Minggu Biasa – Bulan Pembangunan Gkjw
Stola Hijau
Bacaan 1: Amsal 9 : 1 – 6
Mazmur: Mazmur 34 : 9 – 15
Bacaan 2: Efesus 5 : 15 – 20
Bacaan 3: Yohanes 6 : 51 – 58
Tema Liturgis: GKJW Bersatu Membangun Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Siap Sedia dalam Pelayanan bersama Tuhan Yesus
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Amsal 9 : 1 – 6
Amsal 9 : 1 – 6 berisi pengajaran hikmat bagi orang Israel. Pengajaran ini berasal dari zaman sesudah pembuangan. Di kehidupan bangsa Israel saat itu, khususnya pada kaum muda, mereka sedang menghadapi godaan atau ancaman degradasi moral yang menghancurkan hidup mereka. Untuk menghadapinya, pengajaran hikmat dikemas dalam bentuk khotbah dan instruksi. Pengajaran hikmat ini dimaksudkan untuk menuntun, mendidik, menyerukan, mengundang serta mendorong bangsa Israel untuk hidup sesuai dengan karakter moral yang diajarkan hikmat itu sendiri, yakni karakter moral yang benar, baik, dan tepat. Mereka menerima dan hidup sesuai dengan pengajaran hikmat.
Ayat 1 – 2 menceritakan gambaran perumpamaan tentang perjamuan di suatu pesta. Gambaran peranan ini dimulai dari hal yang mendasar, yakni membangun rumah dan mempersiapkan hidangan pesta. Rumah yang dibangun berkonstruksi 7 tiang. Di sini rumah memiliki arti tempat pendidikan anggota keluarga/orang lain, konstruksi digunakan sebagai penyediaan tempat untuk pendidikan, angka 7 merupakan konsep yang suci, sempurna, menyenangkan. Ini semua bertujuan untuk pendidikan, khususnya pengajaran hikmat. Rumah dipakai sebagai tempat pengajaran hikmat, agar tercipta hidup yang dibangun, diberkati, dan menyenangkan. Hikmat menyuguhkan makanan/minuman dan mengadakan perjamuan demi kesehatan dan tenaga yang sangat dibutuhkan guna menopang kelancaran dan kesuksesan pengajaran hikmat.
Ayat 3 – 5 berisi undangan makan roti dan minum anggur, maksudnya di sini bukan dalam arti makan dan minum anggur sungguhan, melainkan makanan rohani, yakni pengajaran moral dari hikmat yang adalah kehidupan. Undangan ini ditujukan kepada orang yang belum berpengalaman dan tak berakal budi. Yang belum berpengalaman adalah orang yang belum memperoleh pendidikan yang cukup. Maka undangan disampaikan agar setiap orang memperoleh pengetahuan, kepandaian, dan kecerdasan, baik dalam hal teknis, praktis, khususnya moral dan kerohanian. Orang yang tak berakal budi adalah orang yang tidak baik karakter moralnya, maka undangan ini disampaikan agar mereka belajar pada hikmat sehingga mereka menjadi orang yang baik karakter moralnya.
Ayat 6 merupakan sebuah kesimpulan bahwa pengajaran hikmat berupa dorongan untuk membuang kebodohan dan ketidakpedulian, menuju pada pengajaran karakter moral, hikmat dan pengertian, yaitu hidup yang berkelimpahan jasmani dan rohani.
Efesus 5 : 15 – 20
Pada pasal ini ada empat nasihat untuk hidup, yang demikian:
Pertama, perhatikan dengan seksama bagaimana kamu hidup. Paulus menuliskan, “Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, jangan seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif.” (Ay. 15). Kata “seksama” yang digunakan adalah “akribos”, yang mengandung arti benar, akurat, konsisten, dan sempurna. Jadi, hidup dalam waktu Tuhan janganlah sembrono seperti orang bebal, melainkan hiduplah dengan benar dan baik secara konsisten.
Kedua, pergunakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Pada saat Paulus menulis, “pergunakanlah waktu yang ada” (Ay. 16a), kata “waktu” yang dipakai adalah “kairos”. Sebenarnya ada kata lain yang menunjukkan konsep waktu, yaitu “kronos”. Kata kronos berarti rentang waktu, yang ditandai dengan tahun, bulan, hari, jam, menit dan seterusnya. Sedangkan kata kairos merupakan suatu bagian dari waktu dalam kehidupan, yang ditandai dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang penting. Itulah sebabnya kairos disebut juga sebagai moment atau kesempatan. Jadi, di dalam menjalani hidup, orang-orang percaya harus menggunakan setiap kesempatan dengan baik.
Ketiga, berusahalah untuk mengerti kehendak Tuhan (Ay. 17). Hidup di dalam waktu Tuhan, diusahakan dengan mengerti kehendak Tuhan di dalam menjalani hari-hari. Jangan menjadi bodoh dengan menyia-nyiakan waktu yang ada.
Keempat, hidup dipimpin oleh Roh Allah (Ay. 18-21). Janganlah bermabuk-mabukan, sebab kebiasaan itu mendatangkan banyak kejahatan, tetapi hendaklah dipenuhi Roh Allah dan dipimpin oleh-Nya. Setiap waktu atau kesempatan yang ada diisi dengan banyak membicarakan perihal Tuhan, mengutip mazmur serta puji-pujian, dan menyanyikan lagu-lagu rohani dengan tulus hati. Senantiasa mengucap syukur kepada Allah dan Bapa dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus, serta menghormati Kristus dengan hidup yang saling melayani.
Yohanes 6 : 51 – 58
Dalam ayat 51a dikatakan “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga”. “Roti hidup” ini sejajar dengan “air hidup” yang Yesus tawarkan kepada perempuan Samaria (4:10). “Barangsiapa makan ( fag ) roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (Ay. 51b). Phage adalah aorist dari esthio (makan), dengan demikian mewakili tindakan satu kali. Makan roti ini, dalam konteks ini, berarti tindakan menerima atau percaya kepada Kristus untuk selamanya. Yesus tidak mundur dari kata-kata yang menyinggung, namun malah menambahkannya dengan penyebutan daging (Ay. 51c).
Pada ayat 52, Frasa “orang Yahudi” ini mengacu pada para pemimpin agama Yahudi, yang dalam banyak kasus adalah penentang Yesus. “Daging” adalah kata yang provokatif, menimbulkan momok kanibalisme. Hal ini sangat provokatif dalam budaya yang membedakan dengan tepat antara daging bersih dan daging haram serta menekankan kepatuhan ketat terhadap hukum pola makan. Pertimbangan pertama bagi setiap orang Yahudi, ketika hendak memakan daging apapun adalah apakah daging itu diperbolehkan atau dilarang. Tidak ada orang Yahudi yang taat, yang mempertimbangkan untuk memakan daging manusia.
Kata-kata dalam ayat 53 menekankan gelar yang digunakan Yesus untuk diri-Nya sebagai Anak Manusia. Orang-orang berharap Sang Mesias akan mengumpulkan pasukan, mengusir tentara Romawi, dan membangun kembali kerajaan besar Daud, namun ternyata mendapatkan pemahaman yang berbeda. Mereka tidak mempunyai pengharapan seperti itu terhadap Anak Manusia. Persoalan penting di sini adalah apakah kata-kata Yesus bersifat ke arah Perjamuan Tuhan atau pengorbanan.
Di ayat 54-55, ada sebuah janji yang berisi janji tentang kehidupan kekal dan janji tentang kebangkitan. Daging dan darah Yesus adalah makanan dan minuman sejati, yang memberi kita rezeki pada tingkat terdalam dari keberadaan kita, yang berbeda dengan Manna, yang hanya memberi makan tubuh jasmani saja. Yohanes menyebutkan dalam ayat 58, para pendengar Yesuslah yang pertama kali menyebut Manna, dan menyebutnya sebagai “roti dari sorga” yang diberikan oleh Musa (Ay. 31). Yesus mengoreksi mereka. Bukan Musa yang memberi mereka roti, tetapi Tuhan Allah. Manna bukanlah roti yang benar dari sorga, tetapi hanyalah sebuah tipe (sebuah gambaran) dari roti yang benar dari surga. Yesus mengidentifikasi diri-Nya sebagai Roti Hidup (Ay. 35, 51). Yesus menjanjikan kehidupan kekal (Ay. 54), sebuah kualitas kehidupan rohani yang dapat kita nikmati sekarang, dan bukan melanjutkan kehidupan fisik kita hingga tak terhingga.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Kehidupan ini harus diisi dengan hikmat yang berasal dari Tuhan. Setiap orang yang menerima undangan untuk menerima roti dan anggur dituntun untuk menata kehidupan menjadi lebih baik. Tuhan Yesus adalah Roti Hidup, Ia mengajak setiap orang yang menerima penebusan-Nya untuk memakai waktu pemberian Tuhan dengan baik, dan selalu mencari kehendak Tuhan dalam setiap laku kehidupannya, sehingga kasatuan dengan Kristus akan menghadirkan kedamaian dan keadilan sosial di dunia ini dan di kehidupan kekal.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Makan merupakan salah satu aktivitas penting dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia. Ketika melahap makanan, tubuh mendapatkan asupan gizi, nutrisi, dan zat-zat lainnya yang berguna untuk menjaga tubuh tetap hidup serta mampu melakukan aktivitas. Tanpa asupan tersebut, tubuh bisa mengalami malnutrisi, kekurangan gizi, bahkan bisa menyebabkan kematian. Namun di balik pentingnya melahap makanan demi menyambung hidup, timbul pertanyaan yang menyoal perkara tersebut, “Apakah hidup kita hanya untuk makan? Ataukah makan untuk bisa hidup? Atau adakah makna lain didalamnya?”
Isi
Pada masa Yesus, roti merupakan makanan pokok. Roti berasal dari sari gandum, hasil kerja keras para petani. Yesus tentu sangat memahami perjuangan para petani gandum dan masyarakat pada masa-Nya yang mencari rezeki untuk mempertahankan hidup. Yesus juga selalu berbelarasa dengan mereka yang miskin dan menderita lapar akibat ketiadaan makanan. Tanpa roti, tanpa rezeki, hidup manusia terancam mati. Tanpa makanan, manusia tidak dapat bertahan hidup. Selain petani gandum, juga ada petani anggur. Anggur menjadi minuman sehari-hari pada masa itu.
Dari wilayah Galilea inilah, bangsa Yahudi menikmati kemakmuran, kesejahteraan, dan pemeliharaan hidup. Mereka hidup karena kelimpahan hasil bumi dan air yang mengalir tiada henti di wilayah yang gersang. Dan dari situasi kehidupan inilah, Yesus mewartakan dan menawarkan Roti Hidup yang memberi kesegaran dan kehidupan serta mengungkapkan pemeliharaan Allah yang luar biasa mengagumkan. Tidak lagi dengan makan roti yang biasa itu, tetapi Diri-Nya sendiri sebagai Roti Hidup.
Yesus dalam Injil hari ini, menyatakan Diri-Nya sebagai Roti Hidup. Ia sungguh-sungguh adalah Roti Hidup. Roti yang tidak hanya memberikan kehidupan selama di dunia ini, tetapi juga menjadi jaminan akan kehidupan di akhirat nanti, yang tidak hanya sebatas memenuhi kelaparan jasmani, tetapi juga memenuhi kebutuhan jiwa, yang tidak didapatkan dengan uang, tetapi diperoleh dengan cuma-cuma dan dimakan oleh siapapun. Roti itu adalah Yesus sendiri, Roti Hidup yang turun dari surga, Tubuh Kristus yang diberikan untuk jaminan hidup kekal. Melalui Diri-Nya, Tuhan Yesus memberikan daya kekuatan pemeliharaan Allah bagi hidup umat-Nya. Melalui Tubuh-Nya yang diremukkan di atas salib, yang harus mati mengenaskan, dikuburkan, dan bangkit, memberi daya hidup bagi manusia yang percaya dan yang menyambut-Nya.
Yesus menjadikan Diri-Nya Roti Hidup, “Akulah roti hidup yang telah turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.” (Ay. 51). Tubuh dan Darah Kristus, Roti Hidup dan Darah Keselamatan di dalam Sakramen Perjamuan Kudus adalah sumber kehidupan, puncak dan jaminan tertinggi kehidupan kita.
Memang manusia membutuhkan roti (makanan) untuk hidup di dunia ini. Namun jangan sampai motivasi kita mencari Tuhan hanya untuk mengejar roti saja atau berkat-berkat jasmani saja, lalu kita melupakan Tuhan Pemberi berkat itu sendiri. Ingat, apapun yang menjadi kebutuhan kita, Tuhan Yesus dapat memenuhinya. Segala persoalan hidup kita dapat diatasi di dalam Dia. Tidak hanya persoalan-persoalan yang berkenaan dengan kebutuhan jasmani kita, tetapi juga hal-hal yang jauh lebih utama, yaitu pengampunan dosa dan keselamatan kekal.
Dalam bacaan kedua, khususnya di Efesus 6:16 dikatakan bahwa setiap orang harus mempergunakan waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Ketika kesempatan dari Tuhan Yesus diberikan kepada kita untuk menerima Dia, tinggal dalam kehidupan kita, maka setiap orang harus mempergunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Janganlah sampai seperti orang bodoh, tetapi supaya kita selalu mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam setiap karya-Nya di dunia ini.
Penutup
Maka makna terdalam dari sebuah makanan adalah supaya kehidupan dapat terpelihara dengan baik. Terkhusus ketika kita menerima Roti Hidup yang adalah Kristus sendiri. Menjadi pertanyaan bagi kita, sudah sejauh mana kita mengusahakan, merindukan, dan menyambut Sang Roti Hidup, Tubuh dan Darah Kristus itu? Apakah balasan kita atas seluruh pengorbanan dan pemberian Diri-Nya bagi kita? Pada masa ini, menjadi pribadi yang berhikmat dan berpengetahuan akan Kristus patutlah kita miliki. Kita bisa menyambut-Nya dalam kerinduan hati yang mendalam. Kesatuan kita dengan Kristus akan membawa perdamaian dan keadilan sosial yang dapat dirasakan dalam kehidupan ini. Kiranya dengan kesatuan bersama Kristus menjadikan kita selalu bersyukur atas anugerah santapan Ilahi yang diberikan Tuhan melalui pengorbanan-Nya, sehingga kita menyatu dengan Dia. Semoga kita pun berani menjadi seperti Yesus yang membawa berkat bagi yang lain melalui pengabdian dan pelayanan kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin. [FNS].
Pujian: KJ. 464 Tuhan, Pecahkanlah Roti Hayat
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Nedha punika salah satunggaling prekawis ingkang wigati kangge njagi kelajenganan gesangipun manungsa. Nalika kita nedha tetedhan, badan kita pikantuk asupan gizi, nutrisi, lan zat-zat sanesipun ingkang migunani kangge njagi badan punika tetap kiyat nindakaken ayahan sadinten-dinten. Tanpa tetedhan punika, badan saged sakit, kekirangan gizi malah saged pejah. Saking gatinipun bab nedha tetedhan kangge kelajengan gesang punika, wonten pitakenan bab punika, “Punapa gesang kita punika namung kangge nedha kemawon? Punapa kita nedha punika supados saged gesang? Punapa wonten teges sanesipun saking bab nedha tetedhan punika?”
Isi
Ing jamanipun Gusti Yesus, roti punika dados tetedhan pokok. Roti punika kadamel saking sari gandum, asil panyambut damelipun para tani. Gusti Yesus tamtu nggatosaken anggenipun para tani gandum lan masyarakat nalika semanten sami merjuang pados rejeki kangge kelajengan gesangipun. Gusti Yesus ndherek ngraosaken punapa ingkang dipun alami kaliyan tiyang mlarat, ingkang asring nandhang kakirangan lan keluwen awit mboten wonten tetetdhan ingkang dipun tedha. Tanpa nggadhahi roti, tanpa wonten rejeki, gesangipun manungsa kaancem pati. Awit tanpa nedha, manungsa mboten saged nglajengaken gesangipun. Sanesipun para tani Gandum, ugi wonten para tani Anggur. Anggur ing jaman semanten dados unjukan sadinten-dinten.
Saking daerah Galilea punika, bangsa Yahudi saged ngraosaken gesang ingkang makmur, santosa sarta gesangipun rinimatan. Bangsa Yahudi saged gesang awit kathahipun asil bumi lan toya ingkang tansah mili ing papan ingkang garing punika. Ing kahanan ingkang kados mekaten punika, Gusti Yesus martosaken pakaryan-Ipun. Panjenenganipun ngaturi tawaran bab “Roti Panguripan” ingkang saged nuwuhaken kasegeran, pigesangan lan pangrimatan-Ipun Gusti Allah ingkang edap-edapi. Mboten sarana nedha roti ingkang biasa, nanging Panjenenganipun piyambak minangka Roti Panguripan punika.
Gusti Yesus wonten ing waosan Injil dinten punika, nyatakaken Sariranipun minangka Roti Panguripan. Panjenenganipun saestu Roti Panguripan. Roti ingkang mboten namung kangge gesang ing donya kemawon, nanging Roti ingkang dados jaminan gesang ing akherat benjing. Roti ingkang mboten kawates supados mboten keluwen sacara jasmani kemawon, nanging roti ingkang kangge kabetahan jiwa, ingkang pikantukipun mboten srana ngangge arta, nanging kaparingaken sacara gratis lan saged dipun tedha kaliyan sinten kemawon. Roti punika Gusti Yesus piyambak. Roti Panguripan ingkang mandhap saking Surga, inggih punika Sariranipun Sang Kristus ingkang dipun paringaken dhateng manungsa kangge jaminan gesang langgeng. Lumantar Sariranipun, Gusti Yesus maringi daya kakiyatan pangrimatanipun Allah kangge gesang umat-Ipun. Lumantar Sariran-Ipun ingkang dipun remukaken ing salib, Panjenenganipun kedah seda, dipun kubur lan wungu, saperlu maringi daya gesang kangge manungsa ingkang sami pitados lan nyambeti Panjenenganipun.
Gusti Yesus piyambak ingkang dadosaken Sariranipun dados Roti Panguripan, “Aku iki roti kang urip, kang wus tumurun saka ing swarga. Manawa wong mangan roti iki, bakal urip ing salawas-lawase. Anadene roti bakal paweweh-Ku, yaiku daging-Ku, kang bakal Dakwenehake kanggo uripe jagad.” (Yok. 6:51). Sarira lan Rahipun Sang Kristus, Roti Panguripan lan Rah Kawilujengan ing Sakramen Bujana Suci punika saestu sumber pigesangan, puncak lan jaminan kangge pigesangan kita.
Manungsa gesang pancen mbetahaken roti/tetedhan kangge gesang ing donya punika. Nanging sampun ngantos motivasi kita ndherek Gusti punika namung supados pikantuk roti utawi berkah-berkah jasmani kemawon, lajeng kita kesupen kaliyan Gusti Allah ingkang paring berkah punika. Sami engeta, punapa ingkang dados kabetahan gesang kita, Gusti Yesus saged nyekapi. Sedaya werni masalah gesang kita, saged dipun atasi ing Gusti Yesus. Mboten namung masalah-masalah bab kabetahan jasmani kemawon, nanging ugi bab-bab ingkang langkung utami, inggih punika pangapuntening dosa sarta kaslametan langgeng.
Ing waosan kalih, Efesus 6:16 dipun sebataken bilih saben tiyang kedah migunakaken wekdalipun kanthi prayogi, awit dinten-dinten punika jahat. Gusti Yesus sampun maringi kesempatan kita, supados kita ngaturi Gusti Yesus nunggil gesang kita. Karana punika, kita kedah migunakaken kesempatan punika kanthi sae. Sampun ngantos kita kados tiyang bodho, nanging kita kedah mangertos punapa ingkang dados karsa-Nipun Gusti Allah salebeting pakaryan-Ipun ing donya punika.
Panutup
Salebeting tetedhan punika nggadhah pangertosan ingkang lebet, inggih punika supados gesang kita punika karimat kanthi sae. Khususipun nalika kita nampi Roti Panguripan inggih punika Sang Kristus piyambak. Ingkang dados pitakenan kangge kita, “Kados pundi anggen kita ngupaya lan nyambeti Sang Roti Panguripan, Sarira lan Rahipun Sang Kristus kangge kita?” Ing mangsa punika, kita kedah dados pribadi ingkang wicaksana lan kagungan pangertosan bab Sang Kristus. Kita saged nyambut Sang Kristus srana manah ingkang ngarah dhumateng Gusti. Patunggilan kita kaliyan Sang Kristus badhe mbeta katentreman lan kaadilan sosial ingkang saged dipun raosaken ing gesang punika. Mugi srana patunggilan kita kaliyan Sang Kristus dadosaken kita tansah saos sukur tumrap sih rahmatipun Gusti ingkang kaparingaken dhateng kita lumantar pangorbanan-Ipun, saengga kita saged nyatunggil kaliyan Panjenenganipun. Mugi kita wantun kados Gusti Yesus ingkang mbeta berkah kangge tiyang sanes lumantar pangabdi lan paladosan kita. Gusti Yesus mberkahi kita. Amin. [Terj. AR].
Pamuji: KPJ. 147 : 1, 2 Yesus Roti Panguripan