Tumbuh dan Bergerak Khotbah Minggu 28 Juli 2024

15 July 2024

Minggu Biasa | Penutupan Bulan Keluarga
Stola Hijau
 

Bacaan 1: 2 Raja-raja 4 : 42 – 44
Mazmur: Mazmur 145 : 10 – 18
Bacaan 2: Efesus 3 : 14 – 21
Bacaan 3: Yohanes 6 : 1 – 21

Tema Liturgis: Keluarga GKJW Menumbuhkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Tumbuh dan Bergerak

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

2 Raja-raja 4 : 42 – 44
Untuk kesekian kalinya mujizat Tuhan dihadirkan dalam kehidupan umat dalam hal yang sangat nyata dan sederhana melalui persoalan yang biasa dihadapi oleh manusia. Mujizat pada multiplikasi makanan pada bacaan ini akan segera mengingatkan pembaca pada kisah Injil tentang Yesus memberi makan lima ribu orang. Ketika Allah hadir dan terlibat, hal yang mustahil menjadi mungkin.

Mujizat perbanyakan roti dalam pasal 4 : 42-44 ini melengkapi ayat 1-7, dan bersama-sama kedua bagian ini paralel dengan 1 Raja-raja 17:14-16. Dua puluh roti jelai dan sekantong gandum baru bisa memenuhi kebutuhan banyak orang yang dilanda kelaparan pada waktu itu. Keragu-raguan yang muncul atas kemustahilan sedikit bahan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat besar menjadi bagian utuh yang menggambarkan keterbatasan manusiawi. Namun, sebagai jawaban atas keraguan itu, manusia diajak untuk melihat segala hal yang tak masuk akal itu bisa terjadi hanya karena ada penyertaan kekuatan Allah. Hal itu terjadi pada Elia maupun Elisa. Lewat dua orang nabi yang adalah guru dan murid ini, Allah berkarya nyata menyatakan kehadiran-Nya yang dekat dengan umat.

Efesus 3 : 14 – 21
Bagian ini merupakan doa rasuli yang disampaikan oleh rasul Paulus kepada Allah untuk umat Kristen. Doa mendalam ia sampaikan dengan bersujud di hadapan Bapa yang diakui kebesaran dan kemuliaan-Nya. Ada tiga pokok doa yang nampak di sana:

  1. Berdoa supaya oleh Roh Bapa, pembaca suratnya dikuatkan dan diteguhkan secara rohani.
  2. Berdoa supaya Kristus diam dalam hati mereka melalui iman. Iman itu menjadi sarana kediaman.
  3. Berdoa semoga hidup mereka berakar dan berdasar di dalam kasih .

Paulus menyadari bahwa tidak mudah bagi umat Kristen untuk memahami secara utuh kasih Allah, sehingga Paulus merasa perlu sungguh berdoa untuk umat supaya memahami akan lebar, panjang, dan dalamnya kasih Kristus sekalipun itu melampaui segala pengetahuan. Bahkan Dia juga yang sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang didoakan dan dipikirkan. Karenanya umat diajak untuk merasakan secara nyata kuasa Allah yang bekerja di dalam umat.

Yohanes 6 : 1 – 21
Dalam bagian narasi injil, biasanya hal besar yang dikagumi banyak orang pada Yesus adalah sentuhan mujizat-Nya secara personal, seperti pada orang sakit dan kerasukan setan. Namun tidak dengan peristiwa Yesus memberi makan lebih dari lima ribu orang, karena yang terhitung lima ribu itu laki-laki. Dampak karya Tuhan Yesus dirasakan secara komunal. Ini menjadi peristiwa luar biasa, sehingga keempat Injil memberitakan.

Kisah ini mengingatkan pembaca Injil bahwa mujizat Tuhan itu membutuhkan hati yang terbuka untuk menerimanya. Hati yang bersedia menerima dengan syukur dan memberi. Embrio dari mujizat besar ini ada pada dua orang yang luar biasa, yaitu Andreas dan seorang anak. Ada energi yang menggerakkan mereka untuk memberi, meskipun kecil dan tidak sebanding dengan kebutuhan. Tapi kesediaan memberi itu menjadi jalan mujizat lebih dari yang dipikirkan.

Hari raya Paskah Yahudi sudah dekat, dan banyak orang dari penjuru dunia merapat ke Yerusalem untuk beribadah. Hampir pasti mereka akan membawa makanan sebagai bekal seperti yang dibawa seorang anak yang ditemui Andreas. Kesediaan berbagi itu menular dan menggerakkan yang lain untuk melakukan hal yang serupa, sehingga tidak ada orang yang kelaparan karena semua berlomba menjadi solusi dari masalah.

Pasca masalah krisis makanan terselesaikan, masalah berikutnya menyusul. Angin kencang yang membuat laut bergelora adalah kondisi yang tidak tenang dan baik-baik saja. Disusul oleh pemandangan Yesus yang berjalan di atas air, semakin membuat situasi tidak baik yang digambarkan dengan ketakutan yang dirasakan. Namun, di atas masalah yang terjadi, Dia hadir memberikan ketenangan yang mengusir rasa takut. Semua menjadi baik adanya ketika Dia hadir dan terlibat di sana.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Hidup ini tidak pernah lepas dari masalah dan krisis. Namun, jika Allah hadir dan terlibat, maka jalan keluar dari masalah yang nampak buntu akan menjadi terang, krisis yang mustahil bisa selesai akan menjadi mungkin. Dia berkarya lebih dari yang didoakan dan diharapkan. Dia memanggil setiap umat dan keluarga untuk memiliki hidup yang mengakar dalam iman yang teguh, tumbuh dalam kasih-Nya, dan bergerak mewujudkan damai sejahtera.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Sudah lebih dari separo perjalanan kita lalui di tahun 2024 ini, bagaimana perasaan kita? Adakah masalah yang rasanya begitu berat kita rasakan dan menghilangkan kebahagiaan kita sebagai pribadi, keluarga maupun dalam hidup bersama? (umat dapat diberi waktu 2-3 menit untuk bercerita kepada orang di sebelahnya). Setiap orang, berapapun usianya pasti pernah mengalami masalah dan situasi krisis yang memunculkan rasa khawatir. Jika masalah-masalah dalam hidup itu dibagikan dan diceritakan, mungkin yang dijumpai hidup yang serasa tidak adil dan jauh dari kedamaian. Dalam situasi yang sedemikian berat dan menekan, apakah respon kita? Kita larut dalam masalah ataukah menjadi solusi atas masalah?

Isi
Kisah perbanyakan makanan dalam bacaan pertama dan ketiga mengajak kita untuk berjuang tumbuh menjadi solusi atas masalah. Di tengah bencana kelaparan yang melanda, ada seseorang dari Baal-Salisa yang bersedia datang membawa dua puluh roti jelai dan sekantong gandum baru. Jumlah yang menurut pelayan Elisa tidak sebanding dengan banyaknya orang yang harus diberi makan. Alih-alih mengenyangkan, yang terjadi mungkin justru akan memalukan. Namun, mendengarkan Firman Tuhan atau melibatkan Tuhan dalam masalah itu, nyatanya justru lebih dari cukup karena ada yang tersisa.

Demikian juga saat lebih dari lima ribu orang mengikuti Yesus dan mengalami masalah dengan makanan. Karena hari raya Paskah Yahudi sudah dekat, banyak orang dari berbagai tempat sedang merapat ke Yerusalem untuk beribadah. Bagaimana masalah ini dihadapi oleh Yesus? Filipus diminta pendapat, karena ia berasal dari Betsaida di Galilea. Harapannya, ada solusi datang darinya. Namun jawaban yang muncul justru rasa pesimis “roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup.” Tentunya ini jumlah yang cukup besar, namun masih tidak bisa menjadi solusi. Diandaikan 1 dinar adalah upah pekerja harian sejumlah Rp. 100.000, maka uang 20 juta pun tidak cukup buat mereka.

Situasi berbeda diceritakan selanjutnya, dimana ada Andreas yang lebih optimis meskipun penuh dengan ketidakmengertian. Dia menyampaikan pesan bahwa ada seorang anak yang mempunyai 5 roti jelai dan 2 ikan, yang meskipun ia tidak yakin apakah itu bisa berguna untuk banyak orang yang berkumpul, ia tidak mau melewatkan peluang sekecil apapun untuk menjadi solusi atas masalah (Ay. 9). Yang pasti, mujizat besar itu embrionya dari dua orang itu. Andreas dan seorang anak itu digerakkan oleh semangat menjadi solusi atas masalah. Ini yang bisa aku berikan, bagaimana pemberianku ini menjadi jawaban, ia tidak tahu. Ia memberi ruang seluas-luasnya untuk Allah terlibat dan bekerja. Nampaknya, pikiran yang positif itu mendorongnya untuk berlaku positif juga. Pada akhirnya, kita tahu bahwa peran kecil Andreas ini berdampak besar, karena masalah menjadi terselesaikan.

Selain Andreas, yang tumbuh menjadi solusi atas masalah itu adalah seorang anak pemilik 5 roti jelai dan 2 ikan. Tidak diceritakan bagaimana sampai ia ditemukan oleh Andreas, atau bagaimana Andreas merayu seorang anak yang biasanya sangat selektif dengan orang asing serta protektif dengan barang miliknya. Namun, ketika Andreas berkata, “Di sini ada seorang anak yang mempunyai…” menunjukkan bahwa ada masalah kecil yang sudah beres, sebelum ia menawarkan solusi atas masalah besar. Andreas telah memastikan bahwa seorang anak itu merelakan 5 roti jelai dan 2 ikannya untuk menjadi solusi. Pada akhirnya, kita tahu, bahwa mujizat besar itu benar-benar bermula dari hal yang sederhana, kecil dan murah itu sebagai sarananya. Yesus bertindak seperti Kepala Keluarga Yahudi menjelang makan bersama dimana Dia mengucap syukur kepada Allah yang menjadi sumber segala berkat.

Sikap diri yang bersedia menjadi solusi dengan rela berbagi dari anak yang ditemui Andreas ini, sangat mungkin menjadi embrio kerelaan hati orang banyak yang sedang berkumpul waktu itu. Dimungkinkan, mereka adalah para peziarah dari penjuru dunia yang hendak ke Yerusalem akan merayakan paskah Yahudi yang semakin dekat. Dugaannya, jarang sekali orang berjalan lebih dari 15 km tidak mempersiapkan bekal perjalanan seperti seorang anak tadi. Karena semua orang mengkhawatirkan dirinya, maka sangat mungkin mereka menyimpan sendiri bekal itu. Namun, teladan luar bisa nampak dalam peran Andreas dan seorang anak yang disempurnakan oleh keramahan dan syukur yang diteladankan oleh Tuhan Yesus. Itulah yang menggerakkan semua orang untuk mengeluarkan bekalnya dan melakukan hal yang sama (Ay. 11): mengucap syukur dan membagi-bagikannya. Seperti apa hasilnya? Semua makan sampai kenyang. Apakah cukup? Malah berlebih! Semua tumbuh dan bergerak.

Bagaimana dengan kehidupan kita? Seberapa sering kita sebagai pribadi dan keluarga memiliki hati yang terpanggil untuk terus tumbuh dan bergerak menjadi solusi atas masalah? Ataukah justru kita larut dan terpuruk dalam masalah yang membuat kita memandang hidup dengan pesimis seperti Filipus, dan sulit belajar seperti Andreas dan seorang anak yang lebih optimis melihat peluang sekecil apapun itu. Masalah kita mungkin seperti angin kencang yang membuat laut bergelora sehingga membuat kita tidak tenang. Kekhawatiran dan ketakutan akan hidup dan masa depan sering membuat hati kita layu dan tak berdampak apapun. Namun nyatanya, di atas masalah yang terjadi, Dia hadir memberikan ketenangan yang mengusir rasa takut kita. Semua menjadi baik adanya ketika Dia hadir dan terlibat di sana.

Keyakinan demikian ini yang dipesankan Paulus kepada jemaat Efesus. Paulus menyadari bahwa masalah membuat tidak mudah bagi umat untuk memahami secara utuh kasih Allah, sehingga dia merasa perlu berdoa untuk umat supaya memahami akan lebar, panjang, dan dalamnya kasih Kristus sekalipun itu melampaui segala pengetahuan. Bahkan Dia juga yang sanggup melakukan jauh lebih banyak daripada yang didoakan dan dipikirkan. Karenanya umat diajak untuk merasakan secara nyata kuasa Allah yang bekerja.

Penutup
Pada akhirnya, kita dipanggil untuk membangun diri dengan rasa syukur disertai dengan pikiran positif: apa yang ada dalam diri kita pribadi dan keluarga? Apa yang ada pada kita bisa menjadi sarana Tuhan berkarya dan jalan bagi mujizat-Nya ada. Jangan takut, sekecil apa yang kita bisa, sesederhana apa yang kita mampu, jika itu yang ada pada kita, mari kita tumbuh dan bergerak menjadi bagian dari solusi dengan membagi dan memberi. Melalui waktu, materi dan kemampuan yang ada, mari kita yakin Tuhan yang kasih-Nya melampaui segala pengetahuan akan sanggup menyempurnakan.

Sebagai keluarga yang diberkati Allah, mari kita berpikir positif bahwa kita diberkati dengan berbagai hal yang bisa menjadi jalan berkat. Mari kita bertumbuh bersama keluarga untuk melakukan segala hal yang sekalipun kecil dan sederhana, kita lakukan karena dan untuk Tuhan. Amin. [KRW].

 

Pujian: KJ. 451  Bila Yesus Berasa di Tengah Keluarga
PKJ. 289  Keluarga Hidup Indah

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Lelampahan kita ing warsa 2024 punika sampun separo langkung, kadospundi raosipun manah? Punapa wonten ingkang karaosaken awrat lan ngecali kabingahan kita minangka pribadi, brayat, lan ugi ing pigesangan sesarengan? (umat kaparingan wekdal 2-3 menit kangge andum carita kaliyan sedherek ing celakipun). Saben tiyang, pinten kemawon yuswanipun mesthi nate ngadhepi momotan lan kaanan krisis ingkang murugaken raos kuwatos. Menawi setunggal lan setunggalipun andum carios bab momotan lan pambengan ing gesang, mbok menawi ingkang dipun panggihi inggih punika gesang ingkang mboten adil lan tebih saking katentreman. Wonten ing kahanan ingkang kados mekaten, kados pundi tanggapan kita? Keli ing momotan punapa dados solusi saking masalah ingkang kita adhepi?

Isi
Cariyos bab roti ingkang nambah matikel kathahipun ing waosan sepisan lan tiga ngatag kita ngupadi gesang tuwuh dados solusi ing satengahipun masalah. Ing satengahipun paceklik, wonten tiyang jaler saking Baal-Salisa mbekta roti jewaut kalih dasa iji lan gandum kawitan. Nalika Elisa ndhawuhi supados ngedum roti kalawau, abdi punika rumaos mboten badhe nyekapi kathahipun tiyang ingkang kedah dipun paringi nedha. Aja maneh kok maregi, malah justru isa ngisin-ngisini. Nanging, sumadya mirengaken pangandikanipun Gusti lan nyumanggakaken Panjenenganipun campur asta, nyatanipun mboten namung nyekapi malah kepara linuwih lan luber.

Mekaten ugi nalika gangsal ewu langkung tiyang saweg gumrudug ndherek Gusti lan ngadhepi masalah bab tetedhan. Karana riyadin Paskah Yahudi sampun celak, mila kathah tiyang saking pundi-pundi panggenan sami tindakan dhateng Yerusalem kangge mahargya lan ngabekti. Kadospundi Gusti Yesus ngadhepi masalah punika? Filipus dipun suwuni pirsa punapa ingkang dados pemanggihipun karana piyambakipun saking Betsaida ing Galilea. Solusi ingkang dipun ajeng-ajeng, malah dipun wangsuli kanthi raos mangu-mangu lan pesimis “roti pengaos kalih atus dinar dereng cekap.” Bab ingkang ageng pengajinipun taksih dereng saged dados solusi.  Menawi 1 dinar punika opah tiyang makarya sedinten watawis Rp. 100.000, pramila arta 20 juta taksih mboten cekap.

Bab ingkang benten kacariosaken salajengipun, ing ngrika wonten Andreas ingkang langkung optimis. Senaosa mboten mangertos kadospundi ingkang badhe kalampahan, piyambakipun matur menawi wonten lare jaler ingkang gadhah roti gangsal iji lan ulam loh kalih. Mbok menawi piyambakipun mboten yakin bilih punika badhe migunani kangge tetedhanipun tiyang kathah ingkang sami makempal, nanging piyambakipun ngginakaken peluang senaosa alit mbokmenawi saged dados solusi masalah (Ay. 9). Ingkang wigati, mujizat ageng punika tuwuh saking tiyang kekalih punika. Andreas lan lare lajer punika kabereg dening semangat dados solusi ing satengahing masalah. Iki kang bisa dak aturake, kepriye aturku iki isa dadi solusi masalah, aku ora weruh. Piyambakipun nyumanggakaken Gusti Allah makarya. Kadosipun, pikiran positif punika ingkang murugaken tumindak ingkang positif ugi, andum punapa ingkang dipun duweni. Wusananipun, kita mangertos bilih tumindakipun Andreas senaosa alit, nggadhahi dampak ingkang ageng, karana masalah tetedhan punika rampung.

Kejawi Andreas, ingkang dados solusi ing satengahing masalah punika inggih lare lajer ingkang nggadhahi gangsal roti lan ulam loh kalih. Mboten kacariosaken kados pundi Andreas manggihaken utawi ngrayu lare punika, karana limrahipun lare alit punika selektif kaliyan tiyang enggal lan protektif kaliyan barang darbekipun. Nanging, nalika Andreas matur “Ing ngriki wonten lare jaler ingkang gadhah …” nedahaken bilih wonten masalah alit ingkang sampun rampung, sakderengipun piyambakipun matur solusi kangge masalah ageng. Andreas kados sampun mesthekaken bilih lare kalawau ngaturaken darbekipun kanthi relaning manah. Wusananipun kita mangertos bilih mujizat ageng punika saestu kawiwitan saking bab ingkang prasaja, alit, lan mirah minangka sarananipun. Gusti Yesus tumindak kadosdene Sesirahing Brayat Yahudi nalika dhahar sesarengan. Panjenenganipun ngaturaken saos sokur dhumateng Gusti Allah ingkang dados sumbering berkah.

Manah ingkang sumadya dados solusi kanthi rila andum berkah saking lare jaler ingkang dipun panggihi dening Andreas punika, saged ugi dados embrio tumrap tiyang kathah ingkang makempal punika sumadya andum darbekipun. Tiyang-tiyang punika mbokmenawi para peziarah saking pundi panggenan ingkang badhe tindak ing Yerusalem mahargya paskah Yahudi ingkang sampun celak. Kadosipun, saben tiyang ingkang lumampah 15 km langkung, mesthi nyawisaken bekal tetedhan ing margi kados lare jaler kalawau. Karana sami nguwatosaken dhiri piyambak, kathah tiyang ingkang nyimpen kangge piyambak. Nanging, tuladha aji saking Andreas lan lare jaler ingkang kasampurnakaken dening keramahan lan raos sokur ingkang katindakaken dening Gusti Yesus. Bab punika ingkang murugaken sedaya tiyang ngedalaken tetedhanipun piyambak lan andum kanthi rila dhumateng tiyang sanes (Ay. 11): saos sukur lan ngedum-edum. Kados pundi salajengipun? Sedaya nedha ngantos wareg. Punapa cekap? Malah linuberan! Sedaya sami tuwuh lan tumindak.

Kados pundi kaliyan gesang kita? Punapa kita asring dados pribadi lan brayat ingkang tinimbalan nggadhahi manah ingkang tuwuh lan tumindak dados solusi ing satengahipun masalah? Utawi kita justru keli lan lungkrah ing momotan ingkang ndadosaken kita ningali gesang kanthi pesimis kados Filipus. Punapa ingkang ewet sinau kados Andreas lan lare jaler ingkang langkung optimis ningali peluang senaosa alit. Momotan gesang mbokmenawi ugi kados ombak ageng ing tlaga lan murugaken manah kita mboten tentrem. Raos kuwatos lan ajrih tumraping gesang lan mangsa ing ngajeng asring ndadosaken manah kita lungkrah lan mboten saged berdampak punapa-punapa. Nanging, sanyatanipun, Panjenenganipun tansah rawuh paring kaayeman lan katentreman, nyingkiraken raos ajrih. Sedaya pulih dados sae malih karana Panjenenganipun rawuh lan tumindak.

Keyakinan kados mekaten ugi kadhawuhaken dening Rasul Paulus dhateng pasamuwan ing Efesus. Paulus ngakeni bilih masalah murugaken umat mboten saged ngugemi katresnanipun Gusti kanthi wetah, saengga piyambakipun rumaos kedah ndedonga kanthi saestu supados umat saged mangertos sepinten amba, dawa, lan jeronipun katresnanipun Sang Kristus senaosa punika nglangkungi pikiran kita. Panjenenganipun kepara sanggup tumindak nglangkungi punapa ingkang kita galih lan dongakaken. Mila, umat kaatag ngraosaken sacara nyata pakaryanipun Gusti Allah.

Panutup
Wusananipun, kita katimbalan mbangun dhiri kanthi saos sokur kinantenan pikiran positif: ”Apa kang ana ing diri kita pribadi lan brayat? Apa kang bisa dadi sarana Gusti makarya lan dalan mujizat-ipun Gusti.” Sampun ngantos ajrih, senaosa alit lan prasaja ingkang kita saged, menawi pancen bab punika ingkang kita gadhahi, sumangga kita tuwuh lan tumindak dados solusi kanthi andum, kanthi taberi. Lumantar wekdal, bandha, lan kabisan ingkang kita gadhahi, mangga kita yakin bilih Gusti Allah ingkang katresnanipun nglangkungi kita,  badhe nyampurnaaken.

Minangka brayat ingkang binerkahan, sumangga kita mikir positif bilih kita dipun berkahi supados saged dados talanging berkat, dados solusi. Sinarengan kaliyan brayat, mangga kita nglampahi samukawis namung karana Gusti lan kagem Gusti, senaosa punika alit lan prasaja. Amin. [KRW].

 

Pamuji: KPJ. 315   Brayat Kang Tentrem Gesangnya

Renungan Harian

Renungan Harian Anak