Minggu Biasa | Penutupan Bulan Pembangunan
Stola Hijau
Bacaan 1: Yosua 24 : 1 – 2a, 14 – 18
Mazmur: Mazmur 34 : 16 – 23
Bacaan 2: Efesus 6 : 10 – 20
Bacaan 3: Yohanes 6 : 56 – 69
Tema Liturgis: GKJW Bersatu Membangun Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Komitmen Diri untuk Membangun GKJW dan Semakin Setia Mengikut Tuhan
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yosua 24 : 1 – 2a, 14 – 18
Bagian perikop saat ini, Yosua 24 menceritakan tentang pidato perpisahan Yosua dengan bangsa Israel. Yosua mengetahui bangsa Israel diperhadapkan pada pilihan kepada siapa mereka akan beribadah. Di satu sisi, ada ilah-ilah yang pernah disembah oleh nenek moyang mereka di seberang sungai Efrat atau ilah-ilah bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Di sisi yang lain, ada Tuhan Allah yang telah membawa mereka keluar dari tanah perbudakan Mesir masuk ke Tanah Perjanjian Kanaan. Beribadah kepada ilah-ilah lain adalah pilihan yang menggoda bagi bangsa Israel. Tetapi Tuhan Allah tidak berkenan bangsa Israel menyembah ilah-ilah tersebut. Tuhan Allah adalah Allah yang cemburu, Allah yang menginginkan umat-Nya senantiasa setia hanya berbakti dan menyembah kepada-Nya.
Dalam hal ini, bangsa Israel harus memilih dengan tegas. Yosua menyadari bahwa bangsa Israel akan menjalani kehidupan mereka yang baru di tanah Perjanjian, karena itu Yosua menantang bangsa Israel untuk memilih tetap setia beribadah dan menyembah Tuhan Allah ataukah beribadah dan menyembah ilah-ilah lain. Tantangan Yosua ini dijawab dengan komitmen bangsa Israel untuk setia kepada Allah. Mereka berjanji tidak akan meninggalkan Allah (Ay. 16). Yosua menegaskan kembali bahwa mereka adalah umat pilihan, umat Allah dan itu merupakan anugerah Allah kepada mereka. (Ay. 19). Karena itu, mereka harus terus berharap dan percaya hanya kepada Allahlah yang mampu menolong dan menyelamatkan mereka, bukan kepada ilah lain.
Efesus 6 : 10 – 20
Rasul Paulus yang hidup pada zaman kekuasaan Romawi tahu dan mengenal perlengkapan seorang prajurit Romawi. Dengan kiasan perlengkapan seorang prajurit Romawi inilah, Paulus menasihatkan Jemaat Efesus untuk mempergunakan seluruh perlengkapan senjata Allah dalam menghadapi musuh yang tidak kelihatan oleh mata (Ay. 11, 13). Karena itu, Paulus mengajarkan agar Jemaat Efesus kuat di dalam Tuhan. Mereka harus mengandalkan kuasa Tuhan agar mampu bertahan melawan segala tipu muslihat, serangan Iblis, dan ajaran sesat. Kuasa-kuasa jahat yang tak tampak ini akan berusaha merusak persekutuan umat Tuhan, dan manusia tidak akan mampu melawan hanya dengan kekuatannya sendiri. Karena itu, Paulus menasihatkan agar Jemaat Efesus senantiasa bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (Ay. 10). Hanya dengan kuasa Allah sajalah, kuasa maut dan kuasa Iblis dapat dikalahkan melalui pengorbanan Yesus. Karena itu, sebagai orang percaya, mereka harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (Ay. 13).
Paulus menyebutkan ada 6 perlengkapan senjata Allah, yaitu: (1) Ikat pinggang kebenaran, (2) Baju Zirah keadilan, (3) Kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera, (4) Perisai iman, (5) Ketopong keselamatan, dan (6) Pedang Roh, yaitu Firman Allah (Ay. 14 – 17). Paulus mengingatkan Jemaat Efesus untuk selalu siap sedia dan berdiri tegap, hidup benar dan adil, sehingga Iblis tidak mendapat kesempatan untuk menjatuhkan mereka. Sebagai umat Allah, mereka harus mewartakan kabar keselamatan dan pendamaian agar orang lain mengenal Yesus Kristus dan merasakan damai sejahtera dalam hidup mereka. Mereka harus menggunakan perisai iman agar mampu bertahan menghadapi serangan Iblis, serta mengenakan ketopong keselamatan agar tipu daya Iblis tidak mempengaruhi pikiran mereka. Dengan ketopong keselamatan itu, mereka akan dijauhkan dari pikiran yang sia-sia dan jahat. Karena itu, Jemaat Efesus harus hidup di dalam Tuhan, mengandalkan Firman-Nya agar mampu memenangkan peperangan rohani melawan kuasa Iblis dan kuasa jahat.
Yohanes 6 : 56 – 69
Pada waktu itu banyak orang yang mendengarkan ajaran Yesus, salah satunya adalah ajaran tentang hidup kekal melalui makan daging dan minum darah Yesus. Ajaran Yesus tentang hal ini menimbulkan berbagai respons, ada yang menolak lalu mengundurkan diri, dan ada yang menerimanya lalu semakin percaya kepada-Nya. Orang-orang yang menolak dan mengundurkan diri adalah mereka yang mengikut Yesus diluar kedua belas murid Yesus. Dimana Yesus mengajar, mereka selalu mengikuti Yesus. Akan tetapi setelah mendengarkan pengajaran Yesus, yang mereka sebut sebagai perkataan yang “keras”, satu per satu dari mereka mengundurkan diri. Nyatanya mereka tidak sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Mesias. Bagi mereka ajaran Yesus terlalu berat. Padahal sebenarnya mereka tidak suka dengan apa yang mereka dengar. Yesus tahu apa yang ada dalam hati mereka. Mereka tidak dapat menangkap makna rohani dari pengajaran-Nya yang dipandang “keras” tersebut. Sebaliknya kelompok yang menerima dan semakin percaya kepada Yesus adalah keduabelas murid Yesus yang selama ini mendampingi pelayanan Yesus.
Yesus tidak mengkhawatirkan orang banyak yang mengundurkan diri tersebut, sebab Yesus mencari murid yang sejati. Pengajaran Yesus tentang makan daging dan minum darah-Nya memang mengguncang orang banyak, tetapi Yesus menegaskan bahwa itu tidak sebanding dengan peristiwa kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga (Ay. 61-62), serta pentakosta (Ay. 63). Dari peristiwa orang-orang yang mengundurkan diri ini, Yesus ingin menguji iman keduabelas murid-Nya. Petrus mewakili para murid yang lain mengatakan bahwa tidak ada pribadi lain yang ia percayai selain Yesus. Petrus percaya perkataan Yesus adalah perkataan dari Allah, “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup kekal.” (Ay. 68), Yesus adalah pribadi Allah (Ay. 69). Dan Yesus mengetahui bahwa pengakuan Petrus ini berasal dari Allah (Ay. 65, 70).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Mengikut Yesus atau menjadi murid Yesus tidaklah selalu mudah jalannya. Ada berbagai tantangan, ujian, cobaan, dan masalah yang harus dihadapi untuk menjadi murid yang sejati. Dibutuhkan komitmen yang kuat dan sungguh, kesetiaan yang murni, serta kerelaan untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Komitmen mengikut Tuhan inilah yang tampak dalam kehidupan bangsa Israel saat mereka memasuki dan tinggal di Tanah Perjanjian. Mereka berjanji hanya beribadah dan setia kepada Allah saja. Rasul Paulus juga mengingatkan komitmen Jemaat Efesus untuk setia kepada Tuhan Yesus Kristus. Jemaat Efesus harus berani berjuang mempertahankan iman dan kesetiaan mereka dengan cara mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk bertahan menghadapi serangan tipu daya dan kuasa Iblis. Yang terakhir, untuk menjadi murid yang sejati Petrus berkomitmen: teguh dalam iman dan tetap setia kepada Yesus Kristus, sekalipun ada banyak orang yang mengundurkan diri, meninggalkan Tuhan Yesus. Komitmen Petrus ini ditunjukkan dengan pengakuannya setia mengikut Tuhan Yesus hingga akhir hidupnya.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Kata komitmen berasal dari bahasa latin, yaitu “Commiter” yang memiliki arti menyatukan, mengerjakan, menggabungkan, dan mempercayai. Komitmen sendiri dapat diartikan sikap setia untuk bertanggungjawab terhadap sesuatu, baik itu berkaitan dengan diri sendiri, pekerjaan, organisasi, hubungan, maupun hal lainnya. Atas dasar inilah seseorang yang sudah berkomitmen akan senantiasa memenuhi apa yang menjadi kewajibannya. Di dalam praktik keseharian, kita dapat mengetahui wujud komitmen itu dalam berbagai hal. Misalnya dalam kehidupan perkawinan/ keluarga. Seseorang yang melangsungkan perkawinan dengan pasangannya, mereka diikat komitmen untuk setia terhadap pasangannya hingga maut memisahkan. Dalam perkawinan Kristen, janji perkawinan kedua mempelai menjadi awal komitmen untuk membangun kehidupan keluarga berdasarkan kasih Kristus, dimana mereka senantiasa setia dalam suka dan duka, keberhasilan maupun kegagalan, sehat atau sakit.
Dalam lingkup pekerjaan, seseorang harus memiliki komitmen untuk disiplin dan bertanggung jawab atas tugas pekerjaan yang diembannya. Semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin besar pula tanggung jawab dan komitmen pada dirinya untuk menyelesaikan setiap tugas yang dipercayakan padanya.
Di lingkungan gereja atau jemaat, setiap warga jemaat memiliki komitmen untuk setia kepada Yesus Kristus, saling melayani, dan saling mengasihi. Komitmen setia itu dinyatakan manakala kita berjanji di hadapan Tuhan dan warga jemaat. Sebagai orang tua yang membaptiskan anak, maka kita berkomitmen menjadi orang tua yang baik, yang menjadi teladan bagi anak-anak kita, serta mendidik mereka dalam iman dan terang kasih Kristus. Saat angkat sidi, kita berjanji setia menjadi pengikut Kristus dan menjadi warga dewasa yang bertanggung jawab. Demikian saat kita menerima pemberkatan perkawinan, kita dan pasangan kita berkomitmen untuk saling setia hingga maut memisahkan. Terlebih manakala kita sebagai warga jemaat terpilih dan dipercaya sebagai anggota Majelis Jemaat, maka kita harus komitmen penuh kepada Tuhan dan jemaat untuk setia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai Majelis Jemaat.
Orang yang setia dengan komitmen awal saat dia menyatakan janji atau komitmennya, maka dia akan dipercaya oleh orang lain dan akan diberikan tanggung jawab yang lebih besar.
Isi
Bacaan pertama: Yosua 24 menceritakan komitmen bangsa Israel untuk senantiasa beribadah dan menyembah hanya kepada Tuhan Allah. Yosua yang menjadi pemimpin bangsa Israel saat itu, tahu bahwa bangsa Israel diperhadapkan pada pilihan kepada siapa mereka akan beribadah. Di sini Yosua menentukan sikap tegasnya bahwa dia hanya beribadah dan menyembah kepada Tuhan Allah Semesta Alam. Allah yang telah membawa bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir masuk ke tanah Perjanjian Kanaan. Yosua tahu bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang cemburu, Allah yang menginginkan umat-Nya senantiasa setia hanya kepada-Nya. Karena itu, Yosua menantang bangsa Israel untuk memilih tetap setia beribadah dan menyembah kepada Tuhan Allah ataukah memilih beribadah dan menyembah ilah-ilah lain. Tantangan Yosua ini dijawab dengan komitmen bangsa Israel untuk setia beribadah dan menyembah hanya kepada Tuhan Allah. Mereka berjanji untuk tidak meninggalkan Tuhan Allah. Mereka berjanji senantiasa percaya hanya kepada Tuhan Allah yang mampu menolong dan menyelamatkan mereka.
Pada bacaan kedua Rasul Paulus menegaskan komitmen Jemaat Efesus sebagai pengikut Kristus. Paulus mengajarkan agar jemaat Efesus tetap kuat dalam menghadapi kuasa gelap. Mereka harus mengandalkan kuasa Tuhan agar mampu bertahan melawan segala tipu muslihat, serangan Iblis, dan ajaran sesat. Mereka harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah dan mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah. Paulus menyebutkan 6 perlengkapan senjata Allah, yaitu: (1) Ikat pinggang kebenaran, (2) Baju Zirah keadilan, (3) Kasut kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera, (4) Perisai iman, (5) Ketopong keselamatan, dan (6) Pedang Roh, yaitu Firman Allah (Ay. 14 – 17). Di sini Paulus mengingatkan jemaat Efesus agar siap sedia dan berdiri tegap, hidup benar dan adil. Sebagai umat Allah, mereka harus mewartakan kabar keselamatan dan pendamaian agar orang lain mengenal Yesus Kristus dan merasakan damai sejahtera dalam hidup mereka.
Sedangkan pada bacaan ketiga mengisahkan tentang komitmen Petrus dan para murid untuk setia mengikut Yesus. Di tengah situasi banyak orang yang memilih mengundurkan diri setelah mendengarkan ajaran Yesus, Petrus mewakili para murid yang lain mengatakan bahwa tidak ada pribadi lain yang ia percayai selain Yesus. Petrus percaya perkataan Yesus adalah perkataan dari Allah, “Perkataan-Mu adalah perkataan hidup kekal.” (Ay. 68), Yesus adalah pribadi Allah (Ay. 69). Dan Yesus mengetahui bahwa pengakuan Petrus ini berasal dari Allah (Ay. 65, 70).
Penutup
Mengikut Yesus atau menjadi murid Yesus tidaklah selalu mudah jalannya. Ada berbagai tantangan, ujian, cobaan dan masalah yang harus dihadapi untuk menjadi murid yang sejati. Dibutuhkan komitmen yang kuat, kesetiaan yang murni, serta kerelaan untuk hidup seturut dengan kehendak Tuhan. Komitmen mengikut Tuhan inilah yang tampak dalam kehidupan bangsa Israel saat mereka memasuki dan tinggal di Tanah Perjanjian. Mereka berjanji hanya akan beribadah dan setia kepada Allah saja. Rasul Paulus yang menguatkan komitmen Jemaat Efesus supaya setia kepada Yesus Kristus. Jemaat Efesus harus berani berjuang mempertahankan iman dan kesetiaan mereka dengan cara mengenakan perlengkapan senjata Allah untuk bertahan menghadapi serangan tipu daya dan kuasa Iblis. Dan yang terakhir, Petrus berkomitmen untuk menjadi murid yang sejati, teguh dalam iman dan tetap setia kepada Yesus Kristus, walaupun ada banyak orang yang mengundurkan diri, meninggalkan Tuhan Yesus. Komitmen Petrus ini ditunjukkan dengan pengakuannya setia mengikut Tuhan Yesus hingga akhir hidupnya.
Saat ini di bulan Pembangunan GKJW, kita sebagai warga GKJW diajak untuk memiliki komitmen diri untuk membangun GKJW dan semakin setia mengikut Tuhan. Wujud komitmen diri membangun GKJW tampak dari kemauan dan kesediaan diri kita ikut melayani Tuhan melalui GKJW. Dengan talenta, kemampuan, dan keterampilan yang kita miliki, kita mau mempersembahkan talenta, kemampuan, dan keterampilan kita itu bagi kemuliaan Tuhan. Kita aktif beribadah menyembah Tuhan melalui ibadah-ibadah di gereja atau ibadah rumah tangga. Kita dapat memberikan masukkan dan saran yang positif, yang membangun bagi pertumbuhan GKJW lebih baik. Terlebih kita ikut ambil bagian secara langsung dalam pelayanan sesuai dengan bidang kita. Selalu ada tempat bagi semua warga GKJW untuk terlibat melayani dan membangun GKJW. Kedua komitmen untuk semakin setia mengikut Tuhan tampak melalui sikap hidup kita yang memuliakan Tuhan. Melalui kesaksian yang kita bagikan, kita menceritakan karya kasih Kristus dalam hidup kita. Melalui perkataan, kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan, mengucapkan kata-kata berkat dan membangun bagi orang lain, sehingga melalui diri kita, sikap kita, perkataan kita dan tingkah laku kita terpancar air kehidupan.
Mari di bulan pembangunan GKJW ini, kita semakin memiliki tekad dan semangat untuk membangun GKJW semakin nyata. Terlebih kita berkomitmen untuk semakin setia dan cinta kepada Tuhan melalui gereja-Nya GKJW. Mari kita pelihara dan rawat komitmen kita membangun GKJW agar semakin bertumbuh dan berbuah dalam laku hidup kita sehari-hari. Amin. [AR].
Pujian: KJ. 339 : 1, 2 Maju, Laskar Kristus
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Tembung komitmen punika saking basa latin, inggih punika “Commiter”, ingkang tegesipun nunggilaken, nindakaken, nggabungaken lan pitados. Tembung komitmen piyambak kagungan teges: sikep setya lan tanggel jawab tumrap samukawis gegayutan kaliyan dhiri pribadi, pandamelan, organisasi, hubungan, lsp. Adedasar punika, tiyang ingkang sampun komitmen, piyambakipun badhe netepi punapa ingkang dados kwajibanipun. Ing praktek gesang padintenen, wujuding komitmen punika saged kita mangertosi ing maneka warni kahanan. Contonipun ing gesang sesemahan/ bebrayatan. Tiyang ingkang sampun nenikahan kaliyan semahipun, kaiket komitmen tansah setya tumrap semahipun dumugi pungkasan gesang. Ing perkawinan Kristen, janji nenikahan punika dados wiwitaning komitmen kangge mbangun gesang bebrayatan kalandesan sihipun Sang Kristus, ing pundi pasangan manten punika janji tansah setya ing kahanan bingah lan sisah, kasil utawi gagal, sehat utawi sakit.
Ing papan panyambut damel, tiyang nyambut damel punika kedah kagungan komitmen disiplin lan tanggel jawab anggenipun ngayahi tugas pandamelan ingkang dipun tindakaken. Sansaya inggil jabatan tiyang punika, sansaya ageng tanggel jawab lan komitmenipun kangge ngrampungaken saben tugas ingkang dipun ayahi.
Ing lingkup greja utawi pasamuwan, saben warga pasamuwan nggadhah komitmen: setya ndherek Gusti Yesus, tansah lados linadosan lan tresna – tinresnan. Komitmen setya dhumateng Gusti punika kanyatakaken nalika kita janji ing ngarsanipun Gusti Allah lan warga pasamuwan. Minangka tiyang sepuh ingkang mbaptisaken anak, kita janji dados tiyang sepuh ingkang sae, kita dados tuladha kangge anak-anak kita, sarta janji ndidik anak-anak kita supados pitados dhumateng Gusti Yesus. Nalika kita angkat sidi, kita janji setya dados pandherekipun Sang Kristus lan dados warga diwasa ingkang tanggel jawab. Mekatena ugi nalika kita daup suci, kita lan semah kita ugi janji tansah setya ngantos pati ingkang misahaken. Langkung malih nalika kita kapiji lan dipun pitados dados anggota Majelis Pasamuwan, kita ugi janji dhumateng Gusti lan warga pasamuwan badhe nindakaken sedaya tugas lan tanggel jawab kita minangka Majelis Pasamuwan.
Tiyang ingkang setya kaliyan komitmenipun nalika prajanji, piyambakipun badhe dipun pitados dening tiyang sanes lan dipun paringi tanggel jawab ingkang langkung ageng malih.
Isi
Wonten ing waosan kaping pisan, Yusak 24, nyariosaken komitmenipun bangsa Israel tansah ngabekti lan manembah dhumeteng Gusti Allah. Yusak ingkang dados pimpinanipun bangsa Israel nalika semanten, mangertos bilih bangsa Israel dipun adhepaken kaliyan pilihan dhateng sinten piyambakipun badhe ngabekti. Yusak kanthi teges ngaturi pirsa bilih piyambakipun milih ngabekti lan manembah namung dhumateng Gusti Allah ingkang nitahaken langit kaliyan bumi. Yusak pitados bilih Gusti Allah ingkang sampun ngentasaken bangsa Israel saking tanah pangawulan Mesir mlebet tumuju tanah Prajanjian Kanaan. Yusak mangertos bilih Gusti Allah punika Gusti ingkang cemburu, ingkang kepengin umat-Ipun namung setya ngabekti dan manembah dhateng Panjenenganipun. Awit saking punika Yusak nantang bangsa Israel: tetep setya ngabekti lan manembah dhumateng Gusti Allah punapa dhateng ilah-ilah sanesipun. Tantangan saking Yusak punika dipun tanggepi kaliyan komitmen bangsa Israel, tetep setya ngabekti dan manembah namung dhumateng Gusti Allah. Bangsa Israel sami janji mboten badhe nilaraken Gusti Allah, tansah pitados bilih namung Gusti Allah kemawon ingkang nulungi lan nylametaken piyambakipun.
Ing waosan kaping kalih, Rasul Paulus negesaken komitmenipun pasamuwan Efesus minangka pandherekipun Sang Kristus. Paulus mulang pasamuwan Efesus supados kiyat wonten ing Gusti. Pasamuwan Efesus kedah ngandelaken kuwaosipun Gusti Allah supados tanggon nglawan tipu muslihat, serangan Iblis lan piwulang sesat. Pasamuwan Efesus kedah ngandelaken kuwaosipun Gusti Allah lan ngagem perangan gamanipun Allah. Kasebataken dening Paulus wonten 6 perangan gamanipun Allah, inggih punika: (1) Sabuk kayekten, (2) Ageman Zirah kaadilan, (3) Kasut rila kangge martosaken Injil tentrem santosa, (4) Tameng iman, (5) Ketopong kaslametan, lan (6) Pedang Roh, inggih punika Sabdanipun Gusti (Ay. 14-17). Saking ngriki, Paulus ngengetaken pasamuwan Efesus supados siyap siaga lan jumeneng jejeg, gesang bener lan adil. Minangka umatipun Allah, pasamuwan Efesus kedah martosaken kabar kaslametan lan karukunan supados tiyang sanes tepang kaliyan Gusti Yesus Kristus lan ngraosaken tentrem santosa salebeting gesangipun.
Salajengipun ing waosan katiga, nyariosaken komitmenipun Petrus lan para sakabat tansah setya ndherek Gusti Yesus. Ing satengah-tengahing kahanan tiyang kathah sami mundur sak sampunipun mirengaken piwucalipun Gusti Yesus, Petrus negesaken komitmenipun srana ngucap bilih mboten wonten pribadi sanes ingkang dipun pitados kejawi namung Gusti Yesus. Petrus pitados bilih sabdanipun Gusti Yesus punika sabdanipun Gusti Allah piyambak. “Pangandika Paduka punika Sang Suci kagunganing Allah.” (Ay. 68). Gusti Yesus punika pribadinipun Gusti Allah piyambak (Ay. 69). Gusti Yesus mangertos bilih pangakenipun Petrus punika pinangkanipun saking Gusti Allah (Ay. 65, 70).
Panutup
Ndherek Gusti Yesus utawi dados sakabatipun Gusti Yesus punika mboten gampil marginipun. Wonten maneka warni tantangan, ujian, godha, lan masalah ingkang kedah dipun adhepi kangge dados sakabat ingkang sejati. Dipun betahaken komitmen ingkang kiyat, kasetyan ingkang murni, sarta gesang miturut karsanipun Gusti. Komitmen ndherek Gusti punika ingkang ketawis wonten salebeting gesang bangsa Israel nalika lumebet lan manggen ing tanah Prajanjian Kanaan. Ing pundi bangsa Israel prajanji badhe ngabekti lan setya namung dhumateng Gusti Allah kemawon. Rasul Paulus ngiyataken komitmenipun Pasamuwan Efesus supados tansah setya dhumateng Gusti Yesus Kristus. Ing pundi pasamuwan Efesus kedah wantun merjuangaken iman lan kasetyanipun kanthi cara ngagem perangan gamanipun Allah supados kiyat ngadepi serangan tipu daya lan kuwaosipun Iblis. Lan ing pungkasan, Petrus nedahaken komitmenipun dados sakabatipun Gusti Yesus ingkang sejati, teguh imanipun, lan tetep setya ndherek Gusti Yesus, senadyan nalika semanten kathah tiyang ingkang sami mundur, nilar Gusti Yesus. Komitmenipun Petrus punika ketingal saking pangaken setyanipun ndherek Gusti Yesus ngantos pungkasan gesangipun.
Sapunika ing sasi Pambangunan GKJW, kita minangka warga pasamuwan GKJW dipun ajak nggadhahi komitmen dhiri kangge mbangun GKJW lan setya ndherek Gusti. Wujuding komitmen dhiri kangge mbangun GKJW saged ketingal saking kasedyan kita ndherek nladosi Gusti lumantar GKJW. Sarana talenta, kasagedan, lan katrampilan kita, mangga kita ginakaken kagem kamulyanipun Gusti. Kita tansah aktif ngabekti lan manembah dhumateng Gusti, sae punika lumantar pangabekti ing greja utawi pangabekti ing brayat kita piyambak. Kita saged urun rembug lan atur saran ingkang positif lan mbangun kangge tuwuhing GKJW langkung sae. Mekaten ugi kita sumadya sacara langsung ndherek ngladosi Gusti miturut kasagedan kita. Ing GKJW tansah kacawisan papan kangge sedaya warga pasamuwan GKJW ingkang purun ngladosi lan mbangun GKJW. Ingkang kaping kalih, komitmen tansah setya ndherek Gusti saged kita ketingalaken lumantar sikep gesang kita ingkang tansah mulyakaken Gusti. Lumantar paseksi ingkang kita adum lan cariyosaken, kita saged nyariosaken pakaryan lan sih katresnanipun Sang Kristus wonten ing gesang kita. Lumantar pitutur kita, kita tansah atur panuwun sokur dhumateng Gusti, ngucapaken ukara berkah ingkang mbangun kangge tiyang sanes, saengga lumantar dhiri kita, sikep kita, pangucap kita, lan tindak tanduk kita kapancar toyaning gesang.
Mangga ing sasi Pambangunan GKJW sapunika, kita kagungan tekad lan semangat makarya kangge mbangun GKJW. Meketena ugi kita nggadhahi komitmen tansaya setya lan tresna dhumateng Gusti Yesus lumantar greja-Nipun GKJW. Sumangga kita jagi lan rimati komitmen kita kangge mbangun GKJW supados sansaya tuwuh lan ngedalaken woh ing salebeting lampah gesang kita sadinten-dinten. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 448 Pra Prajurite Gusti