Tuhan Senantiasa Ada Bersama Kita Khotbah Minggu 23 Juni 2024

10 June 2024

Minggu Biasa 8 | Syukur Yk
Stola Hijau

Bacaan 1: Ayub 38 : 1 – 11
Mazmur: Mazmur 107 : 1 – 3
Bacaan 2: 2 Korintus 6 : 1 – 13
Bacaan 3: Markus 4 : 35 – 41

Tema Liturgis: YK Mewujudkan Peran GKJW Mengupayakan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Tuhan Senantiasa Ada Bersama Kita

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Ayub 38 : 1 – 11
Saat Ayub melayangkan gugatan kepada Allah (Ayub 31:35), Ayub bertindak seolah ia mengerti masalah penderitaan yang dialaminya adalah masalah dengan Allah. Ayub menuntut Allah agar bertanggung jawab atas penderitaannya. Namun, Allah tidak menjawab gugatan Ayub. Sebaliknya, Allah mempertanyakan hak Ayub menggugat Dia. Siapakah Ayub, makhluk ciptaan dibandingkan dengan Allah Sang Pencipta?

Oleh karena Ayub menantang Allah maka Allah balik menantang Ayub. Allah mulai dengan pertanyaan pertama: Dimanakah Ayub ketika alam semesta dan segala isinya diciptakan? (Ayub 38:4-21). Adakah Ayub hadir ketika Allah berkarya? Dimana Ayub waktu Tuhan menciptakan Bumi? (Ay. 4-7); laut (Ay. 8:11); pagi hari (Ay. 12-15); dunia dalam (Ay. 16-18); terang  (Ay. 19-21); salju (Ay. 22-23); badai (Ay. 24-27); hujan (Ay. 28-30), bintang-bintang (Ay. 31-33); awan (Ay. 34-38). Pertanyaan kedua: Apakah Ayub bisa mengatur alam semesta yang telah diciptakan Allah secara dahsyat? Pertanyaan-pertanyaan Allah ini tentu saja tidak dapat dijawab oleh Ayub, tetapi sebaliknya malah menggugah hati Ayub yang membawanya pada pemahaman bahwa Ayub mengakui sepenuhnya bahwa Allah Pencipta berdaulat penuh atas seluruh ciptaan termasuk dirinya.

2 Korintus 6 : 1 – 13
Rasul Paulus tidak menghendaki kasih karunia yang telah diberikan Tuhan kepada jemaat di Korintus menjadi sia-sia karena respons negatif yang mereka berikan. Hal ini disampaikan oleh rasul Paulus karena jemaat Korintus mulai merendahkan dia karena adanya pengaruh dari pengajar palsu. Padahal waktu anugerah Allah tidak boleh diulur-ulur.

Sebagai penegasan rasul Paulus menyampaikan integritasnya sebagai hamba Tuhan. Pertama, Paulus tidak pernah melakukan hal yang membuat orang lain tersandung (Ay. 3). Sebaliknya sikap dan tindakannya selalu menunjukkan bahwa ia takut akan Tuhan. Kedua, sikap pada waktu harus menanggung kesulitan dan penderitaan (Ay. 4-5). Ia tidak menggerutu dan menghindari derita. Ia justru bersusah payah disertai disiplin rohani, seperti berjaga-jaga, berdoa, dan berpuasa. Ketiga, Paulus menjaga kemurnian, sabar, murah hati, dan tidak munafik (Ay. 6). Ia juga mengandalkan penyertaan Roh Kudus dan senjata rohani (Ay. 7). Keempat, ia menjunjung kemuliaan Tuhan dalam segala keadaan (Ay. 8-10). Melalui apa yang disampaikan oleh rasul Paulus ini, ia ingin mengajak jemaat Korintus untuk membuka hati mereka selebarnya-lebarnya untuk melihat kasih karunia Tuhan yang ada di dalam kehidupan mereka (Ay. 13).

Markus 4 : 35 – 41
Bagi beberapa orang murid yang berprofesi sebagai nelayan, menghadapi topan adalah hal yang biasa. Akan tetapi, kali ini mereka berhadapan dengan topan yang teramat dahsyat. Mereka dicekam rasa takut. Saat itu, Tuhan Yesus yang sedang tidur dianggap tidak peduli dengan keselamatan mereka, sehingga mereka membangunkan Tuhan Yesus (Ay. 38). Lalu Tuhan Yesus bangun dan menghardik angin itu dan danau itu tiba-tiba menjadi teduh (Ay. 39). Tuhan Yesus juga menghardik para murid. Bukan karena rasa takut mereka pada topan, tetapi karena mereka menganggap Tuhan Yesus tidak peduli dengan mereka (Ay. 40). Meskipun sudah mengikut Tuhan Yesus cukup lama, ternyata para murid belum mengenal siapa Tuhan Yesus yang sesungguhnya. Baru setelah Tuhan Yesus bertindak mereka berseru takjub (Ay. 41).

Rasa takut telah membuat mereka hanya peduli dengan keselamatan diri sendiri, padahal Tuhan Yesus ada bersama dengan mereka di dalam perahu. Apakah Tuhan Yesus tidak memahami ketakutan yang sedang mereka rasakan dan tidak peduli? Masalahnya bukan karena Tuhan Yesus tidak peduli, tetapi karena para murid tidak menyadari Tuhan Yesus ada bersama dengan mereka. Ketika mereka mengira Tuhan Yesus tidak peduli, itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya dengan Tuhan Yesus.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Tuhan Allah senantiasa ada dan hadir dalam setiap situasi dan kondisi apapun dalam hidup kita. Akan tetapi, seringkali kita tidak menyadari akan hal ini, sehingga kita tidak melibatkan Tuhan Allah di dalam kehidupan kita. Oleh karena itu, kita perlu membuka hati selebarnya-lebarnya untuk melihat kasih karunia Tuhan Allah yang senantiasa ada di dalam kehidupan kita ini.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Siapa tak kenal kapal laut legendaris Titanic? Meski telah tenggelam lebih dari satu abad, kisah tentang Titanic tak pernah usang ditelan waktu. Titanic masih sangat baru saat mulai berlayar pada 10 April 1912, bahkan cat di beberapa badan kapal masih belum kering.

Perusahaan penciptanya sangat bangga dengan kelahiran Titanic yang langsung menyandang gelar kapal terbesar dan termegah di dunia. Kapal Titanic merupakan hasil mahakarya rancangan Thomas Andrews yang merupakan arsitek yang terkenal sangat detil dan perfeksionis. Bahkan ketika dia di wawancarai oleh reporter tentang keamanan Titanic, Thomas dengan sombong berkata bahwa keamanan kapal yang dibuatnya sangat aman bahkan Tuhan sekalipun tidak mampu menenggelamkannya. Akibatnya, keselamatan penumpang luput dari pantauan perusahaan.

Peringatan akan adanya gunungan es yang telah dikirimkan berkali-kali diabaikan oleh para awak kapal Titanic. Sampai akhirnya tabrakan maut itu tak terelakan. Kapal raksasa itu terbelah dua sebelum benar-benar tenggelam. Senin dini hari, 15 April 1912 merupakan akhir perjalanan yang baru ditempuh salah satu mahakarya dunia, Titanic. Kapal tersebut tenggelam dan lebih dari 1.500 penumpangnya tewas di tempat, termasuk Thomas Andrews.

Isi
Ketika Thomas Andrews tidak mengikutsertakan Tuhan bahkan menantang Tuhan ketika kapal Titanic selesai dan mulai berlayar maka kapal Titanic berakhir tragis saat menabrak gunung es. Bagaimana halnya ketika para murid yang juga sedang berlayar dan mengalami serangan badai topan? Bagi beberapa orang murid yang berprofesi sebagai nelayan, menghadapi topan adalah hal yang biasa. Akan tetapi, kali ini mereka berhadapan dengan topan yang teramat dahsyat. Mereka dicekam rasa takut.

Saat itu, Tuhan Yesus yang sedang tidur dianggap tidak peduli dengan keselamatan mereka sehingga mereka membangunkan Tuhan Yesus (Ay. 38). Lalu Tuhan Yesus bangun dan menghardik angin itu dan danau tiba-tiba menjadi teduh (Ay. 39). Tuhan Yesus juga menghardik para murid juga. Bukan karena rasa takut mereka pada topan, tetapi karena menganggap bahwa Tuhan Yesus tidak peduli dengan mereka (Ay. 40). Meskipun sudah mengikut Tuhan Yesus cukup lama ternyata para murid belum mengenal siapa Tuhan Yesus yang sesungguhnya. Baru setelah Tuhan Yesus bertindak mereka berseru takjub (Ay. 41).

Rasa takut telah membuat mereka hanya peduli dengan keselamatan diri sendiri, padahal Tuhan Yesus ada bersama dengan mereka di dalam perahu. Apakah Tuhan Yesus tidak memahami ketakutan yang sedang mereka rasakan dan tidak peduli? Masalahnya bukan karena Tuhan Yesus tidak peduli, tetapi karena para murid tidak menyadari Tuhan Yesus ada bersama dengan mereka. Ketika mereka mengira Tuhan Yesus tidak peduli, itu menunjukkan bahwa mereka tidak percaya dengan Tuhan Yesus.  Memang perlu iman yang besar untuk mempercayai bahwa Tuhan ‘sedang tidur’ dan tetap memperhatikan kita. Inilah iman yang sejatinya ingin dibangun oleh Tuhan Yesus di dalam diri para murid hingga akhirnya mereka menyadari sepenuhnya bahwa Tuhan Yesus senantiasa ada bersama dengan mereka.

Tuhan Allah juga menghendaki Ayub memiliki iman seperti ini ketika Ayub mempertanyakan mengenai penderitaan yang sedang dialaminya. Hal ini terlihat ketika Allah tidak menjawab Ayub tetapi malah memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak bisa dijawab oleh Ayub hingga akhirnya Ayub mengakui sepenuhnya bahwa Allahlah Sang Pencipta yang berdaulat penuh atas seluruh ciptaan termasuk dirinya.

Manusia seringkali terombang-ambing oleh rupa-rupa badai dan topan dunia, seperti halnya yang dialami jemaat di Korintus. Hal ini terlihat ketika ada pengajar sesat yang mulai mempengaruhi pemikiran mereka. Melalui apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus, jemaat Korintus diajak untuk membuka hati mereka selebarnya-lebarnya untuk melihat kasih karunia Tuhan yang ada di dalam kehidupan mereka.

Penutup
Seperti halnya sebuah kapal, Yayasan Kesehatan (YK) milik GKJW juga masih berlayar dan sedang mengalami serangan badai dan topan dunia. Ada 6 rumah sakit milik GKJW yang bernaung di bawah YK GKJW. Rumah sakit tersebut, antara lain: Rumah Sakit Griya Waluya-Ponorogo, Rumah Sakit Kristen Mojowarno-Jombang, Rumah Sakit Reksa Waluya-Mojokerta, Rumah Sakit Marsudi Waluya-Malang, Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waluya-Kauman Malang dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Mardi Waluya-Rampal Malang. Apakah kehadiran Tuhan di tengah-tengah rumah sakit milik YK ini sudah benar-benar dirasakan dan disadari? Apakah rumah sakit tersebut telah menemukan dirinya sebagai kepanjangan tangan Tuhan dalam dunia pelayanan kesehatan? Ataukah rumah sakit tersebut hanya mementingkan keberadaan dirinya sendiri di tengah dunia ini?

Begitu halnya dengan kita yang saat ini merenungkan kebenaran firman Tuhan ini. Sejauhmana kita merasakan dan menyadari kehadiran Tuhan di dalam kehidupan kita? Apakah selama ini kita lebih mengandalkan diri kita sendiri untuk menjawab tantangan kehidupan? Ataukah kita marah dan menyalahkan Tuhan jika kita mengalami hal tidak baik?

Saudaraku yang terkasih, kita perlu mengembalikan lagi keberadaan Tuhan di dalam kehidupan kita supaya dalam setiap hal yang kita jalani Tuhan senantiasa bekerja dan berkarya mendatangkan kebaikan di dalam kehidupan kita bersama, karena sejatinya Tuhan senantiasa ada bersama dengan kita. Amin. [DES].

 

Pujian: KJ. 357  Dengar Panggilan Tuhan

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Sinten ingkang mboten mangertos kapal laut legendaris Titanic? Senaosa sampun kerem langkung satunggal abad, ananging cariyos bab Titanic tansaya lestantun. Titanic saestu taksih enggal nalika miwiti layar ing tanggal  10 April 1912, langkung-langkung catipun taksih dereng garing wonten peranganing badan kapal.

Perusahaan ingkang damel kapal Titanic saestu bangga awit kapal Titanic langsung nyandang gelar kapal ingkang ageng lan mewah wonten ing donya punika. Kapal Titanic dipun rancang dening Thomas Andrews ingkang dados arsitek. Piyambakipun kasuwur dados arsitek ingkang teliti lan perfeksionis. Mekaten ugi, nalika dipun wawancarai dening reporter bab kapal Titanic, kanthi gumunggung, Thomas ngandika bilih kapal ingkang dipun rancang punika saestu aman, langkung-langkung Gusti piyambak mboten saged ngeremaken. Wusananipun, kaslametan penumpang saestu luput saking pantauan perusahaan.

Pepenget bab wontenipun gunung es sampun makaping-kaping dipun kintunaken, ananging mboten dipun gape dening para awak kapal Titanic. Pramila kapal Titanic mboten saged ngindari tabrakkan kalian gunung es. Kapal Titanic tugel dados kalih sakderengipun saestu kerem. Senin enjing, 15 April 1912 dados pungkasan lampahing kapal Titanic wonten ing alam ndonya punika. Kapal Titanic kerem lan antawisipun 1.500 penumpang tilar ndonya dene Thomas Andrews dados salah satunggiling korbanipun.

Isi
Nalika Thomas Andrews, mboten ngundang Gusti langkung-langkung malah nantang Gusti nalika sampun ngrampungaken kapal Titanic, wusananipun kapal Titanic ngalami kacilakan nabrak gunung es. Kados pundi nalika para sakabat ingkang ugi nitih prau lan ngalami prahara ingkang ageng, lan ombakipun ngebyuki prau? Kangenipun saperanganing para sakabat ingkang nggadhahi profesi dados nelayan tamtu nggadepi angin punika dados prekawis ingkang limrah. Ananging, ing wekdal punika angin topanipun saestu ageng sanget. Pramila para sakabat saestu rumaos ajrih.

Gusti Yesus saweg sare nalika wonten angin topan pramila para sakabat nganggep bilih Gusti Yesus mboten preduli tumrap kaslametanipun para sakabat. Lajeng para sakabat ngigah Gusti Yesus (Ay. 38). Gusti Yesus wungu lan dukani angin topan punika kanthi sereng sarta ngandhika marang tlaga, salajengipun angin punika nuli sirep lan tlaga punika dados anteng (Ay. 39). Gusti Yesus ugi ndukani para sakabat, amargi para sakabat nganggep bilih Gusti Yesus mboten preduli (Ay. 40). Senaosa sampun dangu anggenipun ndherek Gusti Yesus, ing kasunyatan para sakabat taksih dereng tepang Gusti Yesus kanthi saestu. Saksampunipun Gusti Yesus makarya para sakabat sami nggumun (Ay. 41).

Raos ajrih saestu sampun ndadosaken para sakabat namung mburu slametipun piyambak, senaosa Gusti Yesus ugi sesarengan wonten ing salebeting prau. Punapa Gusti Yesus mboten mangertos lan mboten preduli bab raos ajrih ingkang dipun raosaken dening para sakabat? Ingkang kedah dipun gatosaken nggih punika sanes prekawis Gusti Yesus ingkang mboten preduli ananging para sakabat ingkang mboten sadar bilih Gusti Yesus wonten ing salebeting prau. Sejatosipun nalika para sakabat nggadhahi pemanggih bilih Gusti Yesus mboten preduli, punika nedahaken bilih para sakabat mboten pitados dhumateng Gusti Yesus. Dipun betahaken iman ingkang ageng supados para sakabat saged pitados bilih Gusti Yesus ingkang ‘saweg sare’, nggatosaken kahananipun para sakabat. Iman ingkang kados mekaten punika ingkang sejatosipun kawangun dening Gusti Yesus wonten ing gesangipun para sakabat supados para sakabat saged ngraosaken kanthi saestu bilih Gusti Yesus tansah wonten ing gesangipun.

Gusti Allah kepingin supados Ayub nggadahi iman salebeting pacoben. Ayub nggadhahi mawarni-warni pitakenan bab kahanan ingkang dipun alami. Prekawis punika saged dipun mangertosi nalika Gusti Allah mboten paring wangsulan dhateng Ayub ananging malah maringi pitakenan ingkang mboten saged dipun wangsuli kaliyan Ayub. Lan pungkasanipun, Ayub nggadhahi pemanggih bilih Gusti Allah punika saestu kagungan kuwaos dening sedaya makhluk.

Manungsa asring kagodha dening mawarni-warni prahara lan angin ing donya, punika kados dene ingkang saweg dipun alami dening pasamuan Korinta. Prekawis punika saged dipun pirsani nalika wonten guru ingkang paring piwucal sesat. Lumantar punapa ingkang dipun aturaken dening Rasul Paulus punika, pasamuan Korinta kaajak supados saged mbikak manahipun kanthi ngeblak supados saged mirsani Sih Rahmatipun Gusti ing gesangipun.

Panutup
Kados dene prau, Yayasan Kesehatan (YK) kagunganipun GKJW ugi taksih layar ing satengahing samodra lan sakmangke saweg ngalami prahara ingkang ageng. Wonten 6 griya sakit kagunganipun GKJW ingkang dipun rimati YK GKJW, nggih punika: Griya Waluya-Ponorogo, Rumah Sakit Kristen Mojowarno-Jombang, Reksa Waluya-Mojokerta, Marsudi Waluya-Malang, Mardi Waluya-Kauman Malang lan Mardi Waluya-Rampal Malang. Punapa kawontenanipun Gusti ing satengah-tengahing griya sakitipun YK GKJW punika sampun dipun raosaken lan dipun sadari? Punapa griya sakit punika sampun manggihaken dhiripun piyambak dados sarananing astanipun Gusti wonten ing peladosan medis? Punapa Griya Sakit namung mburu dhirinipun piyambak ing donya punika?

Mekaten ugi kangge kita sami ingkang samangke ndherek ngraosaken sabdanipun Gusti punika. Kados pundi anggenipun kita ngraosaken kawontenipun Gusti wonten ing gesang kita? Punapa sajroning gesang kita langkung ngendelaken dhiri kita piyambak kagem njawab tantanganing gesang? Punapa kita lajeng muring lan nyalahaken Gusti Allah nalika kita ngalami kahanan ingkang mboten sekeca?

Para sedherek ingkang kinasih, kita kedah mangsulaken malih posisinipun Gusti wonten ing gesang kita sami supados Gusti Allah tansah makarya lan maringaken berkah wonten ing sedaya kahanan ingkang kedah kita lampahi. Awit sejatosipun Gusti Allah punika tansah nunggil lan nganthi gesang kita sami. Amin. [DES].

 

Pamuji: KPJ. 161  Jiwa Raga Kawula

Renungan Harian

Renungan Harian Anak