatan dan hidup. Sehingga setiap orang percaya dituntut untuk mematuhi firman dan kehendak Allah itu. Karena setiap orang yang taat dan melakukan firman Allah dan kehendakNya akan mendapatkan kemuliaan dan hidup bersama Allah sekalipun mereka harus mengalami penderitaan, pencobaan, tantangan dan pergumulan dalam hidup mereka di dunia.
RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)
Pendahuluan
Dalam kehidupan bersama di masyarakat tentunya ada peraturan, norma-norma dan etika yang harus ditaati untuk kebaikan bersama. Misalnya: kita akan memasuki sebuah pemukiman penduduk yang kebetulan banyak gang-nya, di pintu atau jalan masuk gang ada tulisan “Lebih sopan anda turun”. Artinya pengurus RT setempat menghimbau kepada para tamu maupun penduduk setempat agar mereka tidak mengendarai kendaraan/ motor mereka pada saat melewati jalan di gang tersebut. Terlebih orang akan lebih menghargai kita jika kita mau turun dari kendaraan kemudian berjalan kaki atau sambil menuntun kendaraan kita tersebut. Seandainya kita tidak mematuhi aturan itu, pasti penduduk di gang tersebut akan marah, menegur agar kita lebih sopan atau turun dari kendaraan.
Pun demikian dengan kehidupan keluarga, setiap keluarga tentunya mempunyai aturan-aturan yang mengikat setiap anggota keluarga tersebut. Aturan yang dibuat dan disepakati menuntut ketaatan setiap anggota keluarga di dalamnya. Contoh ada keluarga yang membuat “aturan 1821” yaitu aturan jam belajar bagi anak-anak pada jam 18.00 – 21.00. Selama jam tersebut setiap anggota keluarga dilarang nonton TV atau aktifitas lain, selain belajar. Contoh yang lain, ada keluarga yang membuat jadwal piket kebersihan bagi anggota keluarganya. Dengan tujuan setiap anggota keluarga mempunyai tanggungjawab dalam kebersihan rumah mereka. Oleh karena itu setiap peraturan dibuat dan disepakati dengan tujuan menciptakan ketertiban, kedisiplinan dan kenyamanan bersama.
Isi
Nabi Yeremia dipanggil dan diutus Allah untuk memberitakan tentang berita penghukuman bagi Yehuda yang telah berlaku tidak setia kepada Allah. Sebagai seorang nabi, Yeremia taat mendengar dan mewartakan kehendak Tuhan sama dengan apa yang Tuhan kehendaki. Aturannya jelas, seorang nabi adalah “penyambung lidah Allah” sehingga ia harus memperkatakan perkataan kebenaran dari Allah. Ia tidak diperkenankan menambahkan atau mengurangi apa yang Allah firmankan. Pada bacaan pertama kita menceritakan Yeremia menghadapi Hananya. Seperti Yeremia, Hananya juga menyatakan dirinya sebagai seorang nabi, ia juga bernubuat menyampaikan kehendak/firman Allah pada bangsa Yehuda. Seolah-olah apa yang dinubuatkan Hananya merupakan sebuah berita sukacita, kelepasan dan keselamatan. Ia memberitakan bahwa Allah hendak membebaskan dan menyelamatkan Yehuda dari bangsa Babel dua tahun setelah ia bernubuat (Ay. 2-4). Nyatanya yang dinubuatkan oleh Hananya adalah nubuat palsu. Apa yang dinubuatkan Hananya bertentangan dengan nubuat Yeremia yang memberitakan bahwa Yehuda harus mengalami penderitaan dan penghukuman di Babel selama 70 Tahun lamanya (Yer 25:11). Hananya pada akhirnya dihukum mati oleh Allah karena menyampaikan nubuatan palsu kepada Yehuda. Ia tidak memperkatakan kebenaran dan melakukan apa yang Allah kehendaki.
Pada bacaan kedua, Rasul Paulus menasehati jemaat Roma agar mereka hidup menurut kehendak Allah. Hendaknya jemaat Roma menjadi hamba Kristus dan tidak lagi menjadi hamba dosa yang diperbudak dengan keinginan kedagingan. Dalam suratnya Paulus mengingatkan jemaat Roma akan aturan Allah agar setiap orang yang percaya tidak menyerahkan anggota tubuh mereka kepada dosa tetapi menyerahkan diri kepada Allah (Ay. 13). Paulus menegaskan kembali di dalam Kristus, umat yang percaya tidak lagi hidup di dalam bayang-bayang Hukum Taurat tetapi mereka hidup dalam kasih karunia Allah. Mereka bukan hamba dosa melainkan hamba Kristus yang hidup dalam kebenaran dan pengudusan. Janji Allah bagi mereka yang hidup dalam kebenaran adalah hidup kekal di dalam Kristus Yesus, sebaliknya mereka yang tidak setia dan hidup dalam dosa mendapatkan upahnya yaitu maut / mati.
Tuhan Yesus sendiri mengajarkan pada para murid dan orang-orang Yahudi waktu itu akan penganiayaan dan penderitaan yang akan terjadi sebagai konsekuensi mengikut Dia. Perkataan Tuhan Yesus, Ia datang bukan membawa damai melainkan pedang, harus kita pahami bahwa kedatangan Kristus memang membawa damai, damai di antara manusia dengan Allah dan damai di antara sesama manusia. Namun demikian ada hal yang tidak dapat dielakkan, kedatangan Kristus membawa pertentangan antara orang yang percaya kepada-Nya dan yang tidak, antara gelap dan terang. Pertentangan ini dapat terjadi bahkan di antara orang – orang yang tinggal dalam satu rumah atau di antara orang-orang yang memiliki pertalian darah. Bila mengikut Yesus membuat orang terpisah dari keluarganya, itulah harga yang harus ia tanggung. Yesus menuntut orang percaya memprioritaskan Dia lebih daripada sanak keluarganya (Ay. 37-38). Ini memang tidak mudah! Akan tetapi Ia menjanjikan bahwa pilihan itu tidak sia – sia. Disinilah Tuhan Yesus memberikan aturan dalam hal mengikut Dia, yaitu
- Janganlah takut dengan penganiayaan maupun penderitaan yang akan terjadi. (Mat. 10:26)
- Mau dan tidak malu mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat (Mat. 10:32)
- Mau memikul salibnya dan terus setia mengikut Yesus (Mat. 10:38).
Penutup
Keluarga Kristen adalah keluarga Allah. Artinya setiap keluarga Kristen hidup didalam persekutuan dan peraturan Allah. Hidup dalam persekutuan dengan Allah, setiap keluarga merasakan penyertaan, pertolongan dan keselamatan dari Allah. Keluarga yang selalu marasa bahwa Allah tidak pernah membiarkan mereka berjalan seorang diri. Allah selalu ada di sisi mereka melewati setiap perjalanan hidup yang berliku. Keluarga yang hidup dalam penyerahan penuh kepada pemeliharaan Allah atas hidup mereka. Keluarga yang percaya akan kasih setia dan kasih karunia Allah yang ada dalam hidup mereka. Oleh karena itu setiap keluarga Kristen juga mau hidup dalam peraturan Allah yaitu:
- Senantiasa Memperkatakan Kebenaran
Hendaknya di dalam keluarga-keluarga Kristen dibangun dengan dasar Kasih Kristus, dimana setiap anggota di dalamnya dapat saling terbuka, jujur, dan saling mengasihi. Apa yang diucapkan adalah sebuah kebenaran bukan kebohongan atau kepura-puraan. Berani mengakui kesalahan jika memang berbuat kesalahan. Firman Allah selalu tertanam di dalam hati untuk diingat, direnungkan dan dilakukan sehingga hidup keluarga-keluarga Kristen senantiasa ada dalam kebenaran Allah. Orang tua berkewajiban mengajarkan berkata dan berbuat sesuatu yang benar agar kelak anak-anak mereka ketika dewasa menjadi pribadi-pribadi yang mampu memperkatakan kebenaran, berani berbuat benar tanpa takut salah. - Hidup Kudus
Keluarga Kristen dipanggil untuk hidup kudus, menjadi hamba Kristus yang senantiasa menyatakan kebenaran dalam hidupnya. Caranya adalah menjadikan Firman Tuhan sebagai penuntun dan penerang di dalam perjalanan kehidupan keluarga kita. Mengarahkan pandangan kita pada Allah dan kehendakNya. Menghindari hal-hal negatif yang membuat kita jatuh dalam dosa. Teruslah berpengharapan pada Allah sebab Dialah yang akan mengarahkan dan menuntun kita. Ada janji Tuhan bagi kita yang hidup kudus di dalamNya, yaitu hidup kekal bersama Allah. Kini marilah kita mulai melangkah menapaki setiap langkah kehidupan kita didalam ketaatan akan peraturan Tuhan Allah. Kiranya keluarga kita mampu untuk terus setia melakukan kebenaran dan kehendak Allah di dalam hidup keluarga kita masing-masing. Selamat menghayati bulan keluarga. Tuhan menyertai dan memberkati keluarga kita semua. Amin. (AR).
Pujian : KJ. 451 “Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga”
—
RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi
Pambuka
Ing salebeting gesang kita wonten satengah-tengahing masyarakat tamtu wonten aturan, norma-norma lan etika ingkang kedah dipun ugemi kangge kasaenan sesarengan. Contonipun : Kita badhe mlebet ing satengahing kampung ingkang kaleresan katah gang-ipun, ing kori utawi margi ngajeng wonten seratan “Lebih sopan anda turun”. Artosipun tembung punika pengurus RT kampung punika maringi panyuwunan kangge para tamu ugi warga kampung punika supados boten numpak kendaraan / motoripun nalika mendal margi gang punika. Tiyang kampung langkung ngajeni dateng kita bilih kit purun mandhap saking kendaraan/motor lajeng mlampah kaliyan nuntun kendaraan punika. Saumpami kita boten taat kaliyan aturan punika, tamtunipun pada warga ing gang punika badhe duka, ngengetaken dateng kita supados langkung sopan utawi mandhap saking kendaraan.
Mekaten kaliyan gesang bebrayatan, saben brayat tamtunipun nggadhahi aturan-aturan ingkang ngiket saben anggota brayat punika. Aturan ingkang dipun damel lan dipun sepakati punika, nuntut ketaatan sedaya anggota brayat punika. Contonipun : wonten salah setunggaling brayat ingkang damel “aturan 1821” inggih punika aturan jam sinau kangge anak-anak wiwit jam 18.00 – 21.00. Sak dangunipun jam punika sedaya anggota brayat punika dipun larang ningali TV utawi kegiatan sanesipun, namung sinau. Conto sanesipun, wonten brayat ingkang damel jadwal piket resik-resik kangge anggota brayatipun. Tujuanipun supados saben anggota brayat nggadhahi tanggel jawab tumrap kebersihan griyanipun. Karana punika saben aturan dipun damel lan dipun sepakati kanthi tujuan ngawontenaken katertiban, kadisiplinan lan kasaenan sesarengan.
Isi
Nabi Yeremia dipun timbali lan dipun utus Gusti Allah kagem martosaken pawartos paukuman kangge bangsa Yehuda ingkang sampun boten setya tuhu dumateng Gusti Allah. Minangka Nabi, Yeremia sedya mirengaken lan martosaken karsanipun Gusti sami kaliyan punapa ingkang dados karsanipun Gusti Allah. Aturanipun cetha, nabi punika “penyambung lidah Allah” saengga piyambakipun kedah martosaken sabda kabeneran ingkang saking Gusti Allah. Piyambakipun boten dipun parengaken nambahi utawi ngirangi punapa ingkang dados sabdanipun Gusti Allah punika. Ing waosan kapisan nyariosaken Yeremia ngadhepi Hananya. Kados Yeremia, Hananya ugi ngrumaosi piyambakipun punika nabi. Hananya ugi medharaken nubuat, martosaken karsa/sabdanipun Gusti Allah dateng bangsa Yehuda. Kados-kados punapa ingkang dipun nubuataken Hananya dados pawartos kabingahan, kalepasan lan kawilujengan. Piyambakipun martosaken bilih Gusti Allah badhe ngluwari lan ngentasaken bangsa Yehuda saking Babel kaetang kalih tahun saking nubuatanipun punika (Ay. 2-4). Nyatanipun punapa ingkang dados nubuat Hananya punika nubuat palsu. Punapa ingkang dipun wedharaken Hananya benten kaliyan nubuatipun Yeremia ingkang medharaken bilih bangsa Yehuda kedah ngalami kasangsaran lan paukuman ing Babel sadangunipun 70 taun (Yer. 25:11). Ing pungkasanipun Hananya dipun ukum pati kaliyan Gusti Allah karana sampun mendhar nubuatan palsu dateng Yehuda. Piyambakipun boten martosaken kaleresan lan boten nindakaken punapa ingkang dados karsanipun Gusti Allah.
Ing waosan kaping kalih, Rasul Paulus ngengetaken pasamuwan Rum supados gesang miturut karsanipun Gusti Allah. Pasamuwan Rum kedah dados abdinipun Kristus, boten dados abdinipun dosa malih ingkang gesang nuruti pepenginanipun kadagingan. Ing seratipun Paulus ngengetaken pasamuwan Rum dateng aturanipun Gusti Allah supados tiyang kang pitados boten masrahaken badanipun dateng dosa nanging masrahaken piyambakipun dumateng Gusti Allah (Ay. 13). Paulus negesaken malih ing Kristus, para umat pitados boten gesang malih wonten ayang-ayanging Toret ananging gesang ing sih rahmating Allah. Tiyang-tiyang punika sanes abdi dosa malih nanging abdipun Sang Kristus ingkang gesang wonten kaleresan lan kasucen. Janjinipun Gusti Allah kanggenipun tiyang ingkang gesang ing kaleresan lan kasucen inggih punika gesang langgeng wonten ing Kristus Yesus. Kosokwangsulipun tiyang ingkang boten setya dateng Gusti lan gesang ing dosa badhe nampi upahipun inggih punika pati.
Gusti Yesus piyambak ingkang mucal dateng para sakabat lan tiyang-tiyang Yahudi nalika semanten badhe nandhang aniaya lan kasangsaran minangka dados panderekipun Gusti Yesus. Pangandikanipun Gusti Yesus, Panjenenganipun rawuh boten mbeta tentrem ananging pedang, kedah kita mangertosi bilih rawuhipun Gusti Yesus Kristus dadosaken tentrem, tentrem ing antawisipun manungsa kaliyan Gusti Allah lan tentrem ing antawisipun sesami manungsa. Senajan mekaten wonten perkawis ingkang boten saged dipun selaki bilih rawuhipun Gusti Yesus mbeta pasulayan antawis tiyang ingkang pitados dateng Gusti kaliyan tiyang ingkang boten pitados, antawisipun peteng lan padhang. Pasulayan punika saged kedadosan ing antawisipun tiyang-tiyang ingkang manggen ing setunggal griya utawi ing antawisipun tiyang-tiyang ingkang gadhahi hubungan paseduluran. Bilih tiyang nderek Gusti dadosaken tiyang punika pisah saking brayatipun, punika regi ingkang kedah dipun tanggel. Gusti Yesus ngersaaken tiyang pitados ngutamiaken Panjenganipun langkung inggil tinimbang sanak sebrayatipun (Ay. 37-38). Punika panci boten gampil! Nanging Gusti sampun prajanji bilih pilihan punika boten badhe muspra. Ing ngriki Gusti Yesus maringi aturan bab perkawis nderek Panjenenganipun, inggih punika :
- Sampun ngantos ajrih ngadepi panganiaya utawi kasangsaran ingkang badhe kelampahan (Mat. 10:26).
- Purun lan boten isin ngakeni Gusti Yesus minangka Gusti lan Juru Wilujeng (Mat. 10:32).
- Purun manggul salibipun piyambak lan tansah setya nderek Gusti Yesus (Mat.10:38).
Panutup
Brayat Kristen punika kawastanan brayating Gusti Allah. Tegesipun saben brayat Kristen punika gesang salebeting patunggilan lan pranataning Gusti Allah. Gesang ing patunggilaning Allah, saben brayat tansah ngraosaken panganthi, pitulungan lan kawilujengan saking Gusti Allah. Brayat ingkang tansah ngraosaken bilih Gusti Allah boten nate nilar kita lumampah piyambakan. Gusti Allah tansah wonten ing sisih kita langkungi gesang ingkang kebak reribet. Brayat ingkang gesang kanthi masrahaken gesangipun ing pangrimatanipun Gusti Allah. Brayat ingkang pitados dateng sih katresnan lan sih rahmatipun Allah ing salebeting gesangipun. Karana punika saben brayat Kristen kedah gesang ing pranatanipun Gusti Allah inggih punika :
- Tansah Ngaturaken Pangucap Ingkang Leres
Gesanging brayat-brayat Kristen kedah kabangun kanthi dasar Katresnaning Gusti Yesus Kristus, ing pundi saben anggota salebeting brayat sami saling terbuka, jujur lan tresna tinresnan. Punapa ingkang dados pangucapipun punika leres sanes goroh utawi apus-apus. Wantu ngakeni kalepatan bilih tumindak lepat. Sabdanipun Gusti Allah tansah katanem ing salebeting manah kangge dipun enget, dipun raosaken lan dipun tindakaken saengga gesanging brayat-brayat Kristen punika wonten salebeting kaleresaning Allah. Tiyang sepuh nggadhahi kuwajiban gulawentah dateng para putranipun pitutur lan tumindak gesang ingkang leres supados anak-anak punika nalika sampun dewasa dados pribadi-pribadi ingkang saged ngaturaken pangucap kaleresan lan wantun tumindak leres tanpa ajrih klentu. - Gesang Suci
Brayat Kristen dipun timbali gesang suci, dados abdinipun Gusti Yesus Kristus ingkang tansah nedahaken kaleresan ing salebeting gesangipun. Caranipun inggih punika dadosaken Sabdanipun Gusti Allah minangka panuntun lan pepadhang ing lampahing gesang brayat kita. Kita sami ngarahaken paningal kita dumateng Gusti Allah lan karsanipun. Kita nebihi bab-bab negatif ingkang dadosaken kita dumawah ing dosa. Kita tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dateng Gusti Allah karana Panjenenganipun ingkang ngarahaken lan nuntun kita. Wonten janjinipun Gusti Allah dateng kita ingkang sedya gesang suci ing patunggilanipun, inggih punika gesang langgeng ing Gusti. Sapunika mangga kita nglampahi gesang srana manut dateng pranataning Gusti Allah. Mugi brayat kita saged terus setya tuhu nindakaken kaleresan lan karsanipun Gusti Allah ing satengahing brayat kita piyambak-piyambak. Sugeng ngraosaken wulan brayat. Gusti Allah tansah nganthi lan mberkahi kita sedaya. Amin. (AR)
Pamuji : KPJ. 316 “Brayat Kang Tinangsul Ing Tresna”