Mempersiapkan Diri Memancarkan Kemuliaan Kristus Khotbah Minggu 11 Februari 2024

29 January 2024

Minggu Transfigurasi
Stola Putih

Bacaan 1: 2 Raja – raja 2 : 1 – 12
Mazmur: Mazmur 50 : 1 – 6
Bacaan 2: 2 Korintus 4 : 3 – 6
Bacaan 3: Markus 9 : 2 – 9

Tema Liturgis: Kemuliaan Yesus Membawa Perdamaian
Tema Khotbah: Mempersiapkan Diri Memancarkan Kemuliaan Kristus

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

2 Raja – raja 2 : 1 – 12
Ayat-ayat ini menceritakan tentang masa sebelum pengangkatan Elia ke surga dan pengganti posisinya oleh Elisa. Elia menyuruh Elisa untuk tinggal di Gilgal karena Allah telah mengutusnya ke Betel. Meskipun tidak dijelaskan mengapa Elia harus pergi ke Betel dan melarang Elisa pergi ke sana, yang jelas adalah rencana Allah untuk mentransisikan kepemimpinan dari Elia kepada Elisa. Jadi fokusnya ada pada rencana Allah. Dalam masa pra transisi ini, beberapa sikap Elisa dipaparkan. Meskipun Elia akan diangkat, yang menjadi pusat perhatian dalam ayat-ayat ini adalah Elisa. Dalam ayat-ayat ini, terlihat betapa tekun, semangat, dan berfokusnya Elisa pada satu tujuan. Ketika Elia meminta Elisa untuk tinggal dan tidak mengikutinya, Elisa menolak dengan tegas. Pernyataan ini diulang tiga kali oleh Elia ketika mereka berada di Bethel, Yerikho, dan Yordan (Ay. 2, 4, dan 6). Elisa menegaskan penolakannya dengan sumpah “demi Allah yang hidup dan jiwaku yang hidup.” Ini adalah bentuk sumpah yang lazim dalam Perjanjian Lama. Analisis ayat 2, 4, dan 6 menunjukkan bahwa Elisa sangat tekun, bersemangat, dan memiliki komitmen yang kuat. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit mengapa Elisa bertindak demikian dalam ayat ini, namun dari minatnya untuk memperoleh kuasa TUHAN, dapat dipahami bahwa Elisa tidak akan membiarkan apapun menghalangi usahanya. Konteks ayat ini terkait dengan ayat 9, di mana Elisa berkeinginan untuk memperoleh kuasa Allah dalam rangka melanjutkan kepemimpinan pelayanan Elia.

Dengan analisis masa pra-transisi ini, kita dapat memahami betapa pentingnya persiapan dalam menangani tugas-tugas. Persiapan bukanlah hal yang mudah, namun tanpa persiapan dan perencanaan, kebingungan akan timbul. Masa persiapan memberi kesempatan untuk menyadari keterbatasan diri dan merelakan diri kepada pimpinan Allah melalui doa dan kesabaran, menyusun dan merencanakan langkah-langkah yang dapat dengan mudah dilakukan dan terus maju meskipun menghadapi tantangan dan hambatan, karena Tuhan akan membuka jalan. Seorang pemimpin atau pelayan yang baik akan menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk melakukan persiapan dengan baik.

2 Korintus 4 : 3 – 6
Paulus menjelaskan jika Injil yang dia beritakan tidak diterima oleh orang-orang, maka kesalahan bukanlah pada dirinya sebagai pemberita, tetapi pada para pendengarnya. Apakah mereka menerima atau menolak Injil tergantung pada kesediaan hati mereka untuk membuka diri. Paulus telah menjalankan tugasnya sebagai rasul Tuhan Yesus untuk memberitakan Injil kepada semua orang, tetapi bagaimana Injil diterima atau ditolak tidak tergantung pada dia, melainkan tergantung pada sikap para pendengar. Dalam ayat 3, dijelaskan bahwa konsekuensi dari menolak Injil yang benar adalah binasa. Paulus menyebut orang-orang yang akan mengalami kebinasaan itu sebagai mereka yang tidak percaya, pikiran mereka telah dibutakan oleh ilah zaman ini. Mereka tidak melihat cahaya Injil yang menyatakan kemuliaan Kristus, yang merupakan gambaran Allah. Jadi, kata kunci dalam rangkaian kalimat ini adalah “yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini.” Jika seseorang menyerahkan diri kepada pengaruh ilah zaman ini, yaitu Iblis atau Setan, maka mereka tidak akan mampu menerima Injil dengan benar.

Dalam ayat 5 dan 6, Paulus menegaskan bahwa dirinya dan rekan-rekannya hanya memberitakan Yesus Kristus sebagai Tuhan. Mereka tidak pernah menjadi pusat perhatian atau mencari pujian melalui pemberitaan Injil. Paulus tidak pernah berkhotbah atau mengajar agar dirinya dipuji, melainkan agar Kristus dipermuliakan. Paulus telah menyerahkan seluruh hidupnya kepada Yesus sebagai Tuhan, dan dalam pelayanannya, ia menghambakan dirinya kepada jemaat yang didirikannya. Jika orang-orang menerima Injil yang diberitakan oleh Paulus tentang Yesus Kristus, maka hati mereka akan menjadi terang seperti ketika Allah menciptakan terang yang mengusir kegelapan. Dengan menerima Injil, mereka akan memperoleh pengetahuan dan hikmat tentang kemuliaan Allah yang terlihat dalam pribadi Kristus. Allah telah menyinari hati orang-orang percaya dengan terang Injil, membimbing mereka dari kegelapan ke dalam terang. Pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang disampaikan melalui Injil mencerminkan kemuliaan Ilahi yang tidak bisa dipancarkan oleh wajah Musa atau oleh hamba Allah mana pun. Dalam memberitakan Injil, Paulus hanya meneruskan terang yang pertama-tama telah bersinar di dalam hatinya sebagai suatu pemberian dari Allah. Jadi, pelayanannya berasal dari Allah dan untuk kemuliaan Allah, bukan dari dirinya atau untuk kemuliaan dirinya sendiri.

Markus 9 : 2 – 9
Cerita Injil berbicara tentang Yesus yang naik ke atas gunung untuk berdoa bersama tiga murid-Nya: Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Saat berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaian-Nya berkilau putih. Peristiwa ini dikenal sebagai transfigurasi, yang berasal dari kata “metamorphose” yang berarti “berubah bentuk“. Melalui peristiwa ini, Yesus menunjukkan jati diri dan kemuliaan Allah. Di sana, Musa dan Elia juga muncul dalam kemuliaan serta berbicara tentang perjalanan Yesus ke Yerusalem (bdk. Luk. 9:31). Transfigurasi ini adalah cara untuk menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Juruselamat yang membawa kehidupan baru bagi umat manusia.

Pada saat itu, tiga murid Yesus yang ada bersama-Nya adalah Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Petrus bahkan menawarkan untuk mendirikan tiga kemah karena dia begitu bahagia dengan peristiwa ini (Mrk. 9:5). Dia ingin tinggal di atas gunung, menikmati kemuliaan dan kebahagiaan transfigurasi. Tapi, Petrus tidak menyadari bahwa keinginannya itu akan menghambat misi Yesus dan arti sebenarnya dari kemuliaan tersebut. Dia tidak menyadari bahwa kemuliaan itu dicapai melalui perjuangan, perubahan, kesulitan, dan penderitaan.

Permintaan Petrus untuk mendirikan kemah menunjukkan sikap yang “nyaman” dan enggan untuk beranjak dari zona kenyamanan itu. Dia dan teman-temannya terlena dalam situasi itu dan enggan untuk menghadapi tantangan yang sebenarnya. Oleh karena itu, Yesus tidak membiarkan mereka terperangkap dalam kenikmatan itu. Dia membawa mereka turun dari gunung untuk ambil bagian dalam peristiwa keselamatan, karena cahaya Ilahi yang dipancarkan oleh Kristus sangat diperlukan oleh manusia. Dengan demikian, transfigurasi Yesus di atas gunung adalah cara bagi-Nya untuk menyatakan jati diri-Nya sebagai Anak Allah dan Juruselamat, serta mengingatkan para murid agar tidak terlena dalam zona nyaman dan siap untuk menghadapi perjalanan keselamatan yang penuh tantangan.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Cahaya kemuliaan Allah yang terpancar dalam diri Tuhan Yesus dapat membawa terang dan kedamaian dalam hati manusia. Setiap orang yang percaya kepada Injil Kristus dipanggil untuk mendengarkan kehendak-Nya dan memberitakan kabar sukacita ini, sehingga perlu bagi orang percaya untuk mempertahankan komitmen dan semangat pelayanannya dengan cara memiliki persiapan dan waktu yang baik dalam kehidupannya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Napoleon Bonaparte adalah pemimpin perang dari negara Prancis yang terkenal di abad 19. Pada waktu itu pasukan Prancis pimpinan Napoleon pernah berhadapan perang dengan pasukan Inggris pimpinan Duke Of Wilington. Di perang itu terlihat pasukan Inggris seakan-akan akan kalah, lalu Wilington memberikan perintah kepada pasukannya dan berteriak, “Retreat… Retreat….” yang artinya mundur … mundur. Dikiranya oleh pasukan Prancis bahwa pasukan Inggris sudah menyerah, akan tetapi kenyataannya pasukan Inggris hanya mundur sementara waktu untuk mengatur strategi perangnya. Hal ini membuahkan hasil, sejarah mencatat bahwa pasukan Inggris akhirnya bisa mengalahkan pasukan Prancis tahun 1815 di daerah Waterloo. Retreat (mungkin lidah Jawa menjadi “atret”) yang artinya mundur ini penting juga untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Mundur sementara waktu dari aktivitas untuk mempersiapkan langkah berikutnya yang lebih jauh. Mungkin sama seperti mobil yang harus atret 2-3 meter untuk persiapan berjalan ratusan meter. Maka di gereja ada istilah kegiatan retreat remaja atau pemuda, retreat pamong yang untuk sementara waktu pergi ke tempat yang tenang seperti ke Kori Menga GKJW, lalu menerima pembinaan supaya sekembalinya mengikuti retreat bisa lebih bersemangat lagi untuk melakukan pelayanan dan menjalani kehidupan.

Isi
Bacaan Injil menceritakan tentang Yesus yang mengajak beberapa murid (Petrus, Yakobus, Yohanes) naik ke gunung untuk retreat. Lalu nampaklah wajah Yesus berubah dan pakaiannya menjadi putih berkilat-kilat. Peristiwa ini sering disebut Transfigurasi yang artinya “berubah bentuk”. Para murid juga melihat ada nabi Musa dan nabi Elia yang sedang berbicara dengan Yesus. Para murid juga mendengarkan suara, “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”. Ada dua hal yang akan kita gumuli dari cerita ini.

Pertama, peristiwa transfigurasi sebenarnya ingin memperlihatkan siapa sebenarnya Yesus itu. Adanya nabi Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan yang menerima hukum Taurat, juga  nabi Elia sebagai nabi yang terkenal bagi bangsa Israel sebenarnya ingin menunjukkan bagaimana kemuliaan Allah bisa dilihat dalam diri Yesus. Kemuliaan Yesus juga ditunjukkan dalam peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya. Jadi peristiwa transfigurasi adalah bukti bahwa Yesus datang ke dunia untuk memberi keselamatan dan kedamaian kepada manusia. Maka jangan ragu-ragu menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Hal ini yang juga diingatkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Jangan sampai cahaya kemuliaan Kristus tertutup dengan illah zaman sekarang, yaitu goda rencana iblis atau setan yang membawa kepada kebinasaan. Karena hanya Injil Kristus yang bisa memberi terang kepada hati yang gelap. Kemuliaan Kristus sendiri yang akan menuntun hidup orang percaya pada keadaan yang penuh dengan kedamaian. Paulus hanya melanjutkan terang yang sudah bersinar di dalam hatinya sebagai pemberian dari Tuhan Allah. Jadi semua pelayanannya berasal dari Allah dan untuk kemuliaan Allah, bukan berasal dan untuk kemuliaan dirinya sendiri.

Kedua, para murid juga percaya bahwa Yesus adalah Mesias, tapi para murid masih sering merasa kesulitan untuk bisa mengerti apa yang menjadi keinginan dari Yesus. Maka ketika para murid diajak untuk mundur retreat, menjadi penting sekali ketika para murid mendengar suara “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”Mendengarkan perintah Tuhan terkadang menjadi hal yang sulit untuk dilakukan, karena  dalam hidup sehari-hari kita sudah sibuk mengerjakan tugas rutinitas kita sehari-hari untuk mencukupi kebutuhan hidup, belum lagi memikirkan persoalan keluarga, persoalan ekonomi, belum lagi mendengarkan omongan tetangga yang bisa membuat kita tambah pusing, seakan-akan hidup terasa berat sekali untuk dijalani. Kita tidak sadar bahwa hidup kita sudah dikuasai oleh rasa takut dan khawatir, hidup hanya mementingkan diri sendiri, menuruti nafsu kedagingan atau dunia. Maka perlu untuk sejenak kita retreat mundur dari rutinitas yang ada, tidak harus pergi jauh ke tempat tenang, tetapi ada niat menyisihkan waktu sebentar untuk melihat  dengan jujur apa yang sudah kita kerjakan, niat dan tujuan kita apakah sudah benar atau belum, melihat apakah kita sudah mendengarkan perintah Tuhan atau belum ketika dirasa hidup masih tidak ada kedamaian? Retreat membuat kita menjadi lebih semangat untuk melanjutkan tanggung jawab kita dan menjalani kehidupan dengan benar.

Dari bacaan pertama, kita bisa memahami ketika Elia diangkat oleh Allah dan pelayanannya digantikan oleh Elisa. Ketika Elia meminta Elisa untuk berhenti dan tidak lagi mengikutinya. Elisa dengan tegas menolak permintaan Elia. Hal ini menunjukkan bahwa Elisa sangat tekun, bersemangat, dan memiliki komitmen yang kuat untuk melanjutkan tugas Elia. Dari cerita ini kita bisa mengerti untuk melanjutkan tugas panggilan Tuhan perlu sekali melakukan persiapan diri. Persiapan ini bukan sesuatu yang mudah karena di dalam persiapan tersebut adalah waktu untuk melihat diri kita yang penuh dengan keterbatasan dan menyerahkan diri kepada tuntunan Tuhan di dalam doa, merencanakan apa yang akan dijalani dan terus maju meskipun di depan masih ada tantangan yang harus dihadapi, karena kita percaya bahwa Tuhan Allah akan memberi kita jalan keluar. Seorang pemimpin atau pelayan yang baik akan menjalankan tugasnya dengan baik, termasuk melakukan persiapan dengan baik.

Akan tetapi jangan sampai seperti para murid yang ingin berlama-lama merasakan kemuliaan Tuhan di atas gunung dengan menawarkan mendirikan tenda, tetapi justru Yesus mengajak para murid untuk turun gunung supaya kemuliaan Tuhan bisa dirasakan oleh banyak orang. Kemuliaan Tuhan tidak hanya dirasakan di dalam retreat, doa dan ritual keagamaan saja. Kemuliaan Tuhan harus bisa dirasakan ketika kita bersama dengan orang lain, ketika membangun keluarga kita, saat ada bersama dengan para tetangga, ketika kita bekerja dan melakukan kebaikan yang dapat membawa berkat dan hidup damai sejahtera untuk sesama.

Penutup
Peristiwa Transfigurasi Yesus menunjukkan bahwa sungguh Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat manusia. Kemuliaan Yesus menerangi hati dan memberi kedamaian dalam hidup umat kepunyaan-Nya yang mau mendengarkan suara-Nya. Kemuliaan Yesus harus bisa menyebar dan dirasakan oleh semua ciptaan, maka marilah kita para pengikut Kristus, bersama-sama mempersiapkan diri menjadi rekan sekerja Allah yang menghadirkan damai dan sejahtera, supaya hanya nama Yesus Kristus sajalah yang dimuliakan dalam hidup kita. Amin. [M@ul]

 

Pujian: KJ. 454 : 1, 2  Indahnya Saat Yang Teduh

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Napoleon Bonaparte punika pimpinan perang negara Prancis ingkang kasuwur wonten ing abad 19. Nalika semanten tentara Prancis pimpinan Napoleon adep-adepan perang kalian tentara Inggris pimpinan Duke of Wilington. Nalika perang ketinggal pasukan Inggris kados-kados meh kawon, Wilington paring prentah dhateng tentaranipun kanthi suwanten sora, “Retreat… Retreat…” ingkang artosipun mundur… mundur… Suwanten punika dipun kinten tentara Prancis, bilih tentara Inggris sampun nyerah. Nanging kasunyatanipun pasukan Inggris namung sawetawis wekdal mundur kangge ngatur malih strategi perang. Lan asilipun, sejarah nyerat bilih tentara Inggris saged ngawonaken tentara Prancis tahun 1815 wonten ing daerah Waterloo. Retreat (mbok menawi ilat Jawa dados “atret”) artosipun mundur, punika penting sanget wonten ing gesang kita. Mundur sawetawis wekdal kangge nyawisaken mlampah salajengipun ingkang tebih, sami kados mobil atret mundur 2-3 meter kangge ancang-ancang mlampah atusan meter. Mila wonten istilah retreat remaja utawi pemuda, retreat pamong, kangge sawetawis wekdal tindak papan ingkang tenang kados Kori Menga GKJW, lajeng nampi pembinaan supados sak pengkeripun ndherek retreat langkung semangat malih anggenipun nglampahi peladosan utawi gesang.

Isi
Waosan Injil nyariosaken bab Gusti Yesus ingkang ngajak sawetawis sakabat (Petrus, Yakobus, Yokanan) minggah gunung saperlu retreat. Lajeng Gusti Yesus ketingal sumorot petak pasuryan lan rasukanipun. Pawarta punika asring dipun wastani transfigurasi, ingkang  tegesipun “malih rupa”. Para sakabat ningali wonten nabi Musa lan nabi Elia wawanrembug kaliyan Gusti Yesus. Para sakabat ugi mireng swanten, “Iki PutraningSun kang Sunkasihi, padha estokna dhawuhe.” Wonten kalih prekawis ingkang badhe kita gilut saking cariyos punika.

Sepisan, pawarta transfigurasi punika sejatosipun badhe ngetingalaken sinten sejatosipun Gusti Yesus. Wontenipun nabi Musa ingkang mimpin bangsa Israel medal saking Mesir  lan nampi angger-angger Toret lan ugi wonten Nabi Elia, nabi ingkang kasuwur ing bangsa Israel punika ngetingalaken kados pundi kamulyanipun Gusti Allah saged dipun panggihi wonten ing dhiri Gusti Yesus. Kamulyanipun Gusti Yesus karaosaken wonten ing sedanipun lan wungunipun. Dados pawarta transfigurasi punika bukti bilih Gusti Yesus rawuh wonten ing donya saperlu paring kawilujengan lan katentreman dhateng manungsa. Mila sampun mangu-mangu anggenipun nampi Gusti Yesus minangka Juruwilujeng.

Punika ugi ingkang dipun emutaken dening Rasul Paulus dhateng pasamuwan ing Korinta. Ing paseksinipun: Sampun ngantos cahyaning kamulyanipun Sang Kristus katutup kaliyan allah jaman sak mangke, inggih punika goda rencana iblis utawi setan ingkang badhe bekta dhateng karusakan. Awit namung Injil Sang Kristus Yesus ingkang saged paring pepadhang dhateng manah ingkang peteng. Kamulyanipun Sang Kristus piyambak ingkang nuntun gesang tiyang pitados dhateng kahanan ingkang kebak katentreman. Paulus namung nglajengaken pepadhang ingkang sampun sumunar wonten ing manahipun minangka peparing saking Gusti Allah. Dados sedaya peladosanipun pinangkanipun saking Gusti Allah lan kagem kaluhuranipun Gusti Allah, sanes saking lan kangge kaluhuran dhirinipun piyambak.

Kalih, para sakabat ugi pitados bilih Gusti Yesus punika Sang Mesih, nanging asring para sakabat punika taksih kewetan, mboten saged mangertosi punapa ingkang dipun kersaaken dening Gusti Yesus. Mila nalika para sakabat kaajak retreat, penting sanget para sakabat mireng suwanten, “Iki putraningSun kang Sunkasihi, padha estokna dhawuhe.” Ngestoaken dhawuhipun Gusti punika prekawis ingkang ewet sanget, awit wonten ing gesang  saben dinten, kita sampun dipun kuwaosi kaliyan ayahan rutinitas saben dinten, seser anggenipun makarya pados sandang pangan, dereng malih mikiraken masalah ekonomi, masalah keluarga, dereng malih soal mirengaken omonganipun tetanggi nambah-nambahi mumet, kados-kados nglampahi gesang inggih kraos sengka. Kita mboten sadar bilih gesang kita sampun dipun kuwaosi raos sumelang, namung nengenaken dhiri piyambak, nuruti hawa nafsu kadagingan, sampun sayah raosipun. Mila prelu kangge kita retreat utawi mundur, mboten kedah tindakan tebih wonten ing gunung, nanging wonten niat kangge miji wekdal mendel sawetawis. Mirsani kanthi jujur punapa ingkang sampun kita lampahi. Niat utawi tujuan kita sampun leres punapa dereng, niti priksa punapa gesang kita sampun ngestokaken dhawuhipun Gusti, punapa dereng kok gesangipun taksih mboten ayem? Retreat punika semangat kangge kita nglajengaken tanggel jawab kita, nglampahi gesang saben dinten kanthi laku ingkang leres.

Saking waosan sepisan, kita mangertos nalika nabi Elia kaangkat dening Gusti lan dipun gantos dening nabi Elisa. Nalika nabi Elia nyuwun nabi Elisa kangge kendel lan mboten malih ngetutaken piyambakipun. Nabi Elisa kanthi teges nolak panyuwunipun nabi Elia. Punika ngetingalaken bilih nabi Elisa seken sanget, semangat, lan kagungan niat ingkang kiyat kangge nglajengaken ayahanipun nabi Elia. Saking carios punika kita saged mangertosi bilih anggenipun nglajengaken timbalanipun Gusti penting sanget wekdal kangge cecawis. Cecawis punika sanes prekawis ingkang gampang. Cecawis punika maringi kita wekdal kangge ngrumaosi dhiri ingkang sarwa winates lan masrahaken dhiri dhateng panganthinipun Gusti ing salebeting pandonga, ngrancang punapa ingkang badhe kita lampahi lan terus maju sinaosa ing tembe taksih kathah tantangan ingkang kedah kita adepi. Awit kita sami pitados bilih Gusti Allah tansah paring margi. Pelados ingkang sae badhe nindakaken ayahanipun kanthi sae, kalebet ugi anggenipun miji sawetawis wekdal retreat kangge cecawis.

Nanging sampun ngantos kados para sakabat ingkang kepingin dangu-dangu ngraosaken kamulyanipun Gusti lajeng badhe ngedekaken tarub. Kamulyanipun Gusti mboten namung dipun raosaken wonten ing salebeting retreat, pandonga, lan ritual-ritual keagamaan kemawon. Nanging justru kamulyanipun Gusti kedah karaosaken nalika sesambetan kaliyan sesami wonten ing gesang saben dinten, nalika mbangun gesang bebrayatan, sesambetan kaliyan sedherek tanggi tepalih, makarya lan nindakaken kabecikan dados berkah lan gesang ayem tentrem kangge sesami.

Panutup
Pawarta Transfigurasi Gusti Yesus ngetingalaken bilih Gusti Yesus punika Juruwilujeng manungsa. Kamulyanipun Gusti Yesus ingkang madhangi manah lan paring katentreman dhateng gesang umat kagunganipun ingkang purun ngestokaken dhawuh pangandikanipun Gusti. Kamulyanipun Gusti Yesus punika kedah sumrambah lan dipun raosaken dening sedaya titah, mila sumangga kita sedaya minangka panderekipun Gusti Yesus sami nyawisaken dhiri dados rencang damelipun Gusti Yesus mbabaraken katentreman lan karaharjan, supados nggih namung asmanipun Gusti Yesus Kristus ingkang tansah kaluhuraken wonten ing gesang kita. Amin. [M@ul].

 

Pamuji: KPJ. 431 : 1 – 3  Gusti Adawuh

Renungan Harian

Renungan Harian Anak