Menebar Kasih melalui Tutur Kata dan Perbuatan Khotbah Minggu 18 Mei 2025

5 May 2025

Minggu Paskah 5 | Masa Undhuh-Undhuh
Stola Putih

Bacaan 1: Kisah Para Rasul 11 : 1 – 18
Mazmur: Mazmur 148
Bacaan 2: Wahyu 21 : 1 – 6
Bacaan 3: Yohanes 13 : 31 – 35

Tema Liturgis: Budaya Syukur dalam Aksi dan Tutur
Tema Khotbah: Menebar Kasih melalui Tutur Kata dan Perbuatan

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 11 : 1 – 18
Bagian bacaan Kisah Para Rasul 11:1-18 lebih baik dibaca mulai pasal 10:44 – pasal 11:18. Mengisahkan Petrus yang mempertanggungjawabkan baptisan yang diberikannya kepada Kornelius, seorang perwira pasukan Italia yang banyak memberi sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. Pencurahan Roh Kudus kepada Kornelius dan seisi rumahnya yang terjadi dalam pasal 10:44 dan diceritakan kembali oleh Petrus pada pasal 11:15 mirip sekali dengan peristiwa pencurahan Roh Kudus pertama kepada para murid di dalam Kisah Para Rasul 2. Roh Kudus yang dicurahkan sebelum mereka melanjutkan karya Yesus di dunia. Tetapi kali ini pencurahan Roh Kudus itu diterima oleh orang kafir (non Yahudi). Mereka juga bisa berbicara dalam berbagai bahasa dan mewartakan mukjizat Allah (psl.10:46). Orang percaya Yahudi yang mengikuti Petrus pada saat itu heran dan tercengang melihatnya. Terheran karena orang kafir pun menerima karunia Roh Kudus, sama seperti yang diterima oleh para murid. Yang membedakan adalah setelah menerima pencurahan Roh Kudus itu Kornelius dan seisi rumahnya mendapatkan baptisan seperti Amanat Agung yang disampaikan Yesus kepada para murid-Nya.

Bahwa karya kasih Allah tidak terbatas untuk orang Yahudi saja, tetapi juga dinyatakan kepada semua orang yang telah dipilih-Nya. Kasih Tuhan dinyatakan kepada semua orang yang dikehendaki-Nya tanpa bisa dihalangi oleh manusia (Ay. 17). Bahwa semua yang memimpin ke arah kebaikan dan pertobatan adalah wujud kasih karunia Tuhan. Bahwa bangsa-bangsa lainpun juga diperkenankan mendapat kasih karunia Allah sama dengan yang diterima oleh orang-orang Yahudi yang telah percaya lebih dahulu.

Wahyu 21 : 1 – 6
Metafor tentang bumi dan langit yang baru, menggantikan ciptaan lama yang lenyap untuk selamanya. Hal ini mengungkapkan bahwa pusat dari ciptaan baru adalah Yerusalem Baru, seperti yang tertulis dalam Yesaya 52:1-3, kota suci yang akan menjadi tempat tinggal Allah yang sesungguhnya. Suara dari tahta menggambarkan bahwa janji akan kehadiran Ilahi dan hidup yang baru terpenuhi dalam ciptaan baru itu. Yerusalem baru ini akan menjadi kota tempat kehadiran dan kedamaian ilahi yang berlawanan dengan Babel yang runtuh. Selain itu di dalam ayat 3 digambarkan bahwa kedekatan Tuhan dengan manusia akan benar-benar terasa, “… kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” Bahwa kedekatan itu akan memperbarui hidup manusia menjadi lebih baik, lebih taat, dan lebih mendengarkan Firman Tuhan, sehingga janji-janji Ilahi pada akhirnya terpenuhi dan Allah membuat semuanya baru.

Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir mengingatkan pada permulaan kitab Wahyu 1:18, bahwa janji Ilahi itu tidak akan pernah berubah. Pengajaran bumi dan langit baru harus diterapkan. Mereka yang mendengar pewahyuan harus bertobat karena jika tidak maka tidak akan mendapatkan keselamatan (tidak merasakan Yerusalem baru dan janji Ilahi). Bagi mereka yang bertobat maka mereka akan mendapat pengharapan keselamatan, penuh damai sejahtera dan inilah kebahagiaan yang didambakan oleh semua makhluk dalam kehidupannya.

Yohanes 13 : 31 – 35
Sesudah Yudas pergi, yang berarti dia telah pergi meninggalkan keselamatan dan terang dari Kristus, Yesus kemudian memberi nasihat kepada para murid yang dikasihi-Nya. Mereka telah dipanggil-Nya dengan berbagai macam karakter yang berbeda. Nasihat itu berupa Perintah Baru, yaitu agar mereka saling mengasihi (Ay. 34). Mengapa perlu ada perintah baru bagi para murid? Nasihat yang diberikan Yesus ini mengawali dimulainya kesengsaraan-kesengsaraan Yesus. Bahwa Yesus akan meninggalkan mereka di dunia dengan segala peristiwa dan tantangan yang harus mereka hadapi. Sehingga Dia meninggalkan perintah yang sangat penting, yaitu agar “kamu saling mengasihi”. Perintah ini menjadi penting agar sepeninggal Yesus, para murid yang memiliki berbagai macam karakter yang berbeda itu tidak tercerai berai dan saling menyalahkan satu dengan yang lain. Mereka harus mencontoh kasih Yesus kepada murid-murid-Nya dan kepada dunia. Unconditional love, kasih yang tak akan pernah lekang oleh waktu dan oleh keadaan apapun, kasih yang membangun dan merengkuh yang berdosa. Kasih itulah yang harus mereka wartakan dan lanjutkan, bukan dalam kata tetapi juga dalam karya mereka di dunia (Ay. 35b). Saling mengasihi di tengah perbedaan karakter adalah tanda hakiki (identitas) kemuridan mereka. Dengan saling mengasihi ini maka mereka akan menjadi kuat, dapat mengatasi tantangan, yaitu perlawanan Iblis dan dunia di tengah karya mereka, serta terus dapat menghasilkan buah bagi karya Yesus di dunia.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kasih Kristus yang tidak terbatas oleh apapun apalagi oleh akal pikiran manusia. Mereka yang telah terpilih mendapatkan kasih Kristus itu, diutus untuk melanjutkan kasih itu kepada dunia melalui kata dan karya mereka. Keluarga Kornelius, seorang perwira pasukan Italia dipilih untuk melanjutkan karya Yesus di dunia melalui pencurahan Roh Kudus dan baptisan yang diterimanya. Dia yang dianggap kafir, ternyata dipilih oleh Kristus untuk menjadi saksi-Nya. Para murid adalah orang-orang yang telah dipilih untuk melanjutkan karya Yesus di dunia. Setelah kepergian Yesus, ada tantangan dan halangan yang harus mereka hadapi di dalam karya pelayanan mereka, oleh karena itu mereka diberi perintah baru sebagai identitas kemuridan mereka untuk melanjutkan dan menghasilkan karya Kristus di dunia. Demikian juga Wahyu mengingatkan : bahwa bagi semua orang percaya yang mau bertobat, mereka akan mendapatkan kasih Allah berupa janji Ilahi serta memiliki pengharapan kehidupan baru di dalam Kristus yang akan menjadi modal mereka melanjutkan karya Yesus di dunia.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Di awal tahun 80-an kawasan kali Code Yogyakarta menjadi daerah kumuh. Bahkan kelurahan Gondokusuman dan kelurahan Terban tidak ada satupun yang mau mengakui daerah kali Code sebagai bagian dari mereka. Sehingga akhirnya pemerintah kota Yogyakarta akan menggusur kampung tepi sungai itu untuk digunakan sebagai jalur hijau. Kampung Code adalah kampungnya orang-orang tersisihkan dari deru pembangunan Yogyakarta. Penghuninya terdiri dari segala macam profesi yang sering kali dipandang sebelah mata. Mulai dari pengamen, pedagang asongan, loper koran, maling, preman hingga pelacur. Bangunan gubuk terbuat dari kardus dan papan menghiasi Code. Romo Mangun (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya) berusaha menggagalkan rencana penggusuran kampung Code, jika digusur mereka akan hidup dimana? Romo Mangun menata kampung ini agar warga setempat dapat terhindar dari penggusuran. Selain sebagai seorang Romo, dia juga adalah seorang arsitek. Bahkan akhirnya kampung Code meraih penghargaan arsitektur prestisius, Aga Khan Award. Awalnya upaya Romo Mangun ini menuai kecurigaan terutama karena predikatnya sebagai pastor, isu upaya kristenisasi berhembus kuat. Apalagi Romo Mangun menolak bermukim di pastoran selama mengurus Kampung Code, dia membangun gubuk sederhana di bawah jembatan Gondolayu sebagai tempat tinggalnya.

Pendekatannya yang sederhana ternyata mengena di hati warga Code. Orang-orang kecil merasa dirangkul dan dipandang sebagai manusia beradab. Mereka pun termotivasi untuk ikut berpartisipasi menata tempat tinggal mereka menjadi lebih indah dan bermartabat. Terjadi perubahan perilaku, anak-anak tetap mengamen dan mengasong, tetapi mereka juga sekolah, warga Code turut serta menghijaukan kampung, menghilangkan kebiasaan buang sampah di kali dan mendorong anak-anak memperoleh pendidikan yang layak. Mereka yang selama ini berjarak dengan agama mulai mau lebih mengenal agama. Lalu apakah benar kecurigaan di awal bahwa Romo Mangun hendak mengkristenkan warga bantaran kali Code? Romo Mangun merancang sebuah masjid sederhana (Masjid Kalimosodo) di tengah kampung Code, dia tidak pernah membangun gereja ataupun membaptis orang di Code. Romo Mangun benar-benar mengasihi warga Code dan ingin mereka aman serta berubah menjadi lebih baik, mereka bisa mendalami agama Islam dengan lebih baik. Apa yang dilakukan Romo Mangun untuk orang-orang Kali Code bukan untuk mengkristenkan mereka, tetapi menyebarkan nilai-nilai kekristenan yang penuh kasih dan membawa damai. Kasih tanpa batas, tanpa pamrih, dan tanpa mengharapkan balas budi seperti yang telah diajarkan oleh Yesus kepadanya.

Isi
Kasih tanpa batas itulah yang diteladankan oleh Romo Mangun dan mengubah kehidupan di bantaran Kali Code secara holistik. Kasih tanpa batas ini juga mewujud dalam pemilihan Kornelius, seorang perwira pasukan Italia yang menjadi pengikut Kristus. Dia dan seisi rumahnya adalah orang yang banyak memberi sedekah kepada umat Yahudi dan senantiasa berdoa kepada Allah. Karena karya yang dilakukannya itulah, dia mendapatkan anugerah dicurahi Roh Kudus sehingga ia bisa berbicara dalam berbagai bahasa dan mewartakan mukjizat Allah (psl. 10:46). Orang percaya Yahudi yang mengikuti Petrus pada saat itu heran dan tercengang melihatnya. Terheran karena orang kafir pun bisa menerima karunia Roh Kudus sama seperti yang diterima oleh para murid (Kis. 2). Yang membedakan adalah setelah menerima pencurahan Roh Kudus itu Kornelius dan seisi rumahnya mendapatkan baptisan seperti Amanat Agung yang diberikan Yesus kepada murid-Nya.

Bahwa karya kasih Allah tidak terbatas untuk orang Yahudi saja tetapi juga dinyatakan kepada semua orang yang telah dipilih-Nya. Kasih Tuhan dinyatakan kepada semua orang yang dikehendaki-Nya tanpa bisa dihalangi oleh manusia (Ay. 17). Bahwa semua yang memimpin ke arah kebaikan dan pertobatan adalah wujud kasih karunia Tuhan. Bahwa bangsa-bangsa lainpun juga diperkenankan mendapat kasih karunia Allah sama dengan yang diterima oleh orang-orang Yahudi yang telah percaya lebih dahulu. Mereka semua yang dipilih untuk melanjutkan karya Yesus di dunia.

Bagi mereka yang telah dipilih melanjutkan karya Yesus di dunia, ada pengharapan baru dan janji Ilahi yang akan diterima. Seperti gambaran langit dan bumi yang baru, bahwa kehidupan lama mereka telah dihancurkan seperti halnya Babel dan digantikan dengan kehidupan baru yang penuh damai sejahtera Kristus. Dalam karya, mereka akan merasakan kedekatan Tuhan dengan manusia akan benar-benar terasa (Ay. 3) “… kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.” Bahwa kedekatan itu akan memperbarui hidup manusia menjadi lebih baik, lebih taat, dan lebih mendengarkan Firman Tuhan. Inilah yang menjadi modal utama bagi umat percaya melanjutkan karya kasih Allah di dunia.

Karya kasih Allah inilah yang harus diwartakan melalui karya para murid di dunia. Oleh karena itu, sebelum meninggalkan para murid, Yesus memberikan Perintah Baru kepada mereka agar mereka saling mengasihi (Ay. 34). Mengapa perlu ada perintah baru bagi para murid? Nasihat yang diberikan Yesus ini mengawali dimulainya kesengsaraan-kesengsaraan Yesus. Bahwa Yesus akan meninggalkan mereka di dunia dengan segala peristiwa dan tantangan yang harus mereka hadapi. Sehingga Dia meninggalkan perintah yang sangat penting, yaitu agar “kamu saling mengasihi”. Perintah ini menjadi penting agar sepeninggal Yesus, para murid yang memiliki berbagai macam karakter yang berbeda itu tidak tercerai berai dan saling menyalahkan satu dengan yang lain. Mereka harus mencontoh kasih Yesus kepada mereka dan kepada dunia. Unconditional love, kasih yang tak akan pernah lekang oleh waktu dan oleh keadaan apapun, kasih yang membangun dan merengkuh yang berdosa. Kasih itulah yang harus mereka wartakan dan lanjutkan, bukan dalam kata, tetapi juga dalam karya mereka di dunia (Ay. 35b). Saling mengasihi di tengah perbedaan karakter adalah tanda hakiki (identitas) kemuridan mereka. Hanya kasih yang akan mempersatukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus. Dengan saling mengasihi ini maka mereka akan menjadi kuat, dapat mengatasi semua tantangan, yaitu perlawanan Iblis dan dunia di tengah karya mereka, serta dapat terus menghasilkan buah bagi karya Yesus di dunia.

Penutup
Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kasih Kristus yang tidak terbatas oleh apapun apalagi oleh akal pikiran manusia. Mereka yang telah terpilih mendapatkan kasih Kristus itu, diutus untuk melanjutkan kasih itu kepada dunia melalui kata dan karya mereka selama masih berada di dunia. Yesus memberikan contoh mengasihi para murid sebagaimana adanya mereka. Yesus memberi tempat bertumbuh bagi para murid-Nya sesuai pribadi dan karakter mereka, sehingga pada akhirnya para murid itu dapat melanjutkan karya Yesus sebagai pewarta Injil, pewarta kasih dan damai sejahtera di seluruh dunia. Yesus pun memberi tempat untuk Kornelius, orang asing untuk mewartakan kasih-Nya kepada dunia. Kitapun menerima kasih Kristus dan menerima perintah baru seperti halnya para murid. Mengasihi sesama tanpa batas dan tanpa syarat agar semua orang merasakan pengharapan baru dalam hidup yang penuh kasih.

Bila di depan nanti banyak cobaan untuk karya kasih kita bagi dunia, jangan pernah menyerah karena ada kasih Kristus yang menguatkan dan mempersatukan kita untuk terus kuat berjalan melanjutkan cinta-Nya bagi dunia. Memberikan kasih kita kepada sesama dengan tanpa mengharap apapun, bagai sang surya menyinari dunia. Kasih akan memberi ruang bertumbuh, bukan memaksa. Kasih bersifat tegas sekaligus merangkul. Meski kita tidak lengkap, Tuhan mengasihi kita sepenuhnya. Meski kita tidak sempurna, Dia mengasihi kita dengan sempurna. Melalui kasih-Nya, Yesus memberi ruang bertumbuh untuk para murid. Melalui kasihnya, Romo Mangun memberi ruang bertumbuh untuk orang-orang di bantaran Kali Code. Demikian juga kita dalam kehidupan sehari-hari, mari kita terus menebarkan nilai-nilai kekristenan yang penuh kasih dan damai sejahtera bagi sesama. Mengasihi tanpa batas dan tanpa syarat melalui kata dan karya kita, karena Yesus telah lebih dulu mengasihi kita. Biarlah kasih kita dirasakan oleh semua yang ada di sekitar kita, sehingga mereka akan bertumbuh dan merasakan kehidupan baru yang penuh dengan damai sejahtera. Amin. [cha].

 

Pujian: KJ. 184  Yesus Sayang Padaku

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
Ing wiwitan tahun 80-an, daerah pinggir kali Code Yogyakarta dados papan ingkang kumuh. Malahan kelurahan Gondokusuman lan kelurahan Terban mboten purun ngakeni daerah punika dados wilayahipun. Matemah pamerintah kutha Yogyakarta badhe gusur kampung ing pinggir lepen punika lan dipun dadosaken jalur ijo. Kampung Code punika kampungipun tiyang ingkang kasisihaken sacara sosial. Ingkang manggen wonten ngriku asring dados tiyang ingkang mboten katon. Awit karana pandamelanipun pengamen, asongan, tukang loper koran, maling, preman lan wonten ingkang dados pelacur. Tiyang-tiyang punika manggen wonten ing gubuk ingkang dipun damel saking kerdus lan triplek. Romo Mangun (Yusuf Bilyarta Mangunwijaya) nggadhahi pepinginan ngalang-ngalangi penggusuran kampung Code punika. Menawi dipun gusur, tiyang-tiyang punika badhe manggen wonten pundi? Romo Mangun lajeng nata kampung punika supados warganipun mboten dipun gusur. Piyambakipun punika Romo ugi dados arsitek. Hasilipun kampung Code saged nampi penghargaan arsitektur ingkang wigati nggih punika Aga Khan Award. Kamangka ingkang dipun tindakaken dening Romo Mangun punika ugi dipun curigai karana piyambakipun punika pastor, matemah wonten isu kristenisasi. Punapa malih Romo Mangun mboten purun manggen wonten ing kapastoran nalika ngurusi kampung Code, piyambakipun yasa gubuk wonten ing ngandhapipun jembatan Gondolayu kangge papan panggenanipun.

Punapa ingkang dipun tindakaken dening Romo Mangun punika dipun raosaken sae kaliyan tiyang Code. Tiyang-tiyang alit ngraosaken dipun gatosaken lan dipun anggep dados manungsa. Tiyang-tiyang punika lajeng nggadahi motivasi nata kampungipun dados panggenan ingkang elok lan sae. Mekaten ugi wonten ewah-ewahan gesang tumraping putra-putri kampung Code, lare-lare punika tetep ngamen ananging ugi sekolah. Tiyang kampung Code njagi kampungipun dados ijo lan mboten mbucal sampah dhateng lepen malih sarta maringi motivasi tumrap putra-putrinipun supados saged nggadhahi pendidikan ingkang sae. Ingkang saderengipun mboten nate nglampahi tuntunanipun agami lajeng wiwit sinau bab agami. Lajeng punapa leres bilih Romo Mangun badhe ndadosaken tiyang kampung Code dados Kristen? Romo Mangun yasa masjid ingkang prasaja (Masjid Kalimosodo) wonten ing satengahing kampung Code. Piyambakipun mboten nate yasa gereja utawi mbaptis tiyang Code. Romo Mangun saestu nresnani tiyang Code lan kepingin tiyang-tiyang punika gesang sae, saged sinau agama Islam kanthi sae. Punapa ingkang sampun dipun tindakaken dening Romo Mangun kangge tiyang Code punika sanes cara kangge ngristenaken tiyang Code ananging nyekseni nilai-nilai Kristen ingkang kebak katresnan lan katentreman. Nresnani tanpa wates, tanpa pamrih, lan tanpa ngarep-arep wales budi kados ingkang sampun dipun wucalaken dening Gusti Yesus.

Isi
Katresnan tanpa winates punika ingkang dipun tuladhanaken Romo Mangun. Piyambakipun maringi ewah-ewahan ingkang sae dhateng gesangipun tiyang ing Kampung Code. Katresnan tanpa winates punika ugi mawujud nalika Kornelius salah satunggaling perwiraning pasukan Italia kapiji dados pandherekipun Gusti Yesus. Piyambakipun dalah sabrayatipun sadaya sami ngabekti dhumateng Allah lan asring paring sedekah dhateng tiyang Yahudi. Karana pakaryanipun punika, piyambakipun nampeni anugerah katedhakan dening Roh Suci matemah saged wicantenan mawi maneka warni bahasa sarta martosaken mukjizatipun Allah (psl. 10:46). Mirsani ingkang mekaten, para tiyang pitados saking Yahudi ingkang ndherekaken Petrus sami ngraosaken gumun. Gumun karena tiyang kafir saged nampi tumedaking Roh Suci ingkang sami kados ingkang dipun tampi dening para sekabat (Lelakone PR. 2). Ingkang dados prabedan nggih punika sasampunipun katedhakan Roh Suci, Kornelius lan sadaya brayatipun dipun baptis.

Katresnanipun Allah mboten winates namung kangge tiyang Yahudi kemawon ananging ugi kangge sadaya tiyang ingkang kapiji dening Gusti. Katresnanipun Gusti dipun raosaken sadaya tiyang tanpa winates (Ay.17). Sadaya ingkang dados kasaenan lan ugi pamratobat punika sadaya wujuding katresnanipun Gusti. Bilih bangsa sanes ugi saged nampeni katresnanipun Gusti kados ingkang dipun tampi dening tiyang Yahudi. Sadaya ingkang nampi katresnanipun Gusti punika kedah nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing donya.

Kangge sadaya tiyang ingkang sampun kapiji nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus wonten ing donya, kaparingan pangajeng-ajeng enggal lan prajanji gesang langgeng. Kados gambaranipun langit lan bumi ingkang enggal, bilih gesang lami sampun karisak kados Babel lan dipun gantos dening gesang enggal ingkang kebak katentreman. Wonten ing pakaryan ingkang dipun lampahi, tiyang-tiyang punika ngraosaken celak kaliyan Gusti kados ingkang kaserat wonten ing ayat 3, “…Delengen, tarubing Allah ana ing tengahing manungsa lan Panjenengane bakal dedalem ana ing antarane manungsa. Iku bakal padha dadi umate lan Allah piyambak bakal nunggil sarta dadi Allahe”. Raket kaliyan Gusti punika ngewahi gesangipun manungsa dados langkung sae, langkung setya, sarta mirengaken Pangandikanipun Gusti. Punika ingkang dados modal utama kangge tiyang pitados nglajengaken pakaryanipun Gusti wonten ing donya.

Katresnanipun Gusti punika ingkang kedah dipun wartosaken dening para sakabat wonten ing donya. Matemah saderengipun nilar para sakabatipun, Gusti Yesus maringi Pepaken Enggal nggih punika supados para sekabat sami tresna tinresnan (Ay. 34). Kenging punapa kedah wonten pepaken enggal kangge para sakabat? Pepaken punika dipun aturaken dening Gusti Yesus miwiti kasangsaran ingkang badhe dipun alami. Bilih Gusti Yesus badhe nilar para sakabat wonten ing donya kanthi sadaya prekawis lan pambengan ingkang kedah dipun adepi. Matemah Gusti Yesus maringi pepaken ingkang wigati sanget nggih punika, “kowe iya padha tresna tinresnan”. Pepaken punika dados penting sabibaripun Gusti nilar para sekabat, karana para sakabat nggadahi sifat ingkang benten-benten, supados mboten ambyar lan nyalahaken liyan karana kahanan ingkang dipun alami. Para sakabat kedah nuladhani katresnanipun Gusti Yesus, ingkang nresnani para sakabat lan donya. Unconditional love, kastresnan ingkang mboten winates lan mboten muspra ing kahanan punapa kemawon, katresnan ingkang mbangun lan ngrangkul tiyang dosa. Katresnan punika ingkang kedah dipun wartosaken lan dipun lajengaken, mboten namung ing tutur ananging ugi ing pakaryan wonten ing donya (Ay. 35b). Tresna tinresnan ing prabedan sifat punika ingkang dados identitasipun para sakabat. Namung srana katresnan ingkang saged ngraketaken para sakabat nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus. Kanthi tresna tinresnan para sakabat saged kiyat ngadepi punapa kemawon pepalang saking Iblis lan padudon saking donya, matemah saged tansah kiyat leladi lan ngasilaken woh kangge nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus ing donya.

Panutup
Waosan dinten punika nandhesaken bab katresnanipun Gusti Yesus ingkang mboten winates dening punapa kemawon. Sadaya tiyang ingkang kapiji dados penderekipun, nampeni katresnan punika, dipun utus nglajengaken katresnan kangge donya kanthi pitutur lan pakaryanipun. Gusti Yesus maringi tuladha nresnani lan nampi para sakabat kados pundi kemawon sifatipun, Gusti Yesus ngrangkul supados saged tuwuh ing iman. Matemah para sakabat saged nglajengaken pakaryanipun Gusti Yesus nggih punika martosaken Injil, martosaken katresnan lan katentreman kangge alam donya. Kita sadaya ingkang sampun nampeni katresnan saking Kristus, kita nampeni pepaken enggal kados para sakabat. Nresnani sapepadha tanpa winates, tanpa syarat supados sadaya tiyang ngraosaken pengajeng-ajeng enggal wonten ing gesang ingkang kebak katresnan.

Menawi ing ngajeng mangke wonten pambengan ing pakaryan kita, sampun ngantos semplah karana wonten katresnanipun Gusti Yesus ingkang ngiyataken lan nyatunggilaken kita supados saged lumampah nglajengaken katresnanipun Gusti. Nresnani tanpa syarat, nresnani tanpa winates kados sunaripun srengenge. Katresnan nggadhahi panggenan supados tiyang saged tuwuh sae. Katresnan punika teges ananging ugi ngrangkul ingkang ringkih. Sanadyan kita mboten sampurna, ananging Gusti nresnani kita kanthi sampurna. Katresnanipun Gusti ngiyataken para sakabat, katresnanipun Romo Mangun ngiyataken tiyang-tiyang Kali Code. Mekaten ugi wonten ing gesang kita, sumangga kita nglampahi gesang ingkang kebak katresnan lan katentreman. Nresnani tanpa wates, tanpa syarat wonten ing pitutur lan pakaryan kita, karana Gusti Yesus sampun nresnani kita. Matemah katresnan kita dipun raosaken dening sapepadha lan sadaya ngraosaken gesang enggal ingkang kebak katentreman. Amin. [cha].

 

Pamuji: KPJ. 441  Kita Sami Tinimbalan

Renungan Harian

Renungan Harian Anak