Minggu Paskah 5
Stola Putih
Bacaan 1: Kisah Para Rasul 8 : 26 – 40
Mazmur: Mazmur 22 : 25 – 32
Bacaan 2: 1 Yohanes 4 : 7 – 21
Bacaan 3: Yohanes 15 : 1 – 8
Tema Liturgis: GKJW Bangkit Bersama Kristus Mewujudkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Melekat Erat dan Bermanfaat
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kisah Para Rasul 8 : 26 – 40
Apa yang dilakukan oleh Filipus menggenapi rencana besar Allah. Injil harus dibawa dari Yerusalem ke ujung bumi melalui Samaria dan Yudea. Menariknya, semua ini dilakukan melalui Filipus. Dia termasuk salah satu Diaken di Yerusalem (Kis. 6:5). Dia menyingkir ke Samaria dan memberitakan Injil di sana (Kis. 8:5-13). Sekarang dia harus menuju ke propinsi Yudea (Ay. 26) untuk menemui seorang sida-sida dari ujung bumi (Ay. 27). Sekilas apa yang terjadi dalam dan melalui Filipus terlihat sangat mudah. Rencana Allah digenapi secara sempurna. Semua berjalan sesuai rencana. Walaupun demikian, jika dicermati lagi, proses ke arah sana tidak begitu gampang. Panggilan Allah tampak agak janggal. Memang tidak gagal, tetapi tetap terlihat janggal. Kejanggalan yang paling kentara adalah meninggalkan sebuah pelayanan yang sangat sukses. Sebelum diutus menemui sida-sida dari Etiopia ini, Filipus memberitakan Injil di kota Samaria. Lawatan Allah terjadi secara luar biasa. Banyak mujizat terjadi (Kis. 8:7). Banyak penduduk Samaria yang menerima Injil dengan segenap hati dan bersukacita karena Injil (Kis. 8:6, 8). Bahkan keajaiban ini sangat memukau Simon, mantan penyihir di kota itu (Kis. 8:9-13). Ternyata di tengah keberhasilan dan kemapanan, Allah memberikan panggilan. Allah tidak memanggil Filipus ke suatu kota, tetapi dia diutus ke suatu jalan. Jalan ini disebut “jalan yang sunyi”. Dalam teks Yunani, kata “tempat yang sunyi” sebaiknya diterjemahkan “padang gurun” (semua versi Inggris). Jadi, bukan hanya sunyi, tetapi sangat gersang. Dari sini kita mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang kesukaran yang ada dalam panggilan ini. Ketika Allah memanggil Filipus, panggilan itu memang jelas. Tuhan mengutus salah satu malaikat-Nya untuk memberitahu Filipus. Masalahnya, malaikat itu tidak menginformasikan siapa yang akan ditemui atau apa yang harus dilakukan oleh Filipus di jalan yang gersang tersebut. Menariknya, Alkitab mencatat: “Lalu berangkatlah Filipus” (Kis. 8:27a). Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa ketaatan harus mendahului kejelasan. Satu-satunya kejelasan yang diperlukan adalah “jelas dipanggil oleh Tuhan”. Hanya itu yang diperlukan. Selebihnya adalah drama perjalanan bersama dengan Tuhan. Menegangkan, tetapi selalu membawa kemenangan. Membingungkan tetapi tidak pernah ditinggalkan sendirian.
1 Yohanes 4 : 7 – 21
Kasih sebagai suatu aspek dari buah Roh dan bukti kelahiran baru, juga adalah sesuatu yang harus dikembangkan. Oleh karena itu, melalui suratnya Yohanes menasihati kita untuk saling mengasihi, memperhatikan sesama, dan berusaha memajukan kesejahteraan mereka. Yohanes mendorong kita untuk mewujudnyatakan kasih karena tiga alasan:
- Kasih adalah sifat Allah sendiri (Ay. 7-9) yang dinyatakan dengan mengaruniakan anak-Nya kepada kita (A 9-10). Kita memiliki sifat seperti-Nya karena kita lahir dari Dia (Ay. 7).
- Karena Allah mengasihi kita, maka kita yang telah merasakan kasih, pengampunan, dan pertolongan-Nya wajib menolong orang lain, meski harus berkoban (Ay. 12).
- Jikalau kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita dan kasih-Nya semakin sempurna di dalam hidup kita (Ay. 12).
Yohanes 15 : 1 – 8
Tuhan Yesus berbicara tentang dua macam ranting: yang berbuah dan yang tidak berbuah.
- Ranting yang tidak berbuah adalah orang-orang yang tidak lagi memiliki hidup yang datang dari iman dan kasih kepada Kristus. “Ranting-ranting” ini dipotong oleh Bapa, yaitu dipisahkan dari hubungan yang vital dengan Kristus (bd. Mat. 3:10). Bila mereka tidak lagi tinggal dalam Kristus, Allah menghakimi dan menolak mereka ( 6).
- Ranting-ranting yang berbuah adalah orang-orang yang memiliki hidup di dalamnya karena iman dan kasih kepada Kristus. Setelah seseorang percaya kepada Kristus dan menerima pengampunan dosa, dia menerima hidup kekal dan kuasa untuk tetap tinggal di dalam Kristus. Setelah kuasa itu diberikan, orang percaya harus menerima tanggung jawab supaya tetap selamat dan tinggal di dalam Kristus. Kata Yunani meno berarti tetap tinggal. Sebagaimana ranting hanya dapat hidup selama hidup dari pokok anggur yang mengalir ke dalamnya. Demikian pula orang percaya hanya mempunyai hidup Kristus, selama hidup Kristus mengalir ke dalamnya dengan ia tetap tinggal di dalam Dia.
Benang Merah Tiga Bacaan
Menjadi pengikut Kristus berarti menjadi orang-orang yang telah menerima anugerah keselamatan dari Tuhan karena kasih-Nya bagi kita manusia berdosa. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk keluar. Mewujudnyatakan kasih sebagaimana diteladankan oleh Kristus sendiri bagi sesama ciptaan. Dengan mewujudnyatakan kasih dalam kehidupan, maka perdamaian dan keadilan sosial akan terwujud.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Ada sebuah cerita ilustrasi yang menarik. Di suatu pagi yang cerah, seekor burung Elang mengamati kegiatan segerombolan Tawon yang terlihat sedang sibuk membuat sarang. Tampak seekor Tawon terbang hinggap di antara bunga-bunga hutan yang mekar, sambil mengisap sari madu, kemudian terbang kembali ke dahan menempatkan sari madu ke sarangnya. Karena penasaran dengan kegiatan Tawon itu maka sang Elang bertanya: “Hai Tawon kecil, untuk apa kalian repot membuat sarang sebesar itu ? Umurmu kan sangat pendek, kenapa harus susah-susah bekerja, mending santai-santai dan nikmati saja kehidupanmu yang singkat itu.” Sang Tawonpun menjawab: “Umurku memang tak sepanjang umurmu, tapi justru karena pendeknya waktu yang aku punya, maka aku tak akan menyia-nyiakannya. Aku harus “bekerja giat dan lebih rajin” agar sarang kami bisa selesai sesingkat umur kami.” Elang-pun kembali berpendapat: “Untuk apa sarangmu harus diselesaikan cepat-cepat, toh kamu akan segera mati juga, dan kamu pun tak bisa menikmati sarang yang telah dibuat dengan susah payah.” Jawab Tawon: “Tuan elang yang gagah dan berumur panjang, kasihan sekali caramu berpikir. Justru karena umur kami yang singkat inilah harus kami hargai dengan sungguh-sungguh. Kami memang makhluk kecil dan berumur pendek, tapi kami bangga dan bahagia karena bisa berarti bagi makhluk lain, yaitu dengan memberi semua hasil kerja keras yang telah kami lakukan seumur hidup kami, itulah arti keberadaan kami.”
Isi
Melalui bacaan ketiga hari ini kita diajak untuk menghayati penjelasan Tuhan Yesus bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus. Buah selalu memberi manfaat bagi pihak lain yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri.
Demikianlah Filipus mewujudnyatakan arti berbuah yang sesungguhnya. Filipus langsung berangkat sebagai respon atas penugasannya dari Tuhan yang disampaikan oleh malaikat-Nya. Dia meninggalkan sebuah pelayanan yang sudah sangat sukses. Semua dilakukannya karena dia tidak memikirkan dirinya sendiri dan berbagai hal yang tentu sudah banyak diterimanya dari pelayanannya yang berhasil. Ketaatan, kasih, dan kesetiaanya kepada Tuhan lebih utama dan mendorong Filipus untuk langsung merespons perintah Tuhan. Dan benar saja, kasihnya kepada Tuhan dan panggilannya untuk mengasihi sesama berbuah pertobatan dan keselamatan bagi sesama.
Penutup
Panggilan seorang Kristen adalah menjadi ranting yang terus menempel pada pokok anggur dan menghasilkan buah yang bermanfaat bagi orang lain. Semua dapat terjadi jika kita hidup berlandaskan kasih Tuhan yang telah dianugerhkan-Nya kepada kita. Marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak bagi orang lain? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. Jika demikian, layakkah kita disebut murid-murid Yesus? Amin. [AAN].
Pujian: KJ. 422 : 1 – 3 Yesus Berpesan
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Wonten cariyos ilustrasi ingkang sae. Ing sawijining enjing ingkang cerah, wonten peksi Elang ingkang ngemataken aktivitas Tawon ingkang katon sibuk damel susuh. Sawijining Tawon katon mabur ing antawising sekar wana ingkang saweg mekar, sanalika mendet sari madu lajeng mabur wangsul dhateng panggenanipun damel susuh lajeng nyalap sari madu ing susuhipun. Amargi penasaran kaliyan kegiatanipun Tawon punika, peksi Elang punika lajeng ngunjukaken pitakenan: “Heh Tawon cilik, kowe kok repot-repot gawe susuh gedhe ngono? Umurmu kan mung cekak, kok repot-repot nyambut gawe, luwih becik santai lan nikmati uripmu sing cekak.” Si Tawon mangsuli: “Umurku pancen ora sepira dibandhingke umurmu, mulane, aku ora bakal mbuwang wektuku. Aku kudu “kerja tenanan lan kudu luwih sregep” supaya susuhku bisa ndang rampung amarga umurku mung cekak.” Peksi Elang mangsuli malih: “Yagene susuhmu kok kudu cepet rampung, kowe kan bakal ndang mati, malah kowe ora bisa ngrasakake susuhmu sing mbok gawe karo rekasa.” Wangsulane Tawon: “He elang sing gagah lan dawa umure, aku isin karo caramu mikir. Yen caraku mikir, amarga umurku cekak mulane aku kudu bener-bener ngetokake manfaat kangge liyane. Pancen aku makhluk cilik lan cekak umur, nanging aku bangga lan seneng amarga isa migunani kanggo liyan; yaiku kanthi ninggali asil kerjaku kang angel lan abot iki. Kuwi artine urip kanggo aku.”
Isi
Lumantar waosan kaping tiga dinten punika kita kadhawuhan ngugemi piwucalipun Gusti Yesus, bilih pang ingkang wonten ing pokok anggur punika tegesipun tiyang pitados ingkang tetep wonten ing Gusti. Gesang ing Gusti Allah punika tegesipun gesang ingkang caket-rumaket lan tansah ngugemi dhawuh pangandikanipun Gusti Allah. Nalika nempel dhumateng pokok anggur, pang punika badhe dipun jangkepi kalayan maneka warni kabetahanipun kanthi cara ingkang ngedab-edabi satemah saged ngasilaken woh. Pang ingkang saged ngetokaken woh punika ingkang pantes dipun sebut pandherekipun Gusti Yesus. Woh-wohan punika tamtu ndhatengaken manfaat kangge tiyang sanes ingkang methik, sanes kangge pang punika piyambak.
Mekatena Filipus mujudaken makna sejatining woh (berbuah). Filipus langsung bidhal minangka respons tumrap tugasipun saking Gusti Allah ingkang dipun aturaken dening malaekat. Filipus ninggalaken peladosan ingkang sampun kagolong sukses sanget. Sedaya punika dipun tindakaken amargi Filipus mboten namung mikiraken dhirinipun piyambak lan sedaya peparing ingkang tamtunipun sampun dipun tampi amargi kasuksesan peladosanipun. Kataatan, katresnan, lan kasetyanipun dhumateng Gusti Allah langkung ageng lan motivasi Filipus supados enggal nanggepi dhawuhipun Gusti. Lan kita saged ningali, katresnanipun Filipus dhumateng Gusti Allah lan katresnanipun dhumateng sesami nguwohaken pamratobat lan kawilujengan kangge sesami.
Penutup
Timbalan kangge kita sedaya minangka tiyang Kristen, pandherekipun Gusti, inggih punika dados pang ingkang terus nempel ing wit/pokok anggur lan ngasilaken woh ingkang migunani kangge sesami. Sedaya punika saged kelampahan menawi kita tansah gesang adhedhasar katresnanipun Gusti Allah ingkang sampun dipun paringaken dhateng kita. Cobi samangke kita raos-raosaken, kawontenan kita punika punapa sampun ndhatengaken manfaat ingkang sae? Supados gesang kita saged migunani kangge sesami, langkung rumiyin kita kedah tetep wonten ing Gusti. Pengalaman nedahaken yen kita ngandelaken kakiyatan kamanungsan kita, punika sedaya namung ndadosaken kita namung manfaataken tiyang sanes kangge kauntungan dhiri kita piyambak. Menawi mekaten, punapa kita pantes sinebut pandherekipun Gusti? Amin. [AAN].
Pamuji: KPJ. 431 : 1 – 3 Gusti Adawuh