PASKAH 3
STOLA MERAH
Bacaan 1 : Kisah Para Rasul 2:36-41
Bacaan 2 : 1 Petrus 1:17-23
Bacaan 3 : Lukas 24:13-35
Tema Liturgis : Perjumpaan dengan Kristus yang Mengubah Hidup
Tema Khotbah : Yang Berkobar dan Tak Pernah Padam
Keterangan Bacaan
Kisah Rasul 2:36-41
- Petrus tidak memiliki keraguan lagi, dia berkhotbah menceritakan bahwa Yesus adalah benar-benar Tuhan dan Kristus. Setelah mendengar khotbah Petrus, orang-orang merasakan hati mereka terharu. Ada yang bergetar ketika seseorang menerima kesaksian tentang Yesus.
- Getaran rasa haru yang mereka rasakan membuat mereka akhirnya benar-benar percaya dan memberikan diri mereka untuk dibaptis.
- Ada jalan iman bagi orang percaya: bertobat, dibaptis dalam nama Yesus Kristus, diampuini, dan menerima karunia Roh Kudus.
1 Petrus 1:17-23
Setiap orang Kristen memiliki beberapa kualitas hidup berikut ini:
- Hidupnya berharga. Orang Kristen menghargai hidupnya, dan tidak akan menyia-nyiakannya. Karena untuk mendapatkan hidup itu, ada Kristus yang harus dikurbankan. Dalam pemahaman iman Kristen, Tuhan sendiri telah hadir untuk menukar hidupNya yang kudus dengan hidup manusia yang berdosa. Maka hidup orang Kristen adalah hidup yang semestinya kudus.
- Hidupnya taat. Orang Kristen menjaga supaya hidupnya senantiasa benar. Firman Tuhan adalah penuntun hidupnya. Orang Kristen menjaga dirinya dalam jalur iman dan pengharapan.
- Hidup penuh kasih Sehari-hari orang Kristen mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus dan sepenuh hati.
Lukas 24:13-35
- Dua murid berjalan ke Emaus setelah kebangkitan Yesus. Yesus datang menjumpai mereka, mereka tidak mengenalinya. Yesus bertanya kepada mereka tentang siapakah Dia. Para murid itu menjawab sesuai dengan pengenalan mereka: Dia mati disalibkan oleh para pemimpin agama. Mereka kecewa karena mereka berharap Yesus akan membebaskan daari penindasan penjajah. Namun mereka juga mendengar kabar kebangkitan Yesus. Agaknya mereka tidak benar-benar yakin akan kabar kebangkitan itu, setidaknya antara percaya dan tidak percaya.
- Namun di penghujung hari mereka menyadari bahwa orang yang menyertai perjalanan mereka itu adalah Yesus. Dan mereka baru sadar, perjumpaan dengan Yesus itu mengobarkan hati mereka. Dan mereka pun menceritakan itu kepada para murid lain yang masih di antara percaya dan tidak percaya. Perjumpaan dengan Yesus itu memantapkan mereka dalam beriman.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Perjumpaan dengan Kristus membawa sebuah ciri yang serupa: orang tersebut merasakan aliran dan gerakan iman tidak pernah padam, yang tertuju hanya pada satu hal bersaksi untuk dan tentang Dia.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
Pendahuluan
Mari merunut kisah Yesus dan melihat tentang orang-orang yang berjumpa denganNya sejak Dia kecil sampai pada wafatNya dan kebangkitanNya.
- Para ilmuwan, diwakili oleh para majus. Perjumpaan mereka dengan Yesus membuat mereka merendahkan diri di hadapanNya dan menyembahN
- Orang saleh, diwakili oleh Simeon dan Hana yang berjumpa Yesus 18 hari.
- Orang-orang sederhana, diwakili oleh para gembala, para nelayan yang menjadi muridNya.
- Rohaniawan/ Ulama, diwakili oleh para ahli Taurat yang berjumpa Yesus 12 tahun dan Nikodemus. Perjumpaan dengan Yesus membuat mereka tertegun dan heran, bahkan Nikodemus adalah orang yang akhirnya menyertai Yesus sampai kematianN Bahkan dia juga yang membela Yesus di hadapan orang Farisi dengan mengatakan “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” (Yoh 7: 51)
- Orang kaya, diwakili oleh Zakheus dan Lewi/ Matius. Lewi menjadi murid Yesus dan Zakheus terbuka hatinya dan bahkan dia berjanji akan memberikan separuh miliknya untuk orang miskin dan jika memeras akan dikembalikan 4 kali lipat.
- Perempuan, diwakili oleh Maria Magdalena yang disembuhkan Yesus dari pendarahan. Dia mengikut Yesus ke mana pun, bahkan menjadi saksi kunci kebangkitan Yesus. Dan tentu saja di kelompok ini kita tidak bisa melupakan Maria, ibu Yesus, dia ikut ke manapun Yesus pergi, bahkan sampai kematianNya.
- Para sahabat, diwakili oleh para murid, Lazarus bersaudara. Mereka setia kepada Yesus sampai kematian mereka.
- Dll
Dan hari ini bacaan kita menceritakan tentang Petrus dan dua murid lain yang bertemu Yesus dalam perjalanan ke Emaus. Apakah kesamaan dari orang-orang yang bertemu dengan Yesus itu? Mereka yang berjumpa dengan Dia, hidupnya tidak pernah sama lagi. Kesetiaan lahir dalam hati mereka, dan mereka memiliki semangat untuk terus hidup mengikut Yesus di mana pun, kapan pun, dalam keadaan apa pun. Bahkan jika kita mengatakan seorang Yudas yang berkhianat pun, dia sebenarnya tidak tahu bahwa pengkhianatannya akan menyebabkan Sang Guru terbunuh, dia menyesal sampai meninggal.
Orang yang hanya mendengar cerita tentang Yesus dan tidak berjumpa secara langsung, mereka bisa membenciNya, mereka bisa meragukanNya. Namun, orang yang telah bertemu degan Yesus, mendengarkan perkataanNya, mereka tidak bisa menghindari kobaran api semangat dalam hati mereka untuk terus setia dan menceritakan Yesus dalam hidup mereka. Beriman.
Isi
Ketika berbicara tentang iman, kita kemudian mendapatkan sebuah kesimpulan: iman lahir dari perjumpaan. Orang-orang yang kita sebutkan di depan berjumpa dengan Yesus secara langsung. Tetapi ada orang-orang yang tidak berjumpa dengan Yesus secara langsung, namun merasakan perjumpaan itu. Yang paling terkenal tentu saja Paulus. Paulus sering mendengar tentang Yesus dan aksiNya, demikian juga dengan para murid. Sebagai seorang Yahudi taat, Paulus membenciNya bahkan hidupnya dibaktikan untuk membunuh para murid Yesus. Namun begitu dia berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan yang menjadikannya buta ke Damaskus, walaupun hanya dengan suara. Paulus bertobat dan setelah itu menjadi pekabar Injil hingga menginternasional. Mengapa Stefanus berani mati, karena secara pribadi dia berjumpa dengan Yesus dalam roh (Stefanus selalu digambarkan sebagai orang yang kepenuhan Roh Kudus).
Begitu berjumpa dengan Yesus, segala tipu daya dan kelicikan luntur. Karena bukan hanya pikiran yang disentuh, tetapi yang disentuh adalah hati. Kalau sudah masuk ke hati, sudah! Ada yang berkobar dan tidak dapat padam. Dan itu adalah cinta. Setelah itu, hidup seseorang berubah.
Kita bisa melihat dari buahnya. Jika menurut Petrus dalam bacaan kedua tadi, ada tiga ciri khas orang yang telah mengalami perjumpaan dengan Yesus.
- Hidupnya berharga, dia yakin bahwa dia selamat dunia akhirat. Apakah Anda yakin bahwa Anda selamat dunia akhirat?
- Hidupnya taat. Bukan keinginan pribadi yang menuntun, tetapi firman Tuhan. Kita tidak khawatir lagi atas apa pun dalam hidup karena Tuhan menyertai kita. Apakah kita demikian?
- Hidupnya dalam kasih. Dia dikuasai oleh kecintaannya pada Yesus, orang melakukan sesuatu dengan melihat teladan Yesus, orang berjalan tidak lagi dituntun keuntungan pribadi, tapi semua hal dilakukannya dalam rangka menyatakan kasih Yesus ke dunia. Mereka mungkin dibenci, tapi mereka tidak pernah membalas membenci. Mereka mungkin disakiti, tapi mereka tetap mengasihi. Mereka mungkin dibunuh, tapi mereka tidak takut dengan kematian, karena kematian bukan akhir. Sama seperti Yesus, kematianNya hanyalah jalan pada kebangkitan dan kemulianNya.
Maka pada Minggu Paskah ketiga hari ini, marilah kita memeriksa diri kita. Iman yang kita miliki saat ini apakah iman yang lahir dari sekadar turunan, karena orang tua kita Kristen maka kita pun Kristen? Atau apakah lahir karena kita terpesona mendengar cerita-cerita tentang Yesus, yang bisa melakukan mujizat, yang bisa menyembuhkan, yang bisa mengubah orang miskin menjadi kaya? Atau iman kita lahir dari perjumpaan kita dengan Yesus?
Penutup
Semoga iman kita lahir dari perjumpaan dengan Yesus. Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana perjumpaan dengan Kristus itu terjadi, karena setiap orang mengalaminya secara pribadi dan berbeda-beda. Yang saya tahu dan saya yakin, setelah perjumpaan itu, orang berubah, ada yang berkobar dalam dirinya dan tak pernah padam. Amin! [Gide]
Nyanyian: KJ 369
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Mangga migatosaken cariyos tiyang-tiyang ingkang ngalami pepanggihan kaliyan Gusti Yesus wiwit alit ngantos seda lan wungunipun.
- Para winasis (ilmuwan), dipun wakili dening para majus. Pepanggihanipun kaliyan Gusti Yesus ndadosaken para majus andhap asor ing ngarsanipun lan atur sembah bekti.
- Tiyang mursid/ saleh, dipun wakili dening Simeon dan Hana ingkang pepanggihan kaliyan bayi Yesus nalika yuswa 18 dinten.
- Tiyang prasaja: para pangen, para nelayan ingkang dados muridipun.
- Rohaniawan/ ulama: para ahli Toret lan Nikodemus ingkang pepanggihan kaliyan remaja Yesus 12 taun. Pepanggihan kaliyan Gusti Yesus ndadosaken tiyang-tiyang punika nggumun, malah Nikodemus ngantos ndherekaken Gusti Yesus dumugi sedanipun. Malah ing Injil Yokanan 7 kita manggihi Nikodemus mbela Gusti Yesus ing ngajenganipun para Farisi.
- Tiyang sugih, dipun wakili dening Zakheus lan Lewi/ Matius. Lewi dados sakabatipun lan Zakheus manahipun binuka ngantos prajanji badhe maringaken separo bandhanipun kangge tiyang sekeng lan bilih ngantos meres tiyang sanes badhe dipun wangsulaken tikel sekawan.
- Para wanita, dipun wakili dening Maria Magdalena ingkang nate kasarasaken saking pendharahan lajeng ndherek Yesus ngantos sedanipun, malah kaparingan nugraha dados seksi kunci wungunipun. Ugi tamtu Maria, ibunipun Gusti Yesus, ingkang ndherekaken Gusti Yesus dhateng pundi kemawon ngantos sedanipun.
- Para sakabat: 12 murid, Lazarus lan para sedherekipun ingkang tansah setya dhumateng Gusti Yesus ngantos sedanipun piyambak-piyambak.
- Lan sapanunggalanipun.
Lan ing waosan kita kala wau kita nemahi cariyos Petrus lan kalih sakabat sanes ingkang pepanggihan kaliyan Gusti Yesus nalika lumampah dhateng Emaus. Punapa ingkang sami, saking cariyos-cariyos pepanggihanipun tiyang ingkang mawarni-warni latar belakangipun kala mau nalika pepanggihan kaliyan Gusti Yesus? Inggih punika sasampunipun pepanggihan kaliyan Gusti Yesus, gesangipun boten sami malih. Kasetyan tuwuh ing manahipun, tansah nggadhahi semangat ndherek Gusti Yesus kapan kemawon, wonten kawontenan ingkang kados pundi kemawon. Malah Yudas ingkang berkhianat, sejatosipun boten mangertos bilih pengkhianatanipun badhe bekta sedanipun ingkang Guru, Yudas sedhih lan keduwung/ getun sanget ngantos mati.
Tiyang ingkang namung mireng cariyos bab Gusti Yesus lan boten pepanggihan langsung saged getem-getem, mungsuhi, meragukan. Nanging tiyang ingkang sampun pepanggihan, malah-malah kenal celak, tiyang-tiyang punika dados pribadi enggal ingkang setya lan badhe tansah nyariyosaken Gusti Yesus ing sadanguning gesangipun. Ngimani Gusti Yesus.
Isi
Menawi rerembagan bab iman, kita lajeng gadhahi kesimpulan bilih iman punika miyos saking pepanggihan. Tiyang ingkang kita sebataken ing ngajeng pepanggihan kaliyan Gusti Yesus sacara langsung. Nanging kita ugi nemahi tiyang-tiyang ingkang boten pepanggihan sacara langsung, nanging nalika sampun tepang lan ngraosaken kados pundi Gusti Yesus sejatosipun, lajeng berubah haluan. Ingkang kondhang tamtu Paulus. Paulus asring mireng bab Gusti Yesus, Paulus estu boten remen, malah gesangipun namung gadhahi tujuan mejahi sedaya sakabat lan pendherekipun Gusti Yesus. Nanging nalika pepanggihan kaliyan Gusti Yesus mawi swanten ing margi dhateng Damaskus, Paulus dados wuta, lan salajengipun dados pitados. Malah kita tepang Paulus punika pekabar Injil ingkang ngantos internasional. Mekaten ugi Stefanus ngantos wantun pejah kangge imanipun. Awit Stefanus sanadyan boten tepang sacara langsung kaliyan Gusti Yesus nanging pepanggihan lumantar Roh Suci. Stefanus kagambaraken ing Kitab Suci tiyang ingkang dipun kebaki dening Roh Suci.
Nalika tiyang pepanggihan kaliyan Gusti Yesus, sedaya tipu daya lan kalicikan luntur. Awit boten namung pikiran ingkang dipun gepok (jamah), nanging Gusti nggepok manahipun. Menawi sampun kenging manahipun, sampun! Wonten ingkang lajeng kobar lan boten badhe sirep. Punika katresnan, cinta! Saking ngriku gesangipun tiyang ingkang katuntun dening katresnan berubah, ngalami ewah-ewahan ageng.
Kita saged ningali saking wohipun. Menawi miturut Petrus ing waosan kita kaping kalih kala wau, wonten tigang titikan tiyang ingkang sampun pepanggihan kaliyan Gusti Yesus.
- Rumaos gesangipun aji, piyambakipun pitados bilih badhe slamet donya akerat. Mangga dipun raosaken, punapa panjenengan pitados panjenengan slamet donya akerat?
- Gesangipun taat/ manut. Ingkang nuntun gesangipun sanes pikajengipun piyambak, nanging karsanipun Gusti. Kita boten kuatos malih bab punaka kemawon, awit Gusti nganthi. Punapa kita kados mekaten?
- Gesangipun kebak Katresnanipun dhumateng Gusti Yesus, maujud ing tumindak padintenan ingkang tansah nuladha Gusti Yesus. Tujuan gesangipun sanes kangge dhiri pribadi, nanging namung kagem mujudaken katresnanipun Gusti dhateng jagad. Kadhang dipun sengiti dening tiyang sanes, nanging boten badhe males sengit. Kadhang dipun sesah, nanging tansah nresnani. Malah mbokbilih ngantos dipun pejahi, nanging boten ajrih, awit mangertos bilih pejah punika boten pungkasaning lampahipun manungsa. Kados Gusti Yesus piyambak, sedanipun malah wiwitan kamulyanipun.
Awit saking punika, ing Minggu Paskah kaping tiga punika, mangga tansah niti priksa dhiri kita piyambak-piyambak. Iman ingkang kita gadhahi samange punapa iman ingkang lair namung saking turunan, awit tiyang sepuh kita Kristen kita lajeng dados Kristen? Utawi iman kita punika iman ingkang lair saking gumun awit Gusti Yesus saged paring mukjijat, nyarasaken tiyang, ngewahi tiyang mlarat dados sugih? Utawi iman kita tuwuh saking pepanggihan kita kaliyan Gusti?
Panutup
Mugi-mugi iman kita tuwuh saking pepanggihan kita kaliyan Gusti. Saben pepanggihan tamtu benten-benten ing saben pribadi, cara lan wancinipun. Nanging ingkang kita sumurupi dinten punika, sasampunipun pepanggihan kaliyan Gusti Yesus, gesangipun tiyang boten sami malih, wonten ingkang kobar ing dhirinipun lan boten badhe sirep. Amin! [Gide]
Pamuji: KPK 163