Minggu Pra Paskah 3
Stola Ungu
Bacaan 1: Keluaran 20 : 1 – 17
Mazmur: Mazmur 19 : 1
Bacaan 2: 1 Korintus 1 : 18 – 25
Bacaan 3: Yohanes 2 : 13 – 22
Tema Liturgis: Ketaatan kepada Allah Membuahkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Perjuangkan Perdamaian dalam Keadilan Sosial!
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Keluaran 20 : 1 – 17
Keluaran 20:1-17 secara khusus mencatat peristiwa pemberian Sepuluh Perintah Allah kepada umat Israel di Gunung Sinai. Dalam narasi ini, Musa bertindak sebagai mediator antara Allah dan umat Israel. Perintah-perintah ini dianggap oleh orang Yahudi sebagai dasar moral dan hukum yang diberikan Allah kepada mereka. Beberapa aspek dari Sepuluh Perintah, seperti larangan menyembah berhala dan mencuri, memiliki paralel dalam hukum dan etika yang ditemukan di masyarakat kuno lainnya, termasuk hukum-hukum Hammurabi dari Mesopotamia. Ini mengarahkan beberapa kemungkinan perintah-perintah ini juga terinspirasi oleh tradisi etika yang lebih luas, bukan hanya menjadi wahyu langsung dari Allah kepada umat Israel.
Meskipun tanggal pasti penulisan dan sumber asli dari Keluaran diperdebatkan, banyak sarjana setuju bahwa kompilasi akhir kitab ini mungkin terjadi pada masa setelah pembuangan Babilonia (586 SM) atau bahkan pada periode pasca-Eksil (setelah abad ke-6 SM). Namun, ada kemungkinan bahwa tradisi lisan dari cerita-cerita dalam Keluaran telah ada sebelumnya dan diwariskan secara turun-temurun sebelum dicatat dalam bentuk tertulis.
Perintah-perintah dalam Sepuluh Perintah mencerminkan kebutuhan spesifik umat Israel pada saat itu. Misalnya, larangan menyembah berhala dapat dipahami sebagai responss terhadap praktik penyembahan berhala yang umum di antara bangsa-bangsa sekitarnya. Perintah untuk menghormati orang tua dan menjaga hari Sabat juga mencerminkan kepentingan dalam membangun dan mempertahankan masyarakat yang adil dan harmonis.
1 Korintus 1 : 18 – 25
Pasal ini dimulai dengan pernyataan Paulus bahwa pesan salib Kristus adalah kebodohan bagi mereka yang hilang, tetapi bagi mereka yang diselamatkan, yaitu orang-orang yang percaya, pesan salib itu adalah kekuatan Allah (Ay. 18). Paulus menggambarkan perspektif ini sebagai kebalikan dari pemikiran duniawi yang menghargai kebijaksanaan manusia.
Paulus melanjutkan dengan menjelaskan bahwa Allah menyatakan kebijaksanaan-Nya melalui kebodohan dunia ini. Kebijaksanaan dunia dianggap sebagai kebodohan oleh Allah. Orang-orang yang mengandalkan kebijaksanaan manusia dan mencari tanda-tanda kekuatan dalam kebodohan itu sendiri, tidak akan dapat memahami kebijaksanaan Allah yang menyelamatkan manusia melalui salib Kristus. Paulus mengatakan bahwa orang Yahudi menghendaki tanda-tanda keajaiban, sementara orang Yunani mencari kebijaksanaan filsafat. Tetapi baik tanda-tanda maupun kebijaksanaan itu sendiri tidak dapat membawa keselamatan. Sebaliknya, pesan salib Kristus, yang terlihat sebagai kebodohan oleh dunia adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan mereka yang percaya.
Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa panggilannya bukan untuk menyampaikan kebijaksanaan manusia, tetapi untuk memberitakan Kristus yang disalibkan. Kepada mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, Kristus adalah kekuatan Allah dan kebijaksanaan Allah (Ay. 24). Paulus menekankan bahwa tidak ada kebijaksanaan manusia yang dapat menyelamatkan, karena kebijaksanaan manusia hanya terbatas dan tidak mampu memahami rencana Allah. Namun, kepada mereka yang dipanggil, yaitu mereka yang percaya pada pesan salib Kristus, kebodohan salib Kristus adalah hikmat dan kekuatan Allah yang membawa keselamatan.
Dalam konteks tafsir ini, Paulus ingin menjelaskan bahwa pesan salib Kristus, yang pada pandangan dunia mungkin terlihat sebagai kebodohan, sebenarnya adalah rencana keselamatan Allah yang penuh hikmat dan kekuatan. Pesan salib mengungkapkan kasih Allah yang luar biasa dan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menerima keselamatan melalui iman pada Kristus. Tafsir ini mengajarkan bahwa kita sebagai orang percaya tidak boleh bergantung pada kebijaksanaan manusia atau mencari tanda-tanda yang mengesankan, tetapi kita harus mengandalkan pesan salib Kristus sebagai satu-satunya jalan untuk keselamatan dan hikmat sejati.
Yohanes 2 : 13 – 22
Pasal ini dimulai dengan mencatat bahwa Yesus pergi ke Yerusalem pada saat perayaan Paskah Yahudi. Ketika tiba di Bait Allah, Yesus melihat para pedagang dan para penjual hewan yang menggunakan area Bait Allah untuk melakukan perdagangan. Dalam kemarahan, Yesus membuat cambuk dari tali dan mengusir mereka semua, membalikkan meja-meja dan mengusir hewan-hewan dari Bait Allah (Ay. 15). Yesus mengatakan kepada para pedagang, “Janganlah menjadikan rumah Bapa-Ku rumah dagang.” (Ay. 16). Tindakan Yesus ini menunjukkan kepedulian-Nya terhadap kekudusan dan keagungan Bait Allah. Dia ingin memulihkan tempat ibadah yang telah menjadi sarana bisnis dan melupakan tujuan sejati Bait Allah sebagai tempat penyembahan.
Setelah membersihkan Bait Allah, para murid Yesus mengingatkan bahwa ada nubuat dalam Alkitab yang menyatakan bahwa semangat yang kudus akan menggerakkan Yesus dalam tindakan-Nya tersebut (Ay. 17). Yesus menjawab dengan mengatakan bahwa Bait Allah akan dibangun kembali dalam tiga hari setelah dihancurkan (Ay. 19). Namun, para orang Yahudi yang mendengar perkataan tersebut memahaminya secara harfiah. Mereka menganggap Yesus berbicara tentang Bait Allah yang sudah dibangun selama 46 tahun, dan mengatakan bahwa itu tidak mungkin dibangun kembali dalam tiga hari (Ay. 20). Ayat 21 menyatakan bahwa Yesus sebenarnya berbicara tentang tubuh-Nya sendiri sebagai Bait Allah yang akan dibangkitkan dalam tiga hari setelah kematian-Nya. Yesus mengacu pada kebangkitan-Nya sebagai tanda otoritas-Nya dan bahwa Dia adalah Anak Allah yang memiliki kuasa untuk membangun kembali Bait Allah yang sejati, yaitu tubuh-Nya sendiri. Ayat 22 mencatat bahwa setelah Yesus bangkit dari kematian, para murid-Nya mengingat kembali kata-kata-Nya dan mereka percaya pada sabda-Nya.
Tafsir dari Yohanes 2:13-22 mengajarkan beberapa hal. Pertama, Yesus menunjukkan kasih-Nya terhadap kekudusan dan tujuan asli Bait Allah sebagai tempat penyembahan. Kedua, Yesus mengungkapkan otoritas-Nya sebagai Anak Allah melalui tindakan-Nya dan perkataan-Nya tentang kebangkitan-Nya. Ketiga, para murid mempercayai-Nya setelah memahami penggenapan nubuat-Nya. Secara keseluruhan, tafsir ini menggarisbawahi pentingnya kekudusan, penyembahan yang benar, dan iman pada Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang bangkit dari kematian.
Benang Merah Tiga Bacaan
Berikut adalah beberapa tema utama yang dapat ditemukan dalam ketiga bacaan ini:
Otoritas Ilahi: Ketiga bacaan ini menekankan otoritas Allah dalam memberikan perintah dan wahyu-Nya. Dalam Keluaran 20:1-17, Allah memberikan Sepuluh Perintah sebagai pedoman moral untuk umat-Nya. Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menunjukkan bahwa kekuatan dan hikmat Allah yang terkandung dalam salib Kristus mengatasi kebijaksanaan manusia. Sedangkan dalam Yohanes 2:13-22, Yesus menunjukkan otoritas-Nya sebagai Anak Allah yang membersihkan Bait Allah dan berbicara tentang kebangkitan-Nya.
Penolakan Kebijaksanaan Dunia: Ketiga bacaan ini menyoroti penolakan terhadap kebijaksanaan dunia yang berlawanan dengan kebijaksanaan Allah. Dalam Keluaran 20:1-17, Allah memerintahkan umat-Nya untuk tidak menyembah berhala atau mengikuti cara hidup dunia. Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menunjukkan bahwa kebijaksanaan dunia dianggap kebodohan oleh Allah, sementara hikmat Allah terwujud dalam salib Kristus. Dalam Yohanes 2:13-22, Yesus menunjukkan penolakan terhadap penggunaan Bait Allah untuk tujuan dunia dan memperingatkan tentang kerusakan yang diakibatkannya.
Peran Pemulihan dan Pembangunan: Ketiga bacaan ini melibatkan tema pemulihan dan pembangunan tempat suci Allah. Dalam Keluaran 20:1-17, Allah memberikan perintah untuk menghormati orang tua dan melarang penyalahgunaannya. Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menekankan bahwa salib Kristus memulihkan hubungan manusia dengan Allah dan membangun umat-Nya dalam kebijaksanaan-Nya. Dalam Yohanes 2:13-22, Yesus membersihkan Bait Allah dan mengungkapkan bahwa tubuh-Nya sendiri adalah Bait Allah yang akan dibangkitkan.
Pertentangan Manusia terhadap Kehendak Allah: Ketiga bacaan ini mencerminkan pertentangan manusia terhadap kehendak Allah. Dalam Keluaran 20:1-17, Allah memberikan perintah-perintah-Nya kepada umat-Nya, yang seringkali melawan kehendak Allah dan cenderung menyembah kepada berhala dan melakukan kejahatan. Dalam 1 Korintus 1:18-25, Paulus menunjukkan bahwa kebijaksanaan dunia dan kebodohan salib Kristus bertentangan satu sama lain. Dalam Yohanes 2:13-22, Yesus menghadapi penentangan dari para pedagang dan orang-orang Yahudi yang menggunakan Bait Allah untuk kepentingan dunia.
Benang merah yang menghubungkan ketiga bacaan ini adalah penekanan pada otoritas ilahi, penolakan kebijaksanaan dunia, peran pemulihan dan pembangunan, serta pertentangan manusia terhadap kehendak Allah. Ketiganya mengajarkan pentingnya hidup dalam kebijaksanaan dan kehendak Allah, serta memperjuangkan kekudusan dan penyembahan yang benar.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Martin Luther King Jr. adalah seorang pendeta Baptis dan pemimpin hak sipil Amerika Serikat yang memainkan peran penting dalam perjuangan melawan diskriminasi rasial dan menciptakan keadilan sosial di Amerika Serikat. Dia memperjuangkan hak-hak sipil tanpa menggunakan kekerasan dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip non-kekerasan dan cinta kasih yang diajarkan oleh agama Kristen. Dalam perjuangannya, Martin Luther King Jr. terinspirasi oleh ajaran-ajaran Yesus Kristus dan prinsip-prinsip keadilan yang terdapat dalam Kitab Suci. Dia memimpin gerakan hak sipil yang berjuang melawan segregasi rasial, memperjuangkan hak pilih, dan memperjuangkan kesetaraan hak dan kesempatan bagi semua orang.
Meskipun menghadapi tantangan besar, seperti penangkapan, intimidasi, dan ancaman kekerasan, Martin Luther King Jr. tetap teguh dalam imannya dan ketaatannya kepada Allah. Dia mendorong orang-orang untuk menggunakan kekuatan cinta kasih dan keadilan dalam perjuangan mereka. Melalui pidato-pidato yang penuh inspirasi, seperti pidato berjudul “I Have a Dream” Martin Luther King Jr. mengajak orang-orang untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah dan menjunjung tinggi keadilan sosial. Dia menekankan pentingnya berjuang secara damai, menghindari kebencian dan kekerasan, dan berkomitmen untuk mencapai perdamaian yang sejati. Berkat ketekunan, keberanian, dan dedikasinya, Martin Luther King Jr. berhasil membangkitkan kesadaran masyarakat dan membawa perubahan yang signifikan dalam upaya menciptakan keadilan sosial di Amerika Serikat. Dia menjadi simbol perdamaian dan keadilan yang diilhami oleh iman dan ketaatan kepada Allah.
Isi
Dalam bacaan Alkitab hari ini, kita akan mempertimbangkan tiga teks yang saling terkait dari Kitab Keluaran, 1 Korintus, dan Injil Yohanes. Dalam ketiga teks ini, kita akan melihat bagaimana ketaatan kepada Allah dapat membawa kedamaian dan keadilan sosial dalam hidup kita. Mari kita periksa dengan lebih mendalam bacaan-bacaan ini dan bagaimana mereka berbicara kepada kita hari ini.
Pada bacaan pertama, kita mendengar tentang Sepuluh Perintah yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya. Allah dengan tegas memerintahkan umat-Nya untuk menghormati-Nya dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Dalam perintah-perintah ini, kita melihat panggilan untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan tetap setia pada-Nya. Namun, perintah-perintah ini juga memuat aspek sosial yang sangat penting. Mereka mengajarkan kita untuk menghormati dan mengasihi sesama manusia, mulai dari menghormati orang tua hingga melarang pembunuhan, pencurian, perzinahan dan kesaksian palsu. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan kita kepada Allah tidak hanya mencakup hubungan vertikal dengan-Nya, tetapi juga hubungan horizontal dengan sesama manusia.
Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus menekankan kontras antara kebijaksanaan dunia dengan kebijaksanaan Allah yang terungkap melalui salib Kristus. Bagi dunia, salib adalah kebodohan, tetapi bagi kita yang diselamatkan, salib adalah kekuatan dan hikmat Allah. Ketaatan kepada Allah memang tidak selalu sejalan dengan kebijaksanaan dunia. Dunia mungkin menganggap kita aneh atau bodoh karena kita mengikuti prinsip-prinsip iman kita. Namun, kita percaya bahwa kebodohan dunia adalah hikmat Allah, dan itulah yang memberikan landasan bagi perdamaian sejati dan keadilan sosial.
Pada bacaan ketiga, kita melihat Yesus yang membersihkan Bait Allah dari aktivitas bisnis yang tidak tepat. Tindakan-Nya menunjukkan betapa pentingnya memuliakan tempat ibadah dan menjaga kekudusan-Nya. Bait Allah adalah tempat yang dirancang untuk penyembahan, bukan untuk kepentingan duniawi. Dalam konteks ini, Yesus juga berbicara tentang kebangkitan-Nya sendiri sebagai Bait Allah yang akan dibangun kembali dalam tiga hari. Ini mengajarkan kita bahwa kekudusan dan penyembahan yang benar tidak hanya tentang tempat fisik, tetapi juga tentang hubungan kita dengan Kristus.
Melalui bacaan-bacaan kita hari ini, kita mendapat pemahaman yang dalam tentang pentingnya ketaatan kepada Allah dalam kehidupan kita. Ketaatan kepada-Nya membawa kedamaian dan keadilan sosial. Ketika kita hidup dalam ketaatan kepada Allah, kita mengasihi-Nya dengan segenap hati kita dan juga mengasihi sesama manusia. Kita dipanggil untuk menghormati orang tua, menjaga kehidupan sesama manusia, menghormati harta benda orang lain, dan menjadi saksi yang jujur. Ketaatan ini membawa perdamaian dalam hubungan kita dengan sesama manusia dan membawa keadilan sosial dalam masyarakat. Walaupun, ketaatan kita kepada Allah tidak selalu sejalan dengan kebijaksanaan dunia. Dunia mungkin menganggap kita aneh atau bodoh, tetapi kita percaya bahwa kebodohan dunia adalah hikmat Allah. Ketaatan kita kepada Allah membangun pondasi yang kokoh untuk perdamaian sejati dan keadilan sosial di dunia ini.
Penutup
Melalui contoh hidupnya, Martin Luther King Jr. mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan kepada Allah adalah landasan yang kuat untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan sosial di dunia ini. Dia menunjukkan bahwa kekuatan iman dan kebenaran dapat mengatasi ketidakadilan dan ketidaksetaraan, dan bahwa cinta kasih dan keadilan harus menjadi landasan perjuangan kita untuk menciptakan dunia yang lebih baik.
Marilah kita hidup sebagai umat yang taat dan setia kepada Allah, menjadi saksi-saksi hikmat salib Kristus, menjaga kekudusan dalam tempat ibadah, dan membangun hubungan yang baik antara kita dengan sesama kita. Dengan demikian, kita akan menjadi pembawa perdamaian dan keadilan sosial di dunia ini, memuliakan Allah, dan melayani sesama manusia dengan kasih dan kebijaksanaan-Nya. Amin. [tes].
Pujian: KJ. 339 : 1, 2 Maju, Laskar Kristus
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Martin Luther King Jr. punika satunggaling Pandita Baptis lan pimpinan hak sipil Amerika Serikat. Piyambakipun kagungan peran ingkang wigatos salebeting nglawan diskriminasi rasial lan tansah ngupaya tuwuhipun kaadilan sosial ing Amerika Serikat. Anggen piyambakipun merjuangaken hak-hak sipil, piyambakipun mboten ngangge tumindak kasar, nanging migunakaken prinsip-prinsip non-kekerasan lan tresna asih ingkang dipun wucalaken agami Kristen. Martin Luther King Jr. nuladha sedaya piwucalipun Gusti Yesus Kristus lan prinsip-prinsip kaadilan ingkang kaserat ing Kitab Suci. Piyambakipun ugi mimpin gerakan hak sipil ingkang nglawan segregasi rasial, merjuangaken hak pilih, lan merjuangaken kesetaraan hak lan kesempatan kangge sedaya tiyang.
Sanadyan piyambakipun ngadepi tantangan ingkang ageng: kados nate dipun cepeng, dipun intimidasi, lan nampi pangancam pejah, Martin Luther King Jr. tetep kukuh imanipun lan setya dhumateng Gusti Allah. Piyambakipun tansah ngengetaken tiyang-tiyang supados migunakaken kakiyatan tresna asih lan kaadilan anggenipun merjuang. Lumantar pidato-pidatonipun ingkang kebak inspirasi, kados pidato ingkang kaparingan irah-irahan “I have a dream” Martin Luther King Jr. ngajak dhateng tiyang-tiyang punika supados gesang salebeting kasetyan dhumateng Gusti Allah lan nindakaken kaadilan sosial. Piyambakipun negesaken wigatosipun merjuang tanpa tumindak kasar, nebihi benci lan tumindak awon, lan nggadahi sikep nuwuhaken karukunan ingkang sejati. Awit saking tekunipun, raos wantunipun, lan sikepipun ingkang teman punika, Martin Luther King Jr. kasil nuwuhaken pambudidaya pikir masyarakat lan mbekta ewah-ewahan ingkang nyata salebeting pangupadi nuwuhaken kaadilan sosial ing Amerika Serikat. Piyambakipun dados simbol katentreman lan kaadilan ingkang kalandesan iman lan kasetyan dhumateng Gusti Allah.
Isi
Salebeting waosan Kitab Suci dinten punika, kita badhe gatosaken tigang teks saking Pangentasan, 1 Korinta, lan Injil Yokanan. Salebeting tigang teks punika, kita badhe mirsani kados pundi wanuh dhumateng Gusti Allah saged mbekta katentreman lan kaadilan sosial salebeting gesang kita. Sumangga kita titi priksa kanthi lebet waosan-waosan punika lan kados pundi waosan punika wicanten dhateng kita dinten punika.
Ing waosan sepisan, kita manggihi bab Sedasa Titah ingkang dipun paringaken dening Gusti Allah dhateng umat-Ipun Israel. Gusti Allah kanthi teges mrintahaken umat-Ipun Israel supados ngurmati Panjenenganipun lan wanuh dhumateng Panjenenganipun. Salebeting titah-titah punika, kita dipun timbalan kagem nresnani Gusti Allah kanthi gumolonging manah lan setya tuhu dhumateng Panjenenganipun. Titah-titah punika ugi ngemu pranata sosial ingkang wigatos, inggih punika supados kita ngurmati lan nresnani sesami manungsa, wiwit saking ngurmati tiyang sepuh ngantos nglarang rajapati, melik barang liyan, laku zina lan goroh. Bab punika paring piwucal menawi kita wanuh dhumateng Gusti Allah, punika sanes namung sesambetan vertikal kaliyan Gusti Allah kemawon, nanging ugi sesambetan horizontal kaliyan sesami manungsa.
Salebeting waosan kaping kalih, rasul Paulus mratelakaken bab ingkang benten sanget antawisipun kawicaksananing donya kaliyan kawicaksananipun Gusti Allah ingkang kasingkep lumantar salib Kristus. Kanggenipun donya, salib punika prekawis ingkang bodho, nanging kangge kita ingkang dipun slametaken, salib punika kakiyatan lan hikmatipun Gusti Allah. Wanuh dhumateng Gusti Allah punika estunipun mboten nate selaras kaliyan kawicaksananing donya. Donya mbok bilih nganggep kita punika aneh utawi bodoh amargi kita nindakaken prinsip-prinsip iman kita. Nanging, kita pitados bilih kabodohan donya punika hikmat Allah, lan punika ingkang dados landesan kangge kita nuwuhaken katentreman lan kaadilan sosial.
Ing waosan kaping tiga, kita kacariosaken Gusti Yesus ingkang ngresiki Padalemanipun Allah saking tumindaking tiyang sadean ingkang mboten leres. Tumindakipun Gusti Yesus punika mratelakaken kados pundi wigatosipun ngluhuraken papan pangabekti lan njagi kasucenanipun. Padalemanipun Allah punika papan ingkang dipun rancang kagem nyembah Gusti, sanes kangge prekawis kadonyan. Salebeting konteks punika, Gusti Yesus ugi ngendika bab petangen Panjenenganipun minangka Padalemanipun Allah ingkang badhe dipun wangun malih salebeting tigang dinten. Punika mratelakaken kita menawi kasucen lan nyembah Gusti ingkang leres mboten namung prekawis papan panggenan, nanging ugi bab sesambetan kita kalih Sang Kristus.
Lumantar waosan-waosan kita dinten punika, kita kaparing pangertosan ingkang lebet bab wigatosipun wanuh dhumateng Gusti Allah salebeting gesang kita. Wanuh dhumateng Allah punika nuwuhaken katentreman lan kaadilan sosial kangge kita lan masyarakat. Nalika kita wanuh dhumateng Gusti Allah, kita nresnani Gusti Allah kanthi gumolonging manah, jiwa, lan budi. Kita ugi nresnani sesami manungsa. Kita dipun timbali supados ngurmati tiyang sepuh, njagi pigesangan kita kaliyan sesami manungsa, ngurmati barang melik tiyang sanes, nebihi laku zina, lan dados seksi ingkang jujur. Wanuh kaliyan Gusti punika ndadosaken katentreman salebeting sesambetan kita kaliyan sesami manungsa lan mbeta keadilan sosial salebeting masyarakat. Wanuh dhumateng Gusti Allah punika mboten sami kaliyan kawicaksanan donya. Donya mbok menawi nganggep kita aneh utawi bodho, nanging kita pitados menawi kabodhoan donya punika hikmatipun Allah. Wanuh kita dhumateng Gusti Allah punika ndadosaken kita nggadahi landesan ingkang kiyat kangge nuwuhaken katentreman lan keadilan sosial wonten donya punika.
Panutup
Lumantar tuladha gesangipun, Martin Luther King Jr., saged dados piwucal kangge kita menawi wanuh dhumateng Gusti Allah punika landesan ingkang kiyat kangge kita mujudaken katentreman lan kaadilan sosial wonten donya punika. Panjenenganipun nedahaken menawi kakiyatan iman lan kayekten saged ngatasi prekawis ingkang mboten adil lan mboten setara. Tresna asih lan kaadilan kedah dados landesan kita ngupadi donya ingkang langkung sae. Sumangga kita gesang dados umat ingkang wanuh lan setya tuhu dhumateng Gusti Allah, dados seksi-seksipun hikmat salib Kristus, njagi kasucenipun papan pangabekti lan mbangun sesambetan ingkang sae kaliyan sesami kita. Kanthi mekaten, kita badhe dados juru katentreman lan kaadilan sosial wonten donya punika, ngluhuraken Gusti Allah, lan ngladosi sesami manungsa kanthi asih lan kawicaksananipun Gusti Allah. Amin. [tes].
Pamuji: KPJ. 340 : 1, 2 Ing Papretahaning Allah