Keberanian untuk Percaya dan Siap Dipakai Tuhan Khotbah Hari Pentakosta - 31 Mei 2020

19 May 2020

Hari Pentakosta
Stola Merah

Bacaan 1     :  Kisah Para Rasul 2 : 1 – 21
Bacaan 2     :
I Korintus 12 : 3b – 13
Bacaan 3     : 
Yohanes 20 : 19 – 23

Tema Liturgis  :  Roh Kudus Menjadikan Kita Saksi dan Pelayan Kristus
Tema Khotbah: 
Keberanian untuk Percaya dan Siap Dipakai Tuhan

Penjelasan Teks Bacaan :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kisah Para Rasul 2 : 1 – 21

Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta dihayati sebagai perayaan umat Yahudi yang dirayakan pada hari kelimapuluh sesudah Paskah (Pesah artinya : keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di Mesir). Saat itu umat Israel merayakan kebaikan Tuhan juga pemberian 10 hukum Tuhan kepada Musa. Dalam Perjanjian Baru, hari Pentakosta, dimaknai sebagai saat pencurahan Roh Kudus kepada para murid Tuhan Yesus. Mereka dikaruniai keberanian, keyakinan iman yang baru, juga karunia-karunia berupa kuasa ilahi berupa mukjijat berbicara berbagai bahasa serta berkat  yang itu semua merupakan penggenapan atas nubuatan nabi Yoel (ay. 16-17). Hari dan peristiwa Pentakosta itulah yang menentukan hidup dan berkembangnya Gereja bahkan hingga saat ini. Para rasul dipanggil untuk mengarahkan hidup umat Tuhan untuk hidup dalam ketaatan kepada Tuhan Yesus Sang Juru selamat atau Sang Mesias yang dinantikan dunia. (ay. 21).

I Korintus 12 : 3b – 13

Orang Kristen itu berasal dari satu Tubuh,  yaitu Tuhan Yesus Kristus (ayat 12). Dialah yang menjadi dasar iman kekristenan dan kita meyakini bahwa Tuhan Yesus tetap hidup dalam kemuliaan sampai kini. Inilah yang menjadi pengakuan iman para rasul bahkan semua pengikutNya dan menjadikan itu semua sebagai kabar gembira. (Bdk.  Roma 10:9; 1 Korintus 15:3-5; Filipi 2:6-11; juga Kolose 1:15-20). Hari Raya Pentakosta  adalah puncak dari perayaan Paskah. Pentakosta identik dengan tanda turunnya Roh Kudus kepada para rasul berupa lidah-lidah api (Kisah Para Rasul 2:1-11). Kuasa Roh Kudus itu mengurapi para murid dengan kemampuan dan karunia yang berbeda, namun tujuannya untuk kepentingan bersama sebagaimana dikehendaki Tuhan Yesus (1 Korintus 12:11). Gereja sampai saat ini tetap bertahan adalah karena kekuatan Roh Kudus yang hadir dan memeliharanya.

Yohanes 20 : 19 – 23

Para murid Tuhan Yesus merasakan ketakutan usai peristiwa kematian Guru yang dihormatinya. Terlihat dari pintu yang dikunci rapat-rapat dan suasana batin di mana Sang Guru telah dihukum salib, hukuman bagi penjahat yang dikenakan pemerintah Romawi saat itu. Mau tidak mau keberadaan mereka sebagai orang yang dekat dengan Tuhan Yesus akan terlihat di mata orang Yahudi. Apalagi selama kurun waktu 3 tahunan mereka bersama Tuhan Yesus dalam pelayanan sebelum Tuhan akhirnya disalibkan dan meninggalkan mereka. Itu sebabnya Tuhan Yesus mendatangi para murid untuk menguatkan dengan berkata di ayat 19 : “Damai sejahtera bagi kamu”,  tak cukup dengan itu, Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya kepada para murid serta menghembusi mereka dengan Roh Kudus (ayat 22). Inilah pencurahan Roh Kudus dari Tuhan Yesus yang pertama kali kepada para murid sebelum disempurnakan dengan nyala lidah api saat hari Pentakosta yang disaksikan banyak orang di Yerusalem.

Benang Merah Tiga Bacaan

Pentakosta adalah hari penuh kesukacitaan, yang memberikan harapan, keberanian serta penguatan bagi umat percaya melalui anugerah Tuhan yang dicurahkan. Kesemuanya itu diberikan Tuhan dengan maksud untuk tetap percaya bahwa hanya karena Tuhan Yesuslah semua pelayanan termasuk di gereja ini ditujukan. Kemuliaan Tuhan, kesatuan umat percaya untuk menjadi penyaksi Kristus, serta kebahagiaan dan pengharapan umat akan pengampunan dan keselamatan bermula dengan pencurahan Roh Kudus yang kita hayati sebagai hari Pentakosta.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Hal yang paling dihindari oleh kebanyakan orang adalah menjadi saksi suatu peristiwa. Kecelakaan, penemuan bayi yang dibuang atau apapun yang berkaitan dengan aparat keamanan. Yang pernah mengalami tentu tahu betapa tidak mudahnya harus menjawab sejumlah pertanyaan, sampai ada seorang warga Jemaat harus pulang jam 12 malam ketika menjadi saksi penemuan seorang bayi di wilayah Malang sesaat penulis menjadi vikar dulu. Bahkan beliau merekomendasikan untuk tidak usah menjadi saksi semacam itu, karena merepotkan dan harus menyiapkan jawaban yang cukup banyak meskipun sebenarnya bukan kesalahan yang dilakukannya. Tak hanya perlu keberanian namun juga pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga harus dicurahkan ketika menjadi saksi. 

Isi

Para murid Tuhan Yesus nyatanya tak seberani yang dipikirkan orang, mereka sama seperti kita, merasakan takut, kecewa, mungkin juga marah dan menutup pengharapan rapat-rapat sebagaimana pintu rumah yang dikunci dari dalam. (Yoh. 20:19). Mereka bersembunyi dari kerumunan orang Yahudi, dan sangat masuk akal karena mereka yang selalu bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Setelah Tuhan Yesus tidak bersama mereka, disalib, mereka merasa sebagai pengikut Tuhan Yesus harus pula menanggung akibat hukuman Guru mereka. Jangankan untuk bersaksi, memperlihatkan diri saja sudah tidak berani. Injil Yohanes menyebut para murid itu takut dengan orang Yahudi dalam hal ini para pemimpin Yahudi. Kalau melihat ayat sebelumnya di Yohanes 20:8 saat para murid diberitahu para perempuan pertama yang melihat kebangkitan Tuhan Yesus tentu terasa aneh. Karena begitu melihat kubur kosong dan kain terlipat, mereka percaya Tuhan Yesus sudah bangkit. Mengapa sesaat kemudian mengunci diri bersama para murid Tuhan Yesus lainnya menjadi ragu-ragu bercampur takut dan kehilangan kepercayaan bahkan harapan?

Para murid masih manusia biasa seperti kita, mereka perlu penguatan, dan Tuhan Yesus merasa perlu untuk menguatkan mereka ini. KehadiranNya yang menembus pintu saja sudah membuat takut, namun ketika para murid mengenali dengan salam khas : “Damai Sejahtera bagimu”, segera saja tumbuh kekuatan bahkan kesukacitaan. Ditambah lagi kesempatan untuk melihat langsung bekas luka di tangan dan lambungNya (Yoh. 20:20). Masih ada lagi yang dilakukan Tuhan Yesus, yakni menghembusi mereka dengan Roh Kudus melaluiNya (Yoh. 20:22). Jadi ada 3 hal yang dilakukan Tuhan Yesus untuk menguatkan para muridNya yaitu :

  1. KehadiranNya yang mengalahkan dimensi ruang dengan menembus pintu,
  2. Menunjukkan bekas luka di tangan dan lambungNya dan
  3. Memberikan Roh Kudus kepada mereka.

Kuasa Roh Kudus itu menjadi sempurna ketika pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta yang dirayakan orang Yahudi saat itu. Perayaan yang dulunya menghayati pembebasan dari Mesir serta datangnya 10 Perintah Tuhan melalui Musa kini dihayati para pengikut Tuhan Yesus sebagai hari penguatan dan keberanian para murid untuk bersaksi atas semua kebenaran. Kebenaran bahwa Yesus yang disalib itu kini bangkit, memberikan pengharapan, sukacita, juga keselamatan berupa pengampunan yang harus didengar oleh banyak orang menjadi panggilan mereka. Pencurahan Roh Kudus digambarkan sebagai lidah api yang menyentuh para murid dan kemampuan berbahasa bermacam-macam (Kis. 2:3,4) menunjukkan adanya energi perubahan. Dari yang takut menjadi berani, dari yang diam menjadi berbicara, dari yang tak bersaksi menjadi memberikan pengajaran bahwa semuanya ini terjadi karena satu sosok, yakni Tuhan Yesus yang bangkit itu.

Pentakosta membawa banyak sekali perubahan dalam sejarah kekristenan. Melalui Pentakosta Injil tersebar ke seluruh bumi. Gereja pun tersebar dan dikenal oleh manusia lain yang belum pernah melihat Tuhan Yesus secara langsung. Termasuk kita yang ada di Indonesia dan GKJW tentunya. Bahkan di Pembukaan Tata Pranata GKJW menyebutkan bahwa gereja kita ini lahir dan tumbuh serta dipelihara oleh Roh Kudus. (Lihat Tata Pranata GKJW, 1996 di Pembukaan hal. 2) Pengakuan ini sekaligus menunjukkan bahwa GKJW adalah gereja yang disertai oleh Roh Kudus, yang menghayati karya Roh Kudus dalam setiap pelayanan bahkan sejarah kehidupannya.

Begitu banyaknya karya Roh Kudus di dunia ini, maka patut dipahami bahwa semua yang terjadi dan talenta yang diberikan Roh Kudus boleh bermacam-macam, namun semua mengarah kepada Kristus sendiri. Semua kuasa Ilahi yang disertakan untuk kita, bahkan mukjijat yang sampai kini ada bukan untuk kemuliaan manusia, namun membuat kita semakin taat dan teguh dalam iman kepada Tuhan Yesus sang Mesias sejati. Roh Kudus adalah representasi Tuhan Yesus sendiri sebagaimana telah diberikan kepada para murid sebelum Pentakosta berlangsung (Yoh. 20:22). Kuasa Roh Kudus itu mengurapi para murid dengan kemampuan dan karunia yang berbeda, namun tujuannya untuk kepentingan bersama sebagaimana dikehendaki Tuhan Yesus (1 Korintus 12:11). Kehadiran Roh Kudus itu adalah untuk memberanikan umat milikNya, memiliki pengharapan jauh di atas ketakutan, kekhawatiran serta kelemahan kita. Lebih dari itu, kuasa Roh Kudus adalah untuk mengampuni dosa. Dan itulah warta sukacita yang sebenar-benarnya atau kita kenal sebagai Injil untuk dunia.

Penutup

Bersyukur kita boleh merayakan dan mengenang Pentakosta ini, setiap orang yang merayakannya beroleh semangat keberanian, keteguhan, kesetiaan dan perubahan untuk hidup dengan motivasi satu, yakni hidup menujukan diri kepada Tuhan Yesus. Kesatuan pandang dan motivasi pelayanan menjadi berarti saat kita semua melayani dan dikuatkan karena Tuhan Yesus. Itulah yang menyatukan kita kini, bahkan mempertemukan kita semua sebagai gereja Tuhan tak hanya di lingkup lokal-regional, bahkan di lingkup global. Selamat merayakan Pentakosta, Selamat berbagi keberanian hidup dan selamat menjadi sang Pewarta Keselamatan sampai ke ujung bumi. Tuhan Yesus membersamai kita. Amin. (LUV).

 

Pujian : KJ. 320   “Syukur Kami PadaMu”


RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Menawi wonten kecelakaan lalu lintas ingkang ngalami limrahipun enggal-enggal minggir lan dhateng papan ingkang radi tebih saking kecelakaan punika. Ajrih menawi mangke urusan kaliyan ingkang berwajib, punapa malih dados seksi. Sawetawis wekdal kapengker wonten warganing pasamuwan ingkang nemu bayi ing stasiun Malang, dipunsuwun dados seksi pranyata malah repot, dipuntakeni warni-warni ngantos dumugi jam rolas dalu. Kamangka niyatipun nulung, nanging dados karepotan piyambak. Piyambakipun dhawuh dhateng kula nalika semanten, mboten usah dadi seksi nek boten pengin ngadhepi karepotan. Krana dados seksi menika mbetahaken pangurbanan lan ugi wekdal omber, kekendelan lan kawasisan anggenipun ngadhepi.

Isi

Para sekabatipun Gusti Yesus pranyata ugi mboten kendel kados ingkang kagalih wonten ing pamanggih. Nyatanipun para sekabat menika ugi ajrih nalika ngadhepi para petinggi Yahudi kanthi nutup kori (Yok. 20:19). Ndhelik lan ngungsi saking tiyang Yahudi krana pancen saben dinten saderengipun Gusti kasalib lan seda, para sekabat tansah sesarengan klayan Gusti Yesus. Sakmangke para sekabat krana dados pandherekipun Gusti Yesus ugi nanggung resiko krana paukuman salib dateng Sang Guru menika.  Sampun ngantos paring paseksi, lha wong ngetok kemawon mboten wantun, kamangka menawi kita tingali ing ayat sakderengipun ing Yokanan 20:8 lsp tamtu aneh. Krana saksampunipun dipunkabari para pawestri bilih Gusti sampun wungu lan kepareng ningali piyambak pasarean lan agemanipun Gusti ingkang tinilar, para sekabat pitados bilih Gusti pancen wungu. Emanipun kapitadosan menika taksih kawon klayan kawontenan ajrih dhateng resiko tetep ing Yerusalem. Lajeng ngunci kori kanthi was sumelang, bingung, kecalan pangajeng-ajeng lan keweden.

Para sekabatipun Gusti Yesus punika manungsa limrah kados kita sedaya, tetep prelu kakiyataken lan krana menika Gusti Yesus rawuh lan lumebet ing kori. Nembus kori kemawon sampun njalari kaweden, mila Gusti paring salam “Tentrem rahayu anaa ing kowé kabèh”. Saksampunipun mangertosi menika Gusti Yesus, para sekabat bingah sanget, dene Gusti piyambak karsa rawuh lan paring kekiyatan. Kakiyataken malih krana Gusti Yesus paring wewengan para sekabat ningali lambung  lan astaNipun.  Mboten namung punika, Gusti Yesus lajeng maringi Sang Roh Suci ing Yokanan 20:22.  Wosipun kangge paring kekiyatan dhateng para sekabat, wonten tiga prekawis ingkang katindakaken dening Gusti Yesus, inggih menika:

  1. Rawuhipun Gusti ingkang ngawonaken dimensi papan kanthi nembus kori,
  2. Nedahaken tandha tatu ing lambung lan astaNipun, lan
  3. Paring Sang Roh Suci dahteng para sekabatipun.

Panguwaosing Sang Roh Suci punika dados sampurna nalika dinten Pentakosta, inggih ingkang dipunpengeti dening tiyang Yahudi. Perayaan ingkang mengeti uwal saking Mesir lan nabi Musa nampeni 10 Angger Anggering Gusti, sakmangke dados pratandha para sekabat nampi kwasaning Roh Suci. Jinebatan dening Roh Suci ingkang kados urubing geni ilat-ilatan lan saget wawan basa kanthi maneka warna (Kis. 2:3,4) dados gumune para warga ingkang sami rawuh ing padaleman suci. Roh Suci ingkang paring kekendelan dhateng para sekabatipun Gusti paseksi tumraping kayekten Gusti Yesus ingkang sinalib seda menika sakmangke sampun wungu lan dados pangapuntening dosa tumrap ingkang pitados Panjenenganipun ing jagad punika. Sedaya punika kalampahan krana saking satunggal nama, inggih Gusti Yesus Kristus.

Pentakosta ndadoskanen ewah-ewahan kathah ing sejarah Kristen, lumantar Pentakosta menika Kabar Kabingahan kaseber ing salumahing bumi. Kalebet ugi kita sedaya ing GKJW lan Indonesia. Ing Tata Pranata GKJW nyebutaken bilih greja kita punika lahir lan ngrembaka krana panuntuning Sang Roh Suci (Tata Pranata GKJW ,1996, ing pambuka, kaca 2). Pengaken punika nelakaken bilih GKJW punika greja ingkang kaparingan Roh Suci wonten ing gesanging paladosan lan ugi wonten ing sejarah GKJW piyambak.  Mila punika sedaya talenta saking Roh Suci punika warni-warni, kados dene boso warni-warni ingkang kaparingaken para sekabatipun Gusti. Nanging sedaya kabisan, talenta warni-warni ingkang pinaringaken Roh Suci tumrap kita tetepa namung kagem Gusti Yesus Kristus piyambak. Namung kagem kamulyanipun Gusti Yesus Kristus. Ancas lan tujuanipun supados ing gesang punika kita tetepa setya tuhu lan pitados dhateng Panjenenganipun minangka Sang Mesias sejati. Roh Suci menika minangka wujud katresanipun Gusti Yesus ingkang sampun dipunparingaken para sekabatipun sakderengipun Pentakosta (Yok. 20:22). Wonten ing Pentakosta para sekabat kaparingan talenta lan kawasisan beda-beda nanging satunggal tujuan, inggih punika kangge patunggilan kados dene ingkang dipunkarsakaken Gusti Yesus (1 Korinto 12 :11). Dene Roh Suci menika estu ngiyataken sedaya umatipun Gusti lan ndadosaken para kagungaNipun nggadahi pangajeng-ajeng ingkang nglangkungi ajrih lan was sumelang sarta kasekengan kita para pitados.  Kanthi pangandel bilih Roh Suci menika ingkang paring pangapuntening dosa kita mbiwaraken warta kabingahan inggih Injil punika wonten ing salumahing bumi.

Panutup

Saos syukur kita sinagetaken ngraosaken pahargyan pengetan Pentakosta punika, sok sintena ingkang mahargya pengetan kabingahan punika estu angsal kekiyatan, kekendelan paseksi, semangat setya tuhu lan ewah-ewahaning gesang kanthi niatan ingkang enggal, inggih gesang namung kagem Gusti Yesus Kristus. Satunggaling manah ingkang namung katujokaken dhateng Gusti Yesus menika ingkang nyaketaken kita lelados, sae ing lingkup lokal, lingkup regional, malah ugi ing lingkup global. Sugeng mahargya Pentakosta. Sugeng kaparingan kekendelan anggen kita paseksi, dadosa Pawartos Sih Rahmat ngantos ing pundi panggenan Gusti mapanaken kita. Gusti Yesus nganthi sayektos. Amin. (LUV)

Pujian : KPJ. 294   “Tyasku Muga Kasokana” 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak