Minggu Biasa 4 | Penutupan Bulan Penciptaan
Stola Hijau
Bacaan 1: Yesaya 40 : 21 – 31
Mazmur: Mazmur 147 : 1 – 11
Bacaan 2: 1 Korintus 9 : 16 – 23
Bacaan 3: Markus 1 : 29 – 39
Tema Liturgis: GKJW Dipanggil untuk Memulihkan Keutuhan Ciptaan
Tema Khotbah: Alam Tidak Butuh Manusia, Manusialah yang Membutuhkan Alam
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 40 : 21 – 31
Ketika bangsa Israel hidup di pembuangan Babel, mereka merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan merasa Tuhan tidak sanggup menolong mereka. Keadaan ini membuat bangsa Israel merasa putus asa dan tidak mempunyai pengharapan lagi. Untuk itulah di ayat 21-24, umat Israel kembali diajak merenungkan siapa yang paling besar dalam dunia ini? Karena pada waktu hidup di Babel, mereka merasakan bahwa tidak ada yang lebih besar dari kerajaan dan dewa Babel. Pola pikir seperti inilah yang membuat hilangnya pengharapan mereka akan kebebasan. Hal ini membuat jiwa mereka menjadi kerdil, semangat mereka menjadi padam, tubuh mereka menjadi lemah. Sehingga dengan kembali merenungkan bahwa Allahlah yang paling berkuasa di atas bumi yang bulat ini, mereka akan kembali memperoleh semangat baru. Kekuasaan Babel diibaratkan seperti tanaman yang baru ditanam, dicangkok, sekali ditiup langsung menjadi kering. Yesaya mengingatkan Bangsa Israel, bahwa kekuatan kerajaan Babel itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kekuatan Allah, sekali tiup kerajaan Babel langsung lenyap.
Ayat 25-26, kembali Yesaya mempertanyakan dengan siapa Allah itu hendak disamakan? Diikuti dengan perintah untuk melihat kepada bintang-bintang, yang kerap dihormati sebagai illah oleh orang-orang Babel. Sebagai seorang Nabi, Yesaya memiliki keyakinan bahwa bintang-bintang adalah ciptaan yang juga tunduk kepada Allah. Apa yang dianggap manusia hebat dan besar semuanya di bawah kuasa Allah.
Ayat 27-31, Yesaya mengingatkan umat Israel tentang hakekatnya sebagai umat yang dikasihi Allah. Dengan menyebut nama Yakub = penipu, yang pantas untuk dihukum, berubah menjadi Israel = pemenang. Yesaya mau menumbuhkan semangat mereka supaya tidak mempunyai karakter yang lemah, tetapi harus mempunyai karakter atau jiwa pemenang. Sebagai bangsa yang dikasihi, maka Allahlah yang akan memberikan kekuatan yang luar biasa kepada umat-Nya. Allah sumber kekuatan yang telah menciptakan langit dan bumi tidak pernah lelah dan lesu. Dia akan memberi kekuatandan semangat kepada mereka yang lelah dan tidak berdaya.
1 Korintus 9 : 16 – 23
Komitmen dan dedikasi Paulus dalam melayani Tuhan tidak perlu diragukan lagi. Bagi Paulus memberitakan Injil adalah sebuah keharusan, untuk itulah di tengah berbagai macam tantangan yang ada, ia berjuang sedemikian rupa agar Injil dapat diberitakan. Bahkan dia tidak mau menggunakan hak yang seharusnya ia terima sebagai rasul, sebagaimana ia memiliki hak untuk mendapatkan tunjangan hidup dari pelayanannya. Sebagai seorang rasul, Paulus mencari nafkah sendiri sebagai pembuat tenda. Dalam hal ini Paulus ingin menunjukkan bahwa memberitakan Injil bukan soal materi, bukan juga soal dipuji orang, bukan juga soal kepentingan duniawi, melainkan karena cintanya dan pentingnya melakukan panggilan Tuhan. Oleh sebab itu, dengan rela dan gembira Paulus melakukannya demi kemuliaan nama Tuhan.
Markus 1 : 29 – 39
Markus menceritakan Yesus berkeliling di Galilea dan bergerak dengan cepat dari tempat satu ke tempat yang lain untuk menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat, dan memberitakan Kerajaan Allah tanpa lelah. Setelah mengajar di sebuah rumah ibadat di kota Kapernaum, di mana kira-kira hari sudah mulai siang, Yesus meneruskan pelayanan-Nya dengan pergi ke rumah Simon dan Andreas untuk menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam (Ay. 29-31). Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, penduduk kota tersebut membawa semua orang yang sakit dan kerasukan setan kepada Yesus. Mereka meminta agar Yesus menyembuhkan mereka semua (Ay. 32). Ayat 33 mencatat bahwa seluruh penduduk kota tersebut berkerumum di depan pintu yang kemungkinan besar berdesak-desakan untuk disembuhkan oleh Yesus. Dalam kondisi demikian Tuhan Yesus pun akhirnya menyembuhkan semua orang-orang tersebut dan mengusir setan (Ay. 34). Bisa kita bayangkan ketika ada banyak orang minta disembuhkan, maka tentunya hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan pasti membuat lelah. Tetapi ternyata dalam ayat 35 dikatakan Yesus justru bangun pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap untuk pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Di tengah kesibukan yang hebat itu dan dalam kondisi yang sebetulnya mungkin masih lelah sehabis menyembuhkan seluruh penduduk kota, Yesus tetap memilih untuk bangun pagi-pagi benar, untuk menyendiri dan berdoa, kemudian pergi ke seluruh Galilea untuk kembali memberitakan Injil dan mengusir setan-setan (Ay. 39).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Cinta dan kepedulian Allah kepada umat-Nya, membuat Allah sedemikian rupa berupaya untuk memulihkan keadaan umat-Nya. Tuhan Allah mengutus Yesaya untuk menyalakan harapan dalam hati orang-orang Israel saat dalam pembuangan di Babel. Cinta dan kepedulian Yesus kepada mereka yang sakit dan kerasukan setan, membuat Yesus berjuang keras tanpa lelah untuk memberikan pemulihan dan pelepasan. Demikian juga cinta dan kepedulian Paulus kepada Tuhan, membuatnya berjuang keras agar Injil terus diberitakan. Dengan cinta dan kepedulian, seseorang pasti akan memiliki semangat juang yang tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi yang dicintai.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Nature doesn’t need people. People need nature.
Alam tidak butuh manusia, manusialah yang membutuhkan alam. Seakan kutipan ini membuat kita tersadarkan bahwa tanpa alam kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini tentunya juga akan terancam. Alam menjadi kunci penting untuk keberlangsungan kehidupan makhluk hidup di seluruh permukaan bumi. Manusia bernafas, manusia hidup, dan manusia bisa leluasa melakukan penghidupan adalah karena kondisi alam yang baik. Kita semua menyadari bahwa kenyataan pada saat ini kondisi alam semakin hari semakin memprihatinkan dan kesemuanya itu sebagian besar disebabkan oleh karena ulah manusia sendiri. Akibatnya alam tidak lagi bersahabat dengan manusia, bahkan memusuhinya. Saat ini, ancaman bencana alam menjadi mimpi buruk bagi manusia. Bencana longsor, banjir bandang, wabah penyakit yang muncul akibat kerusakan lingkungan, gempa bumi, serta pemanasan global. Itu semua terjadi karena masih kurangnya kesadaran manusia untuk menjaga dan merawat lingkungannya sendiri. Tak jarang ketika bencana alam terjadi, banyak orang merasa bahwa Tuhan menegakan mereka, daripada menyadari akan kesalahan yang dilakukan.
Isi
Demikian halnya kesusahan dan penderitaan bangsa Israel dalam pembuangan di Babel, semuanya itu oleh karena ulah mereka sendiri. Kejatuhan umat Israel ke dalam pembuangan adalah konsekuensi atas dosa mereka kepada Allah. Penderitaan yang mereka alami di pembuangan membuat mereka merasa ditinggalkan oleh Tuhan, dan bahkan merasa Tuhan tidak sanggup menolong mereka. Keadaan ini membuat bangsa ini putus asa dan tidak punya pengharapan lagi. Akan tetapi dibalik semuanya itu, Allah tetap mencintai dan peduli kepada umat-Nya. Dalam situasi yang penuh penderitaan dan tekanan itu, Nabi Yesaya diutus Tuhan untuk menyalakan harapan dalam hati bangsa Israel.
Melalui pemberitaan Nabi Yesaya, Tuhan hendak mengingatkan kembali umat-Nya yang sedang menderita, terpuruk, dan kehilangan harapan bahwa Allah berkuasa di atas bumi ini. Kuasa Allah jauh melebihi kuasa yang ada di bumi ini. Kekuasaan Babel yang dianggap sangat besar oleh orang-orang Israel, diibaratkan seperti tanaman yang baru ditanam, dicangkok, sekali ditiup langsung menjadi kering. Bintang-bintang yang kerap dihormati sebagai illah oleh orang-orang Babel adalah ciptaan yang juga tunduk kepada Allah. Apa yang dianggap manusia itu hebat dan besar semuanya di bawah kuasa Allah. Sebagai bangsa yang dikasihi, maka Allahlah yang akan memberikan kekuatan yang luar biasa kepada umat-Nya. Allah sumber kekuatan yang telah menciptakan langit dan bumi tidak pernah lelah dan lesu. Dia akan memberi kekuatan dan semangat kepada mereka yang lelah dan tidak berdaya untuk bisa merasakan pemulihan.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita juga dapat melihat bagaimana Yesus peduli kepada umat-Nya yang tak berdaya. Tanpa kenal lelah, Yesus menyembuhkan semua orang yang menderita sakit dan kerasukan setan, yang dibawa kepada-Nya. Setelah mengajar di sebuah rumah ibadat di kota Kapernaum, Yesus meneruskan pelayanannya dengan pergi ke rumah Simon dan Andreas untuk menyembuhkan ibu mertua Simon yang sakit demam (Ay. 29-31). Menjelang malam, sesudah matahari terbenam, Yesus juga menyembuhkan banyak orang yang sakit dan kerasukan setan di kota Kapernaum. Bisa kita bayangkan ketika ada banyak orang minta disembuhkan, tentunya hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan pasti membuat lelah. Di tengah kesibukan yang hebat itu dan dalam kondisi yang sebetulnya mungkin masih lelah sehabis menyembuhkan seluruh penduduk kota, Yesus tetap memilih bangun pagi-pagi benar untuk menyendiri dan berdoa, kemudian pergi ke seluruh Galilea untuk kembali menyatakan kuasa dan kepedulian-Nya.
Semangat tanpa kenal lelah juga ada dalam diri Paulus. Di tengah berbagai macam tantangan yang ada, ia berjuang sedemikian rupa agar Injil dapat diberitakan. Bahkan jikalau setiap orang yang bekerja mempunyai hak untuk mendapatkan upahnya, termasuk orang yang melayani di tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus, yang melayani mesbah mendapat bagian dari mesbah itu, maka orang yang memberitakan Injil juga harus hidup dari pemberitaan Injil itu. Tetapi Paulus tidak menggunakan haknya itu, ia mencari nafkah sendiri sebagai pembuat tenda. Dalam hal ini Paulus ingin menunjukkan bahwa memberitakan Injil bukan soal materi, bukan juga soal dipuji orang, bukan juga soal kepentingan duniawi, melainkan karena cintanya dan pentingnya melakukan panggilan Tuhan. Oleh sebab itu, dengan rela dan gembira Paulus melakukannya.
Penutup
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, terdapat 1.718 peristiwa bencana alam di Indonesia selama periode 1 Januari – 8 Juni 2023. Banjir, cuaca ekstrim, dan tanah longsor mendominasi jumlah bencana alam yang terjadi. Akibatnya membuat 2,85 juta orang menderita dan mengungsi, 5.487 orang luka-luka, 154 orang meninggal dunia, dan 8 orang hilang. Bencana tersebut juga mengakibatkan 19.602 rumah dan 451 fasilitas umum mengalami kerusakan. Tak bisa dipungkiri semua itu sebagian besar terjadi karena ulah manusia. Untuk itulah, setiap kita perlu mengevaluasi diri dan berupaya untuk bisa peduli dan mencintai alam lingkungan di sekitar. Dengan kepedulian dan rasa cinta, maka setiap kita akan memiliki semangat dan daya juang yang tinggi untuk terlibat aktif tanpa lelah menjaga, memelihara, dan melestarikan alam lingkungan sekitar kita. Seperti halnya Tuhan telah berupaya sedemikian rupa untuk memulihkan kondisi umat-Nya.
Perilaku manusia kepada alam akan menentukan nasib manusia itu sendiri. Saat alam tumbuh, manusia tumbuh. Saat alam terpuruk, manusia akan jauh lebih terpuruk. Perlu kita ingat bahwa hingga hari ini alam masih tetap setia menjaga dan membantu manusia, meski masih banyak sekali manusia yang tidak perduli, akan tetapi bukan menjadi alasan alam berhenti. Mari kita ulurkan tangan, membalas dengan hangat kebaikan alam yang tak terhingga ini. Mari kita peduli dan mencintai alam ini agar terjaga dan pulih kondisinya. Alam tidak butuh manusia, tapi manusia sangat membutuhkan alam, maka mari kita jaga bersama! Amin. [YHS].
Pujian: KJ. 61 Sungguh Indah Alam
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Nature doesn’t need people. People need nature.
Alam mboten mbetahaken manungsa, nanging manungsa ingkang mbetahaken alam. Kadosipun kutipan punika ndadosaken kita sadar menawi tanpa alam, gesanging manungsa ing donya punika tamtunipun badhe kaancam. Alam dados kunci ingkang wigati kangge gesangipun sedaya makhluk ing salumahing bumi. Manungsa ambegan, manungsa gesang, lan manungsa saged bebas nglampahi gesang, punika amargi kondisi alam ingkang sae. Kita sami ngrumaosi bilih kasunyatan ing wekdal punika kawontenaning alam sansaya dinten sansaya mrihatosaken lan sedayanipun saperangan ageng awit krana ulah saking manungsa piyambak. Murugaken alam mboten ramah malih kaliyan manungsa, nanging malah dados mengsah. Sakmangke, ancaman bencana alam dados impen ingkang awon kangge manungsa. Bencana longsor, banjir bandang, wabah penyakit, lindhu saha pemanasan global, punika sedaya kelampahan amargi taksih kirangipun kesadaran manungsa kangge njagi lan ngrimati lingkunganipun piyambak. Asring nalika wonten bencana alam ingkang kelampahan, kathah tiyang rumaos menawi Gusti Allah negakaken manungsa tinimbang manungsa ngrumaosi kelepatanipun piyambak.
Isi
Mekaten ugi kasisahan lan kasangsaraning bangsa Israel nalika wonten ing tlatah pambucalan Babel, sedaya punika awit ulahipun bangsa Israel piyambak. Lumebeting bangsa Israel dhateng Babel, sedaya punika minangka konsekuensi saking dosaning bangsa Israel dhumateng Gusti. Kasangsaran ingkang dipun alami ing Babel punika ndadosaken bangsa Israel rumaos dipun tilar dening Gusti lan malah rumaos bilih Gusti mboten saged paring pitulungan dhateng umat-Ipun. Kawontenan ingkang mekaten ndadosaken bangsa Israel rumaos mboten gadhah pangajeng-ajeng malih. Ananging ing salebeting prastawa punika, Gusti Allah tetap nresnani lan peduli dhateng umat-Ipun. Ing salebeting kawontenan ingkang kebak kasangsaran lan kasisahan punika, nabi Yesaya dipun-utus Gusti Allah kangge nuwuhaken pangajeng-ajeng ing salebeting manahipun bangsa Israel.
Lumantar pawartosing nabi Yesaya, Gusti Allah ngemutaken umat-Ipun ingkang saweg nandang sangsara, kaprihatosan, lan kecalan pangajeng-ajeng, menawi Gusti Allah punika ingkang kagungan panguwaos ing salumahing bumi punika. Panguwaosipun Gusti Allah saestu nglangkungi sedaya panguwaos ing donya punika. Panguwaosipun Babel ingkang dipun anggep ageng sanget kaliyan bangsa Israel, dipun gambaraken kados tanduran ingkang nembe katandur, kacangkok, nalika kasebul sepisan langsung dados aking. Lintang-lintang ingkang asring dipun urmati dados sesembahan dening bangsa Babel, sedaya punika salah satunggaling titah ingkang tunduk dhateng Gusti Allah. Punapa ingkang kaanggep manungsa punika agung lan ageng, sedaya panguwaosipun wonten ing ngandaping panguwaosipun Gusti Allah. Minangka bangsa ingkang dipun tresnani, Gusti Allah piyambak ingkang badhe paring kakiyatan tumrap umat-Ipun. Gusti Allah sumbering kakiyatan ingkang nitahaken langit lan bumi mboten nate sayah lan lungkrah. Panjenenganipun badhe paring kakiyatan tumrap umat-Ipun ingkang sayah lan paring panyengkuyung tumrap umat-Ipun ingkang lungkrah lan mboten kagungan daya, supados saged ngraosaken pamulihan.
Ing salebeting waosan Injil dinten punika, kita saged ningali kados pundi Gusti Yesus peduli dhateng umat-Ipun ingkang mboten kagungan daya. Sanadyan Gusti Yesus ngraosaken sayah, Gusti Yesus tetap makarya, paring pitulungan lan kasarasan dhateng tiyang ingkang nandhang sakit lan kapanjingan dhemit. Sabibaripun mucal ing satunggaling dalem pamujan ing kutha Kapernaum, Gusti Yesus nglajengaken paladosanipun, kesah dhateng griyanipun Simon lan Andreas saperlu paring kesarasan tumrap ibu marasepuhipun Simon ingkang nandhang sakit (Ay. 29-31). Nalika sonten, Gusti Yesus nyarasaken tiyang ingkang sakit lan ingkang kapanjingan dhemit ing kutha Kapernaum. Saged kita bayangaken nalika wonten kathah tiyang nyuwun kasarasaken, tamtunipun bab punika mbetahaken wekdal ingkang lami lan mesthi ndadosaken Gusti Yesus sayah. Ing sadengah kahanan ingkang awrat lan ing salebeting kondisi ingkang sejatosipun taksih sayah, Gusti Yesus wungu nalika enjing saperlu ndedonga, lan salajengipun kesah dhateng ing sedaya wilayah Galilea saperlu mratelakaken kuwaos lan kepedulian-Ipun.
Semangat tanpa sambat ugi wonten ing salebeting dhiri Paulus. Ing sadengah tantangan ingkang dipun adepi, piyambakipun tansah ngupadi supados Injil saged dipun wartosaken. Malah menawi saben tiyang ingkang nyambut damel gadhah hak angsal upahipun, kelebet tiyang ingkang lelados ing padaleman suci angsal panguripanipun saking padaleman suci, ingkang ngladosi mesbah angsal perangan saking mesbah punika, mila tiyang ingkang martosaken Injil kedahipun gesang saking pawartosan Injil punika. Nanging Paulus mboten ndamel hakipun punika, piyambakipun pados panguripan saking damel tarup. Ing ngriki nyata menawi Paulus nedhaken bilih pawartosing Injil sanes bab materi, sanes bab pangalembana, sanes bab kadonyan, nanging krana katresnan lan kawigatosanipun nindakaken timbalanipun Gusti Allah. Mila kanthi sukabingah Paulus nglampahi sedayanipun.
Panutup
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) nyerat, wonten 1.718 prastawa bencana alam ing Indonesia periode 1 Januari – 8 Juni 2023. Banjir, cuaca ekstrim, lan longsor nguwaosi cacahing bencana alam ingkang kedadosan. Murugaken ndamel 2,85 yuta tiyang ngalami kasangsaran lan ngungsi, 5.487 tiyang cidra, 154 tiyang pejah, lan 8 tiyang ical. Bencana punika ugi ndamel 19.602 griya lan 451 fasilitas umum ngalami kerisakan. Mboten saged dipun pungkiri bilih sedaya punika saperangan ageng kedadosan amargi ulahing manungsa. Ing salebeting prastawa punika saben kita kedah purun ngevaluasi dhiri lan ngupadi supados peduli lan nresnani alam lingkungan. Lumantar kepedulian lan raos tresna, tamtu badhe nuwuhaken semangat lan daya juang ingkang ageng wonten ing salebeting manah kita kangge njagi, ngrimati, lan nglestantunaken alam lingkungan punika. Kados dene Gusti sampun ngupadi pemulihaning kawonten para umat-Ipun.
Lelampahaning manungsa dhateng alam badhe nemtokaken nasibipun manungsa piyambak. Nalika alam thukul, manungsa ugi thukul. Nalika alam ngalami karisakan, manungsa ugi badhe langkung ngalami karisakan. Kita kedah enget menawi ngantos dinten punika alam taksih tetep setya njagi lan ngrencangi manungsa, sanadyan taksih kathah sanget manungsa ingkang mboten peduli. Sumangga kita sami peduli lan nresnani alam punika supados kawontenanipun saged pulih. Alam mboten mbetahaken manungsa, nanging manungsa ingkang mbetahaken alam, mila sumangga kita jagi sareng-sareng! Amin. [YHS].
Pamuji: KPJ. 67 Allah Kang Makwasa