Kristus Yesus Sang Raja Ditengah Kehidupan Manusia Khotbah Minggu 24 November 2019

10 November 2019

Minggu Kristus Raja
Stola Putih

 

Bacaan 1    : Yeremia 23 : 1 – 6
Bacaan  2   :
Kolose 1 : 11 – 20
Bacaan 3    :
Lukas 23 : 33 – 43

Tema Liturgis  : Tinggalkan Kebiasaan Buruk dan Gantikan dengan yang Baik
Tema Khotbah
: Kristus Yesus Sang Raja di Tengah Kehidupan Manusia

Keterangan Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Yeremia 23 : 1 – 6

Kitab Yeremia pasal 23:1-6 berada dalam satu kesatuan tematis dengan Yeremia pasal 21 dan 22, yang mengulas konteks kejatuhan Yerusalem di bawah penguasaan Babilonia pada kisaran tahun 587 SM. Pasal 21, 22, dan 23, memperlihatkan kisah kegagalan kepemimpinan; khususnya kepemimpinan raja, imam, dan nabi di tengah konteks krisis nasional yang dialami Yehuda.

Yeremia 23 diawali dengan nada keras hardikan, “Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!.” Para gembala yang dimaksud adalah metafora untuk para raja (lihat 2 Samuel 5:2, Yesaya 44:28, Yeremia 3:15). Sang raja dianggap melakukan kesalahan fatal karena gagal mempertahankan kesatuan bangsa sehingga Yerusalem jatuh ke tangan Babilonia. Raja memiliki andil dalam membuat rakyat atau “kambing domba” terserak. Demikianlah sang raja gagal di mata TUHAN Allah.

Walaupun teks mengawali kisahnya dengan nada yang pesimis dan penuh kekecewaan terhadap para gembala, namun dalam bagian berikutnya teks memperlihatkan suasana yang lebih positif dan penuh pengharapan. Sebab TUHAN Allah sendiri yang akan menyelamatkan dan menyediakan masa depan serta kehidupan baru yang lebih baik. TUHAN Allah akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Nya dan akan membawa kambing domba kembali ke padang supaya kambing domba-Nya dapat berkembang biak serta bertambah banyak (Yeremia 23:3). Perhatikanlah bahwa teks mengungkapkan hanya sisa-sisa kambing domba yang akan dikumpulkan TUHAN. Hal ini mengindikasikan bahwa para gembala telah memperlakukan kambing dombanya dengan sangat buruk, sehingga banyak kambing domba-Nya yang hilang. Menariknya, di dalam ayat yang ketiga, kita bisa melihat bahwa terseraknya kambing domba bukan hanya disebabkan oleh karena ketidakcakapan raja dalam menggembalakan, melainkan juga karena dikehendaki oleh TUHAN Sang Gembala Agung sendiri (perhatikan kalimat: “AKU mencerai-beraikan mereka”). Dengan demikian exile atau pembuangan Yehuda ke Babilonia disebabkan baik oleh kelakukan raja yang tidak cakap serta dikehendaki oleh TUHAN Allah sendiri.

Secara mengejutkan di dalam Yeremia 23:4, TUHAN Allah menyatakan bahwa IA akan memulihkan keadaan dengan mengangkat gembala-gembala baru yang jauh lebih baik dalam menggembalakan sehingga tidak seekor pun kambing domba akan mengalami rasa takut dan hilang. Bagian ini dapat dibaca sebagai janji TUHAN untuk memulihkan kerajaan. Padahal konteks Yeremia 21-23 sebenarnya sangat lekat dengan kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap raja serta institusi kerajaan. Maka muncullah ketegangan antara menolak kerajaan dan mencerai-beraikan domba di satu sisi, dan menerima raja, serta mengumpulkan domba di sisi lain. Secara singkat demikian alurnya: (1) TUHAN Allah kecewa dan mengutuk raja yang turut andil dalam mencerai-beraikan domba-domba-Nya, walaupun TUHAN juga menghendaki kondisi tersebut. (2) TUHAN Allah mengumpulkan sendiri sisa-sisa domba-Nya tanpa bantuan manusia. (3) TUHAN Allah menjanjikan raja baru yang akan memimpin dan melindungi domba/umat-Nya.

Kolose 1 : 11 – 20

Bacaan kita dapat dibagi menjadi dua bagian yang masing-masing dapat berdiri sendiri, karena keduanya memiliki kandungan makna teologis yang berlimpah. Bagian pertama adalah Kolose 1:11-14. Di dalamnya diuraikan bagaimana kita dapat bertumbuh di dalam Kristus melalui kuasa, kekuatan, kemuliaan Allah, yang memungkinkan lahirnya ketekunan dan kesabaran, rasa syukur, dan sukacita, serta membuat kita lepas dari kegelapan untuk hidup dalam Kerajaan terang, sebab di dalam Kristus kita memiliki penebusan dan pengampunan. Bagian kedua, Kolose 1:15-20 menyajikan pokok Kristologis yang menjelaskan apa arti Kristus sebagai gambar yang tampak dari Allah yang tak kelihatan. Lalu secara berturut-turut diuraikan Kristus Sang Pencipta, Sang Pendamai, Sang Penopang yang mendasari pengharapan kita, dan menjadi kepala jemaat yang di dalam-Nya seluruh kepenuhan Allah berdiam.

Dalam bahasa Yunani gambar disebut sebagai icon. Icon merujuk pada sesuatu yang memperlihatkan kesamaan bentuk, penampilan, dan pola dari sesuatu yang lain yang tengah diwakilinya. Maka ketika Kristus disebut sebagai icon atau gambar Allah, sejatinya menggemakan kembali kebenaran Yohanes 14:9 “barang siapa melihat Aku, ia telah melihat Bapa.” Apalagi ketika ditegaskan bahwa Kristus adalah seluruh kepenuhan Allah (ayat 19) maka bagian ini juga dapat dilihat sebagai penegasan kesaksian Yohanes 1:2 “Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah,” dan Yoh 5:19 “apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.”

Jika disimpulkan, di dalam Kristus kita menemukan kekuatan, kuasa yang memampukan kita untuk bertekun, bersabar, bersukacita dan bersyukur sebab Ia telah melepaskan kita dari hidup lama dan menempatkan kita di dalam hidup baru. Semua itu dapat mewujud karena Kristus menjadi jalan yang menghubungkan kita dan seluruh ciptaan dengan kuasa, kehidupan, iman, pengharapan dan kasih (Kolose 1:3-8)

Lukas 23 : 33 – 43

Teks memperlihatkan bahwa terdapat tiga ejekan kepada Yesus Kristus, yang secara berturut-turut dilontarkan oleh: pemimpin (ayat 35), para prajurit (ayat 36), dan salah seorang penjahat (ayat 39). Mereka mengolok-olok Yesus sebagai “Mesias, orang yang dipilih Allah (ayat 35), Raja orang Yahudi (ayat 37,38), Kristus (ayat 39)  yang menurut sudut pandang mereka, ungkapan tersebut hanyalah sekadar bahan cemoohan, namun justru tanpa mereka duga malah menyatakan kesejatian identitas Sang Kristus Yesus. Terhadap ejekan pemimpin dan para prajurit, Yesus Kristus tidak memberikan respons. Ia hanya mengucapkan kalimat yang memohonkan pengampunan (ayat 35), “Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Yesus Kristus juga tidak menuruti hujatan penjahat yang menyuruh Yesus untuk menghindar dari salib, untuk menyelamatkan diri-Nya sendiri dan sekaligus menyelamatkan para penjahat yang disalib dalam rangka membuktikan bahwa diri-Nya adalah Kristus. Bagi Yesus Kristus, salib justru menjadi jalan untuk menyelamatkan sehingga bukan dihindari, melainkan dijalani.

Yang menarik adalah sikap salah seorang penjahat, atau penjahat kedua, yang memilih tidak turut serta dalam mencemooh dan menghujat Yesus Kristus dan malah menegur sikap buruk penjahat pertama (ayat 40). Ia kemudian mengajukan permohonan kepada Yesus Kristus dengan menyebut nama-Nya “Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja” (ayat 42). Dengan berujar demikian, ia mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Raja dan Mesias yang sesungguhnya. Lantas, Yesus Kristus menanggapinya dengan berujar bahwa “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (paradeisos=paradise). Lukas mengadopsi istilah paradeisos atau Firdaus dari khazanah literatur Yahudi. Firdaus sendiri berarti alam atau dunia kebahagiaan kekal di dalam kehadiran Tuhan yang diperuntukkan bagi orang-orang benar yang telah mati. Meskipun sang penjahat oleh otoritas Romawi dianggap sebagai seseorang yang cacat moral, buruk, jahat layak mendapatkan hukuman setimpal dengan perbuatannya, namun di dalam kemurahan Yesus Kristus Sang Raja, ia justru memperoleh keselamatan. Kerajaan Yesus Kristus bukanlah kerajaan yang intensi atau bertujuan untuk melulu menghukum mati orang yang bersalah, melainkan “paradise” Firdaus yang terbuka bahkan untuk mereka yang seringkali kita anggap tidak layak untuk mendapatkannya.

Benang Merah Tiga Bacaan :

Kemurahan hati, kesediaan mengampuni, memulihkan, dan menguatkan adalah kualitas yang diperlihatkan oleh Kristus Yesus Sang Raja yang harus kita teladani.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Minggu ini kita menghayati Minggu Kristus Raja. Di tengah dunia yang majemuk bagaimanakah cara untuk menyaksikan Kristus Raja kepada dunia? Apakah sebagaimana diusung oleh kekristenan di masa lalu, yang mengagungkan gambar Kristus Yesus Sang Pantokrator atau penguasa alam semesta, dan atas dasar gambaran tersebut lalu membuat orang kristen merasa sah untuk memaksa, memerangi serta menaklukkan setiap orang yang berbeda iman? Tentu tidak.

Jika berbicara penaklukan, sejarah mencatat bahwa perang dan penguasaan sebagaimana terjadi pada era kerajaan-kerajaan mulai Samudra Pasai dan Sriwijaya di Sumatra, dinasti Syailendra di Jawa Tengah hingga era Majapahit di Jawa Timur hanya melahirkan pola balas dendam dan lingkaran kekerasan yang tak berujung, yang justru menghancurkan kejayaan peradaban kerajaan itu sendiri. Demikian pula jika mencermati kisah kelam para “raja dunia” seperti Mussolini, Kubilai Khan, dan Adolf Hitler tentu sangat bertolak belakang dengan jalan yang ditempuh oleh Kristus Sang Raja kita.

Isi

Cara yang paling tepat untuk mengartikulasikan atau menyaksikan Kristus Raja di tengah dunia adalah dengan meneladani perbuatan Kristus Raja sendiri sebagaimana diperlihatkan di dalam bacaan. Mari kita cermati bersama.

Pertama, di dalam Kitab Yeremia Tuhan Allah menghardik dan mengecam sikap para raja Yehuda yang egois, tak punya hati, tak bertanggung jawab, dan menyebabkan kumpulan umat atau kambing domba-Nya terserak. Di sisi lain terhadap umat-Nya yang kerap bertindak semaunya sendiri, Tuhan Allah mengizinkan supaya umat-Nya belajar dari kesalahan melalui kesengsaraan. Perkara itulah yang melatari penaklukan kota Yerusalem oleh Babilonia. Namun, kemurahan Tuhan Allah melampaui kemarahan-Nya. Cinta kasih Tuhan Allah membuat-Nya berinisiatif untuk mengumpulkan sendiri sisa-sisa domba-Nya, tanpa bantuan seorang pun manusia. Setelahnya, Tuhan memulihkan Yehuda melalui raja baru yang akan memimpin dan melindungi domba/umat-Nya.

Kedua, di dalam Kolose, Paulus menegaskan bahwa Kristus Yesus adalah Sang Pencipta, Sang Pendamai dan Sang Penopang yang menjadi gambar Allah yang tampak, yang di dalam diri-Nya Allah berkenan menyatakan seluruh kepenuhan-Nya. Yesus Kristus telah melepaskan kita dari hidup lama dan menempatkan kita di dalam hidup baru. Semula kita tersesat seperti domba yang tercerai-berai dan terpuruk di dalam kegelapan. Namun, karena cinta-Nya maka di dalam dan melalui Kristus Yesus, kita dilepaskan dari jerat gelap dan dituntun untuk masuk ke dalam hidup baru bersama kekuatan dan kuasa yang memampukan kita untuk bertekun, bersabar, bersukacita dan bersyukur di tengah penderitaan. Kristus Yesus raja kita yang pemurah telah menyediakan diri-Nya menjadi jalan yang menghubungkan kita dan seluruh ciptaan dengan kuasa, kehidupan, iman, pengharapan dan kasih yang bersumber dari Bapa yang berlimpah cinta. Demikianlah kita pun dimasukkan oleh-Nya ke dalam kerajaan terang-Nya.

Ketiga, di dalam kisah penyaliban, Injil Lukas memperlihatkan sikap penjahat kedua yang memilih tidak turut serta mencemooh dan menghujat Yesus Kristus. Sebaliknya, penjahat kedua malah menegur sikap buruk penjahat pertama. Ia bahkan mengakui Yesus Kristus sebagai raja dan Mesias yang sesungguhnya, ketika ia mengajukan permohonan kepada Yesus Kristus dengan menyebut nama-Nya “Yesus, ingatlah akan aku apabila Engkau datang sebagai Raja” (ayat 42). Lantas, Yesus Kristus merespons dengan berujar bahwa “sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus (paradeisos = paradise). Firdaus berarti alam atau dunia kebahagiaan kekal yang di dalamnya Tuhan hadir dan diperuntukkan bagi orang benar dan orang baik yang telah mati. Singkatnya, meskipun sang penjahat kedua, oleh otoritas Romawi dianggap sebagai seseorang yang cacat moral, buruk, jahat dan layak mendapatkan hukuman setimpal dengan perbuatannya. Namun sang penjahat kedua memilih percaya kepada Yesus dan di dalam kemurahan-Nya ia pun memperoleh keselamatan. Kerajaan Yesus Kristus bukanlah kerajaan yang bertujuan untuk melulu menghukum mati orang yang bersalah, melainkan kerajaan cinta yang terbuka bagi setiap orang yang mau percaya. Kelimpahan anugerah keselamatan Kristus Yesus Sang Raja, bahkan diberikan bagi orang-orang yang oleh dunia dianggap tidak layak.

Penutup

Dapat disimpulkan bahwa kita bisa mengartikulasikan dan menyaksikan Kristus Yesus sebagai raja di tengah kehidupan dengan cara; memerlihatkan keutamaan nilai dan kualitas Sang Raja yang murah hati, bersedia mengampuni, memulihkan, dan selalu rindu untuk menguatkan yang lemah. Kerajaan Kristus Yesus adalah kerajaan yang sungsang. The upside down Reign. Mengapa sungsang? Sebab Kerajaan terang milik Kristus Yesus berkebalikan dengan pola kerajaan-kerajaan di dunia yang dibangun dengan penaklukan dan peperangan serta diperintah oleh tangan besi raja yang keras dan mengedepankan hukuman.

Mari menjadi gereja dan keluarga yang meneladani Kristus Yesus dalam kemurahan hati, kesediaan mengampuni, kemauan memulihkan, dan menguatkan yang lemah dan terluka. Amin. (HTA)

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Basa Jawi

Pambuka

Dinten Minggu punika kita sami mengeti Minggu Kristus Raja. Ing satengahing donya ingkang majemuk punika kados pundi caranipun anggen kita dados paseksinipun Gusti Yesus Kristus ing donya? Punapa kados piwucal Kristen ing jaman rumiyin, ngegungaken Gusti Yesus minangka Pantokrator/ panguwaosing alam donya?  Ing pundi saking gegambaran punika dadosaken tiyang Kristen rumaos sah kangge meksa lan ngawonaken saben tiyang ingkang benten iman? Temtunipun boten mekaten.

Sejarah nyatet bilih perkawis perang ingkang kedadosan nalika jaman krajan-krajan wiwit Samudera Pasai dan Sriwijaya ing Sumatra, dinasti Syailendra ing Jawi Tengah ngantos jaman Krajan Majapahit ing Jawi Wetan namung nglairaken pola balas dendam lan pasulayan ingkang boten nate mantun, ingkang malah dadosaken risaking kajayaan peradaban krajan punika piyambak. Mekaten ugi bilih kita gatosaken carios  “para prabu donya” kados Mussolini, Kubilai Khan lan Adolf Hitler tamtunipun benten sanget kaliyan margi ingkang dipunlampahi Gusti kita, Yesus Kristus.

Isi

Cara kangge dados paseksinipun Gusti Yesus Kristus ing satengahing donya inggih punika srana nuladhani tumindakipun Gusti Yesus Kristus piyambak, kados dene ingkang kaserat wonten ing waosan kita sapunika. Mangga sami kita gatosaken :

Sepisan, ing Kitab Yeremia, Gusti Allah ndukani sikapipun para raja Yehuda ingkang egois, boten tanggel jawab, lan dadosaken umat mendhanipun Gusti sumebar. Ing sisih sanesipun para Prabu Yehuda punika asring tumindak sak pikajengipun piyambak, karana punika Gusti Allah ngersakaken supados umatipun saged sinau saking kalepatanipun. Gusti Allah ngukum bangsa Yehuda, bangsa Yehuda kawon saking Bangsa Babel, kutha Yerusalem dipuntaklukaken bangsa Babel. Nanging Sih kamirahanipun Gusti Allah langkungi dukanipun. Sih katresnanipun Gusti Allah dadosaken Panjenenganipun kersa ngempalaken malih menda-mendanipun, tanpa pitulungan saking manungsa. Sak sampunipun, Gusti Allah mulihaken malih bangsa Yehuda lumantar Ratu ingkang enggal, ingkang mimpin lan ngayomi umatipun.

Kalih, ing serat Kolose, Paulus negesaken bilih Gusti Yesus punika Juru Titah, Juru Rukun, lan Juru Pitulungan, gambaripun Gusti Allah ingkang katon. Wonten Panjenenganipun, Gusti Allah kersa medharaken sedaya pangowaosipun. Gusti Yesus ngluwari kita saking gesang ingkang lami lan mapanaken kita ing gesang enggal. Kita ingkang waunipun kados mendha ingkang sumebar lan wonten pepeteng, nanging awit saking katresnanipun Gusti Yesus, kita dipun luwari saking pepeteng lan dipun tuntun lumebet gesang enggal. Kita dipun paringi kakiyatan, kuwaos ingkang dadosaken kita tansah temen, sabar, bingah, lan kebak saos sokur senandyan ngadepi kasangsaran. Gusti Yesus nyawisaken Sariranipun dados margi ingkang nunggilaken kita lan sedaya titahipun kanthi kuwaos, pigesangan, iman, pangajeng-ajeng lan katresnan saking Sang Rama. Mekaten ugi kita dipun lebetaken wonten keraton ingkang padhang.

Katiga, Ing cariyos Gusti Yesus dipun salib, Injil Lukas nedahaken sikap durjana kaping kalih, piyambakipun boten tumut nista lan nyelaki Gusti Yesus. Kosokwangsulipun durjana kakalih punika ngemutaken sikap durjana ingkang sepisan ingkang sampun tumindak awon dateng Gusti Yesus. Sanesipun piyambakipun ngakeni bilih Gusti Yesus minangka Ratu lan Mesias ingkang sejatos. Piyambakipun nyenyuwun dateng Gusti Yesus kanthi nyebut asmanipun, “Dhuh Gusti Yesus mugi Paduka kersaa ngengeti dhateng kawula, menawi Paduka rawuh ing Kraton Paduka.” (ay. 42). Lajeng Gusti Yesus ngendikan, ”… satemene ing dina iki uga kowe bakal bebarengan karo Aku ana ing Pirdaus”. Pirdaus tegesipun alam utawi donya kabingahan langgeng ing pundi salebetipun Gusti Allah wonten. Pirdaus punika kacawisaken kanggene tiyang ingkang bener lan tiyang sae ingkang sampun pejah. Singkatipun, senajan kekalih durjana kaliyan pemerintah Romawi dipun wastani tiyang ingkang cacat moral, awon, jahat lan layak nampi paukuman cunduk kaliyan tumindakipun, nanging durjana ingkang kaping kalih milih pitados dateng Gusti Yesus. Ing salebeting sih kamirahaning Gusti Yesus, piyambakipun nampi kawilujengan. Keratoning Gusti Yesus sanes keraton ingkang tujuanipun ngukum pati dateng tiyang ingkang tumindak salah, nanging keratoning Gusti Yesus punika keratoning katresnan ingkang kabikak kangge sedaya tiyang ingkang sami pitados. Sih Rahmating Gusti Yesus Kristus dipun paringaken kangge tiyang-tiyang pitados, ingkang kaliyan donya dipun anggep boten layak.

Panutup

Saged dipun simpulaken bilih kita kedah dados paseksinipun Gusti Yesus ingkang purun martosaken Gusti Yesus minangka Ratu ing satengah-tengahing gesang kita. Wujud kesaksian gesang kita punika nyata bilih kita ngetingalaken nilai-nilai lan kualitas gesang kados Gusti Yesus Sang Ratu ingkang Maha Mirah. Kita purun ngapunten dateng tiyang ingkang nggadhahi kalepatan dateng kita, langkung-langkung kita tansah ngiyataken tiyang ingkang ringkih. Kratoning Gusti Yesus punika Kraton ingkang Sungsang. Kenging punapa sungsang? Karana Kraton pepadhang kagunganing Gusti Yesus benten kaliyan Kraton-kraton ing donya ingkang dipun bangun srana perang lan pasulayan sarta dipun perintah srana tangan besi, ratu ingkang keras dan ngandelaken paukuman. Mangga kita sami gesang kanthi nuladhani Gusti Yesus. Mekaten ugi greja dan brayat kita tansah nuladhani Gusti Yesus ing kamirahanipun, ingkang purun paring pangapunten, niat mratobat lan ngiyataken  dateng sesami kita ingkang ringkih lan nadhang kasisahan. Amin. (AR).

Pamuji  :  KPJ. 413.

Renungan Harian

Renungan Harian Anak