Menjadi Berkat dengan Membawa Perubahan Khotbah Minggu 19 Agustus 2018

6 August 2018

Bulan Pembangunan GKJW /Minggu Biasa
Stola  Hijau

 

Bacaan 1         : I Raja-raja 3:3-14
Bacaan 2         : Efesus 5 :15-20
Bacaan 3         : Yohanes 6:52-59

Tema Liturgis  : Bersekutu dalam Kristus dan berbagi berkat dengan sesama
Tema Khotbah: Menjadi berkat dengan membawa perubahan

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

I Raja-raja 3:3-14

Salomo mengetahui bahwa bahwa dia bisa menduduki  takhta kerajaan menggantikan Daud bukan karena kehebatannya sendiri. Dia menyadari bahwa semua itu  terjadi karena kesetiaan dan rahmat Allah terhadap ayahnya yaitu Daud. Daud mengikuti Allah seumur hidupnya dalam kebenaran, keadilan dan kejujuran. Allah dengan setia menggenapi janjinya kepada Daud. Tidak mengherankan jika lalu Salomo meneladani ayahnya, untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan akal budinya.

Salomo sadar betul akan status bangsa Israel sebagai  umat pilihan Allah dan merupakan milik Allah. Bukan semata-mata karena Salomo anak Daud maka Allah lalu menjadikannya raja. Sebab banyak anak Daud yang lain. Tetapi Allah memilih Salomo.  Bagi Salomo memerintah sebagai raja di Israel  merupakan penghargaan yang diberikan Allah kepadanya. Ia sangat bersyukur dipercaya Allah untuk memerintah umat pilihan-Nya. Dengan kesadaran itu, maka Salomo merasa tidak bisa sembarangan memimpin umat Allah yang sangat besar itu.

Maka dari itu Salomo meminta hikmad untuk membedakan mana yang baik dan mana yang benar agar ia tidak salah dalam membuat keputusan. Permintaan Salomo ini telah menyentuh hati Allah. Andai bisa kita bayangkan mungkin Allah sangat terharu melihat kerendahan hati Salomo, maka dari itu Allah berjanji akan memberkati Salomo menjadi raja yang besar. Janji yang diberikan Allah luar biasa, bahkan sebelum dan sesudah Salomo tidak akan ada raja yang seperti dia.

Efesus 5:15–20

“Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (Ef. 5:15). Kata “perhatikanlah” dalam ayat 15 dalam bahasa Yunani adalah Blepo artinya kita memperthatikan dengan sungguh-sungguh dan mengambil keputusan penting. Kata “seksama” yang digunakan adalah kata Yunani  “akribos”, artinya akurasi atau  ketepatan  yang tinggi dengan kata lain yang mengandung arti benar, akurat, konsisten, dan sempurna.

Bisa diambil kesimpulan bahwa  dalam menjalani kehidupan yang diberikan Tuhan kita tidak boleh sembarangan.  Kita harus hidup  dengan benar dan baik secara konsisten atau terus menerus. Untuk mencapainya maka kita harus sering meneliti kehidupan sehari-hari kita dengan kesadaran penuh. Sepanjang hari yang kita lewati hal buruk apa yang kita lakukan dan hal baik apa yang kita lakukan. Dengan cara demikian kita akan dapat mengetahui kesalahan kita untuk  meningkatkan kualitas hidup kita supaya akurat dengan Firman Tuhan.

“Pergunakanlah waktu yang ada” (Ef. 5:16a), kata “waktu” yang dipakai adalah “kairos”. Dalam bahasa Yunani kata yang menunjuk kepada waktu ada dua yaitu  kronos dan kairos. Kata kronos memiliki arti  urutan atau kronologi waktu diikuti dengan  tahun, bulan, hari, jam, menit dan seterusnya. Kata kairos merupakan suatu bagian dari waktu dalam kehidupan, yang ditandai dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang penting, sesuatu yang khusus terjadi. Sesuatu yang khusus, biasa disebut dengan moment atau kesempatan.  Kairos menunjuk waktu yang tidak bisa diulang. Hari-hari ini adalah jahat (Ef. 5:16b). Pada saat-saat ini Iblis dan hawa nafsu daging terus berupaya menjatuhkan dan mencengkeram manusia. Maka, kesempatan-kesempatan yang ada dalam kehidupan kita harus kita gunakan sebaik-baiknya.

Karena waktu yang diberikan Tuhan itu tidak dapat diulang maka Paulus mengajarkan agar jemaat Efesus hidup dengan  mengerti kehendak Tuhan (Ef. 5:17) Jangan sampai  menjadi bodoh dengan menyia-nyiakan waktu yang ada. Yaitu dengan hidup dipimpin oleh Roh Allah (Ef. 5:18-20). Jemaat diharapkan tidak  bermabuk-mabukan, sebab kebiasaan itu mendatangkan banyak kejahatan, tetapi hendaklah mereka  dipenuhi Roh Allah dan dipimpin oleh-Nya. Paulus menasehatkan agar  mereka banyak membicarakan perihal Tuhan, mengutip mazmur serta puji-pujian, dan menyanyikan lagu-lagu rohani dengan tulus hati. Itu berarti untuk menghindari perbuatan jahat diharapkan jemaat sering mengadakan aktivitas ibadah bersama-sama. Dalam kebersamaan , mereka akan saling menguatkan, saling mengingatkan satu sama lain. Dengan  selalu mengucap syukur kepada Allah dalam nama Tuhan Yesus Kristus, serta mengasihi Kristus dengan hidup yang saling melayani satu dengan yang lain. Dalam persekutuan yang kuat dan penuh kasih sayang bisa mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Yohanes 6:52-59

Konsep memakan daging dan meminum darah yang disampaikan oleh  Tuhan Yesus mengandung makna :

  1. Kesediaan Yesus memberikan tubuh-Nya adalah perlambang dari korban untuk menghapus dosa bagi orang Yahudi. Biasanya korban yang diberikan berupa hewan, tetapi Yesus memberikan diri-Nya sendiri sebagai korban. Ini sangat berbeda dengan orang-orang Yahudi, maka sangat wajar di ayat 52 orang-orang Yahudi mempertanyakannya. Karena tidak ada aturan korban manusia. Ajaran tentang minum darah ini kalau ditafsirkan secara hurufiah akan bertentangan dengan ayat-ayat seperti Kej 9:4,  Im 3:17,  Im 17:10,12,14. Yesus menyampaikan  konsep ini bukan hanya semata-mata untuk berlawanan dengan orang Yahudi saja, melainkan juga untuk menyatakan dirinya sebagai juru selamat kepada orang-orang Yahudi.
  2. Kesediaan Yesus untuk memberikan tubuh-Nya juga mengandung pembelajaran pada kesediaan-Nya untuk mengorbankan diri kepada manusia. Ini adalah sebuah keteladanan untuk kerelaan berbagi. Yesus memberikan diri-Nya sendiri bagi manusia, Ia memberikan satu-satunya yang paling berharga dalam setiap manusia yaitu diri-Nya sendiri. Kesediaan-Nya berbagi telah mengubah kehidupan manusia. Seperti Yesus juga berkenan kepada persembahan janda miskin yang meskipun hanya 2 peser tetapi itu adalah seluruh nafkahnya. Kerelaan berbagi bisa mempengaruhi kehidupan yang lain.

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Kesediaan untuk memberikan kualitas terbaik dari  kehidupan kita untuk bersama dengan yang lainnya  dalam kasih sayang dapat mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Dalam bukunya, SELAMAT PANJANG UMUR, Pak Andar Ismail mengisahkan tentang 3 orang tukang batu: Ada tiga orang pekerja sedang memasang batu tembok sebuah Gereja megah. Mereka diajukan pertanyaan yang sama, “apa yang sedang anda lakukan”? Pekerja pertama berkata
sedang memasang batu. Pekerja kedua berkata sedang mencari nafkah. Sedangkan pekerja yang ketiga berkata sedang membangun gedung dimana nanti banyak orang akan memuji dan memulyakan nama Tuhan.

Jawaban ketiganya sama-sama benar. Namun apa yang membedakan satu dengan yang lainnya? Yang membedakan adalah bagaimana cara memandang pekerjaan tersebut bukan hanya sebagai meletakkan batu dan sekedar mencari nafkah. Tetapi memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang berdampak besar bagi sesama. Pekerja pertama memandang pekerjaan itu hanya sekedar memasang batu. Pekerja kedua memandang itu sebagai sekedar mencari nafkah. Lalu pekerja ketiga memandang pekerjaan jauh lebih luas kedepan dan mengandung visi.

Isi

Begitu pula dengan kita. Masing-masing orang memiliki pekerjaan yang berbeda-beda. Yang membedakan adalah bagaimana cara kita memandang pekerjaan tersebut apakah kita memiliki Idealisme yang luhur bahwa pekerjaan kita akan berdampak luas atau hanya sekedar melakukan kewajiban.

Yesus kristus juga melakukan sebuah karya yang bisa membawa dampak luar biasa dalam kehidupan orang banyak. Dalam karya-Nya di dunia itu, beliau melakukannya dengan baik. Beliau menyerahkan satu-satunya yang paling berharga yaitu diri-Nya sendiri agar manusia di selamatkan. Ia memberikan kualitas terbaik dari diri-Nya untuk membawa perubahan pada diri manusia berdosa.

Salomo juga memberikan dirinya untuk berbagi berkat dengan sesamanya. Ia tidak serakah dengan meminta kekayaan atau umur panjang untuk dirinya sendiri. Ia meminta berkat hikmad agar ia dapat memerintah Israel dengan baik.  Hikmad yang dimintanya  kemampuan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang jahat agar ia tidak salah bertindak atas Israel. Ia ingin agar kehadirannya sebagai raja bisa menjadi damai sejahtera bagi rakyatnya. Ia ingin menjadi raja dengan kualitas yang baik, bukan hanya sekedar berkuasa dan tidak membawa dampak apa-apa sama sekali.

Kita semua juga dipanggil untuk menjadi berkat bagi banyak kehidupan. Mustahil itu akan terjadi jika kita tidak memiliki kualitas diri yang baik. Kualitas diri tidak dilihat dari harta , jabatan dan derajat kita tetapi dilihat dari hati,pemikiran,  karakter dan tingkah laku kita. Paulus, mengingatkan kepada kita (  Efesus 5:15-20) agar kita memperhatikan kehidupan kita masing-masing dengan seksama agar kita menjadi orang yang arif dan bukan orang yang bebal (15). Bisa dimulai dengan menjauhi hal-hal yang buruk yang merugikan diri sendiri contohnya seperti mabuk anggur, Sebab orang yang mabuk tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Ada banyak waktu yang kesempatan dalam kehidupan kita untuk hidup menjadi berkat bagi sesama kita, meneladani Yesus kristus yang memberikan nyawanya bagi kita.

Sebagai gereja, GKJW juga dipanggil untuk mandiri dan menjadi berkat bagi kehidupan-kehidupan yang lainnya. Itu mustahil terjadi jika warga GKJW tidak sangkul sinangkul mengupayakannya bersama-sama. Sebagai pribadi masing-masing orang mungkin memiliki kekurangan, tetapi sebagai persekutuan yang dipanggil untuk menjadi berkat kita bisa saling menopang satu dengan yang lainnya. Kita bisa saling mendoakan dan saling mengingatkan agar kehidupan warga GKJW berkualitas lahir batin dan benar-benar bisa menjadi berkat bagi masyarakat sekitar.

Penutup

Jika Yesus memberikan nyawanya untuk mengampuni dosa kita dan Salomo meminta hikmad agar bisa memimpin bangsa Israel, apakah yang bisa GKJW berikan untuk dibagikan dengan lingkungannya agar bisa membawa dampak yang merubah masyarakat menjadi lebih baik ? jangan sampai  jemaat-jemaat sibuk dengan urusannya masing-masing yang tidak berdampak bagi lingkungan. Jangan-sampai  uang persembahan banyak dibelanjakan hanya untuk kegiatan “spektakuler”yang sama sekali tidak berdampak merubah karakter, cara hidup dan kualitas hidup seseorang.  Contoh berapa banyak uang yang dihabiskan untuk perayaan-perayan natal dan hanya sedikit anggaran jemaat untuk diakonia transformatif.

( Catatan: Diakonia Transformatif dikenal juga dengan istilah Diakonia Pembebasan. Diakonia transformatif tidak berfokus pada satu individu saja tetapi pada kelompok masyarakat. Tujuannya adalah : (1) Mengusahakan penyadaran (konsientasi) dan mendorong rakyat untuk percaya pada diri sendiri melalui pemberdayaan dan pengorganisasian, (2) Mewujudkan perubahan total dalam seluruh aspek kehidupan manusia (aspek politik, sosial, dan ekonomi), dan juga membebaskan rakyat kecil dari belenggu ketertindasan. Bentuk diakonia seperti ini ditujukan bagi masyarakat yang terdiskriminasi, tersingkirkan, dan terbuang dari tatanan sosial-masyarakat.

Maka dari itu, bentuk diakonia ini dilakukan dengan menyadarkan masyarakat mengenai hakikat dirinya sehingga mereka memiliki rasa percaya diri, dan juga memberdayakan masyarakat dengan mengorganisasikan mereka sehingga mereka dapat menghadapi serta melawan ketidakadilan melalui kemampuannya sendiri).

Kita yang makan tubuh dan minum darah  Yesus, apakah sebagai gereja, apakah kita telah membangun GKJW untuk menjadi damai sejahtera bagi banyak kehidupan ?

Selamat membangun GKJW, seperti seorang tukang bangunan yang membangun gereja dengan tujuan dan harapan yang besar bahwa GKJW bisa secara mandiri menjadi berkat.

 

PUJIAN: KJ. 252

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Ing bukunipun ingkang mawi irah-irahan  SELAMAT PANJANG UMUR, pak Andar Ismail nyariosaken bab 3 tukang bangunan: wonten tigang tiyang ingkang mnabgu gereja ageng. Dumatheng tigang tiyang kalawau dipuntakenaken pitakenan ingkang kados makaten, “Punapa ingkang panjenengan tindakaken ?” Tukang ing sepisang lajung paring wangsulan  saweg masang bata. Tukang ingkang nomor kalih paring wansulan saweg pados pangupa jiwa. Tukang ingkang kaping tiga paring wangsulan bilih saweg mbangun  gedung ingkang badhe dipundamel tiyang kathah ngluhuraken asmanipun Gusti.

Wangsulang tigang tukang kalau kados-kados sami leresipun. Ingkan mbentenaken inggih punika caranipun nglampahi pendamelan punika mboten namung nata bata lan pados pangupajiwa kemawon ananging pendamelan punika saged nggadahi dampak ingkang ageng kangge tiyang sanes. Tukang ingkang pungkasan ngraosaken pendamelan punika langkung wiyar ing masa depan lan kagungan visi.

Isi

Makaten ugi kaliyan kita sedaya. Kita sedaya nggadahi pendamelan ingkang mawarni warni . Ingkang mbentenaken kita sadaya inggih punika cara kita mirsani pendamelan punika, punapa kita kagungan idealisme ingkang luhur  bilih pendamelan kita badhe nggadahi dampak ingkang sae kangge tiyang sanes katimbang namung sekedar nglampahi kuwajiban.

Yesus Kristus ugi tindakaken pakaryanningkang ageng lan nggadahi dampak ingkang luar biasa kangge umat manungsa ing bumi. Pakaryan ingkang dipun tindakaken Gusti Yesus ing bumi punika dipuntindakaken kanti sae. Gusti Yesus maringaken ingkang paling wigati ing gesaipun piyambak inggih punika nyawanipun supados para manungsa dipun luwaraken saking dosa lan nampi karahayon. Gusti Yesus maringaken kualitas ingkang paling sae saking gesangipun Piyambak supados wonten tentrem rahayu  lan wonten perubahan ing gesangipun manungsa ingkang kebak dosa.

Salomo ugi maringaken gesangipun kangge andum berkah dumateng sesaminipun.  Salomo mboten serakah kanti nyuwun bandha utawi umur panjang kangge gesangipun piyambak. Salomo nyuwun bekah kawicaksanan  supados saged ngrigenaken bangsa Israel kanti sae. Kawicaksanan ingkang dipunsuwun ingggih punika  kangge mbentenaken ingkang sae lan ingkang awon, supados mboten lepat anggenipun mimpin bangsa Israel.  Salomo kepingin sanget supados anggenipun dados nata ing Israel punika saged ndawahaken katentreman kangge rakyatipun. Salomo kepingi dados raja kanti kualitas ingkang sae, mboten namung nggadahi panguaos lan mboten saged dados dampak ingkang sae.

Kita sedaya ugi dipun timbali supados dados berkah  kangge gesang sanesipun. Punika mokal kelampahan bilih kita mboten gadahi kualitas gesang ingkang sae. Ajining diri punika mboten dipunpirsani asaking banda, pangkat lan drajat ananging saking resiking manah, pikir , aten-aten lan solah bawa kita. Paulus ing Efesus 5:15-20 ugi ngemutaken dumateng kita supados kita sami waspada dumateng gesang kita piyambak-piyambak  supados kita sami dados tiyang ingkang wicaksana lan mboten bodho. Punika saged dipun lampahi kanti mboten nindakaken perkawis-perkawis ingkang awon lang ngrugekaken gesangipun piyambak-piyambak.  Conthonipun mendhem anggur, awit tiyang ingkang mendhem punika mboten saged ngendalekaken gesangipun piyambak. Kathah wekdal lan kesempatan ingkung dipun paringaken Gusti dumateng kita sedaya supados kita saged dados berkah kangge tiyang sanes, nuladhani Yesus Kristus ingkang maringaken nyawanipun kangge kita sedaya.

GKJW dipun timbali supados saged mandiri lan dados berkah kangge-kangge pagesangan sanesipun. Punika mokal bilih GKJW mboten sangkul sinagkul  ngupadi sesarengan. Saben tiyang mbokmenawi nggadahi kekirangan, ananging pasamuan dipun timbali Gusti supados dados berkah, mila kedah nopang sesarengan setunggal lan setunggalipun . Kita saged sami ndongaken  lan sami ngemutaken supados  kualitas gesangipun warga GKJW sae lahir lan batin( Efesus 5:19-20) lan estu saged dado berkah kangge lingkungan.

Panutup

Bilih Gusti Yesus maringaken nyawanipun kagem dosa-dosanipun manungsa. Salomo nyuwun kawicaksanan kangge mimpin Israel, lajeng punapa ingkang saged dipunaturaken GKJW kangge lingkunganipun  supados saged dados dampak ingkang sae kangge lingunganipun ? sampun ngantos pasamuan sibuk kalian urusanipun piyambak-piyambak ingkang mboten berdampak kangge lingkunganipun.  Sampun ngantos pisungsung dipun telasaken kangge kegiatan “spektakuler “ ingkang mboten wonten dampakipun kangge  kangge merubah karakter, cara gesang  lan kualitas gesang. Contonipun, kathah biaya ingkang dipun telasaken kangge natalan  lan namung sakedik anggaran kangge diakonia transformatif.

Kita sedaya ingkang ndherek kembul dhahar sariranipun dan ngunjuk rahipun Gusti Yesus, punapa kita sampun mbangun GKJW supados dados tentrem rahayu kangge tiyang kathah ? selamat mmbangun GKJW kados denentukang bangunann ingkang nggadahi tujuan lan pangajeng-ajeng  ingkang ageng bilih GKJW saged mandiri lan dados berkah.

Pamuji: KPJ.335

Renungan Harian

Renungan Harian Anak