Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah Khotbah Minggu 4 Agustus 2024

22 July 2024

Minggu Biasa | PK Pembangunan GKJW
Stola Putih

Bacaan 1: Keluaran 16 : 2 – 4, 9 – 15
Mazmur: Mazmur 78 : 23 – 29
Bacaan 2: Efesus 4 : 1 – 16
Bacaan 3: Yohanes 6 : 24 – 35

Tema Liturgis: GKJW Bersatu Membangun Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Rukun Agawe Santosa, Crah Agawe Bubrah

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Keluaran 16 : 2 – 4, 9 – 15
Perikop ini menggambarkan betapa Allah memperhatikan kebutuhan bangsa Israel, bahkan ketika mereka meragukan-Nya. Allah tidak hanya mendengar keluhan mereka, tetapi juga memberi mereka makanan di padang gurun sebagai tanda kasih-Nya. Pemberian Manna kepada bangsa Israel menunjukkan perhatian Allah kepada umat-Nya yang lapar di padang gurun. Manna adalah tanda nyata bahwa Allah adalah Sang Pemberi dan Sang Pemelihara, yang memenuhi kebutuhan fisik umat-Nya di tengah-tengah kesulitan dan ketidakpastian. Pemberian Manna juga merupakan ujian bagi bangsa Israel untuk melihat apakah mereka akan hidup menurut hukum Allah atau tidak. Ini adalah contoh nyata bagaimana Allah menyediakan dan memelihara umat-Nya, bahkan dalam situasi yang sulit seperti di padang gurun. Ini juga menunjukkan pentingnya ketaatan dan kepercayaan bangsa Israel terhadap Allah bahkan dalam hal-hal yang sederhana, seperti makanan sehari-hari. Pelajaran yang dapat dipetik adalah tentang kasih, kepercayaan, dan ketaatan kepada Allah. Allah adalah Sang Pemberi yang murah hati, dan kita sebagai umat-Nya harus mempercayai-Nya sepenuhnya dan hidup menurut kehendak-Nya.

Efesus 4 : 1 – 16
Paulus melalui surat yang ditujukan kepada Jemaat Efesus menasihatkan agar Jemaat Efesus hidup dalam kesatuan, mengakui beragam karunia yang diberikan oleh Kristus, dan bekerja sama dalam membangun tubuh Kristus. Paulus mengharapkan Jemaat Efesus senantiasa hidup berpadanan dengan panggilan mereka, yaitu: 1. Hidup seperti Kristus, hidup dengan rendah hati, lemah lembut, dan sabar (Ay. 2).  2. Mereka harus hidup dalam kasih dan saling membangun. Dalam hidup persekutuan mereka harus memelihara kesatuan Roh supaya damai sejahtera Allah menjadi nyata. Hal ini oleh karena mereka telah disatukan dalam Kristus, satu tubuh, satu Roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah Bapa (Ay. 5-6). Ini adalah panggilan untuk hidup yang diserukan Paulus kepada Jemaat Efesus, dengan harapan mereka semua dapat mencapai kedewasaan Kristus dan memperkuat tubuh Kristus sebagai satu kesatuan yang kokoh dan berdaya.

Paulus juga memberikan tugas kepada para penatua jemaat yang memimpin Jemaat Efesus untuk mendampingi dan memperlengkapi umat Allah (Ay. 12). Tujuannya adalah agar warga jemaat Efesus terdidik dalam pelayanan bagi pembangunan tubuh Kristus, mencapai kesatuan iman, dan memiliki pengenalan yang benar akan Kristus. Dengan demikian Jemaat Efesus tidak akan mudah untuk diombang-ambingkan oleh ajaran sesat, tipu muslihat yang dapat menjatuhkan mereka. Sebaliknya, Jemaat Efesus dapat semakin bertumbuh kepada kedewasaan iman dan teguh dalam kebenaran berdasarkan kasih Kristus, hidup saling mengasihi dan saling melayani sesuai dengan karunia masing-masing jemaat.

Yohanes 6 : 24 – 35
Perikop ini merupakan dialog antara Yesus dan orang banyak setelah mujizat Yesus memberi makanan 5.000 orang. Setelah peristiwa itu (Yoh. 6:1-15), orang banyak itu pergi mencari Yesus dengan menaiki perahu menuju ke Kapernaum (Yoh. 6:24). Tujuan mereka mencari Yesus bukan karena mereka ingin mengenal Yesus lebih dalam lagi, melainkan karena mereka ingin mengeyangkan perut mereka (Ay. 26).  Disinilah kemudian Yesus membimbing dan mengarahkan mereka pada pandangan yang benar tentang jati diri-Nya. Yesus menegaskan bahwa Dia adalah sumber makanan yang memberi hidup, dan bukan hanya memberi makanan fisik, tetapi juga memberi kehidupan yang abadi. Dialah Roti Hidup, barangsiapa yang percaya kepada-Nya akan mendapatkan keselamatan dan hidup kekal bersama Tuhan Yesus. (Ay. 35). Ini adalah panggilan kepada orang banyak untuk percaya kepada-Nya sebagai sumber kehidupan yang sejati dan memperoleh kehidupan yang kekal melalui iman kepada-Nya.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Secara keseluruhan, ketiga bacaan ini mengajarkan tentang anugerah, penyediaan, dan kasih Tuhan Allah yang melimpah kepada umat-Nya, baik secara fisik maupun spiritual. Hal ini mengajarkan kepada kita prinsip-prinsip dasar tentang kepercayaan kepada Tuhan, kesatuan tubuh Kristus, dan fokus pelayanan kepada Kristus sebagai sumber kehidupan yang sejati.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
“Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.” Pepatah ini memiliki arti jika kita hidup dalam kebersamaan yang harmonis dan damai, maka kita akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan. Namun sebaliknya, jika kita hidup dalam permusuhan dan perselisihan, maka kita akan mengarah pada kehancuran. Peribahasa sederhana ini menyampaikan pesan yang kuat yang menekankan pentingnya kerja sama dan persatuan dalam mencapai masyarakat yang damai dan sejahtera. Konsep “rukun” atau persatuan dan kesatuan merupakan nilai yang sangat dihargai dalam budaya Jawa, dan dianggap sebagai kunci utama untuk mencapai kebahagiaan dan kemakmuran bersama.

Bagian pertama dari pepatah ini, “Rukun agawe santosa“, menekankan pentingnya harmoni dan kerja sama dalam mencapai keadaan damai. Konsep ini telah tertanam dalam budaya Jawa, yang menghargai konsensus, kerja sama, dan harmoni sosial sebagai prinsip fundamental kehidupan bermasyarakat. Dalam budaya Jawa, konsep rukun sering dikaitkan dengan praktik gotong royong, yang merupakan bentuk tradisional kerja bersama dimana anggota masyarakat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama. Di sisi lain, bagian kedua dari pepatah ini, “Crah agawe bubrah”, memperingatkan kita akan bahaya perpecahan dan konflik yang bisa terjadi sewaktu-waktu.  Dalam budaya Jawa, konflik dan perselisihan dianggap sebagai sumber masalah sosial dan ekonomi yang besar, dan oleh karena itu harus dihindari dengan segala cara.

Isi
Point perenungan ketiga bacaan hari ini, antara lain:

  1. Ketergantungan pada Allah sebagai Pusat Kehidupan (Kel. 16:2-4, 9-15)
    Pada perikop Keluaran 16:2-4, 9-15, kita melihat bagaimana bangsa Israel mengeluh karena lapar di padang gurun dan Allah memberikan mereka makanan, yaitu Manna. Ini mengajarkan kita tentang ketergantungan kita pada Allah sebagai sumber kehidupan. Kita harus mengingat bahwa Allah adalah yang memberi dan yang memelihara. Ketika kita mengalami kesulitan atau kekurangan, marilah kita belajar untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah. Di sini, kita juga diajari untuk hidup dalam ketaatan terhadap Firman Tuhan, seperti yang difirmankan kepada bangsa Israel dalam mengumpulkan Manna sesuai dengan ketetapan Allah.
  2. Panggilan untuk Hidup Satu Tubuh dalam Kristus (Ef. 4:1-16)
    Dalam Efesus 4:1-16, Rasul Paulus menekankan pentingnya hidup yang sesuai dengan panggilan kita dalam Kristus. Kita dipanggil untuk hidup dalam rendah hati, lembut, sabar, saling mengasihi, dan memelihara persatuan dalam Roh. Ini adalah prinsip-prinsip dasar yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang percaya. Ketika kita hidup sesuai dengan panggilan ini, maka kita akan mampu membangun persatuan dan kedamaian dalam gereja dan di tengah-tengah masyarakat.
  3. Yesus sebagai Roti Hidup (Yoh. 6:24-35)
    Dalam Yohanes 6:24-35, kita mendengar bagaimana Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Roti Hidup yang memberi kehidupan yang kekal kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Yesus bukan hanya memberi kita makanan fisik, tetapi juga memberi kita makanan rohani yang memberi kehidupan abadi. Dalam konteks tema kita, ini mengingatkan kita bahwa perdamaian dan keadilan sosial yang sejati hanya dapat ditemukan melalui iman kepada Yesus Kristus. Karena itu, kita dipanggil untuk mencari-Nya, bukan hanya karena berkat-Nya saja, tetapi sungguh-sungguh mencari dan menemukan Dia karena Dia adalah Sang Sumber Kehidupan yang Sejati.

 Penutup
Sebagai warga jemaat GKJW, marilah kita bersatu dalam mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. Kita hidup dengan mengandalkan Allah sebagai sumber kehidupan kita. Kita hidup sesuai dengan panggilan Kristiani kita, dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai sumber perdamaian dan keadilan yang sejati. Melalui Perjamuan Kudus Pembangunan GKJW inilah, kita berkomitmen untuk menjadi agen perubahan yang membawa cahaya Kristus ke dalam dunia yang gelap ini. Pepatah “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah”  mengajarkan kita kebijaksanaan yang abadi, yang masih relevan bagi kehidupan kita semua, terlepas dari latar belakang kita. Mari kita terus berusaha hidup dengan prinsip ini, terus merangkul persatuan dan kesatuan di tengah perbedaan pendapat dan pandangan dalam kehidupan. Mari kita bekerja sama dan saling melayani di antara satu dengan yang lain dalam kasih. Kita meyakini dan percaya, Tuhan akan selalu menyertai dan membimbing perjalanan kita dan GKJW menuju masa depan menjadi yang lebih baik, harmonis, dan menjadi berkat bagi semua umat di muka bumi ini. Amin. [pong].

 

Pujian: KJ. 256 : 1, 2  Kita Satu di Dalam Tuhan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
“Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.” Ukara punika nggadhah teges: bilih kita gesang ing suasana nyatunggil ingkang harmonis lan rukun, tamtu kita badhe ngraosaken katentreman lan kabingahan. Nanging kosokwangsulipun, bilih kita gesang ing suasana mungsuhan lan padu kaliyan tiyang sanes, tamtu kita badhe ngarah dhateng karisakan. Paribasan ingkang prasaja punika nggadhah pesen ingkang kiyat, ingkang negesaken pentingipun  makarya sesarengan lan patunggilan kangge mujudaken tatanan masyarakat ingkang rukun lan santosa. Konsep “rukun” utawi patunggilan punika dados nilai ingkang dipun ajeni ing budaya Jawi lan dipun anggep kunci utami kangge mujudaken kabingahan lan kasantosan sesarengan.

Perangan sepisan, ukara “Rukun agawe santosa” punika nedahaken pentingipun harmoni lan makarya sesarengan kangge mujudaken kahanan ingkang rukun. Konsep punika sampun katanem ing budaya Jawi, kados ngajeni konsensus (kasepakatan sesarengan), makarya sesarengan, lan harmoni sosial minangka prinsip dasar kangge gesang ing masyarakat. Ing budaya Jawi, konsep rukun punika asring dipun gandhengaken kaliyan praktek gotong royong, ingkang dados wujuding makarya sesarengan sacara tradisional, ing pundi warga masyarakat sami nyambut damel seserengan kangge mujudaken tujuan ingkang sami.      Perangan kaping kalih, “Crah agawe bubrah”, tembung punika ngengetaken kita tumrap bebayaning pasulayan lan konflik ingkang saged kelampahan sakwanci-wanci. Ing budaya Jawi, konflik lan pasulayan punika dipun anggep sumbering masalah sosial lan ekonomi ingkang ageng, awit saking punika, konflik lan pasulayan kedah dipun singkiraken ngangge maneka cara.

Isi
Bab ingkang wigatos saking tiga waosan dinten punika, inggih punika:

  1. Gumantung dhumateng Gusti Allah minangka Punjering Pigesangan (Pangentasan 16:2-4, 9-15)
    Saking Pangentasan 16:2-4, 9-15, kita saged ningali kados pundi bangsa Israel ingkang sambat karana kaluwen ing ara-ara samun, sarta Gusti Allah ingkang maringi tetedhan, inggih punika Manna. Punika dados piwulang kangge kita bilih gumantung dhumateng Gusti Allah punika minangka sumbering gesang. Kita kedah enget bilih Gusti Allah punika tansah nyekapi sarta ngrimati gesang umat-Ipun. Nalika kita nandhang sangsara lan kekirangan, mangga kita purun gumantung sawetahipun dhumateng Gusti Allah. Srana punika, kita nglampahi gesang kita srana manut dhumateng Sabdanipun Gusti, kados ingkang dipun dawuhaken dhateng bangsa Israel nalika ngempalaken Manna, kados ingkang dados katetepanipun Gusti Allah.
  2. Timbalan supados Nyatunggil kaliyan Sang Kristus (Ef. 4:1-16)
    Ing Efesus 4:1-16, Rasul Paulus nedahaken pentingipun kangge kita gesang miturut timbalanipun Sang Kristus. Kita dipun timbali gesang kanthi andhap asor, alus budi, sabar, tresna-tinresnan sarta ngrimati patunggilaning Sang Roh Suci. Timbalan punika dados prinsip dasar ingkang kedah kita tindakaken salebeting pigesangan kita sadinten-dinten minangka tiyang pitados. Nalika gesang kita punika sami kaliyan timbalan punika, tamtu kita saged mbangun patunggilan lan karukunan ing greja lan masyarakat.
  3. Gusti Yesus punika Roti Panguripan (Yok. 6:24-35)
    Ing Yokanan 6:24-35, kita sami mirengaken kados pundi anggenipun Gusti Yesus nyatakaken Sariranipun minangka Roti Panguripan, ingkang paring gesang langgeng dhumateng para pitados. Gusti Yesus mboten namung maringi kita tetedhan sacara jasmani, ananging ugi maringi kita tetedhan karohanen, inggih punika gesang langgeng. Ing konteks tema kita, prekawis punika ngengetaken kita bilih karukunan lan kaadilan sosial ingkang sejati namung wonten ing iman pitados dhumateng Gusti Yesus Kristus. Karana punika, kita dipun timbali kangge madosi Panjenenganipun, mboten namung supados kita nampi berkah-berkahipun, ananging saestu kita madosi lan manggihaken Panjenenganipun karana Panjenenganipun punika Sang Sumber Pigesangan ingkang sejati.

Panutup
Minangka warga pasamuwan GKJW, sumangga kita nyatunggil mujudaken karukunan lan kaadilan sosial. Kita gesang kanthi ngandhelaken Gusti Allah ingkang dados sumbering pigesangan kita. Kita gesang miturut kaliyan timbalan kita, lan kita pitados dhumateng Gusti minangka sumbering karukunan dan kaadilan ingkang sejati. Lumantar bujana suci Pembangunan GKJW ing dinten punika, mangga kita mbangun komitmen/ tekad dados agen perubahan ingkang mbekta cahyaning Sang Kristus ing satengahing donya ingkang peteng punika. Tetembungan “Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah” saged dados piwulang kangge kita lan taksih cocok kaliyan kawontenan gesang kita sapunika. Mangga kita terus ngupaya nglampahi gesang mawi prinsip punika, kita tansah ngrangkul patunggilan ing satengahing cara pandeng ingkang benten punika. Mangga kita sami makarya sesarengan lan sami lados linadosan ing antawis kita kanthi katresnan. Kita pitados bilih Gusti Allah tansah nganthi lan nunggil lampah gesang kita lan greja kita GKJW, tumuju mangsa ngajeng ingkang langkung sae, harmonis, lan dados berkah kangge sedaya umat ing salumahing bumi punika. Amin. [Terj. AR].

 

Pamuji: KPJ. 368   Rukun Agawe Santosa

Renungan Harian

Renungan Harian Anak