Menjaga Ketetapan Hati Khotbah Minggu 26 Juni 2022

13 June 2022

Minggu Biasa | Penutupan Bulan Kesaksian dan Pelayanan | Syukur Yayasan Kesehatan GKJW
Stola Hijau

 

Bacaan 1: 1 Raja-raja 19 : 15 16, 19 21
Bacaan 2: Galatia 5 : 1, 13 26
Bacaan 3: Lukas 9 : 51 62

Tema Liturgis: Allah Memperlengkapi Kita Bersaksi dan Melayani dengan Ragam Cara, Media, dan Usia.
Tema Khotbah: Menjaga Ketetapan Hati

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

1 Raja-raja 19 : 15 16, 19 21
Elia diutus oleh Allah. Allah memberikan 3 tugas kepada Elia. (1) mengurapi Hazael sebagai raja Siria (Aram), (2) mengurapi raja Israel yang baru, yaitu Yehu putra Nimsi, (3) mengangkat penggantinya, Elisa putra Safat. Sebelum Elia diutus oleh Allah, Elia mengalami ketakutan dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata. Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik dari pada nenek moyangnya. Meskipun mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya, Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya. Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenalNya secara utuh di gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan penuh kasih, bukan hanya perkasa dan dasyat seperti yang selama ini dikenalnya. Di tempat ini, Allah juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya. Pada umumnya, kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak tahu kapan batas itu, sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung didalamnya. Masih ada kesempatan untuk kita hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia.

Galatia 5 : 1, 13 26
Paulus mengatakan bahwa seseorang tidak mungkin mewarisi Kerajaan Allah dengan menaati hukum Taurat (Galatia 2:16; 5:4). Paulus juga mengajarkan bahwa ada kemungkinan seseorang menghalangi dirinya masuk Kerajaan Allah dengan melakukan perbuatan jahat. Hidup seolah-olah berada dalam medan pertempuran. Medan pertempuran itu berada di dalam orang Kristen itu sendiri. Pertempuran itu harus berlangsung sepanjang hidup mereka di dunia. Yang harus diperjuangkan adalah apakah mereka akan menyerah pada kecenderungan keinginan daging dan sekali lagi tunduk kepada penguasaan dosa atau apakah mereka akan menyerah kepada tuntunan Roh dan tinggal di bawah kekuasaan Kristus. Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, keduanya bertentangan.

Perbuatan daging meliputi percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora, dan sebagainya. Terhadap semuanya itu, kuperingatkan kamu, seperti yang telah kubuat dahulu, bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Tetapi buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Kita adalah orang-orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Sudah seharusnya kita hidup di bawah kekuasaan Kristus dan hidup menyerah kepada tuntunan Roh.

Lukas 9 : 51 62
Bagian ini menyajikan ajaran Yesus pada tahun terakhir pelayananNya dan menggambarkan periode yang penuh dengan penolakan dan ketegangan. Orang Samaria dan orang Yahudi saling membenci. Orang Samaria dianggap ‘murtad’ oleh orang Yahudi karena mereka tidak menyetujui bahwa kenisah Yerusalem satu-satunya tempat penyembahan yang halal dan resmi. Orang Samaria merupakan keturunan penduduk pendatang yang telah ditempatkan di Palestina oleh para raja Asyur setelah jatuhnya Kerajaan Utara pada tahun 721 SM. Karena darah campuran mereka dan kebiasaan agama yang berbeda, orang Yahudi membenci mereka. Para peziarah ke Yerusalem, pada umumnya tidak akan melewati Samaria.

Orang Samaria menolak Yesus. Kisah ini tidak kita dapati dalam ketiga Injil yang lain. Sepertinya kisah ini dimuat disini karena pertaliannya dengan kejadian sebelumnya, karena dalam kejadian ini Kristus juga menegur murid-muridNya karena iri hati demi kepentinganNya. Dalam kejadian sebelumnya, dengan dalih semangat bagi Kristus, mereka berusaha membungkam dan mencegah orang-orang di luar lingkungan mereka. Dalam kejadian ini, dengan dalih yang sama, mereka berusaha membinasakan orang-orang bukan Yahudi itu. Baik untuk kejadian sebelumnya maupun yang sekarang ini, Kristus menegur mereka, sebab sikap keras dalam mempertahankan pendirian dan penganiayaan sama sekali bertolak belakang dengan sikap Kristus dan Kekristenan.

Dari sini kita bisa melihat bahwa kesediaan dan ketetapan hati Tuhan Yesus dalam melaksanakan tugas berat bagi penebusan dan keselamatan manusia berdosa. Sudah ditentukan waktunya bagi penderitaan dan kematian Tuhan Yesus dan Ia tahu betul kapan itu akan terjadi. Ia sudah melihatnya dengan jelas dan pasti. Namun, Ia sama sekali tidak berusaha menghindar, sebaliknya Ia malah tampil dengan lebih terang-terangan di depan khalayak ramai dan bekerja semakin giat lagi, karena tahu bahwa waktuNya sangat singkat.

Dalam perikop ini juga diceritakan kepada kita tentang tiga orang yang berbeda yang menawarkan diri untuk mengikut Kristus, serta jawaban yang diberikan Kristus kepada mereka masing-masing. Mengenai kedua orang yang pertama sudah diceritakan dalam Matius 19:21. Disini terdapat seseorang yang sangat bernafsu untuk segera mengikut Tuhan Yesus. Namun, sepertinya ia bersikap terlampau terburu-buru, tanpa pertimbangan yang matang dan tidak duduk terlebih dulu untuk menghitung harganya. Ia mengucapkan janji yang sangat berat kepada Kristus (Ay. 57): “Tuhan, aku akan mengikut Engkau, kemana saja Engkau pergi.” Ini memang sudah seharusnya menjadi ketetapan hati semua orang yang ingin disebut murid Kristus. Kristus memberinya suatu peringatan yang penting dan tidak menjanjikannya hal-hal besar di dalam dunia ini. Sebaliknya, di dalam mengikut Dia, orang itu harus bersedia menanggung kemiskinan dan kekurangan, karena Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya.

Kemudian ada seorang lain lagi, yang sepertinya bertekad mengikut Kristus, tetapi ia meminta ijin untuk menguburkan bapaknya. Mulanya Kristus yang memanggil orang itu “Ikutlah Aku”. Jawaban Kristus atas permintaannya (Ay. 60): “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Sekalipun benar demikian adanya, engkau tetap saja masih mempunyai tugas lain untuk dilakukan. Pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah dimana-mana. Ini bukan berarti bahwa Kristus ingin agar para pengikut dan pelayanNya bersikap tidak wajar. Tuhan juga mengajarkan agar kita bersikap manis dan berbuat baik dalam setiap hubungan, untuk menunjukkan kesalehan di rumah, dan membalas budi kepada orang tua. Namun, janganlah kita menjadikan tugas-tugas ini menjadi dalih untuk meninggalkan kewajiban kita terhadap Allah. Jika sampai hubungan terdekat dan tererat yang kita miliki di dunia ini menjauhkan kita dari Kristus. Murid ini dipanggil untuk menjadi pelayan dan oleh sebab itu, tidak boleh memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya. Sudah menjadi peraturannya bahwa kapan pun Kristus memanggil, kita tidak boleh meminta pertimbangan kepada manusia. Janganlah ada dalih mengganggu ketaatan kita terhadap panggilan Kristus.

Ada juga seorang yang lain lagi yang bersedia mengikut Kristus, tetapi meminta sedikit waktu untuk berpamitan dengan keluarganya terlebih dahulu. Tampaknya permintaan ini masuk akal. Itulah yang juga yang diinginkan Elisa saat Elia memanggilnya dan Elia mengabulkannya. Namun, pelayanan Injil lebih diutamakan dan pelaksanaannya lebih mendesak dari pada pelayanan para nabi dan itulah sebabnya disini permintaan itu tidak dikabulkan. Yang menjadi masalah dalam permintaan orang itu adalah ia beranggapan mengikut Kristus merupakan sesuatu yang menyedihkan, menyusahkan, dan berbahaya. Baginya seakan-akan ia akan mati dan oleh sebab itu, ia harus berpamitan terlebih dahulu kepada keluarganya, ia tidak akan berjumpa dengan mereka lagi atau tidak akan pernah terhibur lagi. Padahal dengan mengikut Kristus, ia akan lebih menjadi sumber penghiburan dan berkat bagi mereka dari pada jika ia tetap berada bersama mereka. Teguran yang diberikan Kristus kepadanya atas permintaan itu (Ay. 62): “Tidak ada orang yang siap untuk membajak, dan bermaksud untuk membajak tanah dengan baik, akan melihat ke belakang atau menoleh, sebab jika demikian halnya, ada banyak bagian tanah yang tidak akan terbajak dan tanahnya menjadi tidak bagus untuk ditaburi benih.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga perikop yang kita baca, sama-sama menggarisbawahi hal mengikut Tuhan Yesus, yang menuntut penyesuaian yang drastis dan radikal. Hal itu diejawantahkan dalam dua poin utama. Yang pertama, bukan nafsu menghukum dan membinasakan yang harus dijiwai oleh seorang pemberita Kerajaan Allah, tetapi hasrat berkobar-kobar untuk memberitakan kabar baikNya. Karena misi itu sedemikian genting, si pemberita itu harus merespon penolakan dengan menyerahkannya kepada Tuhan dan terus melaksanakan pelayanan itu. Yang kedua, memberitakan kabar baik selalu mengandung implikasi. Di sini kita tidak boleh memahami hiperbola yang disampaikan Yesus secara harafiah. Pesan yang disampaikan oleh Yesus adalah prioritas karya Kerajaan Allah selalu melampaui hal-hal lain betapa pun pentingnya. Kewajiban memberitakan Kabar Baik selalu lebih utama dari kewajiban keluarga.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan

Mari sejenak kita menyanyikan sebuah lagu “Mengikut Yesus Keputusanku

Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Ku tak ingkar – Ku tak ingkar                               Ku tak ingkar – ku tak ingkar

Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Ku tak ingkar – ku tak ingkar                              Selamanya – selamanya

Apa yang kita rasakan ketika menyanyikan lagu diatas? Benarkah kita tidak pernah ingkar? Jika melihat kisah dibalik lagu di atas, kita mendapatkan kesaksian adanya iman yang kokoh sehingga membawa orang-orang disekitarnya menjadi pengikut Kristus. Kisahnya terjadi sekitar tahun 1800-an di India yang bernama Assam. Pada waktu itu, di Eropa terjadi kebangkitan rohani secara besar-besaran yang menghasilkan banyak sekali misionaris keluar dari Eropa untuk pergi memberitakan Injil ke seluruh dunia. Sebagai hasilnya, beberapa misionaris dari Inggris pun tiba di India dan memberitakan Injil di sana. Menurut sejarah yang ditulis oleh Dr. Perangamalam Job, seorang misionaris India, orang-orang dari Inggris tiba di Assam dan mencoba memberitakan Injil kepada beberapa suku primitif di tempat itu. Assam bukanlah tempat yang mudah bagi Injil untuk diterima. Penduduk di tempat itu terdiri dari beberapa suku primitif yang masih memiliki kebiasaan kanibalisme, yakni praktik memakan sesama. Tetapi juga yang menjadi tantangan terbesar adalah mereka tidak begitu suka dengan kehadiran orang asing. Orang-orang Assam, khususnya kaum laki-laki memiliki tradisi mengerikan. Status sosial mereka dilihat berdasarkan koleksi kepala manusia yang mereka pajang di depan rumah mereka. Semakin banyak kepala manusia yang mereka dapatkan, semakin dipandang cakap dan mampu melindungi keluarga sendiri dan semakin dihormati dikalangan suku mereka. Oleh sebab itu, mereka juga dijuluki suku pemburu kepala.

Dengan kebengisan dan kebrutalan seperti itu, hadirlah misionaris dari Inggris untuk membawa Injil di tengah-tengah mereka. Tentu saja kehadiran mereka tidak disenangi, bahkan dibenci oleh orang-orang Assam. Akan tetapi, terjadi hal yang di luar dugaan. Kehadiran Injil di tengah-tengah mereka, mulai perlahan-lahan berdampak. Ada satu keluarga yang terdiri dari suami isteri dan dua orang anak mereka dari suku ini yang pada akhirnya memutuskan untuk menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Tidak sampai di situ, kehidupan keluarga pertama yang merespon terhadap Injil itu berdampak kepada keluarga-keluarga yang lain. Mereka mulai menyatakan diri untuk mengikut Tuhan Yesus dan menjadi orang percaya. Mendengar kabar ini, kepala suku menjadi marah dan memerintahkan semua warga untuk berkumpul. Kemudian ia memanggil keluarga pertama yang menyatakan iman kepada Tuhan untuk diadili di tengah-tengah kumpulan masyarakat itu. Belakangan, kepala keluarga ini diketahui bernama Nokseng seorang dari suku Garo. Nokseng beserta isteri dan kedua anaknya diadili di tengah-tengah kumpulan masyarakat. Ketika sang kepala suku itu mengangkat tombaknya dan mengancam supaya Nokseng dan keluarganya meninggalkan iman mereka, supaya menyerah dan berpaling dari Kristus, tiba-tiba ia menyebutkan kalimat dari lagu yang diciptakannya ketika ia pertama kali mengenal Tuhan Yesus: I have decided to follow Jesus, no turning back.” Mendengar kalimat ini, sang kepala suku menjadi murka, lalu dengan amarah memerintahkan anak buahnya menghujamkan tombak kepada kedua anaknya, sedangkan anaknya menjadi tidak berdaya dan mati.

Tidak sampai di situ saja, sang kepala suku kembali memerintahkan kalimat, “jika kamu tidak mau meninggalkan imanmu itu, bukan hanya anakmu yang mati, isterimu juga akan mati. Tetapi sekali lagi bukannya menyerah tetapi justru Nokseng mengucapkan kalimat,Though none go with me, still I will follow. No turning back.” Sekejap saja setelah mendengar kalimat itu, kepala suku memerintahkan untuk membunuh isterinya. Setelah isterinya mati, kepala suku berkata: ”Aku memberikan kamu satu kesempatan lagi, jika kamu mau berbalik dari imanmu, maka kamu akan hidup. Tetapi dengan mantap Nokseng berucap,The cross before me, the world behind me. No turning back.” Ternyata ini menjadi ucapan terakhir yang keluar dari dirinya karena kepala suku itu kemudian membunuhnya.

Kematian Nokseng dan keluarganya ternyata berdampak besar sebagai jalan masukknya Injil Kristus diterima dan menjadi berkembang secara pesat di daerah itu. Beberapa waktu berjalan, sang kepala suku menjadi terganggu dan penasaran hatinya, mengapa ada orang yang begitu kokohnya percaya dan beriman kepada Pribadi yang bernama Yesus Kristus, tidak mungkin ada orang yang mau mati jika bukan karena kekuatan Supranatural yang mempengaruhinya. Rasa penasaran ini membawa kepala suku pada akhirnya bertemu secara pribadi dengan Kristus, ketika ia membaca Injil dan menjadi percaya karena kesaksian hidup keluarga yang telah ia bantai. Ia lalu memanggil seluruh rakyatnya untuk berkumpul di alun-alun desa itu dan menyatakan imannya dihadapan seluruh rakyatnya. Perbuatannya ini mendorong semua warganya untuk mengikut kepercayaan sang kepala suku. Mulai saat itu Kekristenan menjadi berkembang pesat di daerah itu. Saat ini, Meghalaya adalah negara yang subur di timur laut India dan merupakan salah satu dari tiga negara bagian India dengan mayoritas Kristen. Hampir 90 persen dari suku Garo adalah orang Kristen. Kata-kata dari Nokseng di atas digubah menjadi satu lagu hymne yang indah oleh seorang misionaris India, Sadhu Sundar Sing. Lagu ini kemudian diaransemen oleh komposer Amerika Wiliam Reynolds dan dipakai Billy Graham sebagai lagu yang terus dinyanyikan di banyak KKRnya di seluruh dunia dan hingga hari ini gereja mengenal lagu “I have decided to follow Jesus” sebagai lagu yang indah.

Isi
Kesaksian dari latar belakang lagu di atas, mengingatkan kepada setiap orang percaya bahwa mengikut Tuhan Yesus bukan hal yang mudah. Akan ada banyak tantangan bahkan melibatkan nyawa sekalipun. Bacaan kita yang ketiga, mengingatkan kepada kita, ketika sudah memutuskan untuk mengikut Yesus, maka Yesuslah yang menjadi prioritas hidup yang terutama juga menjadi tujuan hidup setiap orang percaya. Menempatkan Yesus yang pertama dalam segala aspek kehidupan. Menempatkan Yesus di atas kepentingan pribadi termasuk kepentingan keluarga. Bacaan kita menggambarkan ada tiga karakter orang mengikut Tuhan Yesus.

Karakter yang pertama, Ia mengucapkan janji yang sangat berat kepada Kristus (Ay. 57) : “Tuhan, aku akan mengikut Engkau, kemana saja Engkau pergi”. Ini memang sudah seharusnya menjadi ketetapan hati semua orang yang ingin disebut murid Kristus. Kristus memberinya suatu peringatan yang penting dan tidak menjanjikannya hal-hal besar di dalam dunia ini. Sebaliknya di dalam mengikut Dia, orang itu harus bersedia menanggung kemiskinan dan kekurangan, karena Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya. Tuhan Yesus menjalani kehidupan yang sangat berkekurangan. Tuhan Yesus bukan saja tidak memiliki kesenangan dan hiasan yang biasanya dimiliki para raja, tetapi bahkan kebutuhan akan tempat tinggal yang dimiliki serigala dan burung-burung pun tidak ada padaNya. Betapa dalamnya kemiskinan yang dijalani Tuhan Yesus demi kita, manusia yang berdosa. Ini dijalaniNya untuk meningkatkan nilai dan harga pekerjaanNya dan untuk membeli bagi kita tebusan anugerah yang lebih besar, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya (2 Kor. 8:9). Ia yang telah menciptakan segala sesuatu tidak membuat tempat tinggal bagi diriNya sendiri dan rumah pribadi untuk meletakkan kepalaNya, tetapi menggunakan rumah orang lain. Jika kita bermaksud mengikut Kristus, kita harus mengesampingkan angan-angan tentang hal-hal besar dalam dunia ini. Dan tidak berpikir untuk menjadikan apapun lebih penting dari pada sorga.

Karakter kedua yang sepertinya bertekad mengikut Kristus, tetapi ia meminta ijin untuk menguburkan bapaknya. Mulanya Kristus yang memanggil orang itu,Ikutlah Aku”. Jawaban Kristus atas permintaannya (Ay. 60): “Biarlah orang mati menguburkan orang mati.” Sekalipun benar demikian adanya, engkau tetap saja masih mempunyai tugas lain untuk dilakukan. Pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah dimana-mana. Ini bukan berarti bahwa Kristus ingin agar para pengikut dan pelayanNya bersikap tidak wajar. Tuhan juga mengajarkan agar kita bersikap manis dan berbuat baik dalam setiap hubungan, untuk menunjukkan kesalehan di rumah, dan membalas budi kepada orang tua. Namun, janganlah kita menjadikan tugas-tugas ini menjadi dalih untuk meninggalkan kewajiban kita terhadap Allah. Jika sampai hubungan terdekat dan tererat yang kita miliki di dunia ini menjauhkan kita dari Kristus. Murid ini dipanggil untuk menjadi pelayan dan oleh sebab itu, tidak boleh memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya. Sudah menjadi peraturannya bahwa kapan pun Kristus memanggil, kita tidak boleh meminta pertimbangan kepada manusia. Janganlah ada dalih mengganggu ketaatan kita terhadap panggilan Kristus.

Karakter yang ketiga, ada juga seorang yang lain lagi yang bersedia mengikut Kristus, tetapi meminta sedikit waktu untuk berpamitan dengan keluarganya terlebih dahulu. Tampaknya permintaan ini masuk akal. Itulah yang juga yang diinginkan Elisa saat Elia memanggilnya dan Elia mengabulkannya. Namun, pelayanan Injil lebih diutamakan dan pelaksanaannya lebih mendesak dari pada pelayanan para nabi dan itulah sebabnya di sini permintaan itu tidak dikabulkan. Yang menjadi masalah dalam permintaan orang itu adalah ia beranggapan mengikut Kristus merupakan sesuatu yang menyedihkan, menyusahkan, dan berbahaya. Baginya seakan-akan ia akan mati dan oleh sebab itu, ia harus berpamitan terlebih dahulu kepada keluarganya, tidak akan berjumpa dengan mereka lagi atau tidak akan pernah terhibur lagi. Padahal dengan mengikut Kristus, ia akan lebih menjadi sumber penghiburan dan berkat bagi mereka, dari pada jika ia tetap berada bersama mereka. Teguran yang diberikan Kristus kepadanya atas permintaan itu (Ay. 62): “Tidak ada orang yang siap untuk membajak, dan bermaksud untuk membajak tanah dengan baik, akan melihat ke belakang atau menoleh, sebab jika demikian halnya, ada banyak bagian tanah yang tidak akan terbajak dan tanahnya menjadi tidak bagus untuk ditaburi benih.

Penutup
Seringkali kita berharap bahwa mengikut Tuhan Yesus, pastilah semuanya akan baik-baik saja. Dengan mengikut Yesus semua persoalan akan beres. Dengan mengikut Tuhan Yesus, kita tinggal berpangku tangan. Tentu saja bukan demikian yang dikehendaki Tuhan bagi kita orang-orang yang percaya kepadaNya. Namun memberitakan Injil adalah sebagai tugas orang Kristen. Setiap pribadi yang sudah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, memiliki tugas mutlak memberitakan Injil, baik secara internal maupun eksternal. Baik secara internal maupun eksternal kita dipanggil untuk hidup menyerah kepada tuntunan Roh dan tinggal di bawah kekuasaan Kristus. Keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh, keduanya bertentangan.

Perbuatan daging meliputi percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu, kuperingatkan kamu, seperti yang telah kubuat dahulu, bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah. Tetapi buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Kita adalah orang-orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus. Sudah seharusnya kita hidup di bawah kekuasaan Kristus dan hidup menyerah kepada tuntunan Roh.

Sekalipun tantangan dan godaan berat tetapi ketetapan hati, keteguhan iman dan pengharapan selalu menolong setiap orang percaya untuk tetap percaya. Tantangan dalam setiap jaman bisa saja berbeda-beda, tetapi prinsipnya adalah tetaplah kuat berpegang pada iman kita kepada Tuhan Yesus. Kiranya kita dimampukan untuk tetap memegang teguh iman kita kepada Tuhan, sehingga Ia mendapati kita setia sampai akhir hidup kita. Dimanapun Tuhan menempatkan kita untuk bekerja dan berkarya, dalam bidang apapun kita bekerja, mari kita jadikan kesempatan untuk melayani Tuhan dengan setia dengan tetap menjaga ketetapan hati yang hanya tertuju kepada Tuhan Yesus. Selamat mejaga ketetapan hati hanya untuk Tuhan Yesus, Juru Selamat kita. Amin. [Life].

 

Pujian: KJ. 369a : 1 3 Ya Yesus, Ku Berjanji

Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka
Sumangga sawetawis kita memuji kanthi pepujian ingkang jejeripun “Mengikut Yesus Keputusanku

Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Mengikut Yesus keputusanku                             Ku tetap ikut walau sendiri
Ku tak ingkar – Ku tak ingkar                               Ku tak ingkar – ku tak ingkar

Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Salib didepan, dunia kutinggal                            Maukah Engkau mengikut Yesus
Ku tak ingkar – ku tak ingkar                              Selamanya – selamanya

Punapa ingkang kita raosaken nalika memuji kalawau? Punapa leres kita boten nate nglirwakaken? Bilih kita nggatosaken kadospundi sejarah syair lagu ing nginggil, kita saged mirsani kesaksian wontenipun iman ingkang kekeh lajeng saged mbekta tiyang kathah ugi pitados lan ndherek Gusti Yesus. Cariosipun kadadosan rikala tahun 1800-an ing Assam-India. Rikala samanten wonten Eropa kadadosan “kebangkitan rohani” ingkang ngedhab-edhabi lan nglairaken misionaris ingkang kathah lan purun medhal saking Eropa kangge martosaken Injil dhateng pundi-pundi panggenan. Wonten saperangan misionaris saking Inggris martosaken Injil dhateng India. Miturut catetan sejarah ingkang kaserat dening Dr. Perangamalam Job, satunggaling misionaris India, wonten misionaris saking Inggris dumugi dhateng Assam lan martosaken Injil ing ngriku, dhateng suku ingkang taksih primitif. Assam sanes panggenan ingkang gampil nampi Injil. Pendudukipun nggadahi kebiasaan kanibalisme, inggih punika purun nedha dagingipun manungsa. Ingkang dados tantanganipun malih, penduduk ing ngriku ewet nampi tiyang asing. Tiyang Assam, mliginipun ingkang jaler nggadahi tradisi ingkang nggegirisi, inggih punika “status sosialipun” dipun ukur saking koleksi sirahipun manungsa. Sansaya kathah sirah ingkang kapajang dhateng ngajeng griyanipun, punika nedahaken bilih tiyang jaler kalawau rosa lan saged nyayomi brayatipun lan badhe sansaya dipun urmati tiyang kathah. Penduduk Assam dipun wastani “suku pemburu kepala”.

Ing satengahing kawontenan ingkang mrihatosaken kalawau, ing ngriku rawuh misionaris saking Inggris martosaken Injil. Tamtunipun, misionaris kalawau dipun sengiti dening tiyang Assam. Ananging ingkang kadadosan boten jinajagan. Pawarta bab Injil sansaya ngrembaka. Wonten satunggal brayat, kakung putri lan kalih putranipun ngaken pitados dhumateng Gusti Yesus. Saklajengipun brayat-brayat sanesipun ugi sami ngaken pitados dhumateng Gusti Yesus. Mireng bab punika, kepala suku boten saged nampi lajeng duka. Lajeng brayat ingkang langkung rumiyin ndherek Gusti dipun timbali, kepala suku ngempalaken tiyang kathah ing ngriku. Brayat punika dipun adili dhateng ngajengipun tiyang kathah. Naminipun bapak Nokseng saking suku Garo, minangka brayat ingkang wiwitan ngaken pitados dhumateng Gusti Yesus. Nalika kepala suku ngangkat tombakipun lajeng ngancam brayat kalawau supados nilaraken imanipun dhumateng Gusti Yesus, sanalika Pak Nokseng mungel makaten: I have decided to follow Jesus, no turning back.” Mireng ukara kados makaten kepala suku sansaya duka lan nyuwun dhateng pendherekipun supados mejahi kekalih anakipun.

Kepala suku dawuh malih dhateng Bapak Nokseng, bilih panggah boten purun nilaraken imanipun dhumateng Gusti Yesus, semahipun badhe dipun pejahi. Ananging Pak Nokseng kekeh anggenipun pitados lajeng mungel: “Though none go with me, still I will follow. No turning back.” Sanalika semahipun dipun pejahi. Lan kepala suku maringi satunggal kesempatan malih, bilih Pak Nokseng nilaraken imanipun, Pak Nokseng boten badhe dipun pejahi. Ananging Pak Nokseng sansaya kekeh iman kapitadosanipun lajeng mungel: “The cross before me, the world behind me. No turning back.” Sanalika Pak Nokseng dipun pejahi dening kepala suku kalawau.

Sedanipun Pak Nokseng sabrayat, ageng dampakipun tumrap ngrembakaning pawartos bab Injilipun Gusti Yesus. Injil sansaya ngrembaka lan saged katampi ing ngriku. Kepala suku sansaya kepingin sumerap kados pundi pendherekipun anggenipun pitados dhumateng Gusti Yesus dipun belani ngantos kecalan nyawanipun. Pungkasanipun, kepala suku ugi ndherek pitados dhumateng Gusti Yesus lan sedaya pendherekipun ugi sami ngaken pitados dhumateng Gusti Yesus. Samangke, Meghalaya dados negara ingkang makmur lan dados wilayah ingkang mayoritas Kristen, ngantos 90 persen suku Garo inggih punika tiyang Kristen. Ukara saking Pak Nokseng kalawau dipun gubah dados lagu hymne ingkang endah dening misionaris India, Sadhu Sundar Sing. Lagu punika dipun aransemen dening komposer Amerika Wiliam Reynolds lan dipun nyanyekaken Billy Graham dados pepujian ingkang wajib kanyanyekaken nalika KKR ing pundi-pundi panggenan. Ngantos ing samangke pepujian “I have decided to follow Jesus” dados pepujian ingkang endah.

Isi
Carios pepujian ing nginggil, ngengetaken dhateng kita para tiyang pitados bilih ndherek Gusti Yesus punika boten gampil. Kathah tantanganipun, malah kepara ngantos kecalan nyawa. Waosan kita ngengetaken bilih kita sampun sumadya ndherek Gusti Yesus, kita kedah ngugemi bilih Gusti Yesus piyambak ingkang pinujul lan dados tujuan gesang kita para tiyang pitados. Gusti Yesus ingkang pinunjul ing sedaya peranganing gesang kita. Kita kedhah saged nengenaken Gusti Yesus nglangkungi diri kita lan brayat kita. Waosan kita nedahaken wonten 3 gegambaran pendherekipun Gusti Yesus.

Satunggal, tiyang ingkang ngucapaken janji ingkang awrat dhumateng Gusti Yesus (Ay. 57) : “kawula badhe ngetut wingking Paduka, dhatenga pundi kemawon tindak Paduka.” Pancen mestinipun makaten ingkang kedah katindakaken dening pribadi ingkang kasebat muridipun Gusti Yesus. Gusti Yesus paring pepenget ingkang wigatos lan sampun ngantos ngajeng-ngajeng prakawis ingkang ageng ing donya punika. Bilih sumadya ndherek Gusti, tiyang kalawau kedah sumadya nandang kacingkrangan ing gesangipun awit Putraning Manungsa boten kagungan papan kagem nyelehaken mustakanipun. Gusti Yesus sampun nandang kacingkrangan kanthi sanget. Sanget anggenipun nandang kacingkrangan, namung kangge mbelani gesangipun manungsa ingkang dosa. Sedaya kalawau dipun lampahi dening Gusti Yesus saperlu kangge nebus dosaning manungsa. Supados manungsa dados sugih marga kamlaratanipun (2 Kor. 8:9).

Kaping kalih, Tiyang ingkang tekadipun ndherek Gusti Yesus ananging nyuwun pamit nguburaken bapakipun rumiyin. Ingkang wiwitanipun, Gusti piyambak ingkang nimbali tiyang kalawau “Melua Aku”. Pangandikanipun Gusti Yesus (Ay. 60) : “Cikben wong mati padha ngubur wong mati, nanging kowe iku lungaa, ngundhangna Kratoning Allah ana ing ngendi-endi.” Sejatosipun inggih nalar kados makaten, ananging tiyang kalawu saweg anggadahi tugas ingkang kedah dipun tindakaken, inggih punika martosaken Kratoning Allah ing pundi-pundi panggenan. Prakawis punika boten ateges Gusti Yesus mucal supados boten bekti dhateng tiyang sepuhipun. Ananging Gusti Yesus ngersakaken supados kita boten nglirwakaken tugas lan tanggel jawab kita.

Kaping tiga, tiyang ingkang sumadya ndherek Gusti Yesus, ananging nyuwun wekdal pamit dhateng brayatipun rumiyin. Panyuwun punika pancen nalar. Makaten ugi ingkang kasuwun dening Elisa nalika dipun timbali dening Elia lan Elia saged nampi panyuwunipun Elisa. Ananging ing ngriki Gusti Yesus boten ngeparengaken. Ingkang dados prakawis wontenipun kesan, bilih ndherek Gusti Yesus punika ndadosaken sisah lan mbebayani. Kados-kados badhe enggal ngalami pejah awit ndherek Gusti Yesus. Kados-kados sampun boten saged pinanggih malih kaliyan brayatipun. Pepenget saking Gusti Yesus (Ay. 62): “Saben wong kang wis nyekel waluku, mangka banjur tumoleh marang kang ana ing buri, iku ora pantes tumrap Kratoning Allah.

Panutup
Asring kita anggadahi pangajeng-ngajeng bilih sampun ndherek Gusti, sedaya badhe sae, sedaya pakewed badhe sirna, kita boten kedah nindakaken punapa-punapa, namung mendhel kemawon. Tamtunipun boten makaten ingkang dipun kersakaken dening Gusti Yesus. Sedaya pendherekipun Gusti nggadahi tanggel jawab martosaken Injil. Kita kedah masrahaken diri lan gesang kita ing rehipun Gusti, ingkang sumadya katuntun namung dening Roh boten katuntun dening daging.

Dene pakartine daging wus cetha: laku jina, laku rusuh, nguja hawa nepsu, nyembah brahala, sihir, sesatron, pasulayan, meri, brangasan, mung mikir awake dhewe, cidra, roh kang memecah, drengki, mendem, jibar-jibur lan sapanunggalane. Tumrap sakabehe iku kowe dakelingake, kaya kang wus daktindakake biyen, manawa sapa kang nindakake bab-bab kang kaya mangkono iku, ora bakal oleh panduman Kratoning Gusti Allah. Dene wohing Roh yaiku: katresnan, kabungahan, tentrem-rahayu, sabar-sareh, paramarta, kabecikan, setya, alusing bebuden, bisa ngemudheni diri. Ora ana angger-angger kang nglawan bab-bab kang mangkono iku.

Sanadyan tantangan lan pacobenipun awrat, ananging manah ingkang tetep tegen, iman ingkang kekeh, lan anggadahi pangajeng-ngajeng dhumateng Gusti Yesus, sedaya kalawau badhe mbekta kita mantep pitados dhumateng Gusti Yesus. Tantangan ing saben mangsa saged benten lan boten sami, ananging ingkang dados prinsipipun kedah sami inggih punika: iman kapitadosan ingkang kekeh dhumateng Gusti Yesus. Mugi kita sedaya kasagedaken ngugemi iman kaiptadosan kita ngantos selamining gesang kita. Dhateng pundi kemawon anggen kita nyambut damel lan makarya, sumangga kita dadosaken minangka wekdal ngundangaken pawarta bab Kratoning Allah. Sumangga sami njagi manah kita, sansaya manteb ndherek Gusti Yesus lan setya leladi nggelaraken Kratoning Allah. Sumangga kita jagi manah dan iman kita dados pendherekipun Gusti ngantos selaminya. Roh Suci nuntun gesang kita sami. Amin. [Life].

 

Pamuji: KPJ. 452 : 1 2 Tekading Manah Kawula

Renungan Harian

Renungan Harian Anak