Meyakini Pemeliharaan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari Khotbah Minggu 26 Januari 2020

14 January 2020

Bulan Penciptaan
Stola Hijau

Bacaan  1        :  Yesaya 9 :  1 – 4
Bacaan  2        :  1 Korintus  1 : 10 – 17
Bacaan  3        :  Matius  4 : 12 – 22

Tema Liturgis :  Allah Berkarya, Memelihara dan Memberkati UmatNya
Tema Khotbah:  Meyakini Pemeliharaan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yesaya 9 : 1 – 4

Penderitaan Yehuda dan Yerusalem,  sebenarnya telah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya jauh sebelumnya. Penderitaan yang menjadi hukuman Yehuda dan Yerusalem atas ketidaktaatannya kepada Tuhan, atas perselingkuhannya dengan dewa-dewa  serta penyembahan berhala. Kesalahan yang sudah dimulai sejak 733 SM, menjadi hukuman nyata dari Tuhan hingga masa pembuangan ke Babel, sampai akhirnya tahun 539 SM kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Yesaya menubuatkan bahwa penderitaan mereka tidak akan selamanya,  tapi akan berakhir dengan lahirnya raja damai yang akan memimpin mereka melebihi raja Daud, yang mendasarkan kepemimpinannya pada keadilan dan kebenaran.

1 Korintus 1 : 10 – 17

Kota  Korintus dikenal sebagai kota pelabuhan yang memiliki keragaman budaya suku dan etnis pendatang dari berbagai macam latar belakang. Memungkinkan Korintus menjadi sangat heterogen. Heterogenitas yang tinggi ini sangat mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan jemaat yang ada di Korintus, termasuk salah satunya rasa saling percaya antar umat percaya, yang tidak bisa menyatu karena dipengaruhi oleh berbagai perbedaan sumber sumber ajaran yang ada di kota itu. Maka akan selalu terjadi berbagai macam perpecahan.

Matius 4 : 12 – 22

Yohanes disebut juga sebagai nabi Perjanjian Lama yang terakhir, karena tugasnya memberitakan peringatan dan penghukuman Tuhan serta mempersiapkan jalan untuk kedatangan Sang Mesias yaitu Yesus Kristus. Pekerjaannya berakhir setelah Herodes memerintahkan untuk menangkap dan memenggal kepala Yohanes Pembabtis.  Mendengar hal itu  Yesus menyingkir dengan berpindah menuju daerah  Galilea. Secara politis bisa saja disebut Yesus mengambil saat yang aman untuk menghindari keganasan Herodes yang terkenal bengis itu. Tetapi perpindahanNya menuju  daerah Zebulon dan tanah Naftali,  justru membuat  tergenapinya  Firman yang disampaikan melalui nabi Yesaya : “…Kalau dahulu Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali,  maka dikemudian hari  Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan,  wilayah bangsa-bangsa lain“.  (Yes  8:23).

Benang Merah Tiga Bacaan:

Secara prinsip Tuhan akan memberikan solusi terbaru agar manusia keluar dari penderitaan hidup di dunia. Bahkan terbebas dari hukuman Allah. Yang dahulu tidak pernah diperhitungkan keselamatannya,  sekarang akan diperhatikan oleh Tuhan dan mendapatkan kemuliaan dari Tuhan sendiri. Tetapi pertolongan itu tidak timbul dari kepandaian atau bersumber dari ajaran-ajaran manusia yang hanya menimbulkan perpecahan,  tetapi hanya ada dalam Yesus Kristus.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Memahami kehadiran Tuhan Yesus, tidak bisa dibatasi hanya oleh hasil atas pertolongan yang diberikan Tuhan kepada kita dalam mengatasi masalah kehidupan sehari-hari.  Tetapi mengakui bahwa Tuhan sanggup hadir dalam pelbagai peran dan keadaan bukan hanya karena kasihNya kepada manusia, tetapi lebih dari itu karena memang hanya Tuhanlah yang memiliki kuasa atas manusia.

Ada seorang wartawan  datang mewawancarai seorang pasien sebuah rumah sakit, “Menurut saudara, siapakah dan bagaimanakah Tuhan itu?”, maka pasien itu menjawab, “Tuhan adalah Maha Tabib yang selalu memberikan kesehatan dan kekuatan di kala orang sedang sakit, dia lebih dari sekedar dokter. Karena dia yang juga telah menciptakan manusia sebagai dokter”.

Lalu wartawan itu pindah tempat  memasuki sebuah markas tentara, serta bertanya kepada seorang serdadu,  “Menurut komandan,  siapakah dan bagaimanakah  Tuhan itu?”. Jawab serdadu yang jabatannya sebagai komandan kompi,  “Tuhan adalah pemberi kuasa dan penguasa dunia yang memberi kemenangan kepada setiap siapapun yang meminta kemenangan. Karena kami selalu kuat dan menang dalam segala medan pertempuran.”

Wartawan itu  kemudian datang pada sebuah sekolah,  dan bertanya kepada kepala sekolah, “Apakah ibu tahu siapakah dan bagaimanakah Tuhan itu?“.   Guru itu menerangkan, “Tuhan adalah sumber ilmu, maha guru, guru dari segala guru yang memberikan pencerahan dan kepandaian bagi manusia yang berilmu.”

Terakhir wartawan ini datang pada seseorang yang pakaiannya kumal dengan memikul keranjang sedang berjalan-jalan di tengah kampung.  Ketika ditanya tentang siapakah Tuhan itu, dia mengumpamakan, “Tuhan itu seperti tukang rombeng barang bekas.  Keluar masuk  kampung kumuh untuk mencari barang bekas yang sudah rusak, kotor, tidak terpakai bahkan sudah dibuang. Diambil bahkan kalau perlu dibeli agar bisa dibersihkan, diperbaiki, disimpan agar suatu saat bisa berguna kembali“.  Wartawan ini bingung mendengar jawaban tukang rombeng ini, “Mengapa Tuhan disamakan dengan tukang rombeng yang mencari barang bekas, apakah Tuhan serendah itu?” Begitu berpikirnya wartawan sebuah majalah yang sekarang sudah tutup.

Isi

Keterbatasan kita untuk memahami kehendak dan rencana Tuhan, sering membuat kita salah mengerti akan segala sesuatu yang terjadi dengan peristiwa kehidupan ini. Bahkan apa yang kita hadapi sering bertentangan dengan apa yang kita harapkan. Tentu hal itu karena kita memahami karya Tuhan hanya sepotong-sepotong, atau dalam kurun waktu yang lebih pendek demi kepentingan sesaat. Ketika Yesus menyingkir ke Galilea karena mendengar Yohanes Pembabtis dipenggal kepalanya oleh raja Herodes Antipas, mungkin sebagian orang dengan pikiran politis akan berpendapat bahwa Yesus menghindarkan diri-Nya dari efek kebengisan  Herodes agar Yesus tidak ikut-ikutan ditangkap. Maka demi amannya, Yesus menyingkirkan diri ke Galilea. Mungkin hanya itu yang kita pahami.

Ternyata kalau dipahami lebih dari itu, tentu ada karya yang lebih lengkap dilakukan oleh Tuhan terhadap usaha menyelamatkan umat-Nya terkasih dari penderitaan dunia,  yang kelihatannya membahagiakan diawal  tetapi pada akhirnya bisa lebih menjerat dalam penderitaan.  Kadatangan Tuhan Yesus ke daerah Galilea tentu tidak semata-mata untuk menghindari konflik dengan  Raja Herodes,  tetapi ada kepentingan lain yang lebih utama harus dilakukan yaitu mengajar, mendidik, membawa berita keselamatan bagi orang-orang yang belum mengenal siapa Yesus itu. Ketika Yesus menetap sementara di daerah Kapernaum, maka orang-orang  Kapernaum bisa berinteraksi langsung dengan Tuhan Yesus secara nyata, tidak hanya sekedar katanya orang.

Tuhan Yesus bukan hanya memperkenalkan diriNya, tetapi lebih dari itu, Ia bisa mendidik, mengajar dan bahkan banyak melakukan pertolongan nyata dalam memberikan berbagai macam solusi atas masalah-masalah kehidupan saat itu.

Bahkan ayat  18 sampai 22 memberikan kesaksian bagaimana efek dari Yesus masuk ke Galilea, Dia telah memilih murid-murid bagi diriNya, agar sistem pengajaranNya lebih efektif meregenerasi kepada orang lain. Sehingga daerah Zebulon, Naftali seputaran Galilea yang tadinya tidak mengenal Tuhan Yesus, sekarang bahkan dapat bertatap muka langsung, mempercayai terlebih dari itu mewarisi ajaran dan memahaminya. Mereka menjadi lebih mengetahui keaslian dan rupa jiwa Tuhan Yesus yang penuh kasih itu seperti apa.

Tentu kita paham bahwa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya tentang pembebasan bangsa-bangsa tertindas, bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar,  telah tergenapi dengan hadirnya  Tuhan Yesus di dunia.  Dimulai dari Galilea hingga kekota-kota lain diluar Nazaret.  Artinya bahwa kalau kita memahami kehendak Tuhan yang lebih universal tentu kita tahu bahwa penyingkiran Yesus ke Galilea untuk memulai karya yang lebih besar yaitu menjangkau masyarakat dunia yang lebih banyak.

Bapak ibu dan saudara-saudara, tentu kita tahu bahwa Tuhan Yesus hadir pada kehidupan tiap orang sesuai dengan kebutuhan atas segala permasalahan orang-orang itu. Yesus sangat berkuasa menjadi apapun sesuai dengan kebutuhan orang itu.  Hanya saja kita memahami Tuhan Yesus sesuai dengan sekedar kebutuhan kita?  Atau kita memahami Tuhan Yesus yang mampu memahami semua kebutuhan manusia.

Penutup

Ilmu yang kita miliki, kepandaian serta ketrampilan yang kita kuasai, sering menjadi penghalang bagi kita untuk mengerti dan memahami sosok Yesus Kristus.  Bahkan kesibukan dan kekayaan yang membungkus kehidupan kita bisa menjadi filter untuk menerima kasih Kristus. Maka tidak ayal lagi, kita walaupun kelihatannya  hidup berkecukupan, kelihatannya mampu mengatasi segala macam persoalan. Tetapi sejatinya banyak beban yang kita tanggung. Bahkan untuk keluar dan menemukan solusinyapun kita mencari dengan cara-cara tidak terpuji serta jatuh dalam berbagai kesalahan. Itu pertanda kita masih hidup dalam kegelapan.

Rajin ke gereja, persembahan tidak pernah ketinggalan, dalam semua jadwal pelayanan di gereja mulai pelayanan anak-anak hingga dewasa bahkan di adi yuswopun, kita terjadwal. Berarti tidak ada waktu terbuang untuk tidak melayani Tuhan Yesus. Tetapi dengan jujur ada saat-saat tertentu kita merasa lelah, sepi, kering, yaah… apalah karena terlalu banyak pelayanan. Tentu bukan demikian.

Banyak orang melihat Tuhan Yesus,  mendengar ajaranNya, mengikut kemana Yesus pergi. Tetapi tidak semua mau dipilih menjadi muridNya. Karena menjadi murid berarti mendengar, memahami, meneladani perilaku Tuhan Yesus dan melakukan semua itu dengan setia.

Kalau kita tidak mau menjadi muridNya, tetapi lebih suka mendengar ajaran-ajaran dari pihak lain yang lebih dekat dengan kita, artinya kita akan masih terombang-ambing dengan berbagai pandangan kehidupan, yang mungkin terjadi akan banyak perpecahan seperti  yang terjadi di jemaat Korintus. Karena orang-orangnya masih bingung menentukan panutan hidupnya. Maka mereka akan terus hidup dalam kegelapan dengan berbagai macam permasalahan yang tak terselesaikan.

Oleh karena itu  nabi Yesaya menegaskan bahwa tidak selamanya kesuraman akan melingkupi, tetapi Tuhan akan memberikan terangNya, yaitu melalui Tuhan Yesus Kristus.  Tetapi apakah sungguh-sungguh kita memang memahami, mencari dan mentaati Tuhan Yesus? Bila tidak, maka kita masih akan tetap hidup dalam kegelapan. Aktifitas gerejawi yang kita lakukan hanyalah terang palsu belaka. (narodho).

 

Pujian  :  KJ. 298  “Selama Bumi Didiami”

Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka

Mangertosi rawuhipun Gusti Yesus, mboten saged namung winates saking  wujuding pitulunganing Gusti dumateng kita, anggeniPun paring pangluwaran tumrap maneka warna reribeding gesang padintenan. Ananging ngakeni bilih Gusti sagah tumedak awujud maneka warna lelakon lan kahanan mboten namung karana  katresnanipun dumateng manungsa ing sajag, nanging langkung saking punika karana inggih Gusti kemawon ingkang sayektosipun nguwasani manungsa.

Wonten wartawan ingkang wawan rembag kalian salah satunggaling pasien ing griya sakit, “Miturut sampean, Gusti Allah kuwi apa lan sapa dik?” Pasien punika paring wangsulan, ”Gusti Allah kuwi Maha tabib, sing mesti paring bagas kasarasan lan kakuatan nalikane wong lagi nandang lara. Panjenengane kuwi ngluwihi dokter,  merga Panjenengane sing uga nitahke dokter”.

Lajeng wartawan punika tindak tumuju dumateng markas tentara lan munjuk pitaken dumateng suradadu, “Miturut komandan, sinten lan kados pundi Gusti Allah punika?” Panjawapipun komandan kalawau, ”Gusti Allah kuwi kang tansah paring panguwasa, sarta panguwasane sadengah jagad, sing tansah maringi kamenangan marang sapa bae sing nyenyuwun kamenangan. Merga aku tansah kuat lan menang ing sadengah paperangan”.

Salajengipun wartawan punika manggihi satunggal guru SMA, lajeng munjuk pitaken, ”Miturut bu guru,  Gusti Allah punika sinten lan kados pundi bu?” Atur wangsulanipun, ”Gusti Allah menika sumbering ilmu,  dasaring pangerten,  guru kang maha linuwih kang paring pepadhang, kapinteran tumrap sadengah manungsa kang ngelmu”.

Ing pungkasanipun bapak ibu, wartawan punika ndugeni tiyang kanthi sandangan ingkang reged saweg mikul kranjang saweg lelampahan ing satengahing kampung.  Nalika dipun tangleti,  “Sinten lan kados pundi Gusti Allah punika?”,  piyambakipun paring panjawab kanthi pasemon  bilih, ”Gusti Allah punika kados tukang rombeng barang bekas. Lumebet ing satengahing dusun saperlu ngluroni  samubarang piranti bekas ingkang sampun risak lan reged, sampun mboten kangge.  Dipundut, menawi meksa ditumbas, sakperlu diresiki, dipundandosi supados migunani malih kados sakderengipun”. Wartawan punika bingung mireng panjawabipun tukang rombeng punika, “Kengeng apa Gusti Allah dipadakne karo tukang rombeng, Apa Gusti Allah yo asor banget kaya tukang rombeng?”.   Mekaten batosipun wartawanipun satunggal majalah ingkang samangke sampun bangkrut.

Isi

Winatesipun pamikir kita mangertosi karsa lan rancanganipun Gusti,  kawinatesan punika asring ndadosaken kita klintu pemanggih tumrap sadengah  prastawa ingkang kedadosan  ing pigesangan punika.  Malah-malah punapa ingkang kita panggihi asring sak kosokwangsulipun kaliyan ingkang kita ajengaken.  Tamtunipun sadaya punika karana pamanggih kita tumrap karsanipun Gusti ingkang namung sak perangan bagean kemawon, utawi karana kapentingan ing wekdal saklerapan kemawon.

Nalikane Gusti Yesus sumingkir dateng Galilea karana mireng Yokanan ingkang sampun katigas mustakanipun dening Prabu Herodes Antipas, mbok bilih sawetawis tiyang namung nggalih sacara politik badhe nginten menawi Gusti Yesus sumingkir supados saged nebih lan uwal saking panguwaosipun Herodes ingkang brangasan.  Pramila supados tentrem,  Gusti Yesus sumingkir dateng  Galilea.

Kasunyatanipun menawi purun digalih langkung lebet, wonten perkawis adi ingkang badhe kagayuh dening Gusti Yesus sakperlu paring kawilujengan dumateng umat ingkang dipuntresnani saking panguwaosing jagad, inggih prakawis ingkang suwaunipun nengsemaken, nanging dangu-dangunipun tansaya njiret dateng panyiksa.  Jengkaripun Gusti Yesus dateng Galilea tamtu mboten sakdermo nginggati derdah kaliyan Herodes, ananging wonten karsa ingkang langkung wigati kagayuh  inggih punika sakperlu memucal, nggulawentah, ngintun pawartos  bab kawilujengan dumateng tiyang-tiyang ingkang dereng tepang sinten sejatosipun Gusti Yesus punika.  Nalikaning  Gusti Yesus manggen sawetawis ing Kapernaum, pramila tiyang-tiyang ing Kapernaum saged gepok senggol lan pinanggih sacara langkung raket kaliyan Gusti Yesus.  Mboten namung tirose tiyang sanes arupi pawarta.

Gusti Yesus mboten namung saged nepangaken pribadinipun, ananging langkung saking punika saged memucal, nggulawenthah lan nindakaken pitulungan nyata kangge tiyang ingkang mbetahaken pitulungan.

Malah ingkang langkung ngedap edapi ing ayat 18 lan 22 paring paseksi kadospundi kalajenganipun Gusti Yesus mlebet ing Galilea.  Panjenenganipun sampun miji siswa-siswaniPun supados pranata panggulawenthaipun saged langkung trep tumapak malih dumateng tiyang-tiyang sanes lumantar para sakabatipun. Matemah tanah  Zebulon, Naftali saindenging Galilea ingkang suwanipun mboten tepang  Gusti Yesus, samangke saged aben ajeng kaliyan Gusti Yesus, pitados, langkung saking punika nampi waris piwulangipun Gusti Yesus. Langkung mangertosi sacara nyata bab bleger lan jiwaniPun Gusti Yesus punika kados pundi.

Tamtunipun kita mangertosi tumrap pamecanipun Nabi Yesaya gegayutan kaliyan uwalipun bangsa-bangsa ingkang katindes, bangsa ingkang lumampah ing satengahing pepeteng sampun nampi pepadhang kang mulya.  Bab punika kajangkepi kanthi rawuhipun  Gusti Yesus ing jagad.  Miwiti saking Galilea  dumugi kitha-kitha ing njawinipun  Nazaret.

Tegesipun bilih menawi kita mangertosi karsanipun Gusti Allah ingkang langkung  “universal”,  tamtu kita mangertosi bilih sumingkiripun tumuju dumateng Galilea saperlu miwiti pakaryan ingkang langkung ageng malih nggayuh umat   sajagad.  Bapak ibu ingkang kinaasih, kita sami nyumerepi bilih Gusti Yesus nrawuhi saben tiyang miturut kabetahanipun cunduk kaliyan reribet lan pambengan ingkang saweg mengkoni gesangipun. Namung kemawon ingkang dados underan, kita mangertosi Gusti Yesus punika namung karana kabetahan kita? Utawi wanci mangertosi Gusti Yesus ingkang kuwaos mengkoni jagad punika lan mangertosi kabetahanipun manungsa?

Panutup

Ilmu ingkang kita gadhahi,  kapinteran sarta kaprigelan ingkang kita darbeni,  asring dados pambengan ngalang-alangi tumrap kita anggenipun mangertosi  blegeripun Gusti Yesus. Malah-malah bot repot pendamelan lan kasugihan ingkang mengkoni gesang kita, malah saged dados saringan anggen kita nampi katresnanipun Gusti. Pramila mboten mokal tumrap kita ingkang ketingalipun gesang kanthi kacekapan ngantos mubra-mubru,  kados-kadosipun saged ngrantasi maneka warna reribed. Ananging sayektosipun kathah tanggelan ingkang  kita galih. Malah-malah sakperlu uwal lan manggihaken pitulunganipun. Kita ngupadi kanthi tumindak ingkang mboten mulya malah tansaya dumawah ing kalepatan. Punika sadaya pratanda menawi kita taksih gesang ing saklebeting pepeteng.

Rajin ngabekti ing pasamuwan, pisungsung mboten nate kentun, nderek lelados ing sedaya peladosan kang kajadwal, wiwit KPAR, KPPM ngantos dumugi Adiyuswa, sedaya kita ayahi. Ateges mboten wonten wektu ingkang sirna, mboten kangge lelados kagem Gusti Allah. Nanging menawi purun jujur, wonten wekdal-wekdal kita lungkrah, sayah nindakaken samudayanipun.  Kraos kesepian, garing,  lha napa enggih karana kekathahen jadwal peladosan? Dereng tamtu, nggih ningali rumiyin.

Kathah tiyang ingkang ningali Gusti Yesus, mirengaken piwucalipun Gusti,  midangetaken kanthi estu, ngetut wingking dateng pundi Gusti tindak, ananging mboten sadaya purun ditimbali dados  siswanipun. Karana  dados siswanipun  ateges,  purun mirengaken, midangetaken, nuladani tumindakipun Gusti Yesus lan nindakaken sedaya punika kanthi estu lan setya.

Menawi kita mboten purun ditimbali dados siswanipun, ananging langkung demen midangetaken piwucal-piwucal saking tiyang-tiyang sakiwa tengen kita, karana panimbang sungkan utawi kadung rinaketan ing paseduluran.  Pramila kita badhe tansah kaotang-antingaken dening maneka warna  kekeraning ngaurip, malah-malah saking kathahipun saged tumuwuh pasulayan crah bubrah kados ing pasamuan Korinta. Karana tiyang-tiyangipun taksih bingung nemtoaken paugeranipun  gesang.  Pramila tiyang ingkang mekaten badhe tetep dumunung ing pepeteng binarung kathahipun reribed ingkang mboten nate rampung.

Pramila punika  nabi Yesaya  ndawuhaken  bilih mboten selaminipun pepeteng badhe mengkoni, karana Gusti Allah badhe paring pepadhang, inggih punika lumantar rawuhipun Gusti Yesus. Pitakenanipun kangge kita, “Punapa kita estu-estu mangertosi,  ngupadi madosi  lan mbangun turut dumateng  Gusti Yesus?”  Menawi kasunyatanipun sampun mboten, ateges kita taksih tansah gesang wonten ing pepeteng.  Tumindak  leladi ing pasamuwan  namung lamis kemawon.   (narodho).

Pamuji  :  KPJ. 373  “Apa Kowe Bisa Ngetung”      

Renungan Harian

Renungan Harian Anak