Minggu Paskah 6 | Masa Undhuh-Undhuh
Stola Putih
Bacaan 1: Kisah Para Rasul 16 : 9 – 15
Mazmur: Mazmur 67
Bacaan 2: Wahyu 21 : 10, 22 – 22 : 5
Bacaan 3: Yohanes 14 : 23 – 29
Tema Liturgis: Budaya Syukur dalam Aksi dan Tutur
Tema Khotbah: Diriku yang Memuliakan Tuhan
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kisah Para Rasul 16 : 9 – 15
Kisah Para Rasul 16:9-16 menceritakan tentang:
Perjalanan Paulus ke berbagai tempat untuk melakukan kebaikan
- Ia dan Silas, rekannya, pergi menyusuri wilayah Frigia dan daerah Galatia, di mana sepertinya Injil telah ditanamkan. Namun apakah itu dikerjakan oleh Paulus atau bukan, tidak disebutkan. Agaknya memang demikian, karena dalam suratnya kepada jemaat Galatia, Paulus menyebutkan pertama kali memberitakan Injil kepada mereka, dan mereka sangat menerima dia (Gal. 4:13-15). Selain itu, dalam surat tersebut tampaknya para pengajar agama Yahudi telah mengacaukan jemaat Galatia, dengan menyesatkan mereka. Pengajar agama itu menentang Paulus dan menjauhkan jemaat Galatia dari Injil Kristus, karena dalam suratnya Paulus menegur mereka dengan keras mengenai hal itu.
- Ketika itu mereka dicegah untuk memberitakan Injil di Asia (daerah itu memang disebut demikian). Ini karena daerah itu tidak membutuhkan mereka, sebab sudah ada orang lain yang melakukannya di sana. Atau karena saat itu orang-orang di sana belum siap menerima Injil, seperti sesudah itu (Kis. 19:10), ketika semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan. Atau, seperti pendapat Dr. Lightfoot, karena pada saat itu Kristus mau menugaskan Paulus di dalam pekerjaan yang baru, yaitu memberitakan Injil kepada sebuah daerah jajahan Roma di Filipi, karena hingga saat itu orang bukan-Yahudi yang diinjili olehnya hanya orang Yunani. Orang Yahudi lebih membenci orang Romawi jika dibandingkan dengan orang-orang bukan Yahudi lainnya. Pasukan Romawi adalah pembinasa keji. Karena itu, untuk alasan yang luar biasa khususnya di dalam panggilannya selama itu, Paulus dilarang memberitakan Injil di Asia dan di tempat lain, supaya ia memberitakan Injil di Filipi. Hal ini menyiratkan bahwa setelah itu terang Injil akan bergerak lebih ke barat daripada ke timur.
Panggilan Paulus secara khusus ke Makedonia, yaitu Filipi ibu kotanya, yang agaknya penduduknya kebanyakan orang Roma (Ay. 21). Di sini kita dapati:
- Penglihatan didapatkan Paulus (Ay. 9). Ia memperoleh banyak penglihatan, untuk menguatkan dan menuntunnya dalam melakukan pekerjaan. Seorang malaikat muncul di hadapannya, untuk mengatakan kepadanya bahwa Tuhan ingin supaya ia pergi ke Makedonia. Semoga ia tidak menjadi kecewa dengan larangan yang diberikan kepadanya lagi dan lagi, yang menghalangi apa yang telah direncanakannya. Sebab, meskipun tidak pergi ke tempat yang dipikirkannya, ia pergi ke tempat dimana Allah menyediakan pekerjaan baginya.
- Tafsiran atas penglihatan tersebut (Ay. 10). Mereka menarik kesimpulan, bahwa Allah telah memanggil mereka untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sana. Dan mereka pun siap pergi ke mana pun Allah menyuruh mereka. Perhatikan, kadang-kadang kita bisa menyimpulkan adanya suatu panggilan dari Allah berdasarkan suatu panggilan yang dialami seseorang. Jika seorang Makedonia berkata, “Datanglah dan tolonglah kami,” maka dari situ Paulus menarik kesimpulan bahwa Allah berkata, “Pergilah dan tolonglah mereka.”
Sambutan dingin yang diterima Paulus dan rekan-rekannya di Filipi.
Orang akan berharap dengan memperoleh panggilan yang begitu khusus dari Allah dari tempat itu, mereka akan mendapatkan sambutan penuh sukacita di sana, seperti yang diterima Petrus dari Kornelius ketika malaikat mengutus Paulus ke tempatnya. Di manakah orang Makedonia yang memohon kepada Paulus untuk datang segera? Mengapa ia tidak menggerakkan orang sebangsanya, setidaknya beberapa, untuk pergi dan menjumpai Paulus? Mengapa Paulus tidak diterima dengan upacara penyambutan, dan memberikan kepadanya kunci kota itu? Tidak ada hal semacam itu yang terjadi, karena:
- Perlu beberapa waktu sebelum semua perhatian diarahkan kepada Paulus. Di kota itu kami tinggal beberapa hari, mungkin di penginapan, dan mereka membayarnya sendiri, karena tidak ada teman yang mengundang mereka, bahkan untuk makan pun tidak, sampai Lidia menjamu mereka. Mereka telah berusaha secepat mungkin untuk sampai ke sana, tetapi setelah tiba di sana, mereka hampir tergoda untuk berpikir bahwa lebih baik seandainya mereka tidak berangkat. Namun ini memang telah diatur untuk menguji apakah mereka mampu menanggungnya, ketika mereka diabaikan dan menganggur.
- Ketika mereka memperoleh kesempatan untuk memberitakan firman, tempatnya tersembunyi, sederhana dan kecil saja (Ay.13). Di sana tampaknya tidak ada tempat ibadah orang Yahudi, yang bisa menjadi pintu masuk bagi mereka, dan mereka juga tidak pernah pergi ke kuil berhala orang-orang kafir untuk memberitakan firman di mimbarnya. Namun di sini, dengan melakukan pengamatan, mereka menemukan ada sebuah pertemuan kecil yang diadakan oleh para wanita baik-baik, yang merupakan penganut baru ajaran Yahudi. Para wanita ini boleh jadi akan berterima kasih kepada Paulus dan rekan-rekannya jika mau memberitakan firman kepada mereka. Tempat pertemuan itu ada di luar pintu gerbang kota. Di sana pertemuan semacam itu tidak dilarang, namun tidak akan dibiarkan jika diadakan di mana pun di dalam kota. Itu adalah suatu tempat sembahyang Yahudi (KJV: tempat di mana doa biasa dinaikkan – pen.), proseuchē– suatu rumah doa (begitulah menurut beberapa orang), suatu kapel, atau sinagoge yang lebih kecil.
Pertobatan Lidia, mungkin adalah orang pertama di sana yang menjadi percaya kepada Kristus, meskipun bukan yang terakhir. Dalam Kisah Para Rasul, tidak hanya diceritakan mengenai tempat-tempat yang dimenangkan, tetapi juga banyak orang secara pribadi.
- Ia sangat memperhatikan firman Allah. Hatinya terbuka begitu lebar sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Ia tidak hanya mendengar firman yang disampaikan Paulus, tetapi juga memperhatikannya.Dia mempraktikkan (beberapaorang menafsirkannya demikian) apa yang dikatakan oleh Paulus. Firman menghasilkan sesuatu yang baik bagi kita dan menimbulkan kesan yang mendalam.
- Lidia memberikan diri kepada Yesus Kristus, dan memeluk agama-Nya yang kudus. Ia dibaptis, dan melalui upacara yang khusyuk ini seorang anggota ditambahkan pada jemaat Kristus. Bersama dengan dia, seisi rumahnya juga dibaptis, baik mereka yang lahir di rumahnya,
- Lidia bersikap sangat ramah terhadap para pelayan Tuhan itu, dan sangat ingin supaya diajar lebih jauh lagi oleh mereka tentang Kerajaan Allah. Ia mengajak kami, katanya, “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan.”annya sendiri (mis. Yer 16:9; 20:4; Yer 25:1-14; 27:19-22; 28:15-17; 32:10-13; 34:1-5); nubuat lainnya
- Wahyu 21 : 10, 22 – 22 : 5
Sasaran dan pengharapan terakhir dari iman PB ialah suatu dunia baru yang diubah dan ditebus, tempat Kristus tinggal dengan umat-Nya dan kebenaran berdiam dalam kesempurnaan kekudusan (Band 2 Ptr. 3:13). Untuk menghapus semua bekas dosa, maka bumi, bintang-bintang dan galaksi harus dihancurkan. Langit dan bumi akan digoncangkan dan akan lenyap seperti asap; bintang-bintang akan dihancurkan (Yes. 34:4) dan unsur-unsur dunia akan hangus (2 Ptr. 3:7, 10, 12). Bumi yang baru itu akan menjadi tempat tinggal manusia dan Allah (ayat Why. 21:2-3; 22:3-5). Semua orang tebusan akan memiliki tubuh seperti tubuh kebangkitan Kristus, yaitu yang nyata, dapat dilihat dan dapat dijamah, namun tidak dapat rusak dan bersifat abadi Dalam Wahyu 21:9 adalah metafora untuk kota yang baru ini berarti bahwa umat Allah akan tinggal di dalamnya. Yohanes memakai bahasa simbolis untuk melukiskan Kota yang Kudus, yang kemuliaannya tidak dapat dipahami seluruhnya oleh pengertian manusia (lih. Why. 21:9-22:5). Sedangkan dalam ayat 12-14 dinyatakan bahwa Tembok kota itu menunjukkan keamanan yang dimiliki oleh orang-orang yang telah diselamatkan dalam kota yang baru itu. Dua belas pintu gerbang itu melambangkan Israel (Why. 21:12) dan dua belas batu dasar itu melambangkan gereja (Why. 21:14). Hal ini menekankan kesatuan umat Allah dari zaman PL dan PB.
Yohanes 14 : 23 – 29
Bagi Tuhan Yesus masalah perjuangan Israel melawan Roma adalah sesuatu yang tidak perlu diceritakan saat itu. Dia mengabaikan hal itu dan mengarahkan perhatian mereka pada suatu hal yang jauh lebih besar, yaitu bagaimana caranya orang dapat mengalami penyertaan dan kasih Kristus. Seolah-olah mereka bertanya, “Mengapa Engkau tidak akan menyatakan diri-Mu pada dunia?” tetapi Dia menafsirkan pertanyaan itu dengan arti “Mengapa Engkau menyatakan diri-Mu kepada orang yang menuruti Firman-Mu?”. Dengan kata lain, Dia mengabaikan anak kalimat “dan bukan kepada dunia?” dalam pertanyaan Yudas. Jawaban yang Yesus berikan kepada mereka adalah “karena kasih!” Dia suka menceritakan kasih Allah Bapa bagi mereka yang mengasihi Dia. Mereka yang taat, yang mengasihi Dia akan dikasihi oleh Allah Bapa dengan cara yang tidak terbatas pada teori saja. Wujud kasih itu adalah Tuhan Yesus dan Allah Bapa akan datang kepada mereka yang menuruti firman-Nya, lagipula mereka akan diam bersama-sama dengan orang itu. Sebaiknya dicatat bahwa dalam konteks ini ungkapan diam bersama-sama dengan seseorang tidak merujuk pada hasil kasih karunia, melainkan merujuk pada hasil ketaatan. Tampaknya berkat ini diberikan khusus kepada orang yang taat, bukan kepada setiap orang yang lahir baru. Mereka diberkati dengan suatu berkat yang akan dinikmati oleh seluruh ciptaan Allah pada akhir zaman, yaitu kedatangan dan kehadiran Allah, seperti apa yang dinubuatkan dalam Wahyu 21:3. Berkat yang dijanjikan kepada orang yang taat dalam Wahyu 3:20 mirip dengan berkat ini: “…jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Mulai dengan ayat 26 Tuhan Yesus menceritakan peranan Roh Allah, tetapi rupanya ayat ini pun merujuk pada peranan Roh Allah, karena pada zaman ini Roh Allah adalah yang datang dan diam bersama-sama dengan seseorang.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Hidup dalam keMahakuasaan Tuhan membuat seluruh kehidupan ini menjadi tenang dan membawa kehidupan kita tidak lagi diwarnai oleh banyaknya kepentingan dan keinginan bahkan juga rintangan yang berat. Bagaikan hidup yang tidak lagi memerlukan bulan dan matahari karena kemuliaan Tuhan jauh lebih membahagiakan. Untuk itulah hidup sebagai penuh dengan rasa syukur.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Salah seorang rekan bercerita: ada nasi pecel seharga Rp. 3.000, – dan dawet hanya Rp. 500,-. Penasaran rasanya, kok ada pecel dan dawet semurah itu, di saat harga beras tidak murah, harga cabe selangit, transpotasi meninggi, belum lagi harga barang yang lain. Akhir kesampaian juga kami di wilayah Kromengan Kabupaten Malang bertemu penjual Pecel dan dawet bahkan rujak yang bernama Mbah Tumini. Kami hanya makan Rujak karena nasi pecelnya sudah habis. Kami bertiga makan rujak 3 porsi, krupuk 4 bungkus dan es Teh. Saat ditotal habisnya Rp. 11.500,- Ini bukan kisah hayalan dan bukan dibuat-buat. Hidup di masa sekarang, apakah masih ada yang melakukan demikian? Bahkan Mbah Tum mengatakan dengan cara ini, dia bisa menguliahkan anaknya di Universitas Negeri terkenal di Kota Malang jurusan teknik perikanan. Bahkan warungnya pernah kehadiran pejabat seorang Bupati untuk makan di warung itu. (Lihat tayangan ini ). Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi kita bahwa hidup mengerjakan sesuatu yang membuat bahagia tidak banyak mencari keuntungan, sekalipun mengalami rintangan dan tantangan, namun Tuhan selalu menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya
Isi
Yang dialami Paulus adalah hidup yang mengalami penataan Tuhan Allah. Saat Paulus melakukan beberapa kali perjalanan, Paulus menentukan kemana dia dan Silas melanjutkan perjalanannya sebagaimana kesaksian firman Tuhan dalam Kisah Para Rasul yang kita baca saat ini. Perjalanan dari hasil penglihatannya karena ada seorang Makedonia yang mengatakan: “Menyebranglah ke mari dan tolonglah kami!” Itulah yang dijalankan Paulus dan Silas melalui Troas lalu ke Samotrake dan sampailah dia di Neapolis dan Filipi. Kedua kota tersebut bagian dari Kerajaan Makedonia saat itu. Panggilan menuju bagian dari kerajaan Makedonia ini tidak disambut dengan hangat namun cenderung diabaikan. Terlebih di kota Filipi, Paulus ditangkap dan dipenjara. Namun Paulus melakukan panggilannya ini dengan bahagia. Kebahagiaan seperti itulah yang menjadikan Paulus dan Silas tahu bahwa selalu ada cara Tuhan untuk menolong mereka dalam mengabarkan kabar sukacita. Bertemulah mereka dengan Lidia, si penjual kain ungu yang menerima mereka bahkan dibaptis beserta seisi rumahnya. Panggilan yang dilakukan dengan tulus pastilah berbuah.
Disebutkan dalam Injil Yohanes bahwa di saat kita menjalani hidup penuh dengan tantangan, godaan, dan rintangan yang berat, belajarlah seperti yang dialami Tuhan Yesus. Tuhan Yesus memegang 2 kata, yaitu mengasihi dan menuruti Fiman Tuhan. Sejauhmana kasih itu bisa membangun diri kita? Apakah kasih pertemanan, kasih persaudaraan, atau kasih yang besar dengan tidak lagi melihat seberapa tantangan yang harus kita hadapi, tetapi kita melakukannya dengan sukacita? Sebagai contoh saat kita melakukan perkunjungan, saat kita masih menghitung untung dan rugi, artinya kita masih belum sepenuhnya mewujudkan hidup mengasihi. Memang banyak pencobaan dan tantangan yang dapat mempengaruhi kita, tetapi orang yang mengasihi dan melakukan Firman Tuhan, membuatnya bisa melakukan segala perkara dan selalu ada hal yang membahagiakan. Bahkan disebutkan damai sejahtera kuberikan kepadamu itulah yang dinyatakan Tuhan Yesus.
Hal ini dipertegas dalam kitab Wahyu yang menyatakan bahwa saat berada dalam kebersamaan dengan Allah, kemuliaan Tuhan membersamai mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan. Mereka yang tertulis namanya dalam kitab kehidupan adalah mereka yang selalu membangun kehidupan. Termasuk diri kita, dimana kita membangun kehidupan melalui tutur kata kita yang menghibur dan membangun. Apakah kita sudah mewujudkan budaya membangun kehidupan? Atau masih sebaliknya? Ayo kita renungkan ! Mbok Tum saja bisa!
Penutup
Hidup yang kita jalani saat ini mamang tidak lepas dari banyak hal yang mempengaruhi diri kita. Banyak perkara yang membuat kita terpengaruh dan menjadikan kita kehilangan standar hidup orang bahagia. Sejatinya kebahagiaan itu bukan diukur dari kehidupan yang mempengaruhi diri kita, tetapi kebahagiaan akan ada di saat kita memiliki kekuatan untuk mengasihi dan melakakan firman Tuhan dalam hidup kita. Bersyukurlah kalau saat ini kita masih memiliki hati untuk mengasihi kepada Tuhan maupun dengan sesama dengan sungguh-sungguh. Bersyukurlah juga saat kita masih diberi kekuatan untuk melakukan firman Tuhan dengan baik, sebab itulah yang menjadikan kita tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan apapun di luar kita. Ada ungkapan, “Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, melaikan hidup dengan selalu bersyukurlah yang membuat kita bahagia.” Semoga hari ini kita selalu mampu bersyukur dalam segala hal, dengan segenap hati kita. Tuhan memberkati. Amin. [SM].
Pujian: PKJ. 7 Bersyukurlah pada Tuhan
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Wonten rencang ingkang cariyos bilih wonten sega Pecel reginipun Rp 3.000,- lan dawet reginipun Rp 500,-. Raosipun penasaran, kok wonten ing jaman samangke, ing pundi regi beras awis, lombok inggih awis, transportasi ugi mboten mirah, malah regi sanesipun kathah ingkang mindak, kok saged sadean murah! Pungkasanipun kula lan rencang kula kasembadan saged dugi dhateng wilayah Kromengan Kabupaten Malang kepanggih kaliyan ingkang sadean pecel lan dawet, malahan rujak punika, naminipun Mbah Tumini. Nalika wonten ing wandenipun sega pecelipun sampun telas, kantun wonten rujak lajeng kula sarencang nedha rujak. Sasampunnipun nedha rujak kaliyan kanca rencang tigang (3) porsi, krupuk sekawan bungkus, es teh setunggal. Lajeng dipun etang telasipun Rp 11.500,- wooo…. . Punika sanes cariyos dongeng lan cariyos ingkang dipun skenario. Gesang ing jaman samangke taun 2025 (nalika wonten ing wandenipun) punapa saged lumampah ingkang mekaten? Mbah Tum ugi cariyos srana cara mekaten punika, piyambakipun saged nyekolahaken putranipun ingkang ragil wonten tehnik perikanan universtas negri ing kiuha Malang, lan ugi wandenipun nate dipun sowani dening bupati Kabupaten Malang, dhahar wonten wande punika. Saget dipun pirsani video punika. Cariyos punika saged dados inspirasi kagem kita bilih gesang punika mboten namung kagem pados untung ingkang kathah, nanging ndadosaken kabingahanipun liyan. Sinaosa gesang punika ngalami pambengan lan tantangan, kita kedah pitados bilih Gusti Allah tansah nedahaken PanguwaosiPun.
Isi
Ingkang nate dipun alami dening Rasul Paulus inggih punika gesang ingkang prantanipun Gusti. Nalika Paulus martosaken Injilipun Gusti lumampah sinareng Silas, piyambakipun nglajengaken lampahipun kados ingkang kita waos ing Lelakone Para Rasul waos wanci punika. Piyambakipun nglajengaken lampah kanthi nampi wahyu arupi tiyang Makedonia ingkang nyuwun pitulungan kanthi tembung, “Panjenengan kula aturi nyabrang mriki saha mitulungi kula sadaya.” Lampah punika ingkang ndadosaken Paulus lan Silas tindak martosaken Injil dhateng Troas lajeng dhateng Samotrake lajeng nyampek wonten ing Nekapolis lan Filipi. Kalih kitha punika perangan saking nagari Makedonia. Timbalan tindak tumuju dhateng negari Makedonia mliginipun wonten ing kitha Filipi, Rasul Paulus lan Silas mboten dipun tampi kanthi sambutan ingkang sae. Mboten wonten panampi ingkang ramah malah kepara mboten dipun anggep/gape. Wonten cariyos salajengipun Paulus lan Silas ing kitha Filipi malah nate dipun kunjara. Sinaosa kawonten ingkang mboten mbingahaken ingkang dipun tampi dening Paulus, sadaya tetep dipun lampahi kathi saos sokur lan tetap martosaken Injilipun Gusti. Mekaten wiji pangandhikanipun Gusti tetep kasebar lan mboten wonten ingkang nglaha (sia-sia) lan muspra. Gusti Allah tetap paring papan kagem wiji pangadika punika tuwun wonten papan ingkang subur. Nalika Paulus kepanggih kaliyan Lidia, ingkang sadean kain unggu. Lidia saged nampi pangadikanipun Gusti punika, kalajengaken nyuwun kabaptis sesarengan kaliyan sadaya brayat salebetipun griya. Pawarta Injilipun Gusti saged ngasilaken woh kabingahan. Tetela bilih mboten wonten prekawis kasaenan ingkang nglaha.
Mekatena ingkang kawartosaken ing Injil Yokanan: nalika kita nglampahi kasaean nanging taksih wonten pambengan lan godha rencana, mangga kita saged nuladhani Gusti Yesus. Gusti Yesus nedahaken kalih tembung ingkang dipun lampahi, inggih punika “Nresnani” lan “Nindakaken Karsanipun Gusti.” Sepinten tembung nresnani punika kelampahan ing gesang kita? Punapa katresnan ingkang awujud kekancan, pasedherekan utawi katresnan ingkang nglangkungi saking sekatahing panggoda lan pacoben sampun kita tindakaken? Tegesipun tresna kita punika sampun ngantos namung pados untung lan rugi. Contonipun: aku ngendangi/ kunjungan (dolen) neng kancaku iku untunge apa? Menawi taksih etung-etungan ateges katresnan kita taksih cekak. Mestinipun tresna lan setya nglampahi karsanipun Gusti punika kedah nglangkungi sekatahing pacoben lan godha, raos untung lan rugi! Dhawuhipun Gusti Sang Juru Panglipur tansah nyarengi dhateng saben tiyang ingkang nresanani kanthi gomoloning manah sarta netepi dhawuhipun Gusti kanthi saestu. Lan pungkasanipun mboten wonten kasaenan ingkang tulus ingkang pungkasnipun ngloha. Gusti tansah paring panglipur nalika kita nindakaken kasaenan sinaosa lumampah ing pacoben lan panggodha. Kanthi mekaten sampun waleh-waleh anggen kita nindakaken kasaenan.
Salebetipun kitab Wahyu ingkang asring kawastanan kitab kagem gesang ing tembenipun, ugi nyebutaken bilih kita saged nindakaken kasaenan nalika kita gesang sinarengan kaliyan Gusti Allah. Kamulyaning Gusti Allah tansah nunggil dhateng para tiyang ingkang asmanipun kaserat wonten ing Kitab Panguripan. Kita ingkang naminipun kaserat wonten ing kitab Panguripan kedah purun mbangun pigesangan lumantar pitutur lan tumindak gesang ingkang nglipur lan mbangun sesami. Gesang ingkang kebak ing saos sokur punika saged dados padatan (Kebiasaan/budaya) kita ing padintenan. Punapa kita saged? Mangga kita renungaken, Mbah Tumini kemawon saged!
Panutup
Gesang ingkang kita adepi ing jaman punika pancen kathah prekawis ingkang kedap kita adhepi ing pigesangan kita. Kathah prekawis ingkang ndadosaken kita kedlarung wonten ing sawernipun kawontenan, ingkang ndadosaken kita kecalan cepengan utawi gondelan. Sejatosipun kabingahan punika mboten kaukur saking punapa ingkang kita raosaken, nanging kabingahan punika nalika kita nggadhahi kakiyatan kangge nindakaken katresnan ingkang saestu lan nindakaken karsanipun Gusti. Mestinipun punika ingkang ndadosaken kita tansah saos sokur, karana kita nggadhahi manah ingkang nresnani dhateng Gusti lan sesami. Kita ugi saos sokur awit saged nglampahi karsanipun Gusti. Punika ateges manah kita nggadhahi cepengan, inggih punika kapitadosan dhateng Gusti Yesus ingkang dados juru wilujeng kita. Kanthi mekaten kita mboten gampil kedlarung ing sawernipun kawonten. Kanthi mekaten: “Sanes kabingahan ingkang ndadosaken kita saos sokur, nanging raos sokur punika ingkang ndadosaken kita bebingah.” Mugi gesang kita kebak ing saos sokur malah dados padatan ing gesang kita sami. Amin. [SM].
Pamuji: KPJ. 184 Sukur Akanthi Tulus