Bersabar Dalam Penderitaan Khotbah Minggu 24 Mei 2020

11 May 2020

Minggu Paskah VII – Bulan Kesaksian dan Pelayanan
Stola Putih

Bacaan 1         : Kisah Para Rasul 1 : 6 – 14
Bacaan 2         :
1 Petrus 4 : 12 – 14; 5 : 6 – 11
Bacaan 3         :
Yohanes 17 : 1 – 11

Tema Liturgis : Roh Kudus Menjadikan Kita Saksi dan Pelayan Kristus
Tema Khotbah:
Bersabar Dalam Penderitaan

Penjelasan Teks Bacaan  :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 1 : 6 – 14

Setelah Tuhan Yesus naik ke Sorga, para murid datang ke Yerusalem. Mereka melakukan seperti yang ditetapkan oleh Guru mereka, meski mereka harus masuk ke tengah-tengah musuh. Setelah kebangkitan Kristus mereka diawasi oleh orang-orang Yahudi. Di Yerusalem mereka naik ke ruang atas dan menumpang di sana. Di sini nampak bahwa mereka masih mempunyai “rasa takut” kepada orang-orang Yahudi. Saat itu adalah saat kesusahan dan bahaya bagi murid-murid Yesus. Mereka seperti domba di tengah-tengah serigala. Di sana mereka berkumpul setiap hari dan menghabiskan waktu bersama-sama dalam ibadah, sambil menanti-nantikan turunnya Roh Kudus. Tampaknya, ruang atas ini berada di sebuah rumah pribadi. Ruang itu adalah ruang atas yang sama yang di dalamnya mereka makan perjamuan Paskah sebelumnya. Kesebelas rasul di sini disebutkan, demikian pula Maria ibu Tuhan Yesus.

Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Mereka berdoa dan menaikkan permohonan. Mereka bertekun dalam doa, menghabiskan banyak waktu untuk berdoa, lebih daripada biasanya, sering berdoa dan berdoa dalam waktu yang lama. Mereka tidak pernah kehilangan satu jam pun untuk berdoa. Mereka bertekad untuk bertekun di dalam doa sampai Roh Kudus datang, sesuai dengan janji untuk berdoa dengan tidak jemu-jemu.  Mereka berdoa dengan sehati. Ini menunjukkan bahwa mereka berkumpul bersama-sama dalam kasih yang kudus dan bahwa tidak ada pertengkaran atau perselisihan di antara mereka. Betapa berharganya kesatuan hati mereka dalam menaikkan permohonan-permohonan. Meskipun hanya satu orang yang berbicara, mereka semua berdoa dan apabila dua orang sepakat meminta apa pun juga, maka permintaan mereka itu akan dikabulkan, terlebih lagi apabila banyak orang menyepakati permohonan yang sama.

1 Petrus 4 : 12 – 14; 5 : 6 – 11

Nasihat dan penghiburan kepada orang-orang Kristen yang sedang mengalami penderitaan menunjukkan betapa besar bahaya yang dihadapi. Di sini Rasul Petrus menasihati mereka tentang pentingnya bersabar di bawah penderitaan. Rasul Petrus menasehati agar mereka tidak menganggap aneh penderitaan itu, atau terkejut olehnya, seakan-akan telah terjadi hal tidak terduga atas mereka. Sebab, meskipun penderitaan itu terasa teramat berat, namun hanya dimaksudkan untuk menguji, bukan untuk menghancurkan mereka. Penderitaan adalah untuk menguji kesungguhan hati, kekuatan, kesabaran dan kepercayaan mereka kepada Allah. Mereka seharusnya bersukacita di dalam semua penderitaan itu, karena penderitaan itu layak disebut penderitaan Kristus. Jenis maupun tujuan penderitaan mereka sama dengan yang dialami Kristus. Segala penderitaan itu justru membuat semakin menyerupai Dia. Dia menderita di dalamnya dan turut merasakannya di dalam kelemahan kita. Selain itu, jika kita turut mengambil bagian di dalam penderitaan-Nya, maka kita juga akan mengambil bagian dalam kemuliaan- Nya, dan akan bertemu dengan Dia dengan sukacita tak terkirakan pada waktu Ia menyatakan diri untuk menghakimi musuh-musuh-Nya dan memahkotai hamba-hamba-Nya yang setia.

Setelah berbicara tentang pencobaan berat, Rasul Petrus beralih ke tingkat penderitaan yang lebih rendah, yakni perihal lidah yang memfitnah dan menista.  Ia percaya bahwa penderitaan semacam ini akan menjadi bagian mereka. Mereka akan dicerca, dijelek-jelekkan dan difitnah karena nama atau demi kepentingan Kristus. Rasul Petrus menunjukkan kepada mereka mara bahaya dari seorang musuh yang lebih kejam dan giat daripada orang-orang yang paling jahat sekalipun. Ia menyebutkan “lawanmu dan si Iblis”. Bukan semata lawan biasa, melainkan seorang musuh yang menuntut dan melawan dalam perkara besar yang akan datang dan membidik jiwa. Si Iblis, sebutan ini berasal dari sebuah kata yang berarti menghantam atau menusuk. Dia akan menyerang dengan jahatnya ke dalam sifat-sifat kita dan meracuni jiwa kita. Jika saja dia bisa menyerang orang-orang ini dengan kemarahan dan gerutuan dalam penderitaan mereka, pasti dia bisa membuat mereka serong dalam kemurtadan dan kebinasaan.

Dia adalah singa yang mengaum-aum, lapar, ganas, kuat dan kejam, pemburu jiwa-jiwa yang ganas dan tamak. Ia berjalan keliling, mencari orang yang dapat ditelannya. Keseluruhan rancangannya adalah untuk menelan dan membinasakan jiwa-jiwa. Demi tujuan inilah dia tidak kenal lelah dan giat melakukan upayanya, sebab dia selalu saja, siang dan malam, berkeliling mengintai dan merencanakan para korban yang hendak dijeratnya ke dalam kebinasaan kekal. Rasul Petrus mengingatkan bahwa sudah menjadi tugas mereka untuk sadar, berjaga-jaga dan melawannya dengan iman yang teguh.

Yohanes 17 : 1 – 11

Tuhan Yesus berdoa untuk mereka yang telah diberikan kepada-Nya, terutama berarti para murid yang telah mengikuti-Nya. Namun, tentu saja doa itu juga diperuntukkan bagi semua orang yang percaya kepada Kristus. Ia mengatakan,”Aku berdoa untuk mereka, sebab mereka adalah milik-Mu”. Doa ini mengandung maksud :

Pertama, mereka adalah ciptaan-Nya dan hidup serta keberadaan mereka berasal dari-Nya. Saat mereka diberikan kepada Kristus untuk menjadi bejana kemuliaan, mereka ada di dalam tangan-Nya sebagaimana tanah liat ada di tangan tukang periuk, untuk dipakai bagi kemuliaan Allah sesuai dengan hikmat-Nya.

Kedua, mereka adalah umat manusia yang telah jatuh yang diberikan kepada Kristus untuk diselamatkan. Mereka bisa saja dikorbankan demi keadilan, tetapi mereka justru dijadikan tugu belas kasihan. Mereka bisa saja diserahkan untuk disiksa, tetapi mereka justru dihantarkan ke tangan Sang Juruselamat.

Ketiga, mereka telah dipilih, kehidupan dan keberadaan mereka telah dirancangkan bagi-Nya. Selain dari pada itu semua orang yang menerima Kristus dan percaya kepada-Nya, dibawa ke dalam hubungan yang dekat dengan Bapa dan menjadi milik Bapa. Agar Bapa menyediakan apa yang diperlukan oleh umatNya,  melindungi mereka agar tidak ditindas oleh si Iblis dan dunia ini. Selain itu agar Bapa di dalam diri mereka dan mereka tidak menjauh dari-Nya.

Benang Merah Tiga Bacaan:

Bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama menolong kita di saat orang menghadapi bahaya dan penderitaan. Hal tersebut akan menjadikan orang percaya bersabar dalam penderitaan. Allah Bapa mengetahui apa yang dialami umatNya, Ia akan menyediakan apa yang diperlukan oleh umatNya dan memberikan perlindungan kepada mereka.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Bagaimana rasanya menghadapi penderitaan? Tidak mengenakkan bukan? Setiap dari kita pernah menderita. Sebagai persekutuan orang percaya, kita tidak lepas dari penderitaan. Penderitaan muncul akibat keimanan kita kepada Tuhan Yesus atau karena kita adalah orang Kristen. Ketika sekolah mungkin kita pernah diejek atau dibully oleh teman atau bahkan guru karena agama kita Kristen. Atau mungkin kita sulit naik jabatan/pangkat karena di KTP kita tertulis Kristen. Demikian juga kesulitan kita mengurus perizinan pembangunan gedung gereja.

Sejak Kekristenan lahir penderitaan sudah dialami orang percaya. Misalnya ketika Nero berkuasa. Nero adalah kaisar keenam Roma. Ia memerintah selama 15 tahun. Ia adalah sebuah seorang yang jahat serta kekejaman luar biasa. Orang banyak mengatakan bahwa Nero memerintahkan agar Roma dibakar kemudian menyalahkannya pada orang-orang Kristen untuk mengalihkan kemarahan penduduk Roma dari dirinya sendiri. Orang lain mengatakan bahwa ia tidak berada di Roma ketika kota itu terbakar. Faktanya orang-orang Kristen disalahkan atas kebakaran yang terjadi selama sembilan hari. Selama itu perburuan atas orang-orang Kristen mulai meningkat serta menjadi penganiayaan yang mengerikan terus berlangsung selama sisa pemerintahan Nero. Tindakan barbar terhadap orang Kristen menjadi lebih buruk daripada yang telah mereka alami sebelumnya.

Isi

Jauh sebelum Nero berkuasa, para pengikut Yesus sudah mengalami penderitaan. Setelah kebangkitan Kristus keberadaan mereka diawasi dan mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Demikian  setelah Tuhan Yesus naik ke Sorga. Seperti yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, para murid datang ke Yerusalem, seperti yang ditetapkan oleh Guru mereka. Itu berarti bahwa mereka masuk ke tengah-tengah musuh. Di Yerusalem mereka naik ke ruang atas dan menumpang di sana. Keberadaan mereka tidak ingin diketahui. Di sini nampak bahwa mereka masih mempunyai “rasa takut” kepada orang-orang Yahudi. Mereka hidup dalam tekanan. Saat itu adalah saat kesusahan dan bahaya bagi murid-murid Yesus. Mereka seperti domba di tengah-tengah serigala.

Keberadaan orang percaya, tidak dapat lepas dari penderitaan. Penghiburan dari Rasul Petrus, juga menunjukkan adanya penderitaan yang dialami oleh orang percaya. Rasul Petrus menunjukkan kepada mereka mara bahaya dari seorang musuh yang lebih kejam daripada orang-orang yang paling jahat sekalipun. Ia menyebutkan “lawanmu si Iblis”. Bukan semata-mata  lawan biasa, melainkan seorang musuh yang menuntut dan melawan dalam perkara besar. Si Iblis, sebutan ini berasal dari sebuah kata yang berarti menghantam atau menusuk. Di sini Rasul Petrus menasihati mereka tentang pentingnya bersabar di bawah penderitaan. Rasul Petrus menasehati agar mereka tidak menganggap aneh penderitaan itu atau terkejut olehnya, seakan-akan telah terjadi hal tidak terduga atas mereka. Sebab, meskipun penderitaan itu terasa teramat berat, namun hanya dimaksudkan untuk menguji, bukan untuk menghancurkan mereka. Penderitaan menguji kesungguhan hati, kekuatan, kesabaran dan kepercayaan mereka kepada Allah.

Kita dapat melihat kesabaran orang percaya ada dalam diri para rasul dan pengikut Tuhan Yesus yang lain ketika mereka berada di ruang atas sambil menantikan Roh Kudus. Apakah yang mereka lakukan agar mereka sabar dalam menghadapi penderitaan? Hal yang mereka lakukan adalah bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Mereka berdoa dan menaikkan permohonan. Mereka bertekun dalam doa, menghabiskan banyak waktu untuk berdoa, lebih daripada biasanya, sering berdoa dan berdoa dalam waktu yang lama. Mereka tidak pernah kehilangan satu jam pun untuk berdoa. Mereka berdoa dengan sehati. Ini menunjukkan bahwa mereka berkumpul bersama-sama dalam kasih yang kudus dan tidak ada pertengkaran atau perselisihan di antara mereka. Betapa berharganya kesatuan hati mereka dalam menaikkan permohonan-permohonan. Meskipun hanya satu orang yang berbicara, mereka semua berdoa dan apabila dua orang sepakat meminta apa pun juga, maka permintaan mereka itu akan dikabulkan,  terlebih lagi apabila banyak orang menyepakati permohonan yang sama.

Dalam mengadapi penderitaan sudah selayaknya orang percaya bersabar. Dengan bertekun dalam doa, menunjukkan adanya keyakinan bahwa Allah Bapa akan memelihara kita. Seperti doa Tuhan Yesus kita adalah milik Allah Bapa. Allah Bapa mengetahui apa yang kita alami, Ia akan menyediakan apa yang kita perlukan dan memberikan perlindungan bagi kita.

Penutup

Sebagai orang percaya baik sebagai pribadi maupun persekutuan tidak dapat lepas dari pederitaan. Ada hal yang tidak boleh kita tinggalkan dalam menghadapi penderitaan itu, yaitu bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama. Suatu kegiatan khusus doa bersama, seperti yang dilakukan oleh para rasul dan pengikut Tuhan Yesus kala itu. Mungkin ada yang beralasan, kami sudah membawa persoalan dan penderitaan dalam doa di setiap ibadah. Hal itu belumlah cukup. Bukan hanya sekedar doa (syafaat) dalam ibadah Minggu, Ibadah Patuwen, dan ibadah-ibadah lain, tetapi kegiatan khusus doa bersama. Dengan doa itu kita akan diberi kesabaran oleh Allah Bapa kita. Roh-Nya yang kudus akan memampukan kita untuk bertahan. Amin. (SWT).

 

Pujian  : KJ.  453   “Yesus Kawan yang Sejati”


RANCANGAN KHOTBAH  : Basa Jawi

Pambuka

Kadospundhi raosipun ngadepi kasangsaran? Mboten sekeca ta? Saben kita nate ngalami kasangsaran. Minangka patunggilan tiyang pitados, kita mboten uwal saking kasangsaran. Awit saking iman kapitadosan kita dhumateng Gusti Yesus, kasangsaran karaosaken utawi amargi kita kasebat tiyang Kristen. Mbok menawi ing sekolah kita nate dipunpoyoki utawi dipun bully dening kanca malah guru awit agami kita Kristen. Mbok menawi kita ewet minggah kalenggahan/pangkat amargi ing KTP kaserat Kristen. Mekaten ugi ewet anggen kita ngurus ijin mbangun greja.

Wiwit kekristenan punika lair, kasangsaran sampun dipun alami dening tiyang pitados. Contonipun rikala Nero nyepeng ing pamrentahan. Nero punika kaisar Roma ingkang kaping enem. Nero mrentah laminipun 15 taun. Piyambakipun punika tiyang ingkang dursila lan kejem sanget. Dipun cariyosaken bilih Nero ingkang mrentah supados kutha Roma dipunobong, lajeng nyalahaken para tiyang Kristen, supados penduduk Roma mboten nyalahaken piyambakipun. Tiyang sanes cariyos bilih piyambakipun mboten wonten ing kitha Roma, rakala saweg kobongan. Nyatanipun para tiyang Kristen ingkang dipun salahaken, awit kobongan ingkang dangunipun sangang dinten punika. Sadangunipun pemerentahan Nero punika tiyang Kristen sami dipun padosi lan dipunaniaya. Tumindhak ingkang kawastanan barbar dhateng tiyang Kristen punika, langkung nggegirisi tinimbang panganiaya ingkang nate dipun alami saderengipun.

Isi

Tebih saderengipun Nero mrentah, para pandherekipun Gusti Yesus sampun ngalami kasangsaran. Sasampunipun Sang Kristus wungu para pandherekipun sami dipunawasi lan ngraosaken ajrih dhateng tiyang Yahudi. Mekaten ugi sasampunipun Gusti Yesus sumengka dhateng suwarga. Kados ingkang dipun cariyosaken ing Lelampahanipun Para Rasul, para sakabat tindhak dhateng Yerusalem, kados ingkang sampun dipuntetepaken dhening gurunipun. Punika ateges bilih para pandherekipun mlebet ing satengah-tengahing mengsah. Ing Yerusalem para pandherekipun minggah dhateng  kamar ing nginggil lan manggen ing ngriku. Para pandherekipun Gusti mboten kersa menawi kawontenanipun dipun mangertosi tiyang sanes. Ing ngriki ketingal bilih taksih wonten raos ajrih dhateng para tiyang Yahudi. Para pandherekipun Gusti  saweg gesang ing salebetipun momotan. Wegdal punika minangka wegdal ingkang sisah lan mbebayani kangge para muridipun Gusti Yesus. Kados mendha ing satengah-tengahing asu ajag.

Kawontenanipun tiyang pitados mboten uwal saking kasangsaran. Panglipuran saking Rasul Petrus, nedhahaken wontenipun kasangsaran ingkang dipunalami dening tiyang pitados. Rasul Petrus nedhahaken bebaya saking mengsah ingkang langkung kejem tinimbang tiyang ingkang paling jahat. Rasul Petrus nyebataken “lawanmu, si Iblis”, sanes lawan ingkang biasa, nanging mengsah ingkang nuntut lan nglawan wonten ing bab-bab ingkang ageng. Si Iblis, sebatan punika asaling saking tembung ingkang ateges nggebag lan nyuduk. Ing ngriki Rasul Petrus paring pitutur dhateng tiyang pitados pentingipun sabar ing salebeting kasangsaran. Rasul Petrus paring pitutur supados mboten nganggep aneh kasangsaran punika utawi kaget, kados-kados saweg kelampahan perkawis ingkang mboten kanyana-nyana. Amargi, sanaosa kasangsaran punika kraos awrat, nanging tujuanipun kangge nguji, mboten kangge ngrisak. Kasangsaran nguji anteping manah, kekiyatan, kesabaran lan kapitadosan dhateng Allah. Kita saged mirsani kesabaranipun tiyang pitados punika wonten ing dirinipun para rasul lan pandherekipun Gusti Yesus rikala ing kamar inggil, kaliyan ngrantos tedhakipun Roh Suci. Punapa ingkang dipun lampahi supados sabar ngadepi kasangsaran? Perkawis ingkang dipun lampahi  inggih punika saiyeg anggenipun mempeng ing pandonga. Para pandherekipun Gusti Yesus ndedonga lan ngunjukaken panyuwunan. Para pandherekipun Gusti Yesus saestu anggenipun ndedonga, nelasaken wegdal kangge ndedonga nglangkungi biasanipun, asring ndedonga lan ndedonga ing wegdal ingkang lami.

Senaosa namung setunggal jam, para pandherekipun Gusti Yesus mboten kecalan wegdal kangge ndedonga. Ndedonga kanthi saiyeg lan  mempeng. Punika ateges bilih para pandherekipun ngempal sesarengan wonten ing katresnan suci lan mboten wonten cecongkrahan ing antawisipun  para pandherekipun Gusti Yesus. Sadaya sami tunggal ati ing salebeting panyuwunan lan saestu punika perkawis ingkang aji sanget.  Senaosa namung setunggal ingkang wicantenan, nanging sedaya sami ndedonga. Lan menawi tiyang kalih sami sarujuk nyenyuwun, panyuwunipun badhe kasembadan, langkung-langkung panyuwunipun sami. Ing salebeting kasangsaran, sampun samesthinipun tiyang pitados sabar, kanthi tekun salebeting ndedonga, nedhahaken bilih Gusti Allah Sang Rama ngrimati kita. Kados pandonganipun Gusti Yesus, kita punika umat kagunganipun Allah Sang Rama. Allah Sang Rama mangertos punapa ingkang kita alami, panjenenganipun badhe nyawisaken punapa ingkang kita betahaken lan paring pangayoman dhateng kita.

Panutup

Minangka tiyang pitados, kita sae pribadi mekaten ugi ing patunggilan mboten uwal saking kasangsaran. Wonten perkawis ingkang mboten saged kita tilaraken kangge ngadepi kasangsaran, inggih punika saiyeg,  mempeng ing pandonga. Nyawisaken wegdal ingkang mirunggan kangge ndedonga kados ingkang dipun lampahi dening para rasul lan panddherekipun Gusti Yesus kala semanten.  Mbok menawi wonten ingkang nggadahi pemanggih, kita sampun mbeta kasangsaran ing pandonga ing salebeting pangabekti. Punika dereng cekap. Boten namung pandonga (syafaat) wonten ing pangabekti Minggu, patuwen lan pangabekti sanesipun, nanging secara mirunggan  kita nyawisaken wegdal kangge ndedonga sesarengan. Kanthi pandonga punika kita kaparingan kasabaran dening Allah Rama kita. Rohipun ingkang suci badhe nyagedaken kita nanggel sasangraning gesang. Amin. (SWT).

 

Pamuji : KPJ. 133   “Pracaya lan Pasrah”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak