Membangun Generasi yang Pantang Menyerah Khotbah Minggu 24 Juni 2018

11 June 2018

Bulan Keluarga
Stola Hijau

 

Bacaan 1         : 1 Samuel 17: 32-49
Bacaan 2         : 2 Korintus 6: 1-13
Bacaan 3         : Markus 4: 35-41

Tema Liturgis  : Maju Terus Pantang Menyerah
Tema Khotbah: Membangun generasi yang pantang menyerah

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

1 Samuel 17: 32-49

Setelah Saul mendengar kata-kata Daud bahwa ia kan menghadapi orang Filistin itu , timbul keragu-raguan dalam diri Saul. Keraguan ini nampak dari caranya memberikan komentar bahwa Goliat sudah menjadi tentara sejak muda. Ia hendak mengatakan kalau Daud bukan tandingan bagi Goliat. Ketika kita mencari pertolongan Tuhan, kita juga memikirkan hal yang sama seperti yang Saul lakukan. Kita mau agar pertolongan itu adalah sesuai dengan apa yang kita mau. Kita berpikir bahwa pertolongan itu akan datang seperti apa yang kita pikirkan. Saul mungkin berharap datang ksatria gagah perkasa yang sebanding dengan Goliat.  Maka dari itu Ia meremehkan Daud yang muda. Tapi Daud mempresentasikan dirinya dengan pengalamannya menjadi gembala yang menghadapi singa dan beruang. Namun Saul masih meragukan Daud, sehingga memberikan baju zirahnya untuk dipakai oleh Daud. Daud mencoba mengenakannya tapi Daud menolak memakainya karena membuatnya tidak leluasa bergerak.

Daud sungguh luar biasa, ia memelihara pengalaman hidup sebagai tempat belajar dan mengukur kemampuan. Daud percaya akan Allah yang menyertainya dan ia mengenal betul siapa dirinya sendiri. Ia menolak baju zirh pemmebrian Saul karena selama ini pengalaman hidupnya tidak membutuhkan baju zirah itu. Baju zirah itu bukan identitasnya sendiri.  Inilah rahasia mengapa Daud siap sedia ketika dia dibutuhkan, Daud sangat terlatih. Daud sadar bahwa ia telah dilatih oleh Tuhan, bahkan ketika sedang menggembala domba-dombanya.Daud sosok muda yang kaya akan pengalaman dan matang dalam mengenali dirinya sendiri. Sungguh pantas jika Allah memilihnya menjadi raja atas Israel.

2 Korintus 6:1-13

Dalam suratnya yang kedua  kepada jemaat Korintus, Paulus menceritakan yang dia alami dalam pelayanannya. Paulus menasehati mereka supaya menjaga dan memelihara tugas dan predikat mereka sebagai orang yang sudah menerima kasih karunia dari Tuhan sebagai orang Kristen atau sebagai pelayan Tuhan. Dalam ayat 1 yang berkata “Sebagai teman-teman sekerja kami menasehatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah yang telah kamu terima.” Perkataan Paulus itu dilatarbelakangi karena ketika itu telah masuk pengajar-pengajar yang mempengaruhi jemaat Korintus untuk meragukan kerasulannya. Paulus dalam bagian ini mengingatkan para pelayan lainnya untuk menjaga integritasnya sebagai pelayan Tuhan. Sehingga mereka tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Paulus tahu bahwa oleh guru-guru palsu para orang percaya telah dibingungkan dengan ajaran-ajaran sesat mereka, terutama yang menghasut mereka untuk tidak mengakui dan menerima Paulus sebagai Rasul.  Intinya bagian surat ini adalah pembelaan Paulus atas keragu-raguan jemaat terhadap kerasulan dan pelayannannya. Bahwa melalui penderitaan Allah juga sanggup menyatakan kemuliaan-Nya, bahkan dari dalam penjara sekalipun.

Markus 4:35-41

Dalam bukunya yang berjudul A Perfect Storm, penulis Sebastian Junger menggambarkan berbagai fakta menakjubkan tentang kekuatan angin topan, “Angin topan merupakan peristiwa terdahsyat di bumi ini; kekuatan gabungan gudang senjata nuklir Amerika Serikat dan bekas Uni Soviet tidaklah cukup untuk mencegah berembusnya angin topan selama sehari. Tenaga angin topan  mampu memenuhi seluruh kebutuhan tenaga listrik di Amerika Serikat selama tiga atau empat tahun.” (sumber :Tulisan HDF Renungan Rohani Kristen 25 Juni 2013)

Menghadapi kekuatan sebesar itu, tentu saja semua orang akan merasa takut. Demikian juga dengan para murid. Tentunya mereka heran bagaimana ada orang dapat tertidur menghadapi badai sedasyat itu ? Yesus terbangun oleh teriakan para murid, dan meredakan badai seketika. Yesus bertanya kepada para murid , “ mengapa kamu takut  mengapa kamu tidak percaya ?” Ini adalah sebuah awal dalam permulaan panggilan sebagai murid. Setelah dipanggil menjadi para muid  (Ps.3), mereka diberi latihan menghadapi badai. Percaya diri bahkan saat menghadapi badai adalah tanda kalau kita percaya pada kuasa Tuhan yang menyertai kita.

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Penderitaan dan latihan di masa lalu bisa menjadi kekuatan di masa yang akan datang . Tuhan memberikan pengalaman sebagai tempat kita mempercayai –Nya dalam kehidupan kita.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia

Pendahuluan

Anak saya yang kedua, baru usia setahun ketika kami meninggalkan jemaat untuk tugas studi di Jogja. Dia tumbuh dan besar hanya bersama kami orang dewasa, satu-satunya anak-anak yang dia kenal adalah kakanya. Kebetulan di sekitar rumah kontakan tidak ada anak-anak. Setiap hari Minggu saya selalu berpindah gereja di Jogja karena diminta melayani. Anak saya tidak punya komunitas sebayanya tempat dia belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sebaya. Ketika dia usia sekolah, di PAUD dia kesulitan untuk beradaptasi dengan teman-teman sebayanya. Saya harus duduk masuk ke kelas untuk menemani dia sekolah. Butuh waktu yang lama baginya untuk  bisa ditinggalkan sekolah sendiri di kelas. Guru kelasnya selalu berada di sampingnya dan memperkenalkan teman. Setelah ia punya teman barulah ia bisa ditinggal. Ia merasa nyaman setelah ia percaya bahwa teman-teman dan lingkungannya yang baru adalah lingkungan yang nyaman.

Isi

Percaya dan keberanian adalah kekuatan yang dapat membangun kehidupan seseorang. Ketika seseorang menjadi percaya maka seluruh perintah dari otak menggerakkan seluruh syaraf dalam tubuh untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Inilah kekuatan dari berfikir positif. Jika kita tidak percaya maka otak juga akan memberikan sinyal untuk melemah dan menutup sehingga banyak kita jumpai orang-orang yang putus asa menjadi pendiam, mengurung diri dan  suka tidur fatalnya lagi sampai bunuh diri.

Yesus memberikan latihan yang luar biasa kepada para murid dengan mengijinkan mereka mengahadpi dahsyatnya badai. Berada di kapal itu, Yesus sedang membuat design pengajaran secara sadar dan terkendali untuk memberikan pengalaman mengalahkan rasa takut dan menjadi percaya. Ini penting bagi perjalanan para murid selanjutnya. Percaya bahwa Yesus Kristus penuh kuasa bukanlah doktrin sekali jadi tetapi sebuah proses, bahkan kuasa-Nya itu melampaui badai dahsyat. Fakta membuktikan setelah Yesus naik ke surga mereka berubah menjadi para murid yang pemberani.

Allah juga megajarkan kepada Daud bagaimana menjadi kuat tidak hanya di fisik tapi di dalam dirinya pada mentalnya sebagai pemenang dan penakhluk. Pengalaman itu di dapatnya dari padang gembalaan bersama beruang dan singa. Mental yang kuat itu bahkan membuatnya percaya mengahadapi Goliat yang ukuran tubuhnya lebih besar darinya dengan reputsi pemenang di banyak pertempuran, tapi Daud mempercayai dirinya, mempercayai pengalamannya. Pengalaman mengatakan bahwa Allah telah menyertainya dalam melawan beruang dan singa. Melawn Goliatpun ia sanggup. Maka dari itu ia menolak memakai baju zirah sebab itu menghianati pengalamannya. Daud percaya pada pengalaman hidupnya dan bukan pada pengalaman orang lain. Daud tumbuh menjadi anak muda yang bahagia dan percaya diri.

Paulus juga dibentuk Allah melalui pengalaman hidupnya yang penuh penderitaan dalam memberitakan Injil. Ia memiliki pengalaman spektakuler bersama Yesus dalam awal panggilannya, ia juga mengalami banyak pengalaman menakutkan dan menegangkan dalam pemberitaan Injil. Ia harus dipenjara dan mengalami penderitaan. Ia menegaskan bahwa dalam penderitaanpun kemulyaan Allah dapat dinyatakan.

Hari ini adalah pekan anak, pengalaman seperti apakah yang kita hadirkan untuk mewarnai kehidupan anak-anak kita ? apakah pengalaman yang menakutkan untuk menghadapi dunia ini atau pengalaman akan penyertaan Allah dalam kehidupan ? Paulus mendorong jemaat di Korintus untuk mempercayai bahwa dalam penderitaanpun kemuliaan Allah dinyatakan. Kita perlu mendidik anak-anak kita untuk menghadapi penderitaan hidup dengan mengijinkan mereka mengalami berbagai penderitaan dan kesulitan yang kita dampingi untuk menemukan jalan keluar. Bisa melalui pemainan, bisa live in dengan kehidupan orang yang lebih menderita keadaannya bisa juga dengan membuka komunikasi dalam keluarga dan melibatkan anak-anak untuk ikut memikirkan persoalan dalam keluarga. Contohnya mereka diberi tugas untuk menjaga kebersihan rumah. Mereka diajak berdiskusi mengatur ekonomi keluarga dan berdoa bersama. Dengan semua pengalaman itu diharapkan anak-anak kita akan setangguh  Daud, Paulus dan para murid dalam menapaki kehidupan.

Penutup

Pengalaman menjadi berani dan percaya perlu diajarkan dengan sadar kepada anak-anak kita, agar anak-anak percaya bahwa tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi dan tidak ada situasi ang tidak bisa dikendalikan. Memberikan pengalaman yang demikian secara sadar kepada anak-anak kita akan menciptakan generasi yang pantang menyerah sebab mereka tahu Tuhan bersama mereka dalam situasi apapun.

Nyanyian:  KJ. 439 :1,2

RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi

Pambuka

Yoga kula ingkang nomor kalih nembe setahun umuripun nalika kula nilar pasamuan kangge tugas sinau  ing Jogja. Lare punika kulinanipun kalian tiyang diwasa. Namung masipun ingkang umur 5 tahun setunggal-stunggalipun lare alit ingkag dipuntepangi. Langkung-langkung saben Minggu kula pindah-pindag greja awit disuwun ngladosi, mila yoga kula mboten nggadahi komunitas Sekolah Minggu. Nalika piyambakipun sekolah PAUD, kula kedah ngancani ing lebet kelas awit ajrih mlebet kelas. Untung gurunipun sae tansah caket kaliyan piyambakipun lan nepangaken datheng kanca-kancanipun. Nalika sampun raos nyaman ing kelas nembe saged dipuntilar.

Isi

Pitados lan kendel punika kalih sifat ingkang dipunperlokaken kangge  mbangun pigesanga. Nalika maungsa pitados , otak lajeng paring perintah datheng-syaraf-syaraf supados nindakaken perkawis-perkawis ingkang luar biasa. Punika ingkang diwastani kekuatan berfikir positif. Kosokwangsulipun bilih mboten pitados otak badhe maringi sinyal lemah lan nutup . Mila kita panggihi tiyang ingkang putus asa lenjeng mendel, remen tilem lan ndewe, ingkang fatal ngantos bunuhdiri.

Gusti Yesus maringi latihan ingkang luar biasa dumateng para murid kanthi ngeparenaken para murid ngadepi angin lisus. Yesus  ngasta design pengajaran kanti sadar lan terkendali supados para murid nggadahi pengalaman ngawonaken raos ajrih lan dados pitados. Punika wigati kangge lampahing para murd nderek Gusti. Pitados dumatheng Gusti Yesus sanes doktrin sulapan anaging punika proses, malahan panguasanipun Gusti nglakungi angin lisus. Manut seratan Kitab Suci para murid lajeng beribah dados tiyang kendel nalika Gusti Yesus sampun mekrad.

Gusti Allah ugi ngajari Daud pripun dados tiyang ingkang kendel lan kiat, mboten namung fisik ananging ugi mentalipun. Daud pikantuk pengalaman punika saking mongso angon lan manggih beruang ugi singa. Mental ingkang kiat punika lajeng ingkang ndadosaken Daud wantun nggadepi Goliat ingkang badanipun langkung ageng katimbang Daud. Ananging Daud pitados dumateng Gusti lan pengalamanipun nalika angon. Bilih Gusti Allah nyarengi nalika nglawan beruang lan singa mila ugi Gusti badhe nyarengi nglawan Goliat. Nalika Saul maringi ageman zirah, Daud mboten kersa ngagem awit punika nyelaki (selak) dumateng pengalamanipun piyambak. Daud conto lare nem ingkang percaya diri lan kebak kabingahan.

Paulus ugi dipunbentuk Allah lantaran pengalaman gesangipun ingkang kebak kasangsaran nalika martosaken Injil. Paulus nggadahi pengalaman spektakuler kaliayan Gusti Yesus ing wiwitan timbalaipun, salajengipun katah pengalaman awrat ngantos dipunkunjara. Senaosa makaten piyambakipun negesaken bilih kamulyanipun Gusti ugi saged dipun wujudaken lantaran kasangsaran.

Dinten punika kita lumebet ing pekan anak. Kita badhe maringi pengalaman ingkanag kados pundi kangge anak-anak kita ? pengalaman bilih ndonya punika nggegirisi ingkang nuwuhaken raos ajrih utawi pengalaman sae bab Gusti Allah ingkang tansah mberkahi? Paulus nedahaken dumateng pasamuan Korinta bilih Gusti Allah saged mujudaken kamulyanipun saking kasangsaranipun gesang.

Kita kedah ndidik anak-anak ugi nate ngraosaken kasangsaranipun gesang. Saged kanti dolanan, live-in sareng tiyang sangsara utawi lare-lare tansah diajak rembugan bab kabetahanipun brayat. Contonipun dipun paring tanggel jawab resik -resik griya, kanti pengalaman punika disuwun supados lare-lare mentalipun saged kiat kados Daud,Paulus lan para murid Yesus  .

Panutup

Pengalaman saged pitados lan kendel perlu diajarkan kanti sadar dumatheng anak-anak kita.  Kados dene Daud,  lare-lare saged pitados bilih mboten wonten masalah ingkang mboten saged diatasi  lan mboten wonten situasi ingkang mboten saged dipun kendalekaken. Maringi pengalaman ingkang kados punika dumatheng lare-lare, punika sami kalian kita nyawisaken generasi ingkang pantang menyerah awit sami mangertos bilih Gusti tansah ngirid gesangipun.

Pamuji: KPJ. 443

Renungan Harian

Renungan Harian Anak