Penutupan Bulan Pembangunan GKJW / Minggu Biasa
Stola Hijau
Bacaan 1: I Raja-raja 8:41-43.
Bacaan 2: Efesus 6:10-20.
Bacaan 3: Yohanes 6:60-69.
Tema Liturgis: Bersekutu dalam Kristus dan Berbagi Berkat dengan Sesama.
Tema Khotbah: Hidup ini harus jadi berkat!.
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah).
I Raja-raja 8:41-43
‘Bagian: Doa Salomo’.
Allah memilih Israel menjadi berkat bagi seluruh bumi (Kej.12:1-3). Berkat ini dipenuhi dalam diri Tuhan Yesus, keturunan Abraham dan Daud, yang menjadi Mesias untuk semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi (Gal.3:8-9). Ketika orang Israel pertama kali memasuki tanah perjanjian, mereka diperintahkan menghalau kejahatan bangsa-bangsa yang ada; untuk itu ada banyak peperangan di PL. Namun, perang bukan tugas utama bagi Israel. Setelah menundukkan kejahatan manusia, Israel menjadi terang bagi bangsa-bangsa sekitarnya. Menyedihkan, sebab dosa dan kebutaan rohani Israel sendiri menghalangi mereka untuk meraih dunia dengan kasih Allah. Yesus datang melakukan apa yang bangsa Israel gagal melakukannya.
Efesus 6:10-20
‘Perlengkapan rohani’.
Dalam kehidupan Kristen, kita berperang melawan penguasa dan kekuatan rohani (Ayat 10-17; I Pet.5:8). Untuk menahan serangan mereka, kita harus bergantung pada kekuatan Allah dan menggunakan setiap lembar tameng-Nya. Paulus memberi nasihat ini untuk gereja, tubuh Kristus, dan semua orang di dalam gereja. Seluruh tubuh mengangkat senjata. Kita melawan ‘kekuatan dunia gelap ini’ dengan kekuatan di dalam gereja, yaitu kekuatan Roh Kudus.
Siapa yang bukan ‘darah dan daging’ adalah roh-roh jahat, dikuasai setan (12). Setan bukan khayalan/fantasi melainkan sangat konkrit/nyata. Kita menghadapi sebuah kekuatan yang tujuannya adalah menghancurkan gereja Kristus. Apabila kita percaya Kristus, upaya setan ini menjadi musuh kita, dan setan mencoba setiap alat dengan tipu-muslihatnya untuk menarik kita dari-Nya dan kembali pada dosa. Meskipun kita dijamin menang, kita harus berperang dan bertahan sampai Kristus kembali, sebab setan terus berperang melawan semua yang ada di pihak Tuhan. Kita butuh kekuatan supra-natural untuk menghancurkan setan, dan Allah menyediakannya dengan memberi kita Roh Kudus-Nya di dalam diri kita dan perlindungan-Nya di sekitar kita. Jika kita merasa patah semangat/kecil hati, ingat kata Yesus pada Petrus: ‘Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya (Mat.16:18).
Bagaimana seseorang dapat berdoa di setiap waktu? (18). Salah satu caranya adalah membiasakan diri untuk merespon dengan cepat setiap situasi yang kita temui sehari-hari. Cara lain adalah berusaha agar hidup kita berada di sekitar kehendak Allah dan ajaran-Nya, sehingga hidup kita merupakan sebuah doa. Agar dapat berdoa setiap waktu, kita tidak perlu mengisolasi diri dari sesama dan dari aktifitas sehari-hari. Kita dapat membuat hidup kita menjadi sebuah doa, berdampingan dengan kehidupan dan hiruk-pikuk dunia yang membutuhkan pengaruh kuasa Allah. Doa ‘untuk segala orang Kudus’ berarti berdoa untuk semua orang percaya dalam Kristus; berdoa bagi para orang Kristen yang kita kenal dan bagi gereja di seluruh dunia.
Paulus menulis surat berisi dukungan dari dalam penjara (19-20). Paulus tidak meminta orang Efesus berdoa agar rantai yang membelenggunya diputus, tetapi ia akan secara terus menerus berbicara dengan tak kenal takut bagi Kristus dan bagi mereka. Allah dapat menggunakan kita dalam suatu situasi tertentu untuk melakukan kehendak-Nya. Kita boleh berdoa bagi perubahan di lingkungan kita, namun kita perlu mempersilakan Allah untuk mewujudkan rencana-Nya melalui diri kita, dimana kita berada. Pengenalan akan maksud kekal Allah akan menolong kita untuk dapat melalui saat-saat yang sulit.
Yohanes 6:60-69
‘Murid-murid yang mengundurkan diri di Galilea’ dan ‘Pengakuan Petrus’.
Roh Kudus memberi kehidupan rohani bagi kita; tanpa karya Roh Kudus kita tidak dapat melihat kebutuhan kita untuk membangun hidup baru (Ayat 63,65; 14:17). Semua pembaharuan kerohanian mulai dan berakhir dengan Allah. Ia menyatakan kebenaran bagi kita, hidup dalam kita, dan kemudian memampukan kita untuk merespon kebenaran itu.
Mengapa kata-kata Yesus membuat banyak pengikut-Nya meninggalkan-Nya? (66). Sebab (1) Mereka mungkin sadar bahwa Ia tidak akan menjadi Mesias sebagaimana yang mereka harapkan. (2) Ia menolak memenuhi permintaan mereka yang egois. (3) Ia menekankan iman, bukan perilaku. (4) Pengajaran-Nya sulit untuk dimengerti, dan beberapa kata-kata-Nya merupakan ancaman/serangan. Sebagaimana kita tumbuh dalam iman kita, kita mungkin tergoda untuk meninggalkan-Nya, sebab ajaran Tuhan Yesus sulit untuk dimengerti dan dipraktekkan. Akankah kita mengabaikan pengajaran-Nya dan menolak Kristus? Mohonlah kepada Allah untuk menunjukkan apa maksud ajaran-ajaran-Nya dan bagaimana memberlakukannya di hidup kita. Miliki dan pelihara dorongan untuk berbuat atas kebenaran Allah.
Tidak ada area ‘abu-abu’ (netral) apabila berhadapan dengan Tuhan Yesus (67). Ketika Ia bertanya kepada para murid, apakah mereka juga akan meninggalkan-Nya, Ia menunjukkan bahwa mereka harus tegas memilih, menerima atau menolak-Nya. Tuhan Yesus tidak memaksa orang dengan ajaran-ajaran-Nya. Dengan sederhana Ia mengemukakan kebenaran. Banyak orang menyaksikan karya nyata Tuhan Yesus, dan mereka terbagi menjadi dua kelompok, yaitu mereka yang ingin lebih banyak mengerti dan mereka yang menolak Tuhan Yesus sebab mereka tidak ingin menjadi seperti yang mereka dengar.
Setelah banyak para pengikut Tuhan Yesus meninggalkan-Nya, Ia bertanya pada 12 murid apakah mereka juga ingin meninggalkan-Nya (67-68). Petrus menjawab: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?’ Dengan berterus-terang, Petrus menjawab a.n dan untuk kita semua: tidak ada cara lain, kecuali tetap setia bersama-Nya, terlebih lagi ketika kita bingung dan merasa sendirian.
Benang Merah Tiga Bacaan
Allah memilih umat-Nya, termasuk kita, untuk menjadi berkat bagi semua orang. Untuk mewujudkan fungsi dan peran ‘menjadi berkat’ tsb ada berbagai tantangan yang harus dihadapi; sambil terus bertahan, perlu waspada agar kita dapat semakin tajam melihat maksud dan karya cinta kasih Allah bagi dunia.
Untuk bisa tetap bertahan kita harus bergantung pada kekuatan Allah dan menggunakan setiap lembar tameng-Nya. Kita membutuhkan kekuatan adi-kodrati dari Allah, berupa Roh Kudus-Nya dan perlindungan-Nya. Menjaga diri untuk tetap hidup di sekitar kehendak Allah dan ajaran-Nya dapat mengubah perilaku hidup kita sehari-hari bersama sesama di dunia nyata, sebagai wujud pembaharuan hidup.
Tidak ada area ‘abu-abu’ atau netral jika kita berhadapan dengan Tuhan Yesus. Respon kita harus jelas, menerima atau menolak-Nya dengan segala risiko serta konsekwensinya.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, sila dikembangkan sesuai konteks jemaat).
Pendahuluan
Mutiara Kata: “Laki-laki dan perempuan seperti dua sayap seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” (Sukarno, Presiden ke-1 Republik Indonesia, 1901-1970). Pesan mutiara kata ini cukup jelas: tidak boleh dan tidak perlu ada diskriminasi peran antara laki-laki dan perempuan. Keduanya harus bekerjasama, berbagi tugas, dan berbagi berkat (talenta, potensi, dll) agar dapat meraih cita-cita dan harapan setinggi mungkin!
Apa yang kita butuhkan agar kita dapat berbagi tugas dan berbagi berkat secara adil (tanpa diskriminasi: ras, suku, agama, tradisi, budaya, jenis kelamin, dll.) dalam kehidupan ini, agar kita dapat menjadi berkat? Firman Tuhan menolong kita untuk menemukan jawabannya!
Isi
‘Paham akan jati diri sebagai umat-Nya’.
Tuhan memanggil kita menjadi umat-Nya dan kita menerima panggilan itu dengan menjadi/sebagai warga Greja Kristen Jawi Wetan. Tuhan menempatkan diri kita di tengah-tengah sesama kita, sebuah masyarakat yang majemuk, beraneka-ragam ras, suku, agama, tradisi, budaya, jenis kelamin, dll. Di dalam situasi seperti itu, kita menghadapi berbagai tantangan.
Bagaimana kita bisa tetap menjaga diri dan tetap teguh sebagai umat-Nya? Kita tidak bisa mengandalkan diri sendiri, tetapi harus memiliki Penasihat yang memiliki kekuatan lebih dan adi-kodrati. Dimana kita mendapatkan-Nya? Tetaplah percaya, bahwa Tuhan yang memilih kita mempunyai kehendak dan tujuan baik, yakni menjadikan kita berkat bagi sesama.
Agar kita semakin sensitif akan panggilan tersebut, tidak ada jalan lain kecuali membangun relasi/hubungan yang semakin akrab dengan-Nya melalui/dengan membaca Firman Allah dan melakukan apa yang Ia katakan. Memelihara Firman Allah di dalam diri kita merupakan sebuah cara untuk bertahan tetap kuat. Kita harus menempatkan Firman Allah di tempat utama dan penting dalam hidup kita, mempersilakan-Nya tetap bekerja dan menjadi pembimbing di setiap hal yang kita lakukan.
Untuk itu, Alkitab berperan sangat penting untuk kita. Kekuatan adi-kodrati dari Allah, berupa Roh Kudus-Nya, memberikan perlindungan dan menjaga diri kita untuk tetap hidup di sekitar kehendak Allah dan ajaran-Nya, sehingga kita mampu berproses dalam sebuah perubahan perilaku hidup kita sehari-hari bersama dengan sesama di dunia nyata, sebagai wujud pembaharuan hidup.
‘Mampukah kita mengatakan: Ya atau tidak’?
Tidak semua orang memiliki kemampuan mengatakan: ya atau tidak, tidak semua orang mampu menunjukkan sikapnya yang tegas, terlebih lagi jika kita berhadapan dengan persoalan yang tidak sederhana atau rumit. Tantangan yang kita hadapi seringkali menempatkan diri kita di area abu-abu, dimana kita harus secara mandiri memilih: mana yang putih dan mana yang hitam. Jika kita tidak mampu melakukannya, tak jarang kita menyerah atau berada di area ragu-ragu atau tidak jelas: ya atau tidak?! Mengapa hal itu terjadi? Sebab seringkali kita bingung atau tidak tahu apa yang utama/prioritas bagi kita untuk membangun kehidupan sebagai umat-Nya.
Benar, tidak ada area ‘abu-abu’, netral, atau tidak tegas, apabila kita berhadapan dengan Tuhan Yesus. Ketika Ia bertanya kepada para murid, apakah mereka juga akan meninggalkan-Nya, Ia menunjukkan bahwa mereka harus tegas memilih: menerima atau menolak-Nya. Tuhan Yesus tidak memaksa orang dengan ajaran-ajaran-Nya. Ya, respon kita harus jelas, menerima atau menolak-Nya, ya atau tidak, dan dengan segala risiko serta konsekwensinya.
Roh Kudus memberi kehidupan rohani bagi kita; tanpa karya Roh Kudus kita tidak dapat melihat kebutuhan kita yang sebenarnya, untuk dapat membangun hidup baru. Semua pembaharuan kerohanian dimulai dan berakhir dengan Allah. Ia menyatakan kebenaran bagi kita, hidup dalam diri kita, dan kemudian memampukan kita untuk merespon kebenaran itu.
Mengapa kata-kata Yesus membuat banyak pengikut-Nya meninggalkan-Nya? Sebab mereka tidak yakin bahwa Tuhan Yesus dapat memenuhi harapan mereka, yakni menjadi Mesias secara politis (sebagai penguasa yang kuat secara duniawi dan tidak mati. Pengajaran-Nya sulit mereka pahami dan dapat mengganggu/mengancam kenyamanan mereka.
Barangkali, dalam proses kita bertumbuh dalam iman kita, kita pernah tergoda untuk meninggalkan-Nya juga, sebab ajaran Tuhan Yesus sulit untuk kita pahami dan praktekkan. Jangan pernah lelah memohon kepada Allah untuk menunjukkan apa maksud ajaran-ajaran-Nya dan bagaimana memberlakukannya di hidup kita. Ingatlah jawaban Petrus: ‘Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi?’ Dengan berterus-terang, Petrus menjawab, atas nama dan untuk kita semua: tidak ada cara lain, kecuali tetap setia bersama-Nya, terlebih lagi ketika kita bingung dan merasa sendirian.
Penutup
Sebagaimana penyanyi almarhum Gombloh, melalui lagunya yang tetap dikenal sampai sekarang, yakni ‘Gebyar-gebyar’, memberi energi nasionalisme untuk kita dengan syair lagu tsb: Indonesia merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatku! Demikian juga Firman Tuhan menolong kita untuk selalu memiliki energi dan semangat baru untuk tetap hidup bersama-Nya agar hidup kita memiliki makna positif dan menjadi berkat. Syalom! Amin.
Nyanyian: KJ. 336:1,2,3,4.
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi.
Pambuka
Wonten mutiara Kata ingkang ungelipun: “Laki-laki dan perempuan seperti dua sayap seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” (anggitanipun Bp. Sukarno, Presiden ke-1 Republik Indonesia, 1901-1970). Pesan mutiara kata menika cekap jelas: mboten pareng lan mboten perlu wonten diskriminasi peran antawisipun tiyang jaler kaliyan tiyang estri. Kekalihipun kedah tandang-damel sesarengan, gotong royong, mbagi tugas, lan mbagi berkah (talenta, potensi, lsp) supados saged nggayuh cita-cita lan pengajeng-ajeng ingkang inggil sarta luhur!
Menapa ingkang kita betahaken supados kita saged berbagi tugas lan berbagi berkah sacara adil (tanpa diskriminasi: ras, suku, agama, tradisi, budaya, jenis kelamin, lsp.) ing pigesangan menika, sarta supados kita saged dados berkah? Dhawuh pangandikanipun Gusti menika nuntun lan paring pitulungan dhumateng kita kangge manggihaken jawabanipun!
Isi
‘Paham bab jati diri /identitas minangka dados umatipun Allah’.
Gusti nimbali kita dados umatipun lan kita nampi timbalan menika lumantar dados warga Greja Kristen Jawi Wetan. Gusti mapanaken dhiri kita ing satengahing sesami kita, satunggiling masyarakat ingkang majemuk, beraneka-ragam ras, suku, agama, tradisi, budaya, jenis kelamin, lsp. Ing salebeting swasana ingkang mekaten menika, kita ngadhepi maneka warni/kathah tantangan.
Kadospundi caranipun kita saged tetep njagi dhiri lan tetep teguh dados umatipun? Kita mboten saged ngendelaken dhiri kita piyambak, nanging perlu lan kedah nggadhahi Penasehat ingkang kagungan kekiyatan pinunjul lan adi-kodrati. Ing pundi kita saged manggihaken Penasehat menika? Kita kedah tetep pitados, bilih Gusti ingkang milih kita kagungan karsa lan tujuwan ingkang sae, inggih menika ndadosaken kita berkah kangge sesami.
Supados kita tansaya sensitive/peka tumraping timbalan kalawau, mboten wonten margi sanesipun kejawi mbangun sesambetan utawi relasi ingkang langkung akrab kaliyan Panjenenganipun lumantar lan klayan maos Sabdanipun Allah lan nindakaken menapa ingkang dipun dhawuhaken. Ngreksa (memelihara) Sabdanipun Gusti Allah ing salebeting dhiri kita minangka satunggaling cara kangge bertahan tetep kiyat. Kita kedah mapanaken Sabdanipun Allah ing papan ingkang utami lan penting wonten ing gesang kita, ngaturi Panjenenganipun tetep makarya lan dados Panuntun ing sadhengah bab ingkang kita tindakaken.
Kangge menika, Kitab Suci kagungan peran ingkang sanget pentingipun kangge kita. Kekiyatan adi-kodrati saking Allah, arupi Roh Suci, maringi perlindungan lan njagi dhiri kita supados saged tetep gesang ing sakiwa tengenipun karsanipun Gusti Allah lan piwulangipun, saengga kita mampu berproses ing salebeting ewah-ewahan prilaku gesang kita sadinten-dinten sesarengan kaliyan sesame ing jagad nyata, minangka wujuding gesang ingkang kaenggalaken.
‘Menapa kita mampu ngucap: Ya utawi ora’?
Mboten sedaya tiyang gadhah kesagedan (kemampuan) ngucap: ya utawi ora, mboten sedaya tiyang mampu nedahaken sikap ingkang tegas, langkung-langkung menawi kita dhong ngadhepi persoalan ingkang mboten entheng alias rumit. Tantangan ingkang kita adhepi asring mapanaken dhiri kita ing dhaerah utawi wilayah abu-abu, ing pundi kita kedah sacara mandhiri milih: pundi ingkang pethak lan pundi ingkang cemeng/ireng. Menawi kita mboten mampu nindakaken, malah asring kita nyerah utawi ing malah ragu-ragu utawi mboten cetha: ya apa ora?! Kenging menapa bab ragu-ragu menika saged kedadosan? Awit asring kita bingung utawi mboten sumerep menapa ingkang utami/prioritas kangge kita, supados kita saged mbangun gesang minangka umatipun.
Leres, mboten wonten dhaerah utawi area ‘abu-abu’, netral, utawi mboten tegas, menawi kita aben ajeng kaliyan Gusti Yesus. Rikala Panjenenganipun ndangu para murid: apa kowe iya padha arep ninggalake Aku, Panjenenganipun nedahaken bilih para murid kedah kanthi tegas milih: nampi utawi nolak Panjenenganipun. Gusti Yesus mboten meksa tiyang lantaran piwulangipun. Saestu, respon kita kedah cetha, nampi utawi nolak, ya apa ora, lan kaliyan sedaya risiko sarta konsekwensi-nipun.
Roh Suci maringi gesang karohanen kangge kita; tanpa pakaryanipun Roh Suci kita mboten saged ningali kabetahan kita ingkang samesthinipun, kangge saged mbangun gesang enggal. Sedaya pembaharuan kerohanian dipun wiwiti lan dipun pungkasi dening Allah. Panjenenganipun nglairaken kaleresan kangge kita, kaleresan menika gesang ing dhiri kita, lan selajengipun ndadosaken kita mampu ngaturi respon kaleresan menika.
Kenging menapa pangandikanipun Gusti Yesus ndadosaken kathah para pendherekipun nilaraken Panjenenganipun? Sebab, kathah tiyang kala semanten ingkang mboten pitados/yakin bilih Gusti Yesus saged memenuhi pengajeng-ajengipun tiyang kathah, inggih menika dados Mesias sacara politis (minangka panguwaos ingkang kiyat sacara duniawi lan mboten seda). Piwulangipun ewet dipun mangertoti dening tiyang kathah lan malah saged ngganggu/ngancam raos nyamanipun tiyang kathah.
Mbokmenawi, ing salebeting proses kita tuwuh ing babagan iman kita, kita nate kagodha supados nilaraken Panjenenganipun ugi, sebab piwulangipun Gusti Yesus ewet kita mangertosi lan ewet kita praktekaken. Sampun ngantos kita kandheg ing panyuwun dhumateng Allah, supados Panjenenganipun kersa nedahaken menapa maksud lan tujuwan piwulangipun sarta kadospundi anggenipun nindakaken ing gesang kita. Enget ddhateng jawabanipun Petrus: ‘Gusti, ingkang kawula purugi sinten?’ Kanthi terus-terang, Petrus njawab, atas nami lan kangge kita sedaya: mboten wonten cara sanesipun, kejawi tetep setya nunggil kaliyan Panjenenganipun, langkung-langkung ing salebeting kita bingung lan rumaos piyambakan.
Panutup
Kados penyanyi almarhum Gombloh, lumantar lagunipun ingkang tetep dipun kenang ngantos samangke, inggih menika lagu ‘Gebyar-gebyar’, ingkang maringi energi/semangat nasionalisme kangge kita kanthi syair lagu kasebat: Indonesia merah darahku, putih tulangku bersatu dalam semangatku! Mekaten ugi Sabdanipun Allah mbantu kita kangge tansah gadhah energi lan semangat enggal kangge tetep gesang kaliyan Panjenenganipun, supados gesang kita nggadhahi arti positif lan dados berkah. Syalom! Amin.
Pamuji: KPK no. 317:1,2,3,4.