Minggu Biasa | Penutupan Bulan Kitab Suci
Stola Hijau
Bacaan 1: Yunus 3 : 10 – 4 : 11
Bacaan 2: Filipi 1 : 21 – 30
Bacaan 3: Matius 20 : 1 – 16
Tema Liturgis: Kitab Suci sebagai Pedoman Nilai-nilai Kerajaan Allah
Tema Khotbah: Semua Karena Anugerah-Nya
Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yunus 3 : 10 – 4 : 11
Yunus tidak menginginkan orang-orang Niniwe bertobat dan mendapatkan kasih karunia Allah, karena jika demikian bangsa Niniwe tidak akan mendapatkan penghukuman Allah. Demikian isi hati Yunus. Dia tahu bahwa Allah akan mengampuni orang-orang Niniwe jika mereka bertobat dan Yunus tidak menginginkan hal itu terjadi. Dia membenci orang-orang Niniwe dan tidak rela jika mereka diberi kesempatan bertobat dan mendapatkan keselamatan. Kebencian Yunus ini mengalahkan tugasnya untuk memberitakan firman Allah kepada orang Niniwe. Hal ini dapat dimengerti karena orang-orang Niniwe adalah bangsa Asyur yang menjadi musuh bangsa Israel. Asyurlah yang mengalahkan Israel dalam peperangan.
Yunus mengenal Allah dengan baik. Dia tahu bahwa Allah maha pengasih dan pengampun. Hal itu dia rasakan sendiri pada saat dia ditelan ikan besar hingga dimuntahkan dari perut ikan. Namun pengetahuan Yunus tentang Allah tidak membuat Yunus segera mematuhi perintah Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada orang-orang Niniwe. Bagi Yunus hanya bangsa Israel saja yang layak mendapat belas kasih dan keselamatan Allah bukan orang-orang Niniwe. Itulah mengapa Yunus marah kepada Allah ketika ia melihat Allah mengampuni orang-orang Niniwe yang telah bertobat. Yunus tidak dapat menerima kenyataan jika Allah juga mengasihi dan mengampuni bangsa lain yang bertobat.
Untuk membuat Yunus mengerti kehendak Allah, maka Allah membandingkan kasih-Nya kepada Niniwe dengan kasih Yunus kepada pohon jarak yang menaunginya. Jika Yunus begitu mengasihi pohon yang tidak dia tanam dan hanya dekat dengannya selama satu malam, apalagi Allah terhadap 120.000 orang Niniwe (4:11), Ia sungguh mengasihi mereka.
Filipi 1 : 21 – 30
Paulus tidak menguatirkan akan keselamatan dirinya sebab dia percaya bahwa kesudahan dari penderitaan dan penjara yang ia alami adalah keselamatan dirinya, baik keselamatan fisik maupun surgawi. Baginya hidup dan dirinya adalah milik Kristus, untuk Kristus sajalah dia mengabdikan hidup dan dirinya (Ay. 21). Kalau ada hal yang dikuatirkan oleh Paulus, itu adalah bagaimana agar hidupnya tetap mempermuliakan Allah dalam segala keadaan apapun, sekalipun dia harus dalam penjara sampai mati (Ay. 20). Kekuatiran Paulus bukan lagi tentang hidup dan mati, melainkan bagaimana dia senantiasa memuliakan Tuhan selama di dunia. Kematian memang menyelesaikan penderitaan di dunia, sebab melalui kematian menjadi awal hidup dalam persekutuan dengan Sang Kristus secara penuh (Ay. 23). Di sisi lain, Paulus melihat panggilan Tuhan untuk tetap hidup dan melayani-Nya (Ay. 24). Ia juga rindu untuk dapat melihat kehidupan jemaat Filipi dan terus melayani mereka (Ay. 25).
Paulus sadar bahwa selama ia masih diberikan kesempatan hidup, itu berarti dia masih diberikan kesempatan dan tanggung jawab yang besar untuk melayani umat Tuhan. Hidupnya harus menghasilkan buah yang dapat dirasakan dan dinikmati semua orang. Untuk itu, Paulus tidak menyia-nyiakan hidup pemberian Tuhan itu, meskipun dia harus dipenjara karena Kristus. Di dalam penjara, ia tetap dapat memberitakan Injil dan menguatkan jemaat-jemaat yang ia layani melalui surat yang ia kirimkan kepada mereka. Hal ini membuahkan hasil, ada banyak orang yang semakin dikuatkan imannya dan Injil Kristus semakin tersebar ke seluruh dunia. Bagi Paulus, saat dipenjara justru semakin membuatnya bersukacita dalam Kristus, karena penjara tidak membatasinya untuk mewartakan kasih Tuhan. Ia tetap bebas menuliskan surat dan mewartakan Injil melalui surat yang dia tuliskan kepada jemaat Filipi (ay. 12). Paulus sadar benar bahwa ia dipenjara adalah karena pemberitaan Injil, dan itu bukanlah suatu kesalahan (Ay. 13). Justru Ketika Paulus terpenjara, ia semakin giat menyemangati jemaat-jemaat atau umat Tuhan untuk berani mewartakan Injil dan bersaksi tentang Kristus (Ay. 14). Paulus merasa sukacita karena upaya pewartaan Injil tetap nyata, sekalipun penuh dengan tantangan dan rintangan (Ay. 18).
Matius 20 : 1 – 16
Perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur merefleksikan anugerah Allah yang tidak dapat disamakan dengan upah. Dikisahkan dalam perumpamaan itu Sang Pemilik Kebun Anggur mencari pekerja untuk kebun anggurnya. Ia menjelaskan kepada para pekerja yang ditemuinya bahwa berapa pun upah yang ia berikan kepada para pekerja, itu adalah hak dia. Kepada kelompok pertama, yang bekerja dari pagi hingga malam hari, ia memberi upah mereka sedinar sehari. Kemudian kepada orang-orang yang menganggur, ia meminta mereka bekerja di kebun anggurnya pada tengah hari. Ia memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dan itu adalah anugerah. Saat malam tiba, Sang Pemiliki Kebun Anggur itu membagikan upah kepada para pekerjanya, baik mereka yang bekerja dari pagi hari hingga mereka yang masuk terakhir pada petang hari, masing-masing mendapatkan satu dinar. Hal ini mendapatkan protes dari para pekerja yang bekerja dari pagi hingga malam. Mereka menuntun upah yang lebih tinggi dibandingkan para pekerja yang hanya bekerja sebentar. Namun Sang Pemilik Kebun Anggur itu mengungkapkan bahwa pemberian upah itu adalah hak dia, dan kesepakatan diawal upah mereka bekerja adalah sedinar sehari.
Melalui perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak mengajarkan kepada para murid-Nya dan kepada kita bahwa di mata Tuhan setiap pekerja adalah sama, sama-sama bekerja dan mendapatkan upah. Orang terakhir bisa saja menjadi yang pertama karena dia melayani sepenuh hati, bukan karena upah. Sementara yang pertama bisa saja menjadi yang terakhir karena melayani dengan motivasi untuk mendapatkan upah. Orang yang demikian seringkali tidak setia dalam melayani. Manakala ada kesulitan dan tantangan, ia akan lari dari kesulitan dan tantangan yang ia hadapi karena mereka adalah orang upahan (Yoh. 10:12-13).
Benang Merah Tiga Bacaan:
Dari ketiga bacaan di atas dapat kita ambil benang merah bahwa Tuhan Allah sungguh mengasihi manusia yang datang kepada-Nya untuk bertobat. Hal ini tampak dari kisah pertobatan bangsa Niniwe dan kisah Yunus. Buah dari pertobatan itu adalah hidup dalam kebenaran, melakukan kehendak Allah dan menjadi saksi Kristus, mewartakan Injil Kristus kepada semua bangsa, seperti yang diteladankan Paulus. Penderitaan yang dialami dalam pewartaan Injil harus dipahami bukanlah sebagai hukuman Tuhan, melainkan cara Allah menyatakan kasih karunia dan kuasa-Nya bagi mereka yang setia pada-Nya. Kasih karunia Allah adalah hak Allah. Allah berhak menyatakan anugerah-Nya kepada siapa saja yang dipanggil-Nya. Tugas setiap orang yang dipanggil melayani-Nya adalah setia melakukan tugas tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh, dengan motivasi yang tulus. Melayani dengan sepenuh hati bukan melayani untuk sekedar mendapatkan upah.
Rancangan Khotbah : Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing
Pendahuluan
Dalam kunjungan kerjanya ke berbagai daerah di Indonesia, Presiden Joko Widodo banyak bertemu dan berbincang-bincang dengan masyarakat Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, beliau memiliki kebiasaan yang menarik yaitu memberikan hadiah sepeda kepada anak atau orang yang dapat menjawab pertanyaan beliau. Mungkin sepeda yang diberikan Presiden Joko Widodo mudah dijumpai dan dapat kita beli dengan uang yang kita miliki, namun ada hal yang membedakannya, yaitu nilai pemberian dan siapa yang memberikan sepeda itu. Hal inilah yang menjadi berarti bagi anak atau orang yang mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Joko Widodo. Dari sini kita memahami bukan nominal atau harga sepeda itu yang penting, namun melalui sepeda itu kita mengingat peristiwa perjumpaan, perhatian, dan pemberian sepeda itu dari orang nomer satu di Indonesia, presiden Joko Widodo.
Isi
Kasih karunia Tuhan Allah senantiasa nyata dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia. Tuhan Allah adalah sekutu manusia yang selalu berupaya untuk memanggil, mengampuni, dan menyelamatkan manusia yang berdosa. Hal ini tampak dari ketiga bacaan kita pada saat ini bahwa kasih karunia dan anugerah keselamatan dari Tuhan Allah itu dinyatakan bagi semua orang yang percaya dan datang kepada-Nya.
Bagian bacaan yang pertama mengisahkan tentang Yunus yang tidak menginginkan orang-orang Niniwe bertobat dan mendapatkan kasih karunia Allah. Dia tahu bahwa Allah akan mengampuni orang-orang Niniwe jika mereka bertobat, dan Yunus tidak rela jika mereka mendapatkan keselamatan Allah. Hal ini dapat dimengerti karena orang-orang Niniwe adalah bangsa Asyur yang menjadi musuh bangsa Israel. Bagi Yunus hanya bangsa Israel saja yang layak menerima kasih karunia dan keselamatan Allah, bukan orang-orang Niniwe. Itulah mengapa Yunus marah kepada Allah ketika dia melihat Allah mengampuni orang-orang Niniwe yang bertobat. Yunus tidak dapat menerima kenyataan jika Allah mengasihi dan mengampuni bangsa lain yang bertobat. Maka untuk membuat Yunus mengerti kehendak Tuhan, Tuhan Allah membandingkan kasih-Nya kepada bangsa Niniwe dengan kasih Yunus kepada pohon jarak yang menaunginya. Jika Yunus begitu mengasihi pohon yang tidak dia tanam dan hanya dekat dengannya selama satu malam, terlebih Tuhan Allah terhadap 120.000 orang Niniwe (4:11). Dia sungguh mengasihi mereka.
Pada bagian bacaan kedua mengisahkan tentang kesaksian Paulus kepada Jemaat Filipi. Dalam suratnya dia menuliskan bahwa dia sungguh merasakan kasih karunia Kristus nyata dalam hidupnya. Sekalipun dia harus dipenjara dan mengalami penderitaan, tetapi kasih karunia Allah senantiasa menyertai hidupnya. Paulus tidak menguatirkan keselamatan dirinya sebab baginya hidup dan dirinya adalah milik Kristus, untuk Kristus sajalah dia mengabdikan hidup dan dirinya (Ay. 21). Kalau pun ada hal yang dia kuatirkan, itu adalah tentang bagaimana agar hidupnya senantiasa memuliakan Allah dalam segala keadaan apapun. Paulus sadar selama dia masih diberikan kesempatan hidup, itu berarti dia masih diberikan kesempatan untuk melayani umat Tuhan. Untuk itu, Paulus tidak menyia-nyiakan hidupnya, meskipun dia harus dipenjara karena Kristus, dia tetap memberitakan Injil dan menguatkan jemaat-jemaat yang dia layani melalui surat yang dia kirimkan kepada mereka.
Sedangkan pada bacaan ketiga, Tuhan Yesus memberikan pengajaran kepada para murid-Nya dalam bentuk perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur. Perumpamaan itu merefleksikan anugerah Allah yang tidak dapat disamakan dengan upah. Dikisahkan dalam perumpamaan itu Sang Pemilik Kebun Anggur mencari pekerja untuk kebun anggurnya. Pagi-pagi benar dia mendapatkan beberapa pekerja. Dia menjelaskan kepada mereka bahwa upah yang diberikan kepada mereka adalah hak pemilik kebun anggur itu. Mereka sepakat sedinar sehari. Kemudian pada tengah hari kepada orang-orang yang menganggur, dia meminta mereka bekerja di kebun anggurnya. Dia memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dan itu adalah anugerah. Saat malam tiba, Sang Pemiliki Kebun Anggur itu membagikan upah kepada para pekerjanya baik yang bekerja dari pagi hari hingga pekerja yang masuk terakhir pada petang hari masing-masing mendapatkan satu dinar. Hal ini mendapatkan protes dari para pekerja yang bekerja dari pagi hingga malam. Mereka menuntun upah yang lebih tinggi dibandingkan para pekerja yang hanya bekerja sebentar. Namun Sang Pemilik Kebun Anggur itu mengungkapkan bahwa pemberian upah itu adalah hak dia, dan kesepakatan diawal upah mereka bekerja adalah sedinar sehari.
Dari perumpamaan ini, Tuhan Yesus hendak mengajarkan kepada para murid dan kepada kita bahwa di mata Tuhan setiap pekerja adalah sama, sama-sama bekerja dan mendapatkan upah. Orang terakhir bisa saja menjadi yang pertama karena dia melayani sepenuh hati, bukan karena upah. Sementara yang pertama bisa saja menjadi yang terakhir karena dia melayani dengan motivasi untuk mendapatkan upah. Orang yang demikian seringkali tidak setia dalam melayani. Manakala ada kesulitan dan tantangan dia segera lari dari kesulitan dan tantangan yang dia hadapi karena dia adalah orang upahan.
Relevansi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan pribadi-pribadi dengan karakter seperti Yunus, Paulus, dan orang-orang upahan. Kita dapat menemukan ada berbagai motivasi orang saat melayani Tuhan. Mungkin ada yang seperti Yunus yang merasa benar, keselamatan dari Tuhan hanya untuk orang Kristen saja. Tuhan hanya menyelamatkan orang yang taat berdoa, beribadah, berbuat baik dan benar. Nyatanya Tuhan pun juga mengasihi dan menyatakan keselamatan-Nya kepada setiap orang yang mau mengakui dosa dan kesalahannya serta bertobat kepada Tuhan. Artinya Tuhan berkenan mengampuni dan menerima setiap orang yang bertobat dan hidup di jalan-Nya. Dari Yunus kita belajar untuk tidak mengeraskan hati dan melarikan diri dari dari tugas pelayanan dan kesaksian kita. Sadarilah bahwa kasih karunia Allah dinyatakan kepada semua orang yang dipanggil, mau bertobat, percaya dan mengikut Dia. Tugas kita adalah melakukan tugas tanggung jawab kita dengan setia, tanpa merasa terbeban, melainkan selalu bersukacita dalam melayani Tuhan dan sesama.
Sebagaimana Paulus yang merasakan kasih karunia Tuhan dalam hidupnya, maka kita pun diajak untuk selalu merasakan kasih karunia Tuhan itu dalam kehidupan kita sehari-hari. Menjadi pengikut Kristus pasti penuh dengan tantangan dan pergumulan hidup. Tidak selamanya menjadi orang Kristen hidup dengan nyaman, enak dan serba kecukupan. Tetapi ada masanya kita mengalami kekurangan, kesengsaraan, keprihatinan, penolakan, dll dalam realita kehidupan kita sehari-hari. Di saat seperti itu ingatlah akan kasih karunia dan anugerah Tuhan yang telah Dia berikan kepada kita. Justru dalam kelemahan, keterbatasan, dan penderitaan itu ada kekuatan, penghiburan dan pertolongan Tuhan atas hidup kita, maka yakinlah jangan pernah meragukan kasih karunia Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan Allah bisa memanggil siapa saja untuk menjadi pekerja kebun anggur-Nya, baik orang tua, wanita, maupun anak. Yang Tuhan kehendaki adalah kita melakukan tugas pelayanan dan pekerjaan kita dengan sepenuh hati. Motivasi kita melayani Tuhan bukan sekedar untuk mendapatkan gaji, upah, pujian, kehormatan melainkan sebagai wujud syukur kita atas kasih karunia Tuhan yang telah kita terima. Maka kita diajak untuk melayani dengan hati, melayani dengan kasih, melayani dengan tulus.
Penutup
Pada Minggu ini, kita akan mengakhiri rangkaian kegiatan di bulan Kitab Suci. Selama satu bulan ini kita telah berupaya untuk belajar, mendengarkan, dan melakukan Firman Tuhan yang ada dalam Alkitab. Maka tugas kita adalah meneruskan dan mewartakan kebenaran Firman Tuhan itu dalam laku hidup sehari-hari. Seperti seorang anak yang mendapatkan hadiah sepeda dari Presiden Joko Widodo merasa senang dan gembira, maka lebih dari itu, kita sebagai umat Kristen telah mendapatkan hadiah yang tak ternilai dari Allah, yaitu anugerah keselamatan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Maka menjadi orang Kristen akan selalu marasa sukacita, bahagia, dan damai sejahtera. Tugas kita untuk melanjutkan karya pelayanan Kristus kepada dunia. Mari kita lakukan pelayanan kita dengan sukacita dan tulus. Tuhan Yesus memampukan dan memberkati kita. Amin. [AR].
Pujian : KJ. 51 : 1, 2 Kitab Suci, Hartaku
Rancangan Khotbah : Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Salebeting kunjunganipun Presiden Jokowi ing daerah-daerah Indonesia, panjenenganipun asring pinanggihan lan wicantenan kaliyan warga masyarakat Indonesia sacara langsung. Ing salebeting pepanggihan punika, Presiden Jokowi punika kagungan kebiasaan ingkang menarik inggih punika maringi sepeda ontel dhateng warga utawi anak ingkang saged mangsuli pitakenanipun. Mbok menawi sepeda ingkang dipun paringaken Presiden Jokowi punika sepeda biasa ingkang saged kita panggihi lan kita tumbas ing toko sepeda, nanging wonten prekawis ingkang bentenaken, inggih punika ajining sepeda punika awit punika peparing saking Presiden Jokowi. Saking prekawis punika kita saged mangertos bilih sepeda pepering Presiden Jokowi punika sanes dipun tingali saking reginipun sepeda punika, nanging lumantar sepeda punika, kita ngenget pepanggihan lan kawigatosanipun Presiden Jokowi dhateng kita.
Isi
Sih rahmatipun Gusti Allah punika tansah nyata ing salebeting sejarahipun manungsa. Gusti Allah punika celak kaliyan manungsa, Panjenenganipun tansah nimbali, ngapura, lan milujengaken manungsa ingkang kebak dosa. Prekawis punika saged kita panggihi saking tiga waosan kita sapunika. Gusti Allah saestu nedahaken sih rahmat lan sih wilujengipun dhateng sadaya tiyang ingkang pitados dan marek ing ngarsanipun.
Ing waosan kaping sepisan nyariosaken Yunus ingkang boten kepengin bangsa Niniwe mratobat lan nampi sih rahmatipun Gusti Allah. Yunus mangertos bilih Gusti Allah punika kebak sih piwelas, lan badhe ngapunten bangsa Niniwe bilih mratobat. Yunus boten rila bilih bangsa Niniwe punika kaparingan kawilujengan saking Gusti Allah. Bab punika saged dipun mangertosi awit bangsa Niniwe punika perangan bangsa Asyur ingkang dados mengsahipun bangsa Israel. Kanggenipun Yunus, namung bangsa Isarel kemawon ingkang pantes nampi sih rahmat lan kawilujengan saking Gusti Allah, sanes bangsa Niniwe. Karana punika Yunus nesu dhumeteng Gusti Allah nalika ningali Gusti Allah ngapunten bangsa Niniwe ingkang mratobat. Yunus boten saged nampi kasunyatan bilih Gusti Allah ugi nresnani lan ngapura bangsa sanes ingkang mratobat. Pramila Gusti Allah paring pangertosan dhateng Yunus supados saged mangertos karsaNipun. Gusti Allah mbandingaken sih katresnanipun dhateng bangsa Niniwe kaliyan katresnanipun Yunus dhateng wit jarak ingkang ngayomi piyambakipun. Bilih Yunus saestu nresnani wit jarak ingkang boten dipun tanem piyambakipun lan namung ngayomi sedalu, linangkung sih katresnanipun Gusti Allah dhateng 120.000 tiyang Niniwe, Gusti Allah saestu nresnani bangsa Niniwe punika.
Ing waosan ingkang kaping kalih, nyariosaken paseksinipun Paulus dhumateng pasamuwan Filipi lumantar seratipun. Ing Paulus nyerat bilih piyambakipun ngraosaken kabingahan awit sih rahmating Sang Kristus ingkang nyata salebeting gesangipun. Sanajan piyambakipun kedah dipun kunjara lan nandhang kasangsaran, ananging sih rahmatipun Gusti Allah tansah nunggil gesangipun. Paulus boten kuwatos bab kawilujengan gesangipun, karana piyambakipun pitados bilih gesangipun punika kagunganipun Sang Kristus, namung kagem Sang Kristus kemawon, piyambakipun ngabdi. Bilih wonten prekawis ingkang dipun kuatiraken inggih punika bab kados pundi supados gesangipun punika tansah ngluhuraken Gusti Allah ing sadaya kahanan. Paulus sadar bilih piyambakipun taksih dipun paring kesempatan gesang, punika ateges piyambakipun taksih dipun paring kesempatan kagem ngladosi Gusti Allah. Karana punika Paulus boten nyiya-nyiyaaken gesangipun, sanajan piyambakipun kakunjara, piyambakipun tetep martosaken Injil lan ngiyataken pasamuwan-pasamuwan ingkang dipun ladosi lumantar serat ingkang dipun kirim dhateng pasamuwan-pasamuwan punika.
Ing waosan kaping tiga, Gusti Yesus paring piwulang dhateng para sakabatipun ngangge pasemon bab buruh tani ing kebon anggur. Pasemon punika gambaraken sih rahmatipun Gusti Allah. Kacariosaken ing pasemon punika, wiwit enjing tiyang ingkang kagungan kebon anggur punika pados buruh kangge ngarap kebon angguripun. Nalika pinanggih, piyambakipun paring sumerep dhateng para buruh punika bilih upah anggenipun nyambut damel sedinten punika setunggal dinar. Ing wanci tengah hari, piyambakipun kepanggih para tiyang ingkang sami nganggur, lajeng dipun suwun nyambut dame ling kebon angguripun. Piyambakipun paring kesempatan kangge para tiyang punika makarya, kesempatan makarya punika ugi sih rahmat. Ing wekdal dalunipun, tiyang ingkang kagungan kebon anggur punika mbagi upahing para buruh tani punika, wiwit saking tiyang ingkang nyambut damel wanci enjing, siang lan sonten. Sadaya sami nampi satunggal dinar. Prekawis punika dadosaken bauruh tani ingkang nyambut damel wiwit enjing protes, rumaos boten adil. Tiyang-tiyang punika kepengin dipun aturi upah ingkang langkung kathah tinimbang sanesipun. Saking ngriku tiyang ingkang kagungan kebon anggur punika matur bilih bab maringi upah punika hak piyambakipun, lan sampun dados kesepakatan ing wiwitan bilih para buruh tani punika sami nampi upah nyambut damel sedinar sedinten.
Saking pasemon punika, Gusti Yesus paring piwucal kangge para sakabat lan kangge kita bilih ing paningalipun Gusti, saben tiyang ingkang makarya punika sami, inggih punika sami nyambut damel lan nampi upah. Tiyang ingkang pungkasan saged dados tiyang ingkang wiwitan awit piyambakipun ngladosi kanthi gumolonging manah, sanes karana angsal upah. Kosok wangsulipun tiyang ingkang wiwitan saged dados ingkang pungkasan awit piyambakipun ngladosi kanthi pepenginan pikantuk upah. Tiyang ingkang mekaten punika asring boten setya salebeting paladosan. Nalika ngadepi kewetan lan tantangan, piyambakipun mlajeng nilar kewetan lan tantangan punika awit piyambakipun namung tiyang ingkang pados upah.
Relevansi
Salebeting gesang kita saben dinten, kita saged manggihi tiyang ingkang kagungan watak kados Yunus, Paulus, lan para buruh upahan. Kita saged manggihi maneka werni motivasi anggenipun saben tiyang ngladosi Gusti. Wonten ingkang kados Yunus, ingkang rumaos bener, kawilujengan saking Gusti namung kangge tiyang Kristen kemawon. Gusti namung nylametaken tiyang ingkang setya dedonga, ngabekti, tumindak sae lan bener. Kasunyatanipun Gusti ugi nresnani lan nedahaken kawilujengan kangge saben tiyang ingkang purun ngakeni dosa lan kalepatanipun sarta mratobat. Tegesipun Gusti karsa ngapunten lan nampi saben tiyang ingkang mratobat lan gesang ing margiNipun. Saking Yunus, kita sinau supados boten atos manah lan mlajeng saking tugas paladosan lan paseksi kita. Swawi kita sami sadar bilih sih rahmatipun Allah dipun nyataaken dhateng sadaya tiyang ingkang dipun timbali, ingkang mratobat, pitados lan ndherek Panjenenganipun. Ingkang dados ayahan kita, nindakaken ayahan lan tanggel jawab kita kanthi setya, boten rumaos kawratan, ananging tansah suka bingah ngladosi Gusti lan sesami.
Kados Paulus ingkang ngraosaken sih rahmatipun Gusti ing salebeting gesangipun, kita ugi saged ngraosaken sih rahmatipun Gusti punika salebeting gesang kita sadinten-dinten. Dados pandherekipun Sang Kristus tamtu kebak tantangan lan karibetan gesang. Saged ugi tiyang Kristen ngraosaken gesang ingkang boten nyekecakaken, boten penak lan kekirangan. Wonten mangsanipun kita kirang, sangsara, prihatos, dipun tolak, lsp ing gesang kita. Ing kawontenan ingkang mekaten punika, mangga kita ngenget sih rahmat lan sih tresnaNipun Gusti dhateng kita. Nalika kita ringkih, winates, lan nandhang sangsara, ing ngriku wonten kakiyatan, panglipuran lan pitulungan-Ipun Gusti dhateng kita. Awit saking punika sampun ngantos kita punika mangu-mangu dhumateng Gusti.
Gusti Allah nimbali sinten kemawon kangge makarya ing kebon anggur-Ipun, saged tiyang sepuh, Wanita ugi anak. Ingkang dipun kersaaken Gusti inggih punika kita nindakaken paladosan lan pakaryan kita kanthi temen. Motivasi anggen kita ngladosi Gusti sanes namung supados angsal gaji, upah, pamuji, pangurmatan, nanging minangka saos sokur kita awit sih rahmatipun Gusti ingkang sampun kita tampi. Kita kaajak kangge ngladosi kanthi gumolonging manah, tresna lan tulus.
Panutup
Ing dinten Minggu punika, kita badhe mungkasi kegiatan ing wulan Kitab Suci. Sadangunipun setunggal sasi kita sinau, mirengaken lan nindakaken Sabdanipun Gusti ingkang kaserat ing Kitab Suci. Ayahan kita inggih punika nglajengaken lan martosaken Sabdanipun Gusti punika ing satengahing tumindak gesang kita sadinten-dinten. Kados anak ingkang nampi hadiah sepeda saking Presiden Jokowi, ingkang rumaos suka bingah, langkung saking punika, kita minangka tiyang Kristen sampun nampi hadiah ingkang ageng saking Gusti Allah, inggih punika kawilujengan ing Gusti Yesus Kristus. Karana punika dados tiyang Kristen tansah rumaos suka bingah lan tentrem rahayu. Ayahan kita nglajengaken pakaryan lan paladosanipun Gusti Yesus Kristus dhateng donya. Sumangga kita tindakaken paladosan kita kanthi suka bingah lan tulus. Gusti Yesus paring kasagedan lan mberkahi kita. Amin. [AR].
Pamuji : KPJ. 194 : 1, 2 Kitab Suci kang Adi