Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan Umatnya Khotbah Minggu 21 Juni 2020

8 June 2020

Minggu Biasa II – Penutupan Bulan Kesaksian dan Pelayanan
Stola Hijau

Bacaan 1        :  Yeremia 20  : 7 – 13
Bacaan 2        : 
Roma 6 : 1b – 11
Bacaan 3        : 
Matius 10 : 24 – 39

Tema Liturgis :  Roh Kudus menjadikan kita  saksi dan pelayanan Kristus
Tema Khotbah : 
Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan Umat-Nya

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 20 : 7 – 13

Dapat dikatakan dilema kehidupan sedang dialami oleh Yeremia dalam nas ini adalah Dia melaksanakan tugas panggilan Tuhan, namun yang dia dapatkan adalah cela dan cemoohan. Sebaliknya, dia hendak berhenti dari tugas panggilannya, namun dalam hatinya ada api yang  menyala-nyala yang terkurung dalam tulang-tulangnya. Namun demikian, walaupun Yeremia memperlihatkan keluh kesahnya bukan artinya dia hendak memperlihatkan keputusasaannya,  justru sebaliknya , yang diperlihatkan adalah keyakinannya kepada Tuhan. Keyakinan yang dimaksud ialah walau bagaimanapun  penderitaan yang dialaminya, Yeremia tetap yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Tuhan selalu menyertainya dan dia tetap memuji Tuhan.

Roma 6 : 1b – 11

Paulus mempersoalkan anggapan salah jika orang percaya boleh berbuat dosa terus menerus dan tetap aman dari hukuman karena kasih karunia Allah dalam Kristus. Paulus menanggapi penyimpangan ajaran kasih karunia ini dengan menekankan pada satu kebenaran dasar: “orang percaya  sejati dikenal sebagai ‘dalam Kristus’ oleh karena dibaptis dalam Kristus dan kematian mereka terhadap dosa. Mereka sudah berpindah dari alam dosa kepada alam hidup bersama Kristus (Roma 6:2-11). Karena orang percaya sejati telah memisahkan diri secara pasti dari dosa. Mereka tidak akan terus hidup dalam dosa. Sebaliknya, jikalau orang berbuat dosa terus menerus, mereka bukan lagi orang percaya sejati. Sepanjang pasal ini Paulus menekankan bahwa mustahil seseoarng menjadi hamba dosa dan hamba Kristus sekaligus (ay. 11-13; 16-18). Jikalau  mereka menyerahkan diri kepada dosa, hasilnya adalah hukuman dan kematian kekal (ay. 16, 23).

Teks Perjanjian Baru memakai beberapa kata Yunani untuk melukiskan berbagai aspek  dosa. Antara lain : “Hamartia” -yang berarti “pelanggaran”, “perbuatan salah“  atau  “berdosa kepada Allah”. Kata yang lain “Adikia“ : yang artinya “kejahatan“, “Kelaliman“ atau “ketidakadilan“. Kata ini dapat dilukiskan sebagai kekurangan kasih karena semua pelanggaran bersumber dari kegagalan untuk mengasihi. Kata “Adika“ juga merupakan  suatu kuasa pribadi yang dapat memperbudak dan menipu (bdk. Roma 5 :12). Kata yang lain adalah “Anomia“ yang artinya kedurhakaan, pelanggaran hukum dan menentang hukum Allah. Terakhir kata “Apista“ yang artinya “ketidakpercayaan atau ketidaksetiaan“

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa hakekat dosa adalah sifat mementingkan diri, yaitu menginginkan hal-hal dan kesenangan untuk diri sendiri tanpa menghiraukan kesejahteraan orang lain atau perintah Allah. Sikap ini mengakibatkan  kekejaman kepada orang lain  dan pemberontakan  terhadap Allah dan hukumNya. Akirnya Dosa menjadi penolakan untuk tunduk kepada Allah dan FirmanNya (Roma 1:18-25; 8:7). Dosa adalah perseteruan dengan Allah dan ketidaktaatan kepadaNya. Dosa juga  menjadikan kerusakan moral di dalam manusia yang menentang dari semua kemauan yang  lebih baik dalam manusia. Dosa menyebabakan kita senang melakukan  ketidakadilan dan menyenangi tindakan jahat orang lain. Dosa juga merupakan kuasa yang memperbudak dan merusak.

Matius 10 : 24 – 39

Nas ini merupakan kelanjutan dari pengutusan keduabelas murid Yesus yang berlanjut dengan nasehat dan pesan-pesan  pengutusanNya (Mat. 10). Untuk memahami ucapan-ucapan Tuhan Yesus memang kita harus berhati-hati memahaminya. Karena jika tidak, kita akan jatuh pada pemahaman yang salah  akan maksud  Tuhan Yesus. Secara umum kita dapat  memperhatikan setiap ucapan Yesus adalah suatu pengutusan untuk memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat (Mat 10:7). Dalam pengutusan itu Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka waspada, sebab dalam pengutusan itu ada banyak tantangan dari dunia ini. Seberat apapun tantangan yang boleh mereka terima untuk memberitakan Injil Kerajaan Sorga, Tuhan memberikan jaminan keselamatan dan kekuatan. Satu yang pasti bahwa pengutusan ini bukanlah dari manusia, tapi pengutusan ini adalah dari Bapa yang di Sorga. Sehingga mereka akan dimampukan dalam memberitakan berita keselamatan dari Allah.

Dalam Nas ini ada beberapa jaminan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus :

  1. Penderitaan yang akan mereka alami tidak melebihi dari apa yang telah diterima Tuhan Yesus di dunia ini.
    Pada ay. 24-25 Tuhan Yesus  menggambarkan, “Seorang murid tidak lebih dari gurunya“, “Seorang hamba tidak lebih daripada tuanNya” Atau “Seorang tuan rumah dan seisi rumahnya”. Hal ini menggambarkan hubungan diriNya dengan murid-muridNya kalaupun mereka harus menerima penolakan  akan penganiayaan tidak akan melebihi apa yang diterima oleh Tuhan  Yesus.
  2. Jaminan kehidupan
    Mengenai keselamatan Tuhan Yesus memastikan bahwa keselamatan hidup mereka dijamin oleh Allah. Sebab yang memanggil dan yang mengutus  mereka adalah  Allah. Apapun yang ada di dunia ini semuanya adalah sepengetahuan Allah, sampai “rambut di kepala” Tuhan mengetahuinya. Tuhan Yesus memastikan bahwa pemeliharaan kehidupan pada murid- muridNya bersumber dari Allah.
  3. Penderitaan yang akan mereka terima tidak dapat dibandingkan dengan hukuman bagi mereka yang menolak kesaksian mereka.
    Tuhan Yesus mengingatkan kembali untuk jangan takut kepada yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa (ay. 28) sebab hanya Allah sajalah yang berkuasa membunuh jiwa dan tubuh. Oleh karena itu walaupun mereka akan menerima penganiayaan, mereka harus menyadari bahwa itu tidak akan sebanding dengan yang akan mereka dapatkan yaitu keselamatan dari Allah.

Benang Merah Tiga Bacaan :

Hidup sebagai orang percaya bukan berarti bebas dari persoalan dan tantangan. Justru dengan persoalan dan tantangan itu, umat Tuhan dididik dan dilatih untuk menjadi orang yang tangguh dan dewasa dalam iman  serta menjadi sarana berkat bagi dunia. Tuhan akan selalu menyertai umatNya walaupun seberat apapun tantangannya.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Hidup ini tidak pernah lepas dari tantangan. Menurut saudara, apakah tantangan yang paling berat dalam hidup saudara saat ini? Bagaimana saudara menghadapinya? Apakah saudara menghadapinya dengan optimis, penuh harapan dan percaya bahwa Tuhan akan menolong saudara,  atau sebaliknya, kita tenggelam dalam kekecewaan dan keputusasaan? Apa yang terjadi selanjutnya ketika kita hanya berada dalam kekecewaan? Apakah rasa kecewa itu bisa mengubah kondisi atau cita cita kita?

Kekecewaan dan keputusasaan tidak pernah merubah kondisi  seseorang menjadi lebih baik. Bahkan sebaliknya malah memperparah kondisi  seseorang. Karena  roh keputusasaan itu akan membawa pikiran kita menuju pikiran yang selalu negatif. Ada banyak contoh kasus dalam kehidupan kita. (bisa dikembangkan dengan kasus-kasus yang aktual)

Oleh karena itu renungan hari ini mengajak kita selalu berpikiran positif atau “positif thinking”. Maksudnya dalam segala peristiwa hidup, kita harus berpikiran positif. Pikiran yang positif akan berdampak besar bagi kelangsungan hidup. Pikiran yang positif akan melahirkan ucapan yang positif dan tindakan yang positif. Sebaliknya pikiran yang negatif akan melahirkan ucapan dan tindakan yang negatif.

Isi

Nabi Yeremia mengalami dilema dalam nats kita ini. Ketika Dia melaksanakan tugas panggilan Tuhan, menyampaikan suara kenabiannya kepada bangsa Israel bukan pujian dan sanjungan yang dia dapatkan,  tetapi cela dan cemooh. Pengalaman Yeremia ini mungkin juga kita alami. Kita melakukan kebaikan kepada orang lain namun kebaikan tersebut dibalas dengan kejahatan. Bagaimana  rasanya? Dan bagaimana reaksi kita saat diperlakukan demikian?

Dalam teks Alkitab menceritakan Yeremia yang mengeluh dan kecewa.  Keluh kesah Yeremia ini disampaikan kepada Tuhan (ay. 7-12). Ini hal yang luar biasa dimana dalam segala pergumulan hidupnya Yeremia  selalu bergumul dengan Tuhan. Bukan diatasi dengan caranya dan pikirannya sendiri, namun dia menyandarkan diri dan mengandalkan Allah Sang Penolong hidup. Inilah cara dan keteladan hidup Yeremia.

Apakah kita juga melakukan demikian di saat kita mengalami persoalan? Apakah kita juga mengadu  kepada Tuhan? Ataukah mencari solusi ke  tempat lain? Walaupun Yeremia memperlihatkan keluh kesahnya bukan berarti dia berputusasa, justru sebaliknya, yang dia diperlihatkan adalah keyakinan dan penyerahan hidupnya kepada Tuhan. Keyakinan yang dimaksud, walau bagaimanapun penderitaan yang dialami Yeremia tetap yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Tuhan akan tetap menyertai dan dia tetap  memuji Tuhan.

Keyakinan bahwa Allah tetap menyertai umatNya juga ditekankan oleh Tuhan Yesus  kepada para murid yaitu ketika Dia mengutus keduabelas muridNya. Dalam pengutusan itu Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka waspada, sebab dalam pengutusan itu ada banyak tantangan dari dunia ini. Namun demikian berat  dan apapun tantangan yang mereka terima untuk memberitakan Injil  Kerajaan Sorga, Tuhan memberikan jaminan keselamatan dan kekuatan. Satu yang pasti bahwa pengutusan ini bukanlah dari manusia, tapi pengutusan ini adalah dari Bapa di Sorga. Sehingga mereka akan dimampukan dalam memberitakan berita keselamatan dari Allah.

Dalam nats kita, Tuhan Yesus memberikan beberapa pengajaran :

  1. Penderitaan yang akan mereka alami tidak melebihi dari apa yang telah diterima Tuhan Yesus di dunia ini.
    Pada ay. 24-25 Tuhan Yesus  menggambarkan, “Seorang murid tidak lebih dari gurunya“, “Seorang hamba tidak lebih daripada tuanNya” Atau “Seorang tuan rumah dan seisi rumahnya”. Hal ini menggambarkan hubungan diriNya dengan murid-muridNya kalaupun mereka harus menerima penolakan  akan penganiayaan tidak akan melebihi apa yang diterima oleh Tuhan  Yesus.
  2. Jaminan kehidupan.
    Mengenai keselamatan Tuhan Yesus memastikan bahwa keselamatan hidup mereka dijamin oleh Allah. Sebab yang memanggil dan yang mengutus  mereka adalah  Allah. Apapun yang ada di dunia ini semuanya adalah sepengetahuan Allah, sampai “rambut di kepala” Tuhan mengetahuinya. Tuhan Yesus memastikan bahwa pemeliharaan kehidupan pada murid- muridNya bersumber dari Allah.
  3. Penderitaan yang akan mereka terima tidak dapat dibandingkan dengan hukuman bagi mereka yang menolak kesaksian mereka.
    Tuhan Yesus mengingatkan kembali untuk jangan takut kepada yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa membunuh jiwa (ay. 28) sebab hanya Allah sajalah yang berkuasa membunuh jiwa dan tubuh. Oleh karena itu walaupun mereka akan menerima penganiayaan, mereka harus menyadari bahwa itu tidak akan sebanding dengan yang akan mereka dapatkan yaitu keselamatan dari Allah.

Penutup

Hidup memang tidak lepas dari tantangan dan persoalan. Namun ditengah persoalan dan tantangan tersebut kita umat tuhan tidak boleh kehilangan akal sehat, apalagi putus asa. Tuhan memanggil kita seperti halnya Yeremia. Walaupun berat untuk dijalani. Tuhan akan senantiasa menuntun dan membimbing kita, serta tidak akan pernah meninggalkan umatNya. Mari kita hadapi tantangan hidup ini dengan senyum dan optimis. Sebab Tuhan mempunyai rancangan yang baik bagi kehidupan  setiap orang. Jangan pernah menyerah. Mari kita terus jalani hidup ini bersama dengan Kristus. Selamat menjadi rekan sekerja Tuhan. Amin.  (STJ).

 

Pujian : KJ. 408   “Di Jalanku Ku Diiring”

RANCANGAN KHOTBAH  : Basa Jawi

Pambuka

Kita gesang punika boten kalis saking sakathahing rubeda. Miturut panjenengan punapa tantangan gesang ingkang paling awrat? lan kados pundi panjenengan ngadhepi tantangan lan prekawis punika? Punapa panjenengan ngadhepi  sadaya prekawis kala wau kanthi optimis lan kebak ing pangajeng -ajeng bilih Gusti tansah nunggil lan paring pitulungan? Punapa kosok wangsulipun panjenengan kandeg wonten ing gesang  ingkang kebak ing raos  kuciwa lan semplah ing manah? Punapa ingkang dadosaken gesang panjenengan kandeg wonten ing manah ingkang kebak ing raos kuciwa utawi semplah punika? Punapa raos kuciwa punika saged ngrubah kawontenan gesang lan punapa ingkang dados pangajeng –ajeng kita?

Raos kuciwa lan putus asa boten badhe saged ngribah kawontenan gesang mindhak sae. Nanging tansaya dadosaken kawontenan gesang kita sulaya. Awit roh kuciwa lan semplah ing manah kala wau dadosaken pamikiran kita punika tumuju pamikiran ingkang awon lan negatif. Kathah conto ingkang asring kita panggihi wonten ing pigesangan. (pelados sabda saged ngembangaken mawi conto conto prastawa padintenan).

Renungan dinten punika ngajak kita sami kagungan pamikiran positif tumrap samukawis utawi  “positif thinking“. Pamikiran ingkang positif badhe nglairaken samukawis ingkang positif. Conto : pamikiran ingkang positif badhe nglairaken tetembungan lan  pocapan kita  ingkang positif, pamikiran ingkang positif nglairaken tumindak ingkang positif. Pamikiran ingkang positif dhatengaken dampak positif ingkang ageng dhateng gesang kita.

Isi

Nabi Yeremia saged dipun wastani ngalami dilema ing gesangipun. Ing saperangan gesangipun nampeni timbalan adi saking Gusti Allah minangka Nabi, Yeremia kedah medharaken sabdanipun Allah dateng bangsa Israel ingkang wonten Babel. Kawontenanipun bangsa Israel ngalami gesang ingkang awrat karana gesang ing pangwasanipun bangsa Babil. Nalika Yeremia medharaken Sabdaning Gusti Allah ingkang dipun tampi sanes pangalembana utawi  pangurmatan ananging saking bangsa Israel,  kosokwangsulipun Yeremia dipun cacad,  dipun poyoki lan dipun paido bangsa Israel.

Punapa ingkang dados pengalaman Yeremia punika saged kelampah wonten ing gesang kita. Bokbilih kita nate nindakaken kasaenan dhateng tiyang sanes nanging kasaenan punika katampik. Kados pundi raosing manah kita lan punapa ingkang kita tindakaken nalika kita dipun cuwani?

Wonten ing cariyos kita punika, Yeremia sejatosipun nalongsa lan ngudarasa. Panalangsan lan pangudarasanipun  punika dipun aturaken dhateng  Gusti Allah (ay. 7-12). Bab punika endah karana nedahaken bilih ing salebeting prekawis Yeremia tansah celak lan rumaket kalian Gusti. Sadaya prekawis dipun pasrahaken dhateng Gusti, boten dipun prantasi piyambak srana kasagedan lan kakiyatanipun piyambak, nanging tansah nyuwun panganthinipun lan kakiyatan saking Gusti Allah. Punika  ingkang dados piwucal lan tuladha  kangge gesang kita. Punapa kula lan panjenengan sampun tumindak ingkang kados mekaten nalika kita ngadhepi prekawis gesang? Punapa kita inggih nyuwun pitulungan dhateng Gusti? Punapa malah pados pitulungan dhateng sanesipun?

Ewasemanten, sanadyan Yeremia ngaturaken panalangsan lan pasambatipun dhateng Gusti Allah, boten ateges Yeremia semplah utawi putus asa, nanging kosokwangsulipun malah nedahaken iman kapitadosanipun ingkang ageng dhateng Gusti Allah. Sanadyan Yeremia nandhang sakathahing prekawis, Yeremia tansah pitados bilih Gusti Allah boten badhe nilar piyambakipun. Yeremia pitados,  Gusti Allah tansah mitulungi gesangipun karana punika salebeting gesangipun Yeremia tansah ngluhuraken asmaniPun Gusti.

Wonten ing Injil, iman lan kapitadosan bilih Gusti Allah badhe tansah nunggil lan berkahi punika ugi dipun pratelaaken dening Gusti Yesus dhateng para sekabatipun nalika Gusti Yesus ngutus 12 sakabatipun. Ing salebeting pangutusan punika Gusti Yesus ngemutaken supados para sekabat tansah waspada. Sebab anggenipun martosaken Injil Kratoning Allah kathah tantangan ingkang badhe ngreridu. Nanging kados pundi awrating tantanganipun,  Gusti tansah nunggil lan paring berkah kakiyatan. Satunggal prekawis ingkang wigatos ingkang dipun dhawuhaken Gusti Yesus bilih timbalan martosaken Injil punika sanes timbalanipun manungsa, nanging timbalan saking Gusti Allah Sang Rama ing suwarga. Gusti Allah piyambak ingkang  mitulungi.

Wonten ing ayat nats punika, wonten 2 prekawis ingkang dipun dhawuhaken Gusti Yesus :

  1. Kasangsaran ingkang badhe dipun alami dening para sakabat boten badhe nglangkungi kasangsaranipun Gusti Yesus piyambak.
    Ayat 24-25 mratelaaken bilih siswa boten badhe ngungkuli guru lan abdi  boten badhe ngungkuli bandaranipun. Punika dipun dhawuhaken dening  Gusti Yesus  ngingingi sesambetanipun kaliyan para sakabat. Wosipun, bab punapa ingkang badhe kelampah sanadyan para sakabat ngalami panganiaya, panganiaya punika boten badhe nglangkungi  panganiaya ingkang dipun alami Gusti Yesus piyambak.
  2. Jaminan Kawilujengan (Ay. 28-30)
    Bab kawilujengan Gusti Yesus ngendikan bilih Gusti Allah piyambak ingkang badhe paring kawilujengan. Gusti Allah ingkang nimbali lan ngutus, Gusti Allah ugi ingkang mrananta. Gusti Yesus paring tuladha, kadosdene manuk emprit ingkang boten aji ananging dipunrimati dening Gusti Allah langkung malih kaliyan kita manungsa Gusti Allah tansah ngrimati. Kadosdene rambut ingkang boten kaetang nanging Gusti Allah pirsa, mekaten ing kawontenaning gesang kita Gusti Allah pirsa. Sadaya gesang kita namung wonten ing astanipun Gusti Allah ingkang tansah paring berkah.

Panutup

Gesang punika boten uwal saking sakathahing prekawis. Nanging ing satengahing tantangan punika para pendherekipun Gusti boten pareng kecalan arah lan akal sehat, punapa malih ngantos semplah utawi putus asa. Gusti nimbali kita kadosdene Gusti nimbali Yeremia. Sanadyan awrat dipun lampahi nanging Gusti badhe tansah nuntun lan boten badhe nilar gesang kita. Mangga kita adhepi sadaya kawontenan gesang punika kanthi bingah lan optimis. Awit Gusti kagungan rancangan ingkang endah ing salebeting kawontenan gesang kita. Sampun ngantos kita gampil mutung ing manah lan putus asa. Sumangga kita lampahi gesang punika sesarengan kaliyan Gusti. Sugeng dados rowangipun Gusti. Amin. (STJ).

Pamuji  : KPJ. 155   “Aku Tan Nate Mangerti”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak