Peduli dan Perhatian terhadap Warga Adi Yuswa Khotbah Minggu 21 Juli 2024

8 July 2024

Minggu Biasa | Pekan Adi Yuswa
Stola Hijau

Bacaan 1: Yeremia 23 : 1 – 6
Mazmur: Mazmur 23 : 1 – 6
Bacaan 2: Efesus 2 : 11 – 22
Bacaan 3: Markus 6 : 30 – 34, 53 – 56

Tema Liturgis: Adi Yuswa Terawat, GKJW Bermartabat
Tema Khotbah: Peduli dan Perhatian terhadap Warga Adi Yuswa

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 23 : 1 – 6
Tuhan Allah mendatangkan hukuman bagi bangsa Yehuda yang tidak setia kepada-Nya. Berbagai bencana dan malapetaka menghampiri bangsa Yehuda yang telah menyimpang dari ketetapan Allah. Pada akhirnya mereka dibuang ke tanah Babel. Ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa semua hukuman yang terjadi atas bangsa Yehuda, maka para gembala Yehudalah yang harus bertanggung jawab. Yang dimaksudkan para gembala di sini adalah para raja, imam, dan nabi. Mereka telah gagal menjadi gembala yang baik bagi umat Yehuda. Mereka telah lalai dan abai dengan tugas mereka untuk menggembalakan umat Allah, sebab mereka sendiri telah berbuat dosa di hadapan Allah. Mereka yang seharusnya menuntun umat pada jalan yang benar, justru mereka membiarkan umat tersesat. Itu karena hidup mereka sendiri sesat dan telah menyimpang dari kehendak Allah.

Para gembala (para raja, imam dan nabi) yang dipercaya dan diberikan tanggung jawab untuk membangun kehidupan umat, namun pada kenyataannya mereka malah menghancurkan Yehuda. Karena itulah, Tuhan Allah tidak mempercayai mereka lagi sebagai pemimpin umat, sebab mereka tidak bertanggung jawab dengan tugas mereka menggembalakan umat Allah dengan baik (Ay. 3-4). Tuhan Allah sendirilah yang akan mengambil alih peran para pemimpin yang tidak jujur dan tidak bertanggung jawab itu. Dialah sendiri yang akan turun tangan mengumpulkan kawanan domba-Nya yang tercerai berai dan akan memimpin mereka kembali ke padang. Tuhan Allah juga yang akan mengangkat pemimpin baru bagi umat-Nya. Dialah akan menggantikan para pemimpin yang tidak bertanggung jawab itu dengan sosok pemimpin yang bijaksana. Sosok pemimpin dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana dan adil, yang akan memimpin umat Yehuda pada keadilan dan kebenaran. Dialah yang akan menyelamatkan umat Allah, memulihkan, dan memperbarui kembali umat Allah (Ay. 5 – 7). Dialah Yesus Kristus, Sang Raja, Imam, dan Nabi yang sangat berbeda dengan para pemimpin Yehuda sebelumnya.

Efesus 2 : 11 – 22
Rasul Paulus mengingatkan kembali keadaan Jemaat Efesus sebelum mereka mengenal Kristus. Mereka dulu dipandang sebagai orang kafir, orang yang tidak bersunat. Mereka tidak termasuk ke dalam lingkup umat Allah dan tidak berhak menerima janji-janji Allah (Ay. 11-12). Oleh karena itu, mereka terpisah dari Kristus dan tidak ada pengharapan akan keselamatan pada diri mereka.

Namun berbeda setelah mereka percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Keadaan mereka berubah. Darah Yesus yang tercurah di atas kayu salib menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah. Hubungan mereka dengan Allah disatukan melalui pengorbanan Yesus Kristus. Demikian pula hubungan mereka dengan umat Yahudi (Ay. 13-14), mereka adalah satu di dalam Tuhan. Mereka kini dapat datang langsung kepada Tuhan. Status mereka kini sama dengan orang Yahudi, yaitu sama-sama menjadi anggota keluarga Allah (Ay. 19). Di dalam Kristus tidak ada lagi diskriminasi, karena Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah. Setiap umat yang percaya kepada Yesus Kristus menjadi umat tebusan dan mendapatkan bagian sebagai warga kerajaan Allah, yang menerima janji keselamatan Allah (Ay. 21-22).

Markus 6 : 30 – 34, 53 – 56
Yesus tidak hanya mengajar orang banyak yang datang kepada-Nya. Ia juga tidak hanya mengutus para murid-Nya untuk melayani di wilayah Galilia. Tetapi Ia juga memperhatikan kebutuhan fisik mereka, yaitu makan dan istirahat. Setelah para murid pulang melaporkan hasil pelayanan mereka kepada Yesus (Ay. 30), Yesus mengetahui bahwa para murid lelah dan lapar, untuk itu Yesus mengajak para murid untuk beristirahat sejenak (Ay. 31 – 32). Namun rencana itu diketahui, sehingga orang banyak yang mendengar ajaran Yesus, segera mengikuti mereka (Ay. 32). Yesus tidak marah kepada mereka, Ia justru menunjukkan belas kasihan kepada mereka dengan memberi mereka makan. Ia  memerintahkan para murid untuk memberi makan orang banyak itu. Namun para murid tidak dapat memahami dan mengerti cara Yesus memberi mereka makan. Mereka hanya melihat dari sudut pandang manusiawi yang terbatas. Bahkan mereka kurang memperhatikan apa yang mereka miliki, yang ada pada mereka. Bagi Yesus semua mungkin, 5 roti dan 2 ikan yang ada pada mereka didoakan dan dibagikan kepada 5.000 orang, dan masih sisa 12 bakul. Apa yang tampak terbatas di mata manusia diubah oleh Yesus menjadi suatu kelimpahan. Di sini para murid belajar, dibutuhkan kerendahan hati dan ketaatan  kepada Allah untuk menyadari dan menyaksikan karya dan kuasa Allah terjadi di tengah mereka.

Bagian perikop selanjutnya di ayat 53 – 56 mengisahkan tentang karya dan kuasa Allah yang terus berlanjut. Setibanya Yesus dan para murid di Genesaret, dijumpainyalah orang-orang di daerah itu, datang mendekat kepada Yesus. Mereka membawa saudara mereka yang sakit kepada Yesus. Dengan penuh percaya, mereka berharap Yesus akan menyembuhkan mereka atau saudara mereka yang sakit. Harapan itu terus hidup di antara orang-orang Genesaret. Kemanapun Yesus pergi mereka mengikuti-Nya seraya memohon Yesus berkenan untuk menyembuhkan mereka (Ay. 56).

Benang Merah Tiga Bacaan:
Tuhan Allah adalah Allah yang peduli dan memperhatikan umat-Nya. Dialah Sang Gembala bagi umat-Nya. Dialah yang senantiasa memimpin umat kepada kebenaran dan keadilan. Tuhan Allah itu adalah Allah yang tidak membeda-bedakan umat-Nya. Dia berkenan kepada setiap suku bangsa dan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Keselamatan tidak hanya bagi bangsa Yahudi saja melainkan juga dinyatakan kepada semua bangsa dan semua orang yang percaya pada-Nya. Tuhan Allah itu adalah Allah yang peduli dan memperhatikan kebutuhan umat-Nya. Bukan hanya kebutuhan rohani saja, melainkan juga kebutuhan jasmani, seperti makanan dan kesembuhan dari sakit. Dialah, Allah yang menyatakan kasih dan karya-Nya melalui kepedulian dan perhatian-Nya kepada umat manusia.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Dalam sebuah artikel Kompas.com berjudul “Psikolog UGM Beberkan 2 Tips Bahagia di Masa Tua”, Aisah Indati Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkapkan:

“Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan. Tidak ada siapapun yang bisa menolak pertambahan umur dan fisik yang terus menua. Setiap manusia akan melewati fase-fase di mana dirinya akan menjadi semakin tua. Karena setiap hari selalu ada pertumbuhan dan perkembangan, selalu ada sesuatu yang baru dan berbeda dalam kehidupan ini. Tidak akan pernah sama. Kehidupan saat remaja tentunya berbeda dengan kehidupan saat dewasa. Kemudian, kehidupan dewasa juga akan berbeda dengan kehidupan masa tua. Perbedaannya terletak pada pemikiran, bagaimana kita memandang sesuatu, sampai cara kita menjalani kehidupan. Seiring bertambahnya usia, seiring berlalunya waktu, kita bisa berubah setiap saat.

Menurut Aisah kebijaksanaan pada lansia selaras dengan adanya kondisi mental yang sehat. Kriteria sehat mental antara lain memiliki pengetahuan diri, penerimaan diri, harga diri, kepercayaan diri, mampu mengendalikan dan mengembangkan diri, dan memiliki kemauan untuk berhubungan dengan orang lain, baik secara interpersonal maupun sosial.

Aisah menjelaskan bahwa terdapat tiga aspek penting untuk mencapai kearifan di masa tua. Pertama, memiliki rasa kepuasan dalam hidup (life satisfaction). Artinya walaupun memiliki banyak kekurangan dalam diri, namun tetap merasa puas dan bersyukur. Kedua, memiliki keterbukaan dalam hidup (openness the experience), yaitu kemampuan untuk mau belajar dari orang lain. Dan yang terakhir, memiliki kebermaknaan hidup atau berharga.

“Openness” (keterbukaan) juga termasuk mengomunikasikan rasa sakit yang dirasakan baik secara fisik maupun psikologis,” Hal tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dipendam sendiri justru dengan adanya keterbukaan dapat menjadi salah satu media untuk tercapainya kesehatan mental dan kebijaksanaan. Selalu positif thinking terhadap suatu hal yang akan terjadi dan ketika suatu peristiwa tidak sesuai kehendak, maka harus dihadapi dengan sabar, evaluasi, dan terima apa adanya karena manusia tidak ada yang sempurna.”

(Artikel ini dikutip dari Kompas.com dengan judul “Psikolog UGM Beberkan 2 Tips Bahagia di Masa Tua”, Klik di sini untuk baca.)

Isi
Pada pekan Adi Yuswa minggu ini, mari kita melihat pesan firman Tuhan bagi kita untuk kita renungkan bersama. Bagian bacaan I mengisahkan Tuhan Allah menghukum bangsa Yehuda yang tidak setia. Mereka dibuang ke tanah Babel sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Para raja, imam, dan nabi yang menjadi gembala telah gagal menjadi gembala yang baik bagi umat Allah. Mereka lalai dan abai dengan tugas mereka menggembalakan umat Allah. Mereka yang seharusnya menuntun umat pada kebenaran, justru membiarkan umat Allah tersesat, sebab hidup mereka sendiri sesat dan menyimpang dari kehendak Allah. Karena itulah, Tuhan Allah akan mengambil alih peran mereka. Tuhan Allah akan menggantikan mereka dengan sosok pemimpin yang bijaksana. Sosok pemimpin dari keturunan Daud, seorang raja yang bijaksana dan adil, yang akan memimpin umat Yehuda pada keadilan dan kebenaran. Dialah yang akan menyelamatkan umat Allah, memulihkan, dan memperbarui kembali kehidupan bangsa Yehuda (Ay. 5 – 7). Nubuat ini digenapi pada diri  Yesus Kristus, Sang Raja, Imam, dan Nabi yang sangat berbeda dengan para pemimpin Yehuda sebelumnya.

Pada bacaan II, Rasul Paulus mengingatkan Jemaat Efesus. Sebelum mereka mengenal Kristus, mereka sering disebut sebagai orang kafir, orang tak bersunat dan tidak masuk dalam lingkup umat Allah. Mereka tidak berhak menerima janji-janji Allah (Ay. 11 – 12), dan tidak ada pengharapan akan keselamatan pada diri mereka. Namun setelah mereka percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, keadaan mereka berubah. Darah Yesus menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah. Mereka kini dapat datang langsung kepada Allah. Status mereka sama dengan orang Yahudi, yaitu sama-sama menjadi umat Allah (Ay. 19). Di dalam Kristus tidak ada lagi diskriminasi, karena Kristus telah mendamaikan manusia dengan Allah. Setiap umat yang percaya kepada Yesus Kristus menjadi umat tebusan dan mendapatkan bagian sebagai warga kerajaan Allah, yang menerima janji keselamatan Allah (Ay. 21-22).

Sedangkan pada bacaan III: mengisahkan Yesus yang memperhatikan kebutuhan fisik para murid dan orang banyak yang mengikuti-Nya, yaitu makan dan istirahat. Yesus tahu bahwa para murid lelah dan lapar, setelah tugas pengutusan, untuk itu Yesus mengajak mereka beristirahat sejenak (Ay. 31 – 32). Namun rencana itu diketahui, sehingga orang banyak yang mendengar ajaran Yesus mengikuti mereka (Ay. 32). Yesus tidak marah kepada mereka, Ia menunjukkan belas kasihan kepada mereka. Ia memerintahkan para murid untuk memberi mereka makan. Namun para murid tidak dapat memahami dan mengerti perintah Yesus untuk memberi mereka makan. Mereka hanya melihat dari sudut pandang mereka yang terbatas secara manusiawi. Bahkan mereka kurang memperhatikan apa yang mereka miliki, yang ada pada mereka. Namun bagi Yesus semua yang tidak mungkin menjadi mungkin. 5 roti dan 2 ikan didoakan dan dibagikan kepada 5.000 orang, dan masih sisa 12 bakul. Apa yang tampak terbatas di mata manusia diubah oleh Yesus menjadi suatu kelimpahan.

Pada bagian perikop berikutnya ayat 53 – 56 mengisahkan karya dan kuasa Allah yang terus berlanjut. Yesus dan para murid tiba di Genesaret. Dijumpainya orang-orang di daerah itu datang mendekat kepada-Nya. Mereka membawa saudara mereka yang sakit kepada Yesus. Dengan penuh percaya, mereka berharap Yesus akan menyembuhkan mereka atau saudara mereka yang sakit. Harapan yang terus hidup di antara orang-orang Genesaret. Kemanapun Yesus pergi mereka mengikuti-Nya seraya memohon Yesus berkenan untuk menyembuhkan mereka (Ay. 56). Disinilah kuasa Allah dinyatakan, Roh Allah di dalam diri Yesus Kristus menyatakan kuasa dan karya-Nya kepada manusia. Setiap orang yang percaya kepada Yesus beroleh mujizat dan keselamatan.

Penutup
Apakah makna firman Tuhan yang kita baca dan renungkan saat ini bagi kehidupan kita, khususnya di Pekan Adi Yuswa saat ini? Ketiga bacaan kita saat ini hendak menjelaskan bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang peduli, Allah yang memperhatikan umat-Nya. Dialah yang Sang Gembala bagi umat-Nya. Dialah yang senantiasa memimpin umat-Nya kepada kebenaran dan keadilan. Tuhan Allah tidak membeda-bedakan umat-Nya. Dia berkenan kepada setiap suku bangsa dan setiap orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu, keselamatan Allah tidak hanya bagi satu bangsa saja (bangsa Yahudi) melainkan juga dinyatakan kepada semua bangsa yang percaya kepada-Nya. Tuhan Allah  adalah Allah yang peduli dan memperhatikan kebutuhan umat-Nya. Bukan hanya kebutuhan rohani saja, melainkan juga kebutuhan jasmani, seperti makanan, minuman, dan kesehatan (kesembuhan dari sakit). Tuhan Allah senantiasa menyatakan kasih dan karya-Nya melalui kepedulian dan perhatian-Nya kepada kita umat-Nya.

Pada minggu ini, kita ada di Pekan Adi Yuswa. Warga Adi Yuswa adalah bagian dari jemaat, bagian penting dalam pertumbuhan dan perjalanan GKJW. Mereka telah mempersembahkan yang terbaik baik perkembangan GKJW hingga saat ini. Keberadaan mereka senantiasa dirasakan dan menjadi teladan bagi generasi GKJW masa kini. Melalui Pekan Adi Yuswa saat ini, kita perlu memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada para warga Adi Yuswa jemaat telah berjuang dan setia melayani Tuhan melalui GKJW. Mari kita senantiasa mendoakan mereka agar tetap diberikan kesehatan yang baik, kekuatan, semangat, dan kebahagiaan dalam menjalani hidup mereka.

Meneladani Tuhan Yesus yang peduli dan memperhatikan para murid dan orang banyak yang letih dan lapar dengan memberi mereka makan, maka mari kita juga peduli dan memperhatikan para warga Adi Yuswa yang ada di jemaat kita. Kita dipanggil untuk merawat mereka. Manakala ada warga Adi Yuswa yang sakit, baik itu orang tua kita, sanak saudara kita, atau warga jemaat kita, mari kita bersedia untuk menjaga, mengunjungi, menghibur, dan mendoakan mereka. Kita mau merawat, mengobati dan menolong mereka yang membutuhkan. Manakala ada warga Adi Yuswa yang kekurangan dan lemah, kita sebagai murid Kristus dan gereja mau peduli dan memberikan perhatian, misalnya dengan memberikan bantuan sembako, makanan, minuman atau materi untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.  Tentu masih banyak hal lain yang dapat kita lakukan sebagai wujud kepedulian dan perhatian kita kepada warga adi yuswa. Kiranya melalui Pekan Adi Yuswa saat ini, cinta kasih Tuhan Allah dan karya Tuhan Yesus Kristus semakin nyata dalam kehidupan gereja kita. Amin. [AR].

 

Pujian: PKJ. 286 : 1, 2  Keluarga Yang Damai

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Wonten artikel saking Kompas.Com ingkang jejeripun: “Psikolog UGM Beberkan 2 Tips Bahagia di Masa Tua”, ingkang dipun serat dening Aisah Indati Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Artikel kalawau Aisah Indati punika isinipun mekaten:

“Dados sepuh punika pasti, dados diwasa punika pilihan. Mboten wonten tiyang ingkang saged selak saking yuswa lan raga ingkang sansaya sepuh. Saben manungsa badhe ngliwati tahap-tahap ing pundi piyambakipun badhe dados sepuh. Awit saben dinten wonten ingkang owah lan tuwuh, wonten ingkang enggal lan benten saking gesang punika, mboten nate sami. Gesang ing mangsa remaja benten kaliyan gesang mangsa diwasa. Lajeng gesang mangsa diwasa ugi benten kaliyan gesang mangsa sepuh. Bentenipun ketingal saking cara pandengipun, kados pundi kita mandheng sawetawis gesang ingkang kelampahan ngantos dumugi cara pandeng kita nglampahi gesang punika. Sansaya tambah yuswa kita, kita saged owah saben wayah.

Miturut Aisah, kawicaksnan para adi yuswa punika selaras kaliyan kahanan mental ingkang sehat. Ingkang dados kriteria sehat sacara mental inggih punika: kagungan pengertosan dhiri, saged nampi kawontenan dhiri, harga dhiri, kapitadosan dhiri, sarta saged ngendaleni lan ngembangaken dhiri, sarta kagungan niat kangge srawung kaliyan tiyang sanes, sae sacara pribadi ugi sacara sosial.

Aisah ugi jelasaken wonten tigang prekawis penting supados wicaksana ing mangsa sepuh. Sepisan, kagungan raos puas tumrap gesang punika. Tegesipun, senadyan kagungan kathah kakirangan salebeting dhiri, nanging tetap saged puas lan saos sokur. Kaping kalih, kagungan sikep tinarbuka salebeting gesang, inggih punika kasagedan kangge sinau saking tiyang sanes. Lan ingkang pungkasan, inggih punika kagungan pangraos migunani salebeting gesang utawi gesang ingkang aji.

Gesang ingkang tinarbuka punika kalebet ngaturaken sacara jujur raos sakit ingkang dipun raosaken sacara fisik ugi psikologis. Prekawis punika mboten saged dipun pendem piyambak nanging kedah dipun dalaken. Awit sarana tinarbuka punika saged dados cara kawujudipun kesehatan mental lan kawicaksanan. Selajengipun kagungan pamikir utawi penggalih ingkang positif (positif thinking) tumrap sedaya prekawis ingkang badhe kelampahan, lan nalika wonten prastawa ingkang mboten condong kaliyan pikajeng kita, kedah kita adhepi kanthi sabar, evaluasi, lan nrima, awit mboten wonten manungsa punika ingkang sampurna.”

Isi
Wonten ing Pekan Adi Yuswa minggu punika, mangga kita tingali Sabdanipun Gusti kangge kita, kita gilut sesarengan. Waosan I nyariosaken Gusti Allah ingkang ngukum bangsa Yehuda ingkang mboten setya. Bangsa Yehuda dipun bucal ing Tanah Babil awit saking dosa-dosanipun. Para raja, imam lan nabi ingkang dados Juru Pangon sampun gagal dados Juru Pangon ingkang sae kagem umatipun Allah. Para raja, imam lan nabi punika sampun nglirwakaken lan mboten peduli kaliyan tugasipun ngegon para umating Allah. Para tiyang punika kedahipun nuntun para umat ing kayekten, nanging nyatanipun malah ngeculaken umatipun Allah punika ngantos mblasar. Punika karana para raja, imam, lan nabi, gesangipun sesat lan nyimpang saking karsanipun Gusti Allah. Karana punika, Gusti Allah piyambak ingkang badhe tumindak. Panjenenganipun badhe madosaken gantosipun para raja, imam, lan nabi punika kaliyan pemimpin ingkang wicaksana. Sosok pimpinan saking trahipun Daud, Raja ingkang wicaksana lan adil, ingkang badhe mimpin umat Yehuda ing kaadilan lan kayekten. Panjenenganipun punika ingkang badhe nylametaken para umatipun Allah, mulihaken, lan ngenggalaken malih pigesanganipun bangsa Yehuda. Pameca punika dipun genepi ing Gusti Yesus Kristus, Sang Raja, Imam, lan Nabi ingkang benten kaliyan para raja, imam lan nabi Yehuda sakderengipun.

Ing waosan II, Rasul Paulus ngengetaken Pasamuwan Efesus bilih saderengipun tepang kaliyan Sang Kristus, warga pasamuwan Efesus asring dipun sebat tiyang kafir, tiyang tanpa tandha tetak, lan mboten kalebet umatipun Allah. Mila tiyang Efesus punika mboten kagungan hak nampi janji-janjinipun Gusti Allah lan mboten wonten pangajeng-ajeng bab kawilujengan kangge piyambakipun. Ananging sak sampunipun pasamuwan Efesus punika pitados lan nampi Gusti Yesus minangka Gusti lan Juru Wilujengipun, kahananipun sampun owah. Rahipun Gusti Yesus ngrubuhaken tembok pamisah ing antawisipun warga pasamuwan kaliyan Gusti Allah. Tiyang punika saged pinanggih sacara langsung kaliyang Gusti Allah piyambak. Status tiyang punika sami kaliyan tiyang Yahudi, inggih punika dados umatipun Gusti Allah. Ing Sang Kristus, sampun mboten wonten malih diskriminasi, karana Sang Kristus sampun ngrukunaken manungsa kaliyan Gusti Allah. Saben umat ingkang pitados dhumateng Gusti Yesus Kristus dados umat tebusan lan dados warga Kratoning Allah, ingkang sami nampi janji kawilujengan saking Gusti Allah.

Waosan III nyariosaken Gusti Yesus ingkang gatosaken kabetahan fisik para sakabat lan tiyang kathah ingkang ndherek Panjenenganipun, inggih punika bab nedha lan ngaso. Gusti Yesus mengertos bilih para sakabat sampun sayah lan keluwen sak sampunipun nindakaken peladosan, pramila Gusti Yesus ngajak para sakabatipun ngaso sawetawis wekdal. Ananging rancangan punika dipun mangertosi tiyang kathah, saengga tiyang-tiyang punika ngetutaken Gusti Yesus. Gusti Yesus nedahaken sih kawelasan dhateng para tiyang punika. Panjenenganipun mrintah para sakabat supados paring tetedhan kangge para tiyang punika. Nanging para sakabat mboten saged mangertosi punapa ingkang dados printahipun Gusti Yesus punika. Para sakabat namung saged ningali saking cara pandengipun piyambak ingkang kawates sacara kamanungsan. Para sakabat ngantos mboten nggatosaken punapa ingkang dipun gadhahi, punapa ingkang wonten saking piyambakipun. Ananging kagem Gusti Yesus, punapa ingkang mokal badhe kelampahan. 5 roti lan 2 ulam dipun dongakaken Gusti Yesus lajeng dipun edum dhateng 5.000 tiyang kaliyan para sakabat, lan taksih sisa 12 wakul. Punapa ingkang ketingalipun kawates ing paningalipun manungsa dipun owahi dening Gusti Yesus dados kaluberan.

Wonten perikop selajengipun, ayat 53 – 56 nyariosaken pakaryan lan kuwaosipun Gusti Allah ingkang kalajengaken. Nalika Gusti Yesus lan para sakabat dumugi ing Genesaret, kathah tiyang saking Genesaret ingkang nyelak dhumateng Gusti Yesus. Para tiyang punika sami mbeta sedherekipun ingkang nadhang saking dhumateng Gusti Yesus. Kanthi pitados, para tiyang punika ngajeng-ajeng Gusti Yesus saged nyarasaken sedherekipun ingkang sakit. Para tiyang Genesaret mboten kecalan pangajeng-ajeng dhumateng Gusti Yesus. Ing pundi kemawon Gusti Yesus tindak, tiyang – tiyang punika ngetutaken Gusti Yesus kanthi panyuwunan Gusti Yesus kersa nyarasaken piyambakipun utawi sedherekipun ingkang sakit punika. Ing ngriki, kuwaosipun Gusti Allah kanyatakaken, Rohipun Gusti Allah ingkang dedalem ing Gusti Yesus Kristus nyatakaken kuwaos lan pakaryanipun dhateng para manungsa. Saben tiyang ingkang pitados dhumateng Gusti Yesus kaparingan mukjizat lan kawilujengan.

Panutup
Punapa artosipun Sabdanipun Gusti ingkang kita waos lan raosaken wekdal punika kangge gesang kita, mliginipun ing Pekan Adi Yuswa sapunika? Tiga waosan Kitab Suci ing wekdal punika nedahaken bilih Gusti Allah punika Gusti Allah ingkang peduli, Gusti Allah ingkang mangertos kahanan umat-Ipun. Panjenenganipun punika Juru Pangon kagem umat-Ipun. Panjenenganipun punika ingkang mimpin para umat-Ipun ing kayekten lan kaadilan. Gusti Allah punika mboten benten-bentenaken umat-Ipun. Panjenenganipun sedya nampi sedaya suku bangsa lan saben tiyang ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun. Awit saking punika, kawilujengan saking Gusti Yesus punika mboten namung kangge satunggal bangsa kemawon (bangsa Yahudi), nanging  kagem sedaya bangsa ingkang pitados dhumateng Panjenenganipun. Gusti Allah punika Gusti Allah ingkang peduli lan gatosaken kabetahan umat-Ipun, mboten namung kabetahan karohanen kemawon, nanging ugi kabetahan kajasmanen, kados tetedhan, unjukan lan kesehatan (saras saking sakit). Gusti Allah tansah nyatakaken katresnan lan pakaryanipun lumantar raos peduli lan kawigatosan-Ipun dhateng kita umat-Ipun.

Ing dinten minggu punika, kita wonten ing Pekan Adi Yuswa. Para warga Adi Yuswa punika anggota saking pasamuwan, warga pasamuwan ingkang wigati tumrap tuwuh lan lampahipun GKJW sapunika. Para warga Adi Yuswa punika sampun misungsungaken gesangipun kagem ngrembakaning GKJW ngantos sapunika. Kawontenanipun para Adi Yuswa punika tansah karaosaken lan dados tuladha kangge generasi GKJW wekdal punika. Pramila ing Pekan Adi Yuswa sapunika, kita kedah ngaturaken apresiasi lan ngucap matur nuwun dhumateng sedaya warga Adi Yuswa ingkang sampun merjuang kanthi setya ngladosi Gusti lumantar GKJW. Mangga kita ndedonga kangge para warga Adi Yuswa supados dipun paringi sehat, kiyat, semangat lan sukabingah kangge nglampahi gesangipun.

Nuladha Gusti Yesus ingkang peduli lan kersa gatosaken para sakabat lan tiyang kathah ingkang sayah lan keluwen sarana paring tetedhan, mangga kita ugi peduli lan purun gatosaken para warga Adi Yuswa ingkang wonten ing pasamuwan kita. Kita dipun timbali kangge ngrimati sedherek kita punika. Menawi wonten warga Adi Yuswa ingkang sakit, kados tiyang sepuh kita, sanak sedherek kita, utawi warga pasamuwan, mangga kita sumadya kangge njagi, nuweni, nglipur, lan ndongakaken sedherek kita punika. Kita ugi purun ngrimati, ngobati, lan nulungi sedherek adi yuswa ingkang mbetahaken pitulungan kita punika. Nalika wonten warga Adi Yuswa ingkang nandhang kakirangan lan ringkih, mangga kita minangka sakabatipun Sang Kristus dan greja, sami peduli lan purun gatosaken tumrap sedherek kita punika. Contonipun: paring bantuan sembako, tetedhan, unjukan utawi materi ingkang dipun betahaken kangge nyekapi kabetahan gesang sadinten-dinten sedherek kita punika. Tamtu kemawon taksih kathah prekawis sanesipun ingkang saged kita tindakaken minangka wujud kapedulian lan kawigatosan kita dhateng para warga Adi Yuswa punika. Mugi lumantar Pekan Adi Yuswa sapunika, sih katresnanipun Gusti Allah lan pakaryanipun Gusti Yesus Kristus sansaya nyata salebeting pigesangan  greja kita. Amin. [AR].

 

Pamuji: KPJ. 316 : 1, 2  Brayat Kang Tinangsulan Ing Tresna

Renungan Harian

Renungan Harian Anak