Transformasi Hidup di Dalam Yesus Kristus Khotbah Minggu 10 Maret 2024

26 February 2024

Minggu Pra Paskah 4
Stola Ungu

Bacaan 1: Bilangan 21 : 4 – 9
Mazmur: Mazmur 107 : 1 – 3, 17-22
Bacaan 2: Efesus 2 : 1 – 10
Bacaan 3: Yohanes 3 : 14 – 21

Tema Liturgis: Ketaatan kepada Allah Membuahkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Transformasi Hidup di Dalam Yesus Kristus

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Bilangan 21 : 4 – 9
Israel baru saja mengalami berkat dari bergantung penuh kepada Allah. Mereka berhasil mengalahkan Arad secara gemilang (Ay. 1-3). Namun kemudian, hanya karena harus berjalan sedikit lebih jauh (Ay. 4), mereka mulai memprotes Musa. Agaknya mereka lupa bahwa kemenangan atas Arad bukanlah hasil kehebatan mereka, tetapi merupakan karunia Allah. Terang-terangan mereka “berkata-kata melawan Allah dan Musa” (Ay. 5). Seperti para orang tua mereka, mereka menyesali kebebasan dari Mesir serta menggerutu tentang kekurangan makanan dan air. Mereka juga mengeluarkan ucapan yang lebih jahat daripada ucapan orang tua mereka. Sungguh terbalik dari sikap takut kepada Allah dan Musa, yang mereka tunjukkan pada Kel. 14:31. Mereka tidak menghargai pemeliharaan Allah yang luar biasa. Mereka menyambut Manna sebagai makanan hambar yang memuakkan. Demikian juga perkataan “tidak ada air” (Ay. 5), kontradiksi dengan nyanyian mereka (Ay. 17-18). Ini menunjukkan bahwa keluhan mereka sesungguhnya tidak berdasar.

Kali ini Allah menghukum mereka dengan mengirim ular-ular tedung untuk memagut mereka sampai mati (Ay. 6). Karena menghina pemberian surgawi, mereka harus menerima pemberian dari bumi yang mematikan. Segera mereka bertobat dan meminta Musa untuk berdoa bagi mereka (Ay. 7). Lalu Allah menyuruh Musa untuk membuat tiruan ular tedung dan menaruhnya pada sebuah tiang. Setiap orang yang terkena bisa ular itu akan tetap hidup bila melihatnya (Ay. 8-9). Prinsipnya, pertolongan Allah tidak berlaku otomatis. Hanya jika merespons firman Allah dengan iman yang taat, maka pengampunan dan pertolongan Allah akan mereka terima.

Efesus 2 : 1 – 10
Paulus mengungkapkan apa yang telah diperbuat Allah bagi orang berdosa. Ia memaparkan status dan kondisi hidup jemaat Efesus bahkan juga dirinya sebelum menerima Kristus (Ay. 3). Paulus ingin agar jemaat Efesus semakin memahami perbedaan tajam antara akibat dosa dan anugerah Allah. Jemaat yang hidup di luar Kristus memiliki kehidupan rohani yang kosong dan hidup dalam ketidakberdayaan menghadapi dunia. Sebaliknya, jemaat yang hidup di dalam Kristus akan dihidupkan, diperbarui, dan dibangkitkan untuk hidup dalam kemuliaan dan kedaulatan Kristus. Kata ‘tetapi’ dalam ayat 4 sangat penting. Kata ‘tetapi’ mengontraskan keadaan manusia yang mati, diperbudak dan dimurkai, dengan anugerah Allah yang besar dan berlimpah. Frasa ‘tetapi Allah’ adalah kabar baik yang menyingkapkan dahsyatnya anugerah Allah. Inisiatif keselamatan datang dari Allah. Keselamatan sama sekali bukan hasil usaha manusia. Allah bertindak menyelamatkan manusia. Mengapa Allah bertindak? Allah menyelamatkan manusia untuk menyatakan kekayaan anugerah-Nya (Ay. 4), untuk menyatakan kasih-Nya yang besar (Ay. 4), untuk menyatakan anugerah-Nya yang berlimpah-limpah (Ay. 7, 8) dan untuk mengungkapkan kebaikan-Nya (Ay. 7).

Apakah yang dilakukan Allah? Allah menghidupkan (Ay. 5). Allah membangkitkan (Ay. 6). Allah memberikan tempat di surga (Ay. 6). Ketiga hal ini terjadi hanya melalui dan di dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Tanpa relasi dengan Kristus tidak mungkin seseorang mengalami anugerah Allah. Untuk menegaskan hal ini, Paulus mengatakan bahwa keselamatan hanya terjadi oleh karena iman. Tanpa iman tidak mungkin seseorang mendapat keselamatan. Agar lebih jelas, Paulus menyatakan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia (Ay. 8), bukan hasil pekerjaan manusia (Ay. 9). Semuanya adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Yesus Kristus. Bahkan Paulus mengatakan iman pada Yesus adalah pemberian Allah (Ay. 8). Sehingga sama sekali tidak ada bagi manusia alasan untuk memegahkan diri. Untuk menerima keselamatan, manusia tidak perlu menyiksa diri, tidak perlu membangun kesalehan, tidak perlu mengumpulkan kebaikan. Hanya perlu iman kepada Yesus yang menyelamatkan. Demikian sederhana? Ya. Keselamatan begitu sederhana tetapi banyak yang tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa keselamatan yang begitu sederhana harus dilengkapi dan disempurnakan dengan berbagai jasa dan perbuatan manusia. Tetapi, Paulus menegaskan bahwa keselamatan diperoleh hanya oleh anugerah Allah dan itulah yang harus diimani di dalam Yesus.

Yohanes 3 : 14 – 21
Yesus menerangkan bahwa “Dilahirkan kembali” bukanlah masalah fisik, melainkan tentang memasuki pembaruan hidup sebagai hasil karya Roh Kudus. Memasuki kehidupan kekal ini hanya dimungkinkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib. Ia menanggung hukuman untuk menggantikan manusia yang berdosa. Akan tetapi apa yang disampaikan Yesus ini sulit dipahami Nikodemus. Maka Tuhan Yesus mengambil suatu kisah dalam PL untuk menolong Nikodemus memahami hal tersebut.

Sebagai seorang Farisi, Nikodemus tentu akrab dengan Perjanjian Lama yang di dalamnya termasuk juga kitab-kitab Taurat. Nikodemus tentu tahu kisah ular Tembaga di padang gurun (Bil. 21:4-9). Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah digantungnya ular Tembaga di sebuah tiang. Itu terjadi karena orang-orang Israel memberontak melawan Allah. Sebagai hukuman, Allah mengirimkan ular-ular tedung untuk memagut mereka. Ketika Musa berdoa kepada Allah, Allah memerintahkan Musa untuk membuat ular Tembaga dan menggantungnya. Siapa saja yang dipagut ular harus memandang ular Tembaga itu, bila ingin disembuhkan. Begitu pulalah kematian Yesus di kayu salib (band. Yoh. 12:32-34). Manusia yang telah berdosa karena melawan Allah harus menerima hukuman. Namun Kristus rela menanggung semua dosa manusia dan menerima murka Allah. Dengan karya-Nya, Ia menebus manusia dan membebaskan manusia dari hukuman.

Respons seseorang pada karya Allah dalam Yesus Kristus akan menentukan apa yang akan ia terima: barangsiapa yang percaya akan menerima hidup kekal (Ay. 14-15). Bagi yang tidak percaya, dengan tegas disebutkan bahwa mereka akan binasa (Ay. 16) dan dihukum (Ay. 18). Hukuman ini diberikan karena sebelumnya kesempatan untuk menerima terang Yesus telah diberikan, tetapi manusia menolak dan lebih suka melakukan yang jahat (Ay. 19). Namun orang yang memberi respons positif dalam arti percaya dan menerima, bagai orang yang datang kepada terang (Ay. 21). Niscaya ia diselamatkan dan beroleh hidup kekal (Ay. 16-17).

Benang Merah Tiga Bacaan
Allah sungguh mengasihi dan tidak meninggalkan umat-Nya. Kasih Allah yang menyelamatkan tersebut nampak dalam murka Allah dan anugerah kasih Allah. Pemahaman keduanya inilah yang membuat manusia perlu secara benar merespons kasih Allah yang menyelamatkan tersebut. Respons terhadap kasih Allah tersebut nampak dalam iman, perbuatan, ketaatan, dan kesetiaan kepada Allah dalam kehidupan orang percaya. Dengan merespons anugerah kasih Allah yang begitu besar atas kehidupan manusia tersebut, maka seseorang dapat mambangun kehidupannya menjadi lebih baik.

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Terkadang untuk membuat sebuah perubahan ke arah yang lebih baik, kita harus mengorbankan banyak hal dan seringkali menyakitkan. Tetapi jika pengorbanan yang menyakitkan itu sepadan dengan apa yang kita dapatkan, tentu akan tetap kita lakukan. Kita bisa memperhatikan pengorbanan seekor Elang untuk mentransformasi diri.

Seekor Elang umurnya dapat mencapai 70 tahun, tetapi untuk mencapai umur sepanjang itu Elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke-40. Saat berumur 40 tahun, cakarnya menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok. Sayapnya menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat, sehingga menyulitkan saat terbang. Saat itu Elang mempunyai dua pilihan: menunggu kematian atau mengalami proses transformasi yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Untuk melakukan itu, Elang harus berusaha terbang ke atas puncak gunung dan tinggal di sana selama proses transformasi. Pertama-tama Elang harus mematuk paruhnya ke batu karang, sampai paruhnya tersebut terlepas dari mulutnya. Kemudian berdiam lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru ia harus mencabut cakar-cakarnya; dan ketika cakar-cakar baru sudah tumbuh, ia mencabut bulu di tubuhnya satu demi satu. Proses yang panjang dan menyakitkan. Lima bulan kemudian bulu-bulu baru sudah tumbuh. Elang dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, Elang mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi.

Transformasi atau perubahan kehidupan menjadi lebih baik membutuhkan proses, dan adakalanya proses tersebut membutuhkan perjuangan dan pengorbanan waktu. Demikian juga pengorbanan Elang pada tubuhnya tersebut menjadikan pengorbanan Elang tidak sia-sia karena membawa dampak positif pada kelangsungan hidupnya.

Isi
Dikisahkan, bangsa Israel dalam sebuah perjalanan di padang gurun, mereka mengeluh karena tidak memiliki air. Mereka bosan dengan roti Manna yang diberikan Allah dari surga. Mereka kemudian bersungut-sungut kepada Allah dan melawan Allah (Bil. 21:4-5). Inilah yang menjadi awal penyebab bangsa Israel kemudian mendapatkan hukuman dari Allah dengan dipagut oleh ular Tedung (Ay. 6). Ketidaksetiaan mereka dalam berproses sampai menderita menjadikan mereka menyerah. Jikalau kemudian ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah ini direfleksikan, maka kita akan menyadari bahwa hukuman Allah atas bangsa Israel adalah bagian untuk membentuk mereka menjadi bangsa yang kuat dan kehidupannya sesuai dengan kehendak Allah. Artinya, sebagai bangsa yang sudah disertai Allah semenjak keluar dari tanah Mesir, bangsa Israel harusnya setia kepada Allah, bukan sebaliknya kemudian merespons dengan berkhianat atau menghujat Allah ketika menemui kesulitan dan penderitaan di padang gurun.  Penderitaan dan kesulitan adalah sebuah ujian Allah untuk membentuk bangsa Israel menjadi bangsa yang yang tangguh dan hanya bergantung kepada Allah saja.

Allah Maha Kasih dan Ia tidak menghendaki bangsa Israel mati di dalam keadaan berdosa. Allah meminta kepada Musa untuk membuat ular Tembaga pada sebuah tiang (Ay. 9), dan bagi siapapun yang bertobat dan mengakui ia telah berdosa kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dengan memberikan kesembuhan bagi orang yang sudah dipagut ular Tedung itu. Inilah bentuk kasih dan kemurahan Allah kepada bangsa Israel dan juga kepada umat berdosa yang bertobat dan berbalik kepada Allah. Allah tidak hanya mengampuni, akan tetapi juga menyelamatkan kembali. Respons terhadap kasih Allah itulah yang menyelamatkan mereka. Mereka selamat bukan karena sebagai bangsa yang dipilih oleh Allah, tetapi mereka selamat karena bertobat dan menerima anugerah keselamatan dari Allah.

Pada Yohanes 3:14 kisah bangsa Israel di padang gurun yang dipatuk ular Tedung ini kembali menjadi dasar Yesus untuk menunjukkan kepada para murid dan pendengarnya bahwa respons atau tindakan iman orang yang percaya sangat menentukan, membawa pada kehidupan kekal. Injil Yohanes menekankan bahwa kasih Allah begitu besar sehingga Allah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Artinya setiap yang percaya kepada Allah akan beroleh keselamatan sedangkan yang tidak percaya kepada Allah akan mendapat hukuman (Ay. 18). Dengan demikian maka respons manusia untuk percaya dan menyambut kasih Allah ini adalah hal yang sangat penting untuk keselamatan manusia.

Kasih Allah yang begitu besar itu tidak akan dipahami bahkan diterima oleh manusia jikalau manusia tidak percaya akan rencana keselamatan Allah. Ketidakpercayaan manusia itu karena manusia lebih menyukai hidup dalam kegelapan dan hidup dalam perbuatan-perbuatan jahat (Ay. 19). Inilah yang menghambat manusia untuk mentransformasi kehidupannya menjadi lebih baik, baik transformasi secara fisik maupun secara spiritual. Manusia memutuskan untuk setia hidup dalam perbuatan-perbuatan yang jahat dan memutuskan untuk tidak mau menerima Yesus yang adalah anugerah Allah yang akan membawa keselamatan. Sebagai akibatnya, manusia tidak mengenal kasih Allah dan tetap hidup dalam kegelapan. Keadaan hidup manusia tetap tidak lebih baik.

Pertanyaannya, mengapa anugerah kasih Allah bagi dunia ini, membutuhkan respons manusia? Yesus mengibaratkan kematian-Nya di kayu salib seperti kisah digantungnya ular Tembaga di sebuah tiang. Orang berdosa, seperti halnya orang-orang Israel yang memberontak melawan Allah, akan mati jikalau ia tidak bertobat dan kembali menerima anugerah kasih Allah. Kasih anugerah Allah adalah penentu untuk manusia diselamatkan. Keselamatan manusia hanya melalui jalan menerima Kasih anugerah, yang oleh Paulus disebut pemberian Allah yang kaya akan rahmat. Meskipun manusia telah mati karena kesalahan-kesalahannya, akan diselamatkan di dalam Yesus Kristus (Ef. 2:4-6). Artinya, apapun usahanya, manusia tidak akan mampu menyelamatkan dirinya sendiri. Hanya kasih karunia anugerah pemberian Allah yang dapat menyelamatkan manusia yang berdosa. Kasih karunia pemberian Allah demi keselamatan manusia itu diberikan melalui anak-Nya yang tunggal mati di kayu salib dan dibangkitkan. Itulah yang harus diimani manusia. Bahwa hanya dalam persekutuan dengan Yesus Krituslah manusia ditranformasi kehidupannya baik secara fisik maupun secara spiritual menjadi lebih baik.

Penutup
Pada akhirnya hidup keselamatan manusia hanya bergantung kepada keputusan dan sikap hidupnya. Apakah kita menghendaki kehidupan kita berubah atau bertransformasi menjadi lebih baik? Maka pilihannya adalah menerima anugerah Allah dan hidup beriman dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Semuanya itu membutuhkan komitmen dan pengorbanan, yaitu melakukan semua perintah Allah dalam Yesus, serta taat kepada-Nya. Sama seperti Yesus yang taat kepada Bapa-Nya sampai mati di kayu salib. Semua dilakukan dengan kesadaran dan ketulusan untuk kehidupan yang lebih baik. Amin. [BK].

 

Pujian: KJ. 369a : 1, 2  Ya Yesus Ku Berjanji

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Kadangkala supados gesang kita langkung sae, kita kedah ngorbanaken kathah prekawis lan asring ndadosaken kahanan gesang kita sangsara. Ananging menawi pengorbanan ingkang nyangsarakaken punika sembada kaliyan ewah-ewahan ingkang kita tampi, tamtu kita tetep nindakaken. Kita saged nggatosaken pangorbanan peksi Elang ingkang ngrubah badanipun piyambak.

Peksi Elang punika saged gesang ngantos umur 70 taun, nanging kangge nggayuh umur ingkang panjang punika, Elang kedah nggadahi keputusan ingkang awrat nalika umur 40 taun. Ing umur 40 taun punika cakaripun dados panjang lan bengkok. Swiwinipun dados abot sanget amargi wulunipun sampun kandel, sampun ewet kangge mabur. Ing wekdal punika Elang nggadhahi kalih pilihan: ngrantosi pejah utawi ngalami proses transformasi ingkang sangsara sanget, ingkang dangunipun 150 dinten. Kangge nindakaken punika, Elang kedah mabur lan manggen ing redi ingkang inggil, ing salebeting proses transformasi. Sepisan, peksi Elang kedah ngeculaken cucukipun kanthi cara dipun tutukaken ing sela, ngantos cucuk punika ucul. Lajeng Elang punika kedah ngrantos tuwuhipun cucuk enggal. Kaliyan cucuk ingkang enggal kalawau, Elang kedah njabuti cakaripun; nalika cakar enggal kalawau sampun tuwuh, lajeng Elang punika kedah njabuti wulu ing badanipun setunggal mbaka setunggal. Proses punika saestu panjang lan sangsara sanget. Gangsal wulan saksampunipun wulunipun enggal malih, Elang punika saged mabur malih. Kaliyan cucuk lan cakar ingkang enggal, Elang saged gesang ngantos 30 taun malih kanthi kakiyatan ingkang enggal.

Transformasi utawa ewah-ewahan ing salebeting gesang ingkang langkung sae punika mbetahaken proses lan kadangkala proses punika mbetahaken perjuangan lan pangorbanan wektu. Mekaten ugi pangorbananipun Elang dhateng badanipun punika pangorbanan ingkang mboten muspro amargi nggadhahi pengaruh ingkang positif ing gesangipun.

Isi
Kacariyos, bangsa Israel wonten ing ara-ara samun, samangsa punika bangsa Israel sami nggrundel amargi mboten wonten toya. Bangsa Israel ugi sampun bosen kaliyan roti Manna peparingipun Gusti Allah saking swarga. Bangsa Israel lajeng sami nggrundel dhumateng Gusti Allah lan nglawan Gusti Allah (Wil. 21:4-5). Tumindak punika ingkang ndadosaken bangsa Israel lajeng nampi paukuman saking Gusti Allah, inggih punika dipun cokot sawer (Ay. 6). Bangsa Israel mboten setya nglampahi proses ingkang nyangsarakaken. Menawi kita raos-raosaken bangsa Israel ingkang nampi paukuman saking Gusti Allah punika minangka perangan tumindakipun Gusti Allah ingkang ndadosaken bangsa Israel langkung kiyat lan gesang miturut karsa-Nipun. Tegesipun, bangsa Israel punika saking wiwitan sampun kinanthi dening Gusti Allah, wiwit medal saking Mesir. Kedahipun bangsa Israel tansah setya dhumateng Gusti Allah, mboten kosokwangsulipun, tumindak nyelaki utawi nyawiyah dhumateng Gusti Allah nalika manggihi kasisahan lan kasangsaran ing ara-ara samun. Kasangsaran lan kasisahan punika minangka ujian saking Gusti Allah kangge mbentuk bangsa Israel dados bangsa ingkang kiyat lan bangsa ingkang gumantung namung dhumateng Gusti Allah.

Gusti Allah punika maha asih lan Panjenenganipun mboten kepengin bangsa Israel seda ing salebeting dosa. Gusti Allah nyuwun dhateng Musa supados damel sawer Tembaga lan dipun cantholaken ing cagak (Ay. 8), lan sinten kemawon ingkang mratobat lan ngakeni menawi piyambakipun sampun nglampahi dosa, Gusti Allah badhe paring pangapura kanthi paring kasarasan lan kawilujengan dhateng para tiyang ingkang dipun cokot sawer kalawau. Punika minangka wujud katresnan lan sih rahmatipun Gusti Allah dhateng bangsa Israel lan ugi dhateng para tiyang dosa ingkang mratobat lan wangsul malih dhumateng Gusti Allah. Gusti Allah mboten namung paring pangapura, nanging ugi paring kawiljujengan malih. Responsipun bangsa Israel dhateng  katresnanipun Gusti Allah punika ingkang ndadosaken kawilujenganipun bangsa Israel. Bangsa Israel kalawau pikantuk kawilujengan mboten amargi bangsa Isarael kapiji dening Gusti Allah, ananging amargi pamratobatipun lan amargi pikantuk sih rahmatipun Gusti Allah.

Yokanan 3:14 nyariosaken kahanan bangsa Israel ing ara-ara samun ingkang nggrundel lajeng dipun cokot kaliyan sawer, dados dhasar Gusti Yesus kagem nedhahaken para sakabat lan para pandherekipun, bilih iman ingkang nyata ing tumindhak punika penting sanget kagem gesang langgeng. Injil Yokanan negesaken bilih katresnanipun Gusti Allah ageng sanget ngantos Gusti Allah masrahaken Putranipun ontang-anting supados saben tiyang ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun nampi gesang langgeng. Tegesipun saben tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Allah badhe nampi kawilujengan, lan dhateng tiyang ingkang mboten pitados dhumateng Gusti Allah badhe nampi paukuman (Ay. 18). Pramila, responsipun manungsa nalika pitados lan nampi katresnanipun Gusti Allah punika estu penting sanget.

Katresnanipun Gusti Allah ingkang ageng mboten badhe dipun mangertosi utawi dipun tampeni manungsa menawi manungsa punika mboten pitados dhateng rancangan kawilujenganipun Gusti tumrap manungsa. Manungsa mboten pitados amargi manungsa langkung remen gesang ing pepeteng lan tumindak awon (Ay. 19). Punika ingkang dados pambengan manungsa kagem ngowahi gesangipun dados langkung sae, punapa ing bab fisik lan spiritual. Manungsa milih gesang lan nindakaken bab awon lan milih mboten purun nampi Gusti Yesus wujud peparingipun lan katresnaning Gusti Allah ingkang badhe mbekta kawilujenganipun gesang manungsa. Akibatipun, manungsa mboten mangertosi katresnanipun Gusti Allah lan gesang ing pepeteng. Mila, kahanan gesangipun manungsa mboten saged owah langkung sae.

Pitakenanipun, punapa katresnan peparingipun Gusti dhateng jagad punika mbetahaken respons – kapitadosanipun manungsa? Gusti Yesus mbandhingaken sedanipun ing kajeng salib kaliyan cariyos sawer Tembaga ingkang dipun gantung wonten ing cagak. Sinten ingkang dosa, kadosdene bangsa Israel ingkang mbrontak dhumateng Gusti Allah, bakal pejah menawi mboten mratobat lan nampi sih-rahmatipun Gusti Allah. Sih-rahmatipun Gusti Allah punika nemtokaken kawilujenganipun manungsa. Kawilujenganipun manungsa amargi nampeni sih-rahmatipun Allah ingkang dipun sebat Paulus, peparingipun Gusti Allah ingkang sugih sih-rahmat, sanadyan manungsa sampun pejah amargi dosanipun, bakal nampeni kawilujengan gesang ing Gusti Yesus Kristus (Ef. 2:4-6). Tegesipun, punapa kemawon usaha pambudidayanipun manungsa, manungsa mboten badhe saged nylametaken gesangipun piyambak. Namung sih rahmatipun Gusti Allah ingkang saged maringi kawilujengan dhateng gesangipun manungsa ingkang kebak ing dosa. Sih rahmat peparingipun Gusti Allah kagem kawilujenganipun manungsa,  dipun paringaken Gusti Allah lumantar Putranipun ingkang ontang-anting ingkang sampun seda sinalib lan wungu malih. Punika ingkang kedah dipun pitadosi manungsa. Namung srana  gesang nunggil kaliyan Gusti Yesus Kristus,  gesangipun manungsa badhe dipun transformasi sacara fisik lan spiritual dados langkung sae.

Panutup
Pungkasanipun, gesang kawilujenganipun manungsa punika gumantung ing keputusan lan sikep gesangipun. Punapa kita kepengin gesang kita ngalami transformasi langkung sae? Mila pilihanipun inggih punika namung nampeni sih-rahmatipun Gusti Allah lan gesang pitados wonten ing patunggilanipun Gusti Yesus Kristus. Sedaya kalawau mbetahaken komitmen lan pangorbanan, inggih punika nindakaken sedaya dhawuh pangandikanipun Allah ing Gusti Yesus, lan gesang manut dhumateng Panjenenganipun. Kadosdene Gusti Yesus ingkang mbangun miturut dhumateng Allah Sang Rama ngantos seda ing kajeng salib. Sedaya kalawau dipun lampahi dan dipun tindhakaken kanthi sadar lan ikhlas supados gesang langkung sae. Amin. [BK].

 

Pamuji: KPJ. 78 : 1, 2  Iba Begjaku

Renungan Harian

Renungan Harian Anak