Yesus Memanggil Setiap Orang Bersaksi dan Beraksi Khotbah Ibadah Kenaikan Yesus Kristus 29 Mei 2025

13 May 2025

Kenaikan Tuhan Yesus | Pembukaan Bulan Kespel
Stola Putih

Bacaan 1:  Kisah Para Rasul 1 : 1 – 11
Mazmur: Mazmur 93
Bacaan 2: Efesus 1 : 15 – 23
Bacaan 3: Lukas 24 : 44 – 53

Tema Liturgis: Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi
Tema Khotbah: Yesus Memanggil Setiap Orang Bersaksi dan Beraksi

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah) 

Kisah Para Rasul 1 : 1 – 11
Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil Lukas. Dalam Injil Lukas dituliskan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus sampai pada hari Ia terangkat ke surga. Sedangkan dalam Kisah Para Rasul dimulai dari saat Yesus terangkat ke surga serta menceritakan tentang penyebarluasan Pekabaran Injil. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya.

Sebelum Yesus terangkat  ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid yang telah dipersiapkan-Nya itu. Yesus memerintahkan kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus yang akan    memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kis. 2-7), seluruh Yudea dan Samaria  (Kis. 8-12)      dan sampai ke ujung bumi (Kis. 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan perubahan baru di dalam kehidupan mereka. Kuasa (Yunani : δυναμισ : dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi  kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran dari Yesus. Para murid menjadi saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengar Yesus bangkit dari kematian.

Efesus 1 : 15 – 23
Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penekanan bahwa mereka adalah persekutuan orang-orang percaya  yang dipanggil keluar untuk bersaksi dan melayani. Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus,     orang percaya di Efesus memiliki perubahan di dalam kehidupannya. Mereka semakin kuat di dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil sebagai saksi Kristus,  sehingga mereka juga memiliki kasih kepada sesamanya. Oleh karena apa yang mereka lakukan itu, Paulus menaikkan doa syukur atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama, sekaligus memohonkan supaya mereka senantiasa mendapatkan hikmat dan wahyu agar terus dapat mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka untuk memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang    kudus, serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19).

Lukas 24 : 44 – 53
Yesus menampakkan diri kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, maka ada perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka mengerti akan tugasnya, yaitu menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya dimulai dari Yerusalem sampai           kepada segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka berangkat menjalankan tugas sebagai saksi Kristus, mereka  terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani: δυναμισ: dunamis).

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan  menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Para murid tidaklah sedih atas kepergian Yesus ke surga, hal ini tentu berbeda saat kematian- Nya, para murid merasa sangat ketakutan, sehingga bersembunyi di ruang atas sebuah rumah. Mereka penuh kegembiraan kembali ke Yerusalem, karena memahami pemenuhan perutusan Yesus untuk menjadi saksi-Nya    dan menantikan karunia yang dijanjikan-Nya, yaitu kuasa yang akan memperlengkapi mereka bersaksi tentang     Kristus dan melayani sesama, seperti yang diperbuat Kristus.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga perikop berbicara tentang  panggilan setiap orang untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Menyiapkan diri menjadi saksi Kristus menjadi tema besar dalam ketiga bacaan. Dua bacaan ketika Tuhan Yesus harus meninggalkan para murid dan bacaan Efesus adalah peringatan Paulus kepada jemaat di Efesus. Ketiganya bercerita tentang pentingnya berakar pada Kitab Suci sambil mengandalkan pimpinan Roh Tuhan sebagai syarat pengenalan akan Allah dan keterlibatan untuk menjadi saksi saksi-Nya, melayani sesama dalam kasih.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Penulis buku  Personality Plus,  Florence Littauer  dalam sebuah seminar yang diadakannya tampil di panggung bersama 26 penulis lain. 26 penulis lain adalah para penulis yang kesemuanya ia bantu dalam proses penulisan buku mereka masing-masing. Ia berdiri dan mengatakan kepada para pengunjung disana, “Jika Anda mengira saya sangat bangga pada buku-buku saya, Anda keliru. Saya paling bangga pada orang-orang ini, yang telah saya bantu untuk menjadi penulis.” Florence adalah penulis yang tidak mendefinisikan keberhasilannya dengan banyaknya buku yang ia terbitkan, tetapi banyaknya  orang-orang yang dapat belajar melaluinya, melanjutkan perjuangannya  dan   melalui tulisan dan karya-karyanya, ia dapat menolong orang lain untuk  melakukan yang baik.

Isi
Tuhan Yesus juga menyadari tidak akan selamanya Ia di tengah para murid. Oleh karena itu, selama mengerjakan karya-Nya di dunia, Ia  selalu melibatkan dan bekerja bersama banyak orang. Ia juga tidak pernah bekerja seorang diri. Ia memanggil 12 murid-Nya, memberdayakan mereka dan mendorong mereka untuk bekerja bersama dan meneruskan perjuangan-Nya untuk mewartakan kabar baik. Mereka adalah orang dengan ragam latar belakang. Petrus dan Andreas adalah keluarga nelayan, Yohanes dan Yakobus adalah anak dari nelayan, Yakobus dan Matius yang adalah pemungut cukai.  Selain  12  murid yang dipilih Yesus sejak awal, tentunya kita tahu bahwa  dalam perjalanan pelayanan Yesus, kita  diperkenalkan  pada  murid  lain, misalnya para perempuan (seperti: Maria, Martha, perempuan Samaria), anak (pembawa 5 roti dan 2 ikan) dan lansia.

Dikisahkan, para murid turut menyembuhkan orang sakit, mengusir setan demi nama-Nya, mewartakan keselamatan-Nya dan berbagi. Setelah hidup dan berkarya sekian lama bersama sang Guru, tiba waktunya para murid yang terlibat, menyiapkan diri melanjutkan karya Tuhan di dunia. Penugasan ini sudah dinyatakan dan dipersiapkan jauh sebelumnya, yaitu ketika  Yesus berada di tengah-tengah mereka. Selama para murid hidup bersama-Nya, mereka mencercap pemikiran, ajaran dan pilihan sikap-Nya. Bagaimana Yesus  berhadapan dengan  anak-anak, perempuan berdosa, bahkan ketika Ia ditolak, diadili dan mengalami ketidakadilan. Para murid belajar dan meneladani ajaran, sikap-Nya dan menjadikannya sebagai nilai-nilai hidup yang mewarnai pikiran, perkataan, dan sikap mereka dalam keseharian. Selanjutnya, mereka tersebar diragam tempat dan konteks mewartakan keselamatan Yesus Kristus.

Dan melalui perjumpaan terakhir dengan para murid inilah, Ia meneguhkan dan membekali mereka untuk menyambut panggilan menjadi saksi-Nya. Apakah yang dilakukan Tuhan Yesus supaya para murid semakin mengerti tugas-Nya ?

Berakar pada Firman Tuhan
Ia menghubungkan apa yang dilakukan-Nya sebagai bagian penggenapan kitab suci. Kitab Suci selalu dilihat sebagai akar sejarah iman yang membimbing perjalanan masa kini, bahkan menjadi sarana untuk meneguhkan pengharapan di masa depan. Melalui pendekatan ini, para murid sedang memaknai   sejarah imannya, mencari relasinya di masa kini untuk menyambut tugas perutusan di masa datang. Para murid menjadi tahu latar belakang  melakukan ini, yaitu penggenapan nubuatan yang terjadi menurut rencana Allah. Para murid  juga kembali mendapatkan penegasan bahwa Yesus adalah Mesias yang ditulis dalam kitab Taurat Musa dan kitab Nabi – nabi, tetapi yang menderita mati, disalibkan dan bangkit di antara orang mati. Dan semuannya dilakukan dalam rangka penyelamatan umat manusia. Besarnya anugerah Allah dan penyelamatan itulah yang mendorong para murid untuk pergi, memberitakan pertobatan dan pengampunan dosa bagi umat manusia, di mulai dari Yerusalem.

Roh Kudus, Sang Penolong
Berakar dari Firman Tuhan, ternyata tidak cukup. Tantangan berupa penolakan dan penganiayaan seringkali membuat para murid berputus asa untuk melanjutkan tugas dan panggilan ini, seperti halnya, Tuhan Yesus  yang mengalami penolakan ketika mewartakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu,  Ia tidak akan meninggalkan para murid seorang diri, tetapi Ia akan mengirimkan kuasa yang memperlengkapi mereka untuk memberitakan pertobatan dan tawaran keselamatan bagi dunia. Kuasa yang tertulis di ayat 49 sama dengan kuasa untuk para murid yang    tertulis pada Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama).  Kuasa roh yang dalam bahasa Yunani ( δυναμισ : dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan, tetapi  kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa itu akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa itu  bersifat aktif dan menggerakkan. Roh kudus ini menjadi bekal, kekuatan bagi mereka untuk menjalankan panggilan karena tugas ini bukanlah tugas biasa. Tidak cukup  para murid hanya  pandai berkata-kata atau memiliki kompetensi dan potensi semata. Tetapi mereka haruslah orang yang dipimpin Roh Kudus dan karakter Kristus. Mereka tidak sendiri.

Berkat
Mereka menerima berkat. Berkat dari Tuhan Yesus inilah yang menjadi penguatan, memberi kepercayaaan diri para murid sebagai pemberita Injil (kabar baik). Berkat itu meneguhkan, menguatkan, menopang  mereka  di tengah  situasi tidak tentu dan tidak pasti sekalipun. Berkat itu menjadi penanda penyertaan Allah. Dan karena itu, disebutkan mereka pulang dengan bersukacita. Mereka tetap setia berada di Bait Allah dan  memuliakan Tuhan.

Generasi GKJW Bersaksi dan Beraksi
Siapa murid Yesus yang diutus dan dipanggil untuk mewartakan kabar baik hari ini?  Panggilan Yesus diperluas pada siapapun saja yang telah disapa dan percaya pada apa yang diajarkan-Nya, serta melakukan kehendak-Nya. Jika demikian, sapaan ini ditujukan bagi para  murid baik perempuan, laki laki, anak dan lansia yang masing-masing memaknai peristiwa kenaikan dan tugas yang dipercayakan kepada mereka, meski dengan perspektif dan cara pandang yang  berbeda. Keragaman inilah yang kemudian memperkaya cara bersaksi.

Para murid lintas generasi juga pasti beragam ketika mengekspresikan panggilannya, misalnya untuk Generasi Z dan Generasi Alpha (1995-2025), sebagai digital native, mereka adalah kaum muda yang  kreatif,  visual,  hidup dalam media sosial dan menglobal. Mereka adalah saksi-saksi yang belajar melalui partisipasi, interaksi, pengalaman untuk melayani masyarakat. Mungkin berbeda dengan Generasi Baby Boomers dan Y (1944-1940) yang menyukai berkisah melalui tulisan dan lisan. Keduanya tampak sangat berbeda, tetapi ketika dilakukan dengan berakar pada Kitab Suci, dalam pimpinan Roh Kudus dan berkat Allah, kesemua cara dapat menjangkau semua generasi tanpa terkecuali.

Roh Kudus  yang memampukan masing-masing untuk berkarya sesuai dengan kompetensi serta gaya pewartaan yang dipilih. Roh Kudus berkarya di tengah persekutuan dimana bukan hanya kelompok dewasa yang mendominasi, tetapi semua generasi bahkan melalui keunikannya mendapat ruang mengekspresikan imannya dengan kekhasannya masing-masing. Terlibat membahasakan dan bertutur tentang kasih Allah dalam hidupnya. Dalam semangat intergenerasi bahkan inklusi, persekutuan dibangun secara setara, sepakat dan mendapat tempat.

Seperti halnya, harapan  Paulus  bagi orang percaya di Efesus supaya memiliki perubahan di dalam kehidupannya, memohonkan supaya mereka senantiasa  berkumpul, berkomunitas dan menjadi jemaat-jemaat yang disebut sebagai persekutuan orang-orang percaya yang mendapatkan hikmat dan wahyu untuk terus dapat mengenal Kristus dengan benar, berakar pada Kitab Suci, dipimpin oleh Roh Kudus dan mendapatkan berkat dipanggil keluar untuk  bersaksi dan beraksi membagikan kasih kepada sesamanya sebagai saksi Kristus. Dalam suasana persekutuan seperti inilah, setiap murid semakin diteguhkan untuk menyatakan kasih bagi sesama.

Penutup
Demikian kita sebagai saksi-saksi Kristus di era dan konteks kita hari ini. Tuhan memberi ruang bagi kita mengekpresikan iman kita sebagai jalan kesaksian. Hadir dan terlibat di tengah masyarakat dan jemaat untuk merespon, menyapa sesama dan semesta dengan  kabar baik dan harapan  yang bersumber dari Allah. Maka, seberapapun usia,  jalan spiritualitas kita, kita dipanggil untuk turut menyaksikan dan mewartakan kabar       baik sampai ke ujung bumi. Amin. [NW].

 

Pujian: Kj.  426  Kita Harus Membawa Berita

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Juru tulis buku Personality Plus, Florence Littauer dumugi wonten ing salah satunggaling pepanggihan, piyambakipun jumeneng wonten ing panggung sesarengan kaliyan 26 juru tulis sanesipun. 26 juru tulis kalawau juru tulis  ingkang dipun biyantu kaliyan Florence ngantos ngasilaken bukunipun piyambak. Piyambakipun lajeng nyuraos,“Kathah tiyang ingkang nggadhahi pemanggih, bilih kula bangga lan bingah awit kathahipun buku ingkang sampun kula serat. Panjenengan klentu. Kula langkung bangga kaliyan 26 tiyang ingkang kula bantu dados juru tulis punika.” Florence punika salah satunggal juru tulis ingkang mboten ningali kasuksesanipun saking kathahing buku ingkang dipun serat piyambakipun, ananging saking kathahing tiyang ingkang saged ngangsu kawruh saking piyambakipun, nglajengaken perjuanganipun lan sarana buku-buku lan karyanipun saged nulungi tiyang sanes kangge nindakaken prekawis ingkang sae.

Isi
Gusti Yesus ugi ngrumaosi bilih mboten selaminipun wonten ing satengahing para sakabat. Mila, wonten ing satengahing pakaryan-Ipun ing  donya, Gusti Yesus ngajak kathah tiyang saged tandhang. Gusti Yesus mboten makarya piyambakan. Panjenenganipun nimbali 12 sakabat, ngiyataken para sakabat supados saged nglajengaken “tongkat estafet” martosaken Injil/ pawartos kasaenan. Para sakabat lair saking maneka warni latar belakang ingkang benten. Petrus kaliyan Andreas saking brayat juru amek iwak, Yohanes kaliyan Yakobus, putranipun juru amek iwak, Yakobus kaliyan Matius punika juru mupu bea. Kejawi 12 sakabat, tamtunipun kita mangertos bilih wonten ing satengahing pakaryanipun Gusti, wonten tiyang estri (Maria, Martha, tiyang estri Samaria), anak, lan para adiyuswa.

Kacariosaken, para sakabat ndherek nyarasaken tiyang sakit, nundhungi dhemit, martosaken sabda lan kawilujenganipun Gusti lan bagiaken katresnan. Saksampunipun gesang lan makarya sareng kaliyan Sang Guru, sampun wekdhalipun kangge para sakabat nyawisaken dhiri, ndherek tandhang nglajengaken pakaryanipun Gusti. Tugas lan tanggel jawab punika sampun dipun dhawuhaken Gusti Yesus, nalika Panjenenganipun taksih gesang wonten ing satengahing para sakabat. Nalika para sakabat gesang sesarengan kaliyan Gusti, para sakabat nyinau bab piwulang, tumindhak, lan pakaryanipun Gusti Yesus. Kados pundi Gusti Yesus tumindak nalika dipun panggihaken kaliyan anak-anak, tiyang estri ingkang nindaken laku zina, nalika dipun tampik, dipun aniaya lan dipun adili. Para sakabat nyinau kados pundi sikep, piwulang, lan dadosaken tuladha punika minangka pangenget bab gesang wonten ing padintenan. Salajengipun, para sakabat sumebar wonten ing mawarni-warni panggenan lan martosaken kawilujenganipun Gusti.

Wonten ing pepanggihan ingkang pungkasan, Gusti Yesus ngengetaken lan ngiyakaten para sakabat supados sangsaya mantep lan bakuh nglajengaken timbalanipun dados saksi. Punapa ingkang dipun tindakaken Gusti supados para sakabat sangsaya mangertos punapa ingkang dados pakaryan-Ipun?

Ngoyot kaliyan Sabdanipun Gusti
Gusti Yesus paring dhawuh bilih sadaya ingkang dipun tindhaken punika perangan njangkepi dhawuhipun Gusti Allah ing Kitab Suci. Kitab Suci punika sejarah iman ingkang nyarengi lampahipun umat ngantos dinten punika lan dados sarana ngiyataken timbalan wonten ing gesang ngajeng. Para sakabat ugi nampi piwucal bilih punapa ingkang dipun tindakaken punika wujuding netepi rancanganipun Gusti. Para sakabat ugi nampi pawartos bilih Gusti punika Sang Mesih ingkang kaserat wonten ing Kitab Musa lan kitab para Nabi, ingkang nandhang sangsara, seda, sinalib lan kawunguaken wonten ing satengahing tiyang seda. Lan samudayanipun kaagem kangge kawilujenganipun tiyang ingkang dosa. Agunging katresnanipun Gusti punika, ingkang nyengkuyung tiyang supados sageda tindhak martosaken pitobat lan pangapuntening dosa kangge sesami, kawiwitan saking Yerusalem.

Roh Suci
Kanyataan, ngoyot dhateng sabdanipun Gusti punika mboten cekap. Gegilutan arupi panampik lan aniaya asring dadosaken para sakabat ngraosaken lungkrah, kicalan pangajeng-ajeng kangge nindhakaken timbalan punika, kados dene, Gusti Yesus ingkang ngalami panampik nalika martosaken Kratoning Allah. Mila, Gusti Yesus mboten badhe negakaken para sakabat piyambakan lan kijenan, Panjenenganipun prajanji paring kuwaos ingkang njangkepi lan ngiyataken para sakabat supados saged martosken pawartos pitobat lan kawilujengan dhateng para manungsa ing donya. Kuwaos ingkang kaserat wonten ayat 49 sami kaliyan ingkang kaserat wonten ing Lelakone Para rasul 1 : 8, Roh ingkang wonten ing Basa Yunani, mboten namung paring kakiyatan lan kasagedan kemawon ananging ugi paring kuwaos ingkang dadosaken tiyang punika saged nyarasaken tiyang sakit lan nundhungi dhemit. Kuwaos punika ngiyataken lan dadosaken para sakabat saged kendel lan aktif. Awit punika sanes tugas biasa, mboten cekap kangge para sakabat namung pinter wincanten utawi gadhahi potensi, nanging para sakabat kedhah kapimpin dening Roh Suci lan karakter Kristus. Karan punika para sakabat mboten piyambakan.

Berkah
Para sakabat nampi berkah, berkah punika minangka kakiyatan lan paring kekendelan kangge martosaken Injil. Berkah punika ngiyataken para sakabat ing satengahing kahanan ingkang awrat lan nyisahaken. Berkah punika dados pratandha panganthinipun Gusti, mila mekaten para sakabat sami wangsul kanthi suka bingah, netep ing Bait Suci lan ngluhuraken Gusti.

Sinten para sakabat ingkang kautus lan dipun timbali kanggen martosaken pawartos dinten punika? Kita mangertosi bilih timbalan punika katujuaken kangge sinten kemawon ingkang purun nyambut lan pitados kaliyan punapa ingkang dipun wucalaken sarta nindhaken dhawuhipun Gusti. Menawi mekaten, timbalan punika katujuaken kangge sadaya tiyang, para tiyang estri, jaler, anak lan adiyuswa. Para tiyang punika kedah mangertos lumantar dinten mekradipun Gusti wonten ayahan ingkang kedhah dipun tindakaken senadya ing perspektif ingkang benten. Nanging keragaman punika ingkang dadosaken agungipun cara kita nyeksekaken katresnanipun Gusti.

Para sakabat lintas generasi ugi gadhahi mawarni warni cara kangge nyeksekaken timbalanipun, contohnipun:  Generasi Z lan Alpha minangka Digital Native, inggih punika generasi para nem-neman ingkang kreatif, visual lan gesang wonten ing media sosial lan mendunia. Generasi punika dados para saksi ingkang tuwuh sarana partisipasi, sesrawungan, lan pengalaman leladi kangge sesami. Benten kaliyan Generasi Baby Boomers lan Y ingkang langkung remen carios lan atur paseksi lumantar tulisan lan lisan. Kekalihpun kadosipun benten, nanging menawi samudayanipun dipun tindakaken kanthi ngoyot dhateng sabdanipun Gusti, wonten ing ngadhapipun pimpinan Roh Suci lan berkahipun Gusti, samudaya dados cara ngrengkuh lan ngrangkul sadaya generasi tanpa kecuali.

Roh Suci paring kasagedan dhateng sadaya tiyang  miturut kasagedan lan gaya pawartosipun, makarya kagem kaluhuranipun Gusti. Roh Suci ingkang makarya wonten ing satengahing patunggilan ing pundi sadaya tiyang saged makarya tanpa dominasi tiyang dewasa, nanging sadaya tiyang saged  makarya kanthi kekhasanipun. Kanthi semangat intergenerasi lan inklusi, patunggilan kawangun kanthi setara lan sepakat.

Kados dene pangajeng-ajengipun rasul Paulus dhateng sadaya tiyang pitados wonten ing Efesus supados kanthi setya makempal, nyatunggil dados pasamuwan tiyang pitados ingkang nampi wahyu lan pangertosan. Mekatena ugi sangsaya rumaket kaliyan Gusti kanthi leres, ngoyot dhumateng Gusti, kapimpin dening Roh Suci lan binerkahan nyekseaken lan makarya mbagekaken katresnanipun Gusti minangka saksinipun Sang Kristus. Kanthi mekaten, para sakabat kakiyataken kangge martosaken katresnanipun Gusti dhateng sesami.

Panutup
Mekaten kita minangka para saksi wonten ing jaman lan konteks  dinten punika. Gusti Yesus paring panggenan kangge sinten kemawon (jaler, estri, nem, sepuh, disabilitas) martosaken iman kita minangka saksinipun Gusti. Kita samia manunggil wonten ing satengahing masyarakat lan pasamuwan kangge  ndherek mangsuli pergumulanipun sesami lan lingkungan. Mangga kita sedya kangge martosaken Injil srana pangajeng-ajeng, kakiyatan ingkang sumbering saking Gusti Allah. Sapinten umur kita, pilihan margi spiritualitas kita, kita tinimbalan saged nyeksekaken lan martosaken pawartos kasaenan ngantos ing saindenging jagad. Amin. [NW].

 

Pamuji: KPJ. 348  Pasamuwan Kang Nyawiji

Renungan Harian

Renungan Harian Anak