Berani Bersaksi Menegakkan Perdamaian dan Keadilan Khotbah Minggu 26 Mei 2024

13 May 2024

Minggu Tri Tunggal Kudus | Bulan Kespel
Stola Putih

Bacaan 1: Yesaya 6 : 1 – 8
Mazmur: Mazmur 29
Bacaan 2: Roma 8 : 12 – 17
Bacaan 3: Yohanes 3 : 1 – 17

Tema Liturgis: GKJW sebagai Saksi dan Pelayan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Berani Bersaksi Menegakkan Perdamaian dan Keadilan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 6 : 1 8
Yesaya 6:1-8 menggambarkan krisis politik dimana raja Uzia[1] yang telah lama berkuasa dan membawa stabilitas politik telah meninggal. Pada masa inilah Tuhan (Adonay) menyatakan diri kepada Yesaya sebagai Tuan atas segala tuan dan Tuan yang memiliki kekuasaan tertinggi di bumi dan di surga. Pada ayat 1-4 Yesaya melihat Tuhan sedang “duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang”. Kata “duduk di atas takhta” menyatakan sifat atau keadaan Tuhan bahwa Dia adalah Raja yang bertakhta, yang memiliki kekuasaan dan keagungan yang luar biasa. Dia juga Tuhan yang kudus sebagaimana diserukan oleh Serafim sampai tiga kali. Seruan para Serafim tentang kekudusan Tuhan yang disebut sebanyak tiga kali secara berturut-turut menyatakan bahwa kekudusan adalah keunggulan dan kekuatan TUHAN yang tiada bandingnya. Bahkan seruan itu mengakibatkan ambang pintu bergoyang dan rumah itu dipenuhi dengan asap.

Penglihatan tersebut membuat Yesaya sadar bahwa ia berada dalam keadaan nyaris mati, celaka, dan takut karena ia berhadapan dengan TUHAN yang kudus. Yesaya sadar bahwa ketakutan yang dialaminya disebabkan oleh ketidaksempurnaannya secara moral di hadapan Allah sehingga ia pun mengakui dosanya dan dosa bangsanya bahwa mereka adalah orang-orang yang najis bibir. Sikap ini menunjukkan kerendahan hatinya untuk mengakui bahwa kekudusan TUHAN adalah mutlak dan Yesaya tidak berkompromi dengan kenajisan dirinya dan bangsanya. Setelah mengakui kenajisan diri dan bangsanya, kemudian Yesaya melihat  “salah satu dari para Serafim itu terbang kepadaku dan di tangannya (terdapat) bara yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: Lihatlah, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni.Bibir menjadi fokus penyucian yang dilakukan oleh Allah melalui para Serafim. Hal ini sesuai dengan pengakuan dosa yang disampaikan oleh Yesaya setelah ia mendengar seruan tentang kekudusan TUHAN yang disampaikan oleh para Serafim. Setelah mengalami proses perjumpaan dengan TUHAN dan dikuduskan oleh TUHAN sebagai bagian persiapan yang dilakukan TUHAN baginya, pada akhirnya Yesaya menyatakan kesediaan dan komitmennya untuk diutus oleh TUHAN dengan segala konsekuensi yang akan dialaminya, “Ini aku, utuslah aku”.

Roma 8 : 12 17
Dalam Roma 8:12-13 rasul Paulus membuat kontroversi antara dua cara hidup yang akibatnya pun mempunyai dua hasil berbeda. Hidup menurut daging berakhir dengan kematian, sedangkan hidup berdasarkan kuasa Roh membawa kepada kehidupan. Kata daging (Yunani: σάρξ – SARX) sebagai metafor atau gambaran kecenderungan manusia untuk mencari dan memiliki segala sesuatu yang membawa kepuasan langsung dan segera bagi diri sendiri dan tanpa memperhatikan perspektif spiritual. Sehingga dapat dipahami hidup “menurut daging” adalah hidup untuk hal-hal yang bersifat sementara, mengejar kepentingan diri sendiri dengan mengorbankan orang lain dan mengabaikan kehadiran Tuhan. Akibat dari cara hidup ini adalah kematian. Istilah “kematian” dalam konteks ini bukan berarti kematian secara jasmani melainkan kematian diri sebagaimana yang dikehendaki Allah, yaitu kematian rohani. Sedangkan mereka yang hidup oleh Roh memperoleh kehidupan, yaitu sebagai anak Allah (Ay. 14). Hal ini berarti menunjukkan bahwa orang beriman memiliki hubungan yang intim atau dekat dengan Tuhan seperti halnya hubungan anak dengan orangtuanya.

Hubungan tersebut diuraikan secara jelas pada ayat 15-16. Rasul Paulus menegaskan bahwa orang percaya telah menerima kuasa Roh Kudus. Siapa pun yang mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan mengakuinya dengan kuasa Roh Kudus (bnd 1 Kor. 12:3). Hal tersebut menjadi bukti yang cukup untuk menjadi pribadi di dalam Kristus, yaitu diangkat menjadi anak-anak-Nya. Melalui iman, baptisan dan melalui kuasa Roh Kudus orang beriman mempunyai hubungan baru dengan Allah sehingga dapat berseru “ya Abba, ya Bapa.” Kata “Abba” adalah istilah Aram untuk ayah. Kata ini kurang formal dibandingkan “Ab” yang juga berarti ayah. Namun Abba biasanya merupakan kata yang dipakai di rumah ketika anak-anak memanggil ayah mereka. Dengan menggunakan istilah “Abba” rasul Paulus di sini hendak menunjukkan betapa dekatnya hubungan atau relasi orang beriman dengan Tuhan. Pada ayat 17 rasul Paulus menegaskan bahwa orang beriman tidak hanya sebagai anak-anak Allah tetapi juga sebagai ahli waris Allah dan ahli waris bersama dengan Kristus jikalau mau ikut menderita bersama Dia agar juga dimuliakan bersama Dia. Penderitaan yang dimaksud di sini adalah penderitaan yang mungkin terjadi pada masa sekarang. Faktanya, penderitaan orang beriman muncul dari kesetiaannya kepada Kristus dalam segala keadaan.

Yohanes 3 : 1 17
Latar belakang terjadinya percakapan antara Tuhan Yesus dengan Nikodemus adalah sikap percaya orang-orang Yahudi setelah melihat tanda yang dibuat oleh Tuhan Yesus (lih. pasal 2:18, 23-25). Nikodemus adalah salah satu dari mereka (orang Farisi) yang percaya kepada Tuhan Yesus karena melihat tanda-tanda yang telah dilakukan-Nya. Sebagai pemimpin agama Yahudi ia menganggap bahwa dirinya memahami siapa sesungguhnya Tuhan Yesus dan siapa Allah. Ia bersaksi bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah dan bahwa Allah hadir di dalam-Nya sehingga mampu mengadakan tanda-tanda atau mujizat dalam bentuk mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:11) dan menyucikan bait Allah (Yoh. 2:13-25). Ia menganggap keajaiban atau mukjizat itu adalah bukti kehadiran Allah (Yoh. 3:1-2). Namun, karena kurangnya keberanian dan komitmen, Nikodemus datang mengunjungi Tuhan Yesus pada malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa ia bukannya menjadi pengikut Tuhan Yesus, tetapi juga tidak mau terlihat bersama dengan Tuhan Yesus. Hal inilah yang menyebabkan Tuhan Yesus tidak tersanjung dan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Nikodemus.

Oleh karena itu, pada ayat 3-13 Tuhan Yesus memberikan penjelasan bahwa melihat tanda saja tidak cukup. Kerajaan Allah tidak dapat dideteksi dengan mata jasmani. Hal ini lebih merupakan kenyataan yang hanya dapat dilihat melalui mata Roh setelah seseorang dilahirkan kembali atau lahir baru.  Namun di sini Nikodemus tidak mampu memahami apa yang disampaikan Tuhan Yesus sehingga ia mengajukan pertanyaan “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi? Pertanyaan ini menunjukkan bahwa Nikodemus masih memahami pengajaran Tuhan Yesus itu secara manusiawi, lahiriah dan hanya menggunakan nalar pikiran saja. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus kemudian menjawab pertanyaan tersebut melalui dua paralelisme yang sama, yaitu: “tidak seorang pun dapat melihat Kerajaan Allah atau tidak seorang pun dapat memasuki Kerajaan Allah”, “tanpa dilahirkan dari atas atau tanpa dilahirkan dari air dan Roh.” Melihat dan memasuki kerajaan Allah adalah dua cara untuk mengekspresikan realitas yang sama, seperti halnya dilahirkan dari atas dan dilahirkan dari air dan Roh. Orang yang telah diterangi oleh pengalaman bersama Putra Tunggal Allah, Tuhan Yesus, yang kemudian dapat merenungkan (melihat) kerajaan dan berpartisipasi penuh di dalamnya (memasukinya). Mengalami kerajaan Allah adalah sebuah kemungkinan yang ada saat ini namun hanya bagi mereka yang telah sadar secara rohani.

Selanjutnya pada ayat 14-17 Tuhan Yesus menegaskan anugerah hidup baru yang diberikan Allah sebagai kehidupan kekal dan sebagai bagian kerajaan Allah. Kedua frasa tersebut mengacu pada realitas yang sama, meskipun penekanannya pada aspek yang berbeda. Kehidupan kekal adalah kehidupan yang dibentuk dan sepenuhnya bergantung pada kasih Tuhan. Ini bukan sebatas kehidupan di surga setelah kematian. Hal ini dimulai sekarang, pada saat orang-orang percaya mempercayakan hidup mereka kepada Tuhan Yesus. Ketika orang percaya menerima kehidupan kekal, mereka masuk ke dalam suasana pemerintahan kerajaan Allah di sini dan saat ini. Mereka menjadi warga kerajaan Allah, tunduk pada peraturan Allah, dan bergantung pada bimbingan Roh yang membawa manusia selaras dengan tujuan karya Allah, yaitu menerima anugerah keselamatan (Ay. 17)

Benang Merah Tiga Bacaan:
Mengakui kemahakuasaan, keagungan, dan karya Allah adalah pondasi dasar untuk berani bersaksi dalam kehidupan sehari-hari (Mat. 3:1-17). Hal ini tidak hanya dengan melihat tanda, mujizat, dan berkat dari Allah tetapi juga melalui relasi perjumpaan dan kedekatan kita dengan Allah, yakni sebagai anak-anak Allah (Roma 8:12-17). Proses perjumpaan dengan Allah serta menerima pengudusan Allah merupakan bagian persiapan yang dilakukan Allah sendiri. Hal ini akan memampukan kita untuk menyatakan kesediaan dan komitmen diutus oleh Allah, “Ini aku, utuslah aku” dengan segala konsekuensi atau resiko yang akan terjadi (Yes. 6:1-8).

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing) 

Pendahuluan
Sebagai umat TUHAN tentu kita mengakui dan merasakan berkat TUHAN senantiasa ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Berkat itu bisa berupa nafas hidup, kesehatan, kekuatan, harta kekayaan, keberhasilan dalam (bekerja, membuka usaha, sekolah atau kuliah, membangun keluarga harmonis) dan lain sebagainya. Apakah bapak, ibu, saudara/i merasakan berkat tersebut? (berikan kesempatan warga untuk menjawab). Jika iya, siapakah di antara bapak, ibu, saudara/i yang mau bersaksi dalam ibadah saat ini? Silakan maju. (Beri kesempatan satu warga untuk bersaksi dan umat yang lain mendengarkannya). 

Isi
Nikodemus adalah seorang Farisi yang juga memiliki jabatan penting sebagai pemimpin Agama Yahudi. Sebagai seorang pemimpin agama Yahudi ia menganggap bahwa dirinya memahami siapa sesungguhnya Tuhan Yesus dan siapa Allah. Ia bersaksi bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah dan Allah hadir di dalam-Nya sehingga mampu mengadakan tanda-tanda atau mujizat dalam bentuk mengubah air menjadi anggur (Yoh. 2:11) dan menyucikan bait Allah (Yoh. 2:13-25). Ia mengakui keajaiban atau mukjizat itu adalah bukti kehadiran Allah (Yoh. 3:1-2). Namun karena kurangnya keberanian, kesungguhan, dan komitmen terhadap pengakuannya itu, Nikodemus datang mengunjungi Tuhan Yesus pada saat malam hari. Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak mau terlihat bersama dengan Tuhan Yesus apalagi menjadi pengikut-Nya. Namun bisa saja, Nikodemus takut kehilangan jabatannya sebagai pemimpin agama Yahudi. Hal inilah yang menyebabkan Tuhan Yesus tidak tersanjung dan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Nikodemus itu.

Mendengarkan kesaksian Nikodemus tersebut, Tuhan Yesus memberikan penjelasan bahwa melihat tanda saja tidak cukup. Kerajaan Allah tidak dapat dideteksi dengan mata jasmani. Hal ini lebih merupakan kenyataan yang hanya dapat dilihat melalui mata Roh setelah seseorang dilahirkan kembali atau lahir baru. Namun di sini Nikodemus tidak mampu memahami apa yang dikatakan Tuhan Yesus sehingga ia mengajukan pertanyaan lagi “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi? Pertanyaan ini menunjukkan bahwa Nikodemus masih memahami pengajaran Tuhan Yesus itu secara manusiawi, lahiriah, dan hanya menggunakan akal pikiran saja. Dari sini kita belajar bahwa akal, pikiran, dan logika manusia tidak akan mampu memahami karya Allah. Manusia membutuhkan anugerah Allah untuk memahami karya-Nya, yaitu hidup baru dan menjadi bagian kerajaan Allah. Kehidupan yang dibentuk dan sepenuhnya bergantung pada kasih Tuhan. Ini bukan sebatas kehidupan di surga setelah kematian, akan tetapi dimulai sekarang, pada saat kita mempercayakan hidup kepada Tuhan Yesus.

Rasul Paulus juga menegaskan bahwa orang percaya telah menerima kuasa Roh Kudus. Siapa pun yang mengakui Tuhan Yesus sebagai Tuhan mengakui-Nya dengan bimbingan kuasa Roh Kudus (bnd 1 Kor. 12:3). Hal tersebut menjadi bukti yang cukup untuk menjadi pribadi di dalam Kristus, yaitu diangkat menjadi anak-anak-Nya. Dalam Roma 8:17 rasul Paulus juga menegaskan bahwa orang beriman tidak hanya sebagai anak-anak Allah, tetapi juga sebagai ahli waris Allah dan ahli waris bersama dengan Kristus jikalau mau ikut menderita bersama Dia agar juga dimuliakan bersama Dia. Penderitaan yang dimaksud di sini adalah penderitaan yang mungkin terjadi pada masa sekarang ini. Pada kenyataanya penderitaan orang beriman muncul dari kesetiaannya kepada Tuhan Yesus Kristus dalam segala keadaan. Hal ini seharusnya tidak membuat kita takut dan gentar untuk bersaksi, tetapi justru semakin memantapkan kesediaan dan komitmen untuk siap diutus oleh TUHAN dengan segala konsekuensi yang akan kita alami. Pada akhirnya kita pun juga mampu menyatakan sebagaimana yang diungkapkan nabi Yesaya, “Ini aku, utuslah aku”.

Penutup

  1. Dalam kalender gereja saat ini kita menghayati Minggu Tri Tunggal Kudus atau Minggu Trinitas. Sebagai umat Tuhan, marilah kita senantiasa mengakui kemahakuasaan, keagungan, dan menyaksikan karya Allah Yang Esa atau Allah Tri T Allah Bapa sebagai pencipta dunia dan segala isinya, Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat umat manusia dan Roh Kudus yang senantiasa menuntun dan membimbing kehidupan kita.
  2. Pengakuan Allah Tri Tunggal itu biarlah juga menjadi sumber kekuatan dan keberanian bagi kita untuk terus bersaksi, memberlakukan kasih, kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera bagi keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Tentu hal ini tidaklah mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Selama kita mau berproses mengalami perjumpaan dengan TUHAN, dikuduskan oleh Tuhan, dan memiliki kerendahan hati mengakui kemahakuasaan TUHAN, tidak mengandalkan kekuatan kita sendiri dan siap dengan segala resikonya, tentu kita mampu melakukannya. Bersediakah saudara diutus oleh TUHAN untuk menjadi saksi-Nya? Amin. [AS].

 

Pujian: KJ.  426 : 1 – 4  Kita Harus Membawa Berita

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Minangka umatipun Gusti Allah, tamtunipun kita sedaya sami ngakeni lan ngraosaken berkahipun Gusti Allah tansah rumentah ing salebeting gesang kita padintenan. Berkah punika saged mawujud ambegan, pinaringan raga ingkang sehat, kakiyatan, bandha donya, kasil anggenipun (nyambut damel, mbikak usaha, sekolah/kuliah, mbangun kulawarga ingkang rukun utawi harmonis) lan sanesipun. Punapa bapak, iIbu lan sadherek sami ngraosaken berkah ingkang kasebataken kalawau? (paring wekdal dhateng warga kangge mangsuli pitekenan). Bilih inggih, sinten ing antawisipun bapak, ibu, lan sadherek ingkang kersa paring paseksi utawi bersaksi ing salebeting pangabekti punika? Kaaturan majeng (paring wekdal salah satunggal warga kangge ngaturaken paseksi utawi bersaksi).

Isi
Nikodemus salah satunggaling tiyang Farisi ingkang kagungan panguwaos minangka pengageng Agami Yahudi. Minangka pengageng Agami Yahudi, piyambakipun nganggep saestu mangertos sinten saestunipun Gusti Yesus lan sinten Gusti Allah. Piyambakipun paring paseksi bilih Gusti Yesus punika pinangkanipun saking Gusti Allah. Semanten ugi Gusti Allah tansah manjing wonten ing Gusti Yesus temahan saged ngawontenaken pratandha utawi mujizat ngubah toya dados anggur (Yok. 2:11) lan kuwaos nyucekaken padaleman suci (Yok. 2:13-25). Nikodemus ngakeni bilih pratandha utawi mujizat punika dados bukti panguwaosipun Gusti Allah (Yok. 3:1-2). Nanging karana kirang kendel lan temen ing bab pengakenipun wau, Nikodemus murugi Gusti Yesus ing wanci dalu. Punika mratelakaken bilih piyambakipun mboten purun ketingal sesarengan Gusti Yesus punapa malih dados pandherekipun. Saged ugi Nikodemus punika ajrih kecalan panguwaosipun minangka pengageng Agami Yahudi bilih punapa ingkang katindakaken punika kapriksan dening tiyang Yahudi sanesipun. Prekawis punika ingkang dadosaken Gusti Yesus mboten rumaos bombong lan pitados punapa ingkang dipun aturaken dening Nikodemus.

Midhangetaken paseksinipun Nikodemus kalawau, Gusti Yesus paring piwucal bilih nitipriksa pratanda mawon mboten cekap. Kratoning Allah mboten saged dipun pirsani kanthi soca jasmani. Bab punika estunipun kasunyatan ingkang saged dipun pirsani kanthi soca rohani, saksampunipun tiyang punika kalairaken malih utawi lair enggal. Ananging ing ngriki Nikodemus mboten kuwawi mangertosi punapa ingkang dipun dhawuhaken dening Gusti Yesus mila piyambakipun paring pitakenan, “Tiyang sampun sepuh mekaten anggenipun saged lair kadospundi? Punapa saged lumebet malih guwa garbaning biyungipun, lajeng kalairaken malih? Pitekenan punika mratelakaken bilih Nikodemus taksih nampi piwucalipun Gusti Yesus punika secara kamanungsan, tata lair lan namung migunakaken nalar pikiranipun piyambak. Saking ngriki kita pikantuk piwucal bilih pikiran lan nalaripun manungsa mboten kuwawi mangertosi pakaryanipun Allah. Manungsa mbetahaken kanugrahanipun Allah kangge mengertosi pakaryanipun, inggih punika gesang enggal lan dados peranganipun Kratoning Allah. Gesang ingkang kabentuk lan sawetahipun gumantung saking katresnanipun Allah. Punika mboten namung winates gesang ing swarga saksampunipun seda, ananging dipun wiwiti sakpunika wekdal kita mitadosaken saha masrahaken gesang wonten ngarsanipun Gusti Yesus.

Rasul Paulus ugi negasaken menawi tiyang pitados sampun nampi panguwaosipun Roh Suci. Sinten kemawon ingkang ngakeni bilih Gusti Yesus punika dados Gusti, pengaken punika karana panguwaosipun Roh Suci (bnd 1 Kor. 12:3). Bab punika dados bukti ingkang cekap gesang wonten ing Sang Kristus inggih punika kaangkat dados putra-putranipun Allah. Wonten ing Rum 8:17 rasul Paulus ugi negesaken menawi tiyang pitados mboten namung dados putra-putranipun Allah, ananging ugi minangka ahli warisipun Allah lan ahli waris sesarengan Sang Kristus bilih purun nandhang sangsara supados ugi kamulyakaken kalawan Panjenenganipun. Kasangsaran punika inggih kasangsaran ingkang saweg kita lampahi wekdal punika. Dados kasunyatan bilih kasangsaranipun tiyang pitados tuwuh saking kasetyanipun dhumateng Gusti Yesus Kristus ing sadhengah kahanan. Prekawis punika kedahipun mboten ndadosaken kita ajrih (Rum. 8:15) lan giris kangge paseksi martosaken pakaryanipun Allah, ananging sangsaya madhep mantepaken kasedyan lan tekad kita kautus dening Allah. Temahan ing pungkasanipun kita ugi kuwawi cumadhang lan sumadya kados dene ingkang dipun dhawuhaken nabi Yesaya, “Sumangga, mugi karsaa ngutus kawula.

Panutup

  1. Wekdal punika kita sami ngresepi Minggu Tri Tunggal Kudus utawi Minggu Trinitas. Minangka umatipun Allah, sumangga kita tansah ngakeni lan nyekseni pakaryanipun Allah Tritunggal. Allah Rama ingkang sampun nitahaken jagad lan saisinipun, Gusti Yesus Kristus ingkang dados Juru wilujeng kita lan Sang Roh Suci ingkang tansah paring panuntun saha ngreksa gesang kita.
  2. Wontenipun pengaken ingkang sampun kasebat ing inggil wau mugi saged dados sumbering kakiyatan lan kakendelan kita paring paseksi nelakaken utawi ngetrapaken katresnan, kayekten, kaadilan, lan tentrem rahayu kangge brayat, pasamuwan, masyarakat, bangsa lan negari. Kita sadar bilih bab punika mboten gampil katindhakaken, ewosemanten mboten ateges mboten saged katindhakaken. Ujer gesang kita punika ngraosaken dipun kanthi dening Gusti, kasucekaken Gusti, kanthi andhap asoring manah purun ngakeni panguwaosipun Gusti, mboten ngendelaken kakiyatan kita piyambak lan sumadya nampi maneka warni resiko, tamtunipun kita kuwawi nindhakaken. Punapa panjenengan sumadya lan cumadhang kautus dening Gusti minangka seksinipun? [AS].

 

Pamuji: KPJ. 339 : 1 – 4  Iba Dennya Mbingahaken

[1] Raja Uzia memerintah atas Yehuda kurang lebih lima puluh tahun lamanya. Awal kepemimpinannya, ia melakukan yang benar di mata TUHAN (2 Raja 15:3) dan TUHAN membuatnya berhasil (2 Taw. 26:4- 5). Yehuda mengalami keberhasilan ekonomi (2 Taw. 26:6-15). Namun setelah ia merasa bahwa kekuasaannya telah kokoh, ia menjadi sombong. Ia membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan yang seharusnya dilakukan oleh para imam (2 Taw. 26:16-18). Akhirnya, TUHAN menulahi kusta pada tubuhnya (2 Taw. 26:19-20). Ia dikucilkan dari rumah TUHAN dan tinggal di rumah pengasingan hingga kematiannya (2 Taw. 26:21).

Renungan Harian

Renungan Harian Anak