Pentakosta | Bulan Kespel
Stola Merah
Bacaan 1: Yehezkiel 37 : 1 – 14
Mazmur: Mazmur 104 : 24 – 34
Bacaan 2: Roma 8 : 22 – 27
Bacaan 3: Yohanes 15 : 26 – 27; 16 : 4b – 15
Tema Liturgis: GKJW sebagai Saksi dan Pelayan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Roh Kebenaran yang Membawa Pengharapan
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yehezkiel 37 : 1 – 14
Kitab Nabi Yehezkiel adalah salah satu kitab nabi-nabi besar yang diberi judul sesuai dengan karakter utamanya, Yehezkiel. Ia yang seorang imam sekaligus nabi. Kitab ini berisi nubuatan dan cerita penglihatan yang diterima Yehezkiel di masa krisis yang dialami oleh Israel. Konteks historis kitab ini adalah masa pembuangan ke Babel. Sebuah masa penuh tragedi dimana Yehuda dikalahkan, Bait Allah dihancurkan, dan sebagian rakyatnya diangkut ke tanah sang penjajah, Babel. Strategi pembuangan ini dilakukan Kerajaan Babilonia agar Yehuda tidak mampu bangkit untuk membangun kembali kekuatan politik, militer, dan spiritual mereka. Masa pembuangan bukan hanya menjadi masa kekelaman, namun juga masa penting bagi spiritualitas Israel. Umat pilihan Allah itu sedang kehilangan harga diri dan kemerdekaannya sebagai sebuah bangsa, lalu dipaksa untuk berhadapan dengan refleksi iman dan spiritual yang menantang. Di masa kegelapan inilah, justru banyak suara kenabian diserukan.
Yehezkiel termasuk ke dalam kelompok orang terbuang, namun ia terus menyuarakan peringatan, teguran, dan juga pengharapan, baik bagi sesama orang Israel di Babel dan juga mereka yang tertinggal di Yehuda. Bagian bacaan kita berisi penglihatan soal pengharapan akan kebangkitan Israel. Pasal 37 dimulai dengan gambaran bagaimana kekuasaan TUHAN membawanya keluar dan dengan perantaraan Roh-Nya (Ibr. ruakh YHWH) dia dibawa ke sebuah lembah yang penuh dengan tulang belulang (Ay. 1). Bagi orang Yahudi, tulang termasuk benda yang najis, sehingga lembah itu pastilah penuh kenajisan. Mungkin tulang belulang itu adalah milik bala tentara Yehuda yang menjadi korban perang. Di sana Yehezkiel berkeliling-keliling dan melihat banyak sekali tulang yang telah mengering (Ay.2), nampaknya ini karena tulang belulang itu sudah berada di sana dalam kurun waktu yang sangat lama. Di hadapan pemandangan ini, TUHAN bertanya kepada Yehezkiel, ”Hai anak manusia, dapatkan tulang-tulang ini dihidupkan kembali?” (Ay. 3). Tentu mustahil menghidupkan kembali tulang belulang yang telah lama kering itu, namun secara diplomatis Yehezkiel mengembalikan masalah itu pada TUHAN, karena ia tahu tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Nubuatan mengenai kebangkitan tulang-tulang mengering di ayat 4-6, merupakan metafor pemulihan dan kebangkitan kembali bangsa Israel dan membuktikan bahwa Tuhan senantiasa berotoritas dan berkuasa untuk membangkitkan Israel. Di ayat 7-10, setelah Yehezkiel menyampaikan nubuatannya, terdengarlah suara berderak tanda tulang-tulang itu bertemu, lalu urat, daging, dan kulit tumbuh menutupinya. Kemudian Yehezkiel diminta untuk menubuatkan nafas hidup, sehingga orang-orang yang terbunuh itu hidup kembali dan menjadi barisan bala tentara yang besar. Nampaknya metafora kebangkitan tulang belulang yang telah mengering ini dijelaskan di ayat 11-14, bahwa TUHAN sebenarnya sedang memberikan pengharapan bagi orang Israel yang iman dan harapannya telah mengering. Dia memberikan janji untuk membawa bangsa Israel kembali ke tanahnya dan memulihkan perjanjian dengan umat pilihan-Nya.
Demikianlah, melalui penglihatan dan nubuatan Nabi Yehezkiel dinyatakan bahwa kasih dan pengampunan TUHAN lebih berkuasa daripada kekuatan maut. Perikop ini menyajikan penglihatan mengenai pengharapan dan pemulihan spiritual melalui pengampunan yang diberikan TUHAN sendiri. Bahwa di masa terkelam sekalipun Roh TUHAN (ruakh YHWH) berinisiatif untuk memberikan pengharapan dan pengampunan.
Roma 8 : 22 – 27
Rasul Paulus belum pernah ke Roma saat ia menulis surat kepada Jemaat di sana. Jemaat di kota Roma adalah Jemaat yang majemuk, karena terdiri dari orang Kristen berlatar belakang Yunani dan Yahudi. Karena belum pernah mengunjungi Jemaat ini, Paulus tidak dapat memberikan respon spesifik mengenai permasalahan yang dihadapi Jemaat. Oleh sebab itu, Paulus mengirimkan surat yang berisi tulisan teologis yang sistematis, yang menjadi pondasi bagi iman Jemaat di kota Roma. Di surat inilah, kita dapat melihat pendapat teologis rasul Paulus mengenai keselamatan, anugerah, iman, dan soal hidup dalam kebenaran.
Bacaan kita adalah bagian dimana Rasul Paulus membahas soal peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya. Ia mengawali argumentasinya dengan menyinggung konsekuensi dosa bagi manusia dan seluruh makhluk, yaitu “sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin.” (Ay. 22). Paulus menggunakan “sakit bersalin” sebagai metafora untuk menunjukkan penderitaan segenap makhluk ciptaan yang terpisah dari Tuhan sebagai akibat dari dosa. Sang Rasul melanjutkan, bahwa orang percaya yang telah “menerima karunia sulung Roh” juga turut mengeluh (Ay. 23) karena sedang menantikan penebusan yang mutlak, yaitu pembebasan tubuh jasmani. Kemudian Paulus menyebut keselamatan berada dalam pengharapan yang belum bisa kita lihat, meskipun demikian kita dapat percaya karena pengharapan ini berdasar janji dari Tuhan sendiri (Ay. 24-25). Namun memang masa menunggu bukanlah masa yang mudah, oleh sebab itu Paulus menyebut bahwa Roh tidak membiarkan kita sendirian. Bahkan saat kita tak tahu lagi bagaimana harus berdoa, Roh-lah yang membantu kita untuk berdoa (Ay. 26). Allah yang memiliki relasi intim dengan orang-orang percaya memahami bahwa Roh Kudus berdoa sesuai dengan kehendak-Nya (Ay. 27).
Teks ini menunjukkan peran Roh Kudus bagi seluruh ciptaan, dimana Ia memimpin, menghibur, dan menjadi perantara. Bahkan saat kita sudah terlalu lemah dan lelah dalam keluh untuk berdoa, Roh Kudus mewakili kita dalam menaikkan doa yang senantiasa sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Demikianlah, rasul Paulus menekankan soal pengharapan dan kepercayaan penuh pada Tuhan yang senantiasa turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dan keselamatan.
Yohanes 15 : 26 – 27; 16 : 4b – 15
Iman kepada Yesus memisahkan para murid dari dunia, karena mereka dipanggil ke dalam komunitas baru yang berlandaskan kasih. Namun tentu landasan kasih ini bertolak belakang dengan nilai-nilai yang dipercaya oleh dunia, sebab itulah kebencian dunia menjadi resiko mengikut Kristus. Karena itulah, Yesus memperingatkan para murid mengenai resiko yang harus mereka terima ini: ada harga yang harus mereka bayar dari keputusan mengikut Kristus.
Setelah menggambarkan tentang bagaimana dunia akan membenci para murid karena Diri-Nya (15:18-25), Tuhan Yesus lalu memberikan janji soal kedatangan Sang Parakletos (Penolong atau penghibur), yaitu Roh Kebenaran. Peran utama Parakletos adalah untuk memberikan kesaksian mengenai natur, pengajaran, dan karya penebusan yang telah dilakukan oleh Kristus (Ay. 26). Menariknya, peran Parakletos sebagai saksi juga mengejawantah pada para murid: “tetapi kamu juga harus bersaksi” (Ay. 27). Jika dipahami lebih dekat, perikop ini memberikan kesan paradoks, bukankah sulit jika harus bersaksi tentang Kristus pada dunia yang membenci mereka karena Kristus? Namun di frase terakhir di ayat 27, Yesus memberikan alasan-Nya: “karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.” Jadi telah jelas bahwa sebesar apapun kebencian dunia pada para murid, mereka tetap harus menjadi saksi, sebab mereka tak pernah sendiri. Kristus-lah yang berada bersama mereka (dan kita di masa kini) sejak dari mulanya.
Bagian bacaan selanjutnya (16:4b-15) menggambarkan bagaimana Tuhan Yesus melanjutkan penjelasan-Nya mengenai kedatangan Roh Kudus dan peran-Nya setelah Yesus kembali pada Bapa yang mengutus-Nya. Tuhan Yesus kembali mengingatkan tantangan dan penderitaan yang akan dihadapi para murid (Ay. 4a). Bahwa Ia juga akan segera meninggalkan mereka, karena harus kembali pada Sang Bapa yang mengutus-Nya. Namun, Yesus menenangkan mereka dengan menjelaskan bahwa kepergian-Nya adalah bagian dari karya penyelamatan Allah. Dimana Sang Penghibur hanya akan datang jika Yesus telah pergi untuk menginsafkan dunia (Ay. 7-8). Tuhan Yesus memang mengakui bahwa Ia belum menjelaskan segala hal (Ay. 4b) mengingat ketidaksiapan para murid. Namun, Roh Kebenaranlah yang akan menuntun mereka memahami rencana Allah (Ay. 13).
Dalam bagian ini, penginjil Yohanes menunjukkan bahwa Yesus mengetahui tantangan dan penderitaan yang harus dihadapi para murid-Nya. Namun demikian, Ia menjamin bahwa Parakletos akan datang. Bukan hanya untuk bersaksi bagi pekerjaan yang sudah dilakukan Kristus, namun juga memampukan para murid menjadi saksi bagi-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan hari ini sama-sama menjelaskan peran transformatif dari Roh Kudus (ruakh YHWH dalam PL dan parakletos dalam PB). Dimana Roh yang membangkitkan kembali tulang belulang kering itu adalah Roh Kebenaran yang sama memampukan setiap orang percaya untuk bersaksi.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Naskah Rancangan Khotbah ini disiapkan saat The Little Mermaid, menjadi film live action terbaru yang dikeluarkan oleh Disney. Secara garis besar, alur cerita versi live action ini tidak jauh berbeda dengan versi kartun yang dirilis di tahun 1989. Cerita berpusat pada seorang putri duyung yang bernama Ariel, ia adalah anak bungsu dari Raja Triton yang merupakan penguasa dari seluruh lautan. Ariel jatuh cinta pada seorang pangeran tampan, sehingga membuat dia berusaha menjadi manusia dengan segala upaya. Meski sempat menderita karena harus menukar suara indahnya untuk mendapat sepasang kaki. Akhirnya, Ariel dan pangeran tampan pun menikah dan hidup bahagia. Kebanyakan cerita putri-putri Disney memang berakhir “… and they live happily ever after.”
Namun, tahukah saudara bahwa sebenarnya Disney mengubah cerita The Little Mermaid dari versi asli yang ditulis oleh Hans Christian Andersen, seorang penulis cerita anak terkenal dari Denmark. Versi asli pertama kali dipublikasikan tahun 1837. Berbeda dengan versi Disney, versi aslinya justru cenderung lebih kelam dan menceritakan detil yang lebih mengerikan. Salah satunya adalah detil mengenai cara Ariel menyerahkan suaranya, ternyata suaranya tidak hanya keluar seperti cahaya dari tenggorokan, seperti di versi Disney. Namun, dengan cara memotong lidahnya. Kemudian, saat akhirnya ia mendapat sepasang kaki dan menggunakannya untuk berjalan, Ariel merasa kesakitan luar biasa karena setiap kali ia berjalan, ia seperti berjalan di atas pisau yang tajam. Ending dari versi asli juga jauh dari Happy ever after, karena pangeran tampan menikahi gadis yang lain dan Ariel berubah menjadi buih di lautan.
Pertanyaannya adalah mengapa Disney mengubah cerita The Little Mermaid sedemikian rupa sehingga jauh berbeda dengan versi aslinya? Menurut saya, Disney hanya mengikuti permintaan pasar. Dimana sejatinya sebagai manusia, kita tidak suka menderita. Jadi, kita juga tidak suka menonton penderitaan dan lebih suka pada cerita yang berakhir bahagia. Nah, berbeda dengan selera pasar para penonton Disney. Hari ini renungan kita berdasar pada tiga bacaan Alkitab yang justru disampaikan pada kondisi penuh derita.
Isi
Yehezkiel adalah seorang nabi sekaligus imam di Yehuda yang terbuang dari tanahnya. Ia mengalami dan menyaksikan sendiri banyak penderitaan dalam hidupnya. Suatu hari ruakh YHWH membawanya pada penglihatan mengenai tulang belulang yang sudah kering di sebuah lembah. Bagi orang Israel, segala bentuk bangkai adalah najis. Jadi, lembah itu pastilah juga najis. Namun Tuhan Allah Israel itu meminta Yehezkiel bernubuat, lalu Tuhan menghembuskan nafas kehidupan yang membangkitkan tulang belulang itu kembali menjadi sepasukan bala tentara besar. Dengan kebangkitan kembali tulang belulang itu, pemulihan terjadi bagi seluruh makhluk di lembah itu. Metafora dalam penglihatan Yehezkiel yang kita baca dalam perikop ini menunjukkan bahwa TUHAN sebenarnya sedang memberikan pengharapan bagi orang Israel yang iman dan harapannya telah mengering. Dia memberikan janji untuk membawa bangsa Israel kembali ke tanahnya dan memulihkan perjanjian dengan umat pilihan-Nya. Demikianlah, melalui penglihatan dan nubuatan nabi Yehezkiel dinyatakan kasih dan pengampunan TUHAN yang lebih berkuasa daripada kekuatan maut. Perikop ini menyajikan penglihatan mengenai pengharapan dan pemulihan spiritual melalui pengampunan yang diberikan TUHAN sendiri. Bahwa di masa terkelam sekalipun Roh TUHAN (ruakh YHWH) berinisiatif untuk memberikan pengharapan dan pengampunan.
Tuhan Yesus juga sudah memperingatkan para murid-Nya soal derita yang harus mereka tanggung. Penderitaan, menurut Yesus adalah konsekuensi logis dari iman kepada-Nya karena para murid mesti hidup dengan cara yang berbeda dari nilai-nilai yang dianut dunia. Para murid harus hidup berdasarkan nilai kasih. Namun demikian, Tuhan Yesus tidak membiarkan para murid-Nya dan kita saat ini sendirian. Dia menjanjikan kedatangan Sang Parakletos untuk menguatkan iman mereka dan membuat mereka mampu memberi kesaksian tentang karya, pengajaran, dan teladan yang sudah dilakukan oleh-Nya. Memang tidak semua hal bisa dimengerti, namun Tuhan Yesus menjamin bahwa Parakletos yang adalah Roh Kebenaran itu akan membimbing kita memahami pekerjaan penyelamatan yang telah, sedang, dan akan terus dikerjakan oleh Allah sendiri.
Memang penderitaan terkadang membuat kita merasa lelah, lemah, dan ingin menyerah. Sebagai rasul Kristus yang telah banyak mengalami derita karena pekerjaan Injil, rasul Paulus memiliki pandangan teologis yang menarik. Ia mengingatkan jemaat Roma bahwa semua makhluk menerima akibat dari dosa, yaitu terpisah dari Tuhan Sang Pencipta. Sebagai orang percaya, kita pun tidak bisa lepas dari penderitaan. Oleh sebab itu, Tuhan mengaruniakan Roh-Nya agar kita tak berjalan sendirian. Rasul Paulus berusaha menunjukkan peran Roh Kudus bagi seluruh ciptaan, dimana Sang Roh memimpin, menghibur, dan menjadi perantara. Bahkan saat kita sudah lemah dan lelah dalam keluh untuk berdoa, Roh Kudus mewakili kita dalam menaikkan doa sesuai dengan kehendak Allah sendiri. Demikianlah, Rasul Paulus menekankan soal pengharapan dan kepercayaan penuh kepada Tuhan yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan dan keselamatan.
Penutup
Roh Kudus telah hadir dan berkarya sejak dari mulanya. Jika dalam PL kita berjumpa dengan ruakh YHWH (Ibr.), dalam PB kita menemukan Parakletos (Yun.). Tradisi biblis menggambarkan peran salah satu pribadi dalam relasi trinitaris ini sebagai bagian dari karya penyelamatan yang dirancang oleh Sang Bapa. Roh Kudus tidak hanya berperan dalam kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus saja, namun juga terus berkarya pasca kembalinya Yesus ke surga. Hari ini kita memperingati hari Pentakosta, hari dimana Roh Kudus turun dan memampukan para orang percaya untuk bangkit dari penderitaan, keterpurukan, dan ketakutan mereka. Bangkit menjadi lebih kuat dan lebih berani untuk bersaksi mengenai Kristus dalam kata dan karya mereka.
Roh Kudus yang sama juga telah, sedang, dan akan terus dianugerahkan bagi kita sebagai Sang Parakletos, yang memberikan penghiburan, kekuatan, dan menunjukkan kebenaran-Nya. Masalahnya, sebagai orang percaya, terkadang kita lebih sering menggunakan kekuatan kita dan kebenaran diri kita sendiri, sehingga seringkali kita lupa bahwa sebenarnya kita ini sudah dianugerahi Roh Kudus. Oleh sebab itu, mari kita kembali kepada kehidupan kita masing-masing, kembali ke pergumulan, dan segala jenis penderitaan kita. Memang terkadang kita harus menghadapi kehidupan dalam versi Hans Christian Andersen, yang ternyata lebih gelap dan kelam daripada versi happy ever after. Namun, mari kita terus mengingat bahwa Sang Parakletos senantiasa beserta, apapun musim hidup yang sedang kita alami. Selamat melanjutkan hidup dengan bersaksi dalam kuasa Sang Parakletos. Amin. [Rhe].
Pujian: KJ. 237 : 1 Roh Kudus, Tetap Teguh
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Rancangan Khotbah punika dipun cawisaken nalika The Little Mermaid dados film live action ingkang enggal saking Disney. Alur carita film versi live action punika mboten benten kaliyan versi kartunipun ingkang dipun damel ing taun 1989. Ingkang dados pusating carita inggih punika satunggaling putri duyung ingkang naminipun Ariel. Piyambakipun punika putri bungsu saking Raja Triton ingkang dados panguwaosipun samudra raya. Kacariyosaken Ariel tresna dhateng satunggiling pangeran ingkang adi, karana punika Ariel ngupaya supados piyambakipun saged dados manungsa mawi maneka cara. Sanadyan piyambakipun kedah nandhang sangsara awit piyambakipun kedah kecalan suwantenipun ingkang endah supados piyambakipun angsal gantos sapasang suku kangge mlampah dados manungsa. Ing pungkasanipun Ariel lan pangeran ingkang adi punika nenikahan lan gesang kanthi sukabingah. Kados cariyos putri-putri Disney sanesipun ingkang pungkasanipun gesang kebak kabingahan.
Nanging punapa panjenengan mangertos bilih Disney sampun ngowahi cariyos The Little Mermaid punika saking versi aslinipun seratan Hans Christian Andersen, satunggaling juru tulis carita anak ingkang kasuwur saking Denmark. Versi ingkang asli, kaping pisan dipun umumaken taun 1837. Benten kaliyan versi Disney, ing versi aslinipun cariyosipun Ariel punika dipun cariyosaken langkung sedih lan ngeri. Salah satunggalipun inggih punika nalika Ariel kecalan suwantenipun, sanyatanipun suwantenipun putri Ariel punika boten namung medhal kados cahya saking gulunipun kados film ing versi Disney, nanging kanthi cara nugel ilatipun Ariel, lajeng piyambakipun nembe pikantuk sapasang suku ingkang dipun ginakaken kangge mlampah. Sanesipun Ariel ngraosaken sakit sanget, nalika piyambakipun miwiti mlampah, piyambakipun kados lumampah ing inggilipun ladhing ingkang landhep. Lan ing pungkasan carita versi aslinipun ugi langkung nyedihaken, karana pangeran ingkang adi punika nenikahan kaliyan tiyang estri sanesipun. Ariel piyambak dados buih ing samudra.
Pitakenanipun kenging punapa Disney ngowahi carita The Little Mermaid punika tebih sanget saking versi aslinipun? Miturut pemanggih kula, Disney namung nuruti punapa ingkang dados panyuwunanipun pasar, ing pundi sejatosipun mboten wonten manungsa ingkang remen sangsara. Kita ugi mboten remen ningali film ingkang isinipun kasangsaran, kita langkung remen ningali film ingkang pungkasan caritanipun mbingahaken. Wangsulan saking pitakenan inggil kalawau awit karana carita aslinipun benten kaliyan panyuwunan para penonton Disney. Reraosan kita ing dinten punika kalandesan 3 waosan kitab Suci ingkang dipun tuturaken nalika kahanan kebak kasangsaran.
Isi
Yehezkiel punika nabi ugi imam ing Yehuda, ingkang dipun bucal saking papanipun. Yehezkiel ngalami lan nyekseni piyambak sakathahing kasangsaran salebeting gesangipun. Ing sawijining dinten ruakh YHYH mbekta piyambakipun, Yehezkiel dipun paringi paningal balung-balung ingkang garing wonten salebeting ngare. Kanggenipun tiyang Israel, sedaya rupa balung punika najis. Dados, ngare punika ugi najis. Lajeng Gusti Allah Israel punika nyuwun dhateng Yehezkiel kangge medhar pameca. Ing ngriku Gusti Allah ngedalaken nafas panguripan, lan balung-balung punika wungu malih dados sapasukan tentara ingkang ageng. Kanthi wungunipun malih balung-balung punika, dados pulihipun kawontenan sedaya makhluk ing ngare punika. Gegambaran ing paningalipun Yehezkkiel ingkang kita waos ing perikop punika nedahaken bilih sejatosipun Gusti Allah badhe maringi pangajeng-ajeng kangge bangsa Israel ingkang iman lan pangajeng-ajengipun sampun garing. Gusti Allah paring prajanji badhe mbeta bangsa Israel wangsul malih ing tanah prajanjian lan mulihaken prajanjian kaliyan umat kagunganipun. Kanthi mekaten, lumantar paningal lan pamecanipun nabi Yehezkiel, sih katresnan lan pangapuntening Allah kababar langkungi kakiyataning pati. Perikop punika nedahaken paningal bab pengajeng-ajeng lan pamulihan spiritual lumantar sih pangapuntening Gusti Allah piyambak. Bilih ing mangsa kasangsaran, Rohing Gusti Allah tansah maringi pangajeng-ajeng lan pangapunten.
Gusti Yesus ugi sampun ngengetaken para sakabatipun bab kasangsaran ingkang kedah dipun tanggel dening para sakabat. Kasangsaran miturut Gusti Yesus punika akibat logis saking iman dhumateng Panjenenganipun, karana punika para sakabat kedah gesang kanthi cara ingkang benten kalian donya. Inggih para sakabat kedah gesang ing katresnan. Senadyan mekaten, Gusti Yesus mboten badhe negakaken para sakabatipun lan kita piyambakan. Panjenenganipun prajanji maringi para sakabat: Sang Parakletos kangge ngiyataken iman para sakabat lan dadosaken para sakabat saged atur paseksi bab pakaryan, piwucal, lan tuladha ingkang sampun dipun tindakaken dening Gusti Yesus. Pancen mboten sedya prekawis saged dipun mangertosi, nanging Gusti Yesus paring jaminan bilih Parakletos inggih punika Roh Kayekten badhe nuntun para sakabat lan kita mangertosi pakaryan kawilujengan ingkang sampun, ingkang kalampahan, lan badhe terus dipun tindakaken dening Gusti Allah piyambak.
Pancen kasangsaran, kadang dadosaken kita rumaos sayah, ringkih, lan kepengin nyerah. Rasul Paulus minangka rasulipun Sang Kristus ugi ngalami maneka warni kasangsaran awit saking nindakaken pakabaran Injil. Ing ngriki rasul Paulus kagungan pandangan teologis ingkang menarik. Piyambakipun ngengetaken pasamuwan ing Rom bilih sedaya makhluk punika nampi akibat saking dosa, inggih punika kapisah saking Gusti Allah. Minangka tiyang pitados, kita ugi mboten uwal saking kasangsaran. Awit saking punika, Gusti maringaken Roh-Ipun supados kita mboten mlampah piyambakan. Rasul Paulus nunjukaken peranipun Roh Suci kagem sedaya titah, ing pundi Sang Roh Suci punika mimpin, nglipur, lan dados pantara ing gesang kita. Langkung-langkung nalika kita sampun lemah lan sayah ing pasambat kangge dedonga, Sang Roh Suci punika ingkang makili kita ngaturaken pandonga miturut karsanipun Gusti Allah piyambak. Mekaten, Rasul Paulus negesaken bilih pengajeng-ajeng lan pitados dhumateng Gusti Allah punika dadosaken kasaean lan kawilujengan kita.
Panutup
Sang Roh Suci punika tansah nunggil lan makarya ing wiwitan mula. Bilih ing Prajanjian Lami, kita pinanggih kaliyan ruakh YHWH (Ibr.), ing Prajanjian Enggal kita pinanggih Parakletos (Yun.). Tradisi Kitab Suci paring gegambaran peran salah satunggaling pribadi salebeting relasi Trinitaris punika minangka bagian saking pakaryan kawilujengan ingkang dipun rancang dening Sang Rama. Sang Roh Suci mboten namung kagungan peran ing pigesangan, seda, lan wungunipun Gusti Yesus kemawon, nanging ugi terus makarya sasampunipun Gusti Yesus mekrad dhateng swarga. Ing dinten punika, kita mengeti dinten Pantekosta, dinten tedhak turunipun Sang Roh Suci. Sang Roh Suci punika ingkang paring kasagedan para tiyang pitados wungu saking kasangsaran, panindes, lan raos ajrihipun. Wungu dados tiyang ingkang langkung kiyat lan wantun kangge nyekseni Sang Kristus lumantar tetembungan lan pakaryanipun.
Roh Suci ingkang sami ugi sampun lan badhe terus dipun paringaken Gusti Allah dhateng kita minangka Sang Parakletos, ingkang maringi panglipuran, kakiyatan, sarta nedahaken kayekten-Ipun. Ingkang dados masalah, asring kita para tiyang pitados punika migunakaken kakiyatan lan kaleresan kita piyambak, saengga kita kesupen bilih sejatosipun kita punika sampun kaparingan Roh Suci. Awit saking punika, sumangga kita wangsul ing pigesangan kita piyambak-piyambak, wangsul dhateng pakewet lan sedaya jenis kasangsaran kita. Pancen kadang kita kedah ngadepi pigesangan punika kados versi Hans Christian Andersen, ingkang sanyatanipun langkung peteng lan gegirisi tinimbang versi bingah selami-laminipun. Mangga kita terus enget bilih Sang Roh Suci tansah nganthi kita ing punapa kemawon mangsa gesang ingkang kita alami. Sugeng nglajengaken gesang kanthi nyekseni pakaryanipun Sang Kristus salebeting panguwaosipun Sang Roh Suci. Amin. [Terj. AR].
Pamuji: KPJ. 291 : 1, 2 Sang Roh Suci Rohing Allah