Bulan Keluarga
Stola Putih
Bacaan 1 : Yehezkiel 17:22-24
Bacaan 2 : 2 Korintus 5:6-10
Bacaan 3 : Markus 4:26-34
Tema Liturgis : Bergandengan Tangan di Tengah Tantangan Untuk Mewujudkan Cinta Kasih Allah
Tema Khotbah: Membangun keluarga yang setia kepada Tuhan dalam mewujudkan cinta kasih Allah
KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yehezkiel 17:22-24
Ini adalah sebuah perumpamaan yang menggambarkan betapa Allah sendiri bertindak menyelamatkan umat-Nya. Inti pasal 17 ini adalah bahwa ketidaksetiaan manusia dapat mendatangkan kematian bagi dirinya sendiri (ay 11-16). Meskipun demikian tetapi TUHAN berkuasa menghadirkan kehidupan yang baik di tengah kerusakan moral dan spiritual.
Dalam perumpamaan ini digambarkan bahwa apa yang dilakukan Allah mirip dengan cara yang dilakukan oleh raja Babel atas Israel, tapi dengan hasil yang berbeda. Israel diumpakan dengan pucuk tunas, Raja Babel digambarkan dengan rajawali. Raja Babel melakukan tindakannya itu untuk memperbudak bangsa Israel dan menjadikan raja dan para pemuka bangsa mereka itu sebagai pemimpin bonekanya untuk kepentingannnya ( ay 3-4 ), sedangkan Tuhan datang untuk mendatangkan keselamatan dan sukacita atas bangsa Israel. Dalam kebesaran kuasa-Nya Allah menundukkan kesombongan dan penghianatan mengubahkan keadaan menjadi lebih baik (ay 22-24).
II Korintus 5:6-10
Sikap hidup Paulus yang mencoba tabah (ay 7) dan menjalani segala sesuatu baik suka maupun duka, bukanlah tanpa dasar. Justru karena dasar imannya yang utuh dan kuat itulah yang menjadikannya sanggup menanggung dan melewati semuanya. Keinginan untuk bisa “hidup di tubuh Tuhan” menjadikan ia menjadi kuat, dan bertanggung jawab atas kehidupannya saat ini di dunia. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (ay 10). Paulus ingin memberikan tekanan bahwa selama manusia hidup, ia harus bertanggung jawab atas kehidupannya untuk melakukan yang berkenan kepada Allah. Ia menyadari posisinya sebagai milik Allah Baik dalam keadaan hidup ataun mati Paulus ingin selalu menyenangkan hati Allah ( ay 8-9).
Markus 4:26-34
Howard Marshall menulis bahwa perumpamaan ini “menggambarkan pertumbuhan kerajaan Allah dari awal yang kecil sampai menjadi ukuran sedunia.” Sebagaimana Perumpamaan seorang penabur, oleh penulis Markus disampaikan sebelumnya dalam pasal yang sama ( Markus 4: 26-29), orang yang menaburkan benih melambangkan Yesus Kristus, dan tanaman itu adalah Kerajaan Allah. Yesus ingin memberikan penjelasan bahwa kerajaan Allah akan berkembang jika ia ditaburkan. Ini menunjukkan bahwa walaupun permulaan Gereja amat kecil, tetapi karena mempunyai hidup yang kuat, sehingga berkembang menjadi besar. Ukuran bukanlah yang penting tetapi usaha dan hasil adalah yang terpenting. Bahkan pada ayat 30-34, biji yang kecil itu ketika bertumbuh ia bisa menjadi tempat hidup atau berkat bagi makluk yang lain.
Yang menarik adalah, meski ukuran bijinya teramat sangat kecil, sesawi tumbuh dengan cepat dan mendatangkan manfaat, baik sayurnya maupun minyak yang dipakai untuk kebutuhan memasak. Sepertinya sangat mustahil jika dari biji sesawi yang ukuran maksimalnya cuma 1 milimeter ini ternyata bisa tumbuh mencapai 3 sampai 5 meter. Yang dimaksud biji sesawi ini adalah jenis sesawi yang hitam bukan yang kuning. Mengenai kandungan nutrisi, tanaman ini mengandung begitu banyak nutrisi bermanfaat. Oleh karenanya sangatlah tepat jika Yesus mempergunakan biji ini untuk menerangkan beberapa pesan Tuhan yang penting termasuk diantaranya tentang iman. Tanaman ini juga merupakan tanaman khas yang dapat dijumpai di kebun-kebun.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Hanya jika manusia hidup berkenan kepada Allah maka ia akan menjadi berkat bagi dunia. Tidak peduli sekecil apa perbuatan yang ia lakukan, jika didasari dengan kasih kepada Allah dan sesama maka akan menjadi berkat.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan; bisa dikembangkan sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Ketika saya masih remaja, saya pernah merasa tidak PD dengan kondisi fisik saya. Saya berkulit gelap dengan rambut yang sangat keriting (njebobog dalam bahasa Jawa). Keadaan ini sangat berbeda dengan kakak dan adik saya, mereka semua berkulit kuning langsat. Jika sedang ada pertemuan keluarga besar maka mereka selalu meledek saya seperti kue lapis Surabaya …hehehe…yang atas kuning yang tengah coklat dan yang bawah kuning lagi.
Suatu hari saya curhat kepada teman saya, teman saya lalu menghibur saya dengan mengatakan yang demikian,” kamu memang berkulit hitam dan keriting tapi gigimu yang ting penthalit (ngga rata) itu membuat kamu manis kalau lagi ngomong. Hehehe…kalau dirasa-rasakan sebetulnya itu bisa membuat saya makin terpuruk bukan? Hitam, keriting dan giginya ting pentalit. Tapi diam-diam saya mempercayainya, saya jadi suka tersenyum dan banyak bicara. Saya suka melihat ke cermin melihat cara saya bicara dengan gigi ting pentalit. Gigi itu kecil, pujian tentang gigi itu seolah tidak ada artinya tapi jujur itu berpengaruh pada saya, hingga ketika masa vikar ada seorang profesor dari kedokteran gigi ingin merapikan gigi ting pentalit saya hehehe saya menolaknya, konyol bukan ? Saya yakin teman saya pasti sudah tidak mengingatnya atau bahkan pada waktu itu asal bicara saja, tapi saya menjadikannya kekuatan untuk percaya diri. Suatu yang kecil tapi memiliki kekuatan besar untuk merubah.
Isi
Manusia punya sebuah kecenderungan alamiah untuk mengabaikan hal-hal kecil. Pengabaian ini membuat manusia menganggap remeh apa yang “kecil” di dalam pandangan mata dan pikirannya. Ada satu hal penting yang sering kali luput dari perhatian kita. Tetapi, kita harus ingat bahwa, sesuatu yang besar, dimulai dari hal-hal kecil. Kita perlu bersyukur dan mulai menghargai, apa yang kecil yang sedang ada di dalam genggaman tangan kita, hari-hari ini. Pelayanan yang kecil, akan menjadi besar dan berdampak jika kita setia dan memelihara benih itu. Biji sesawi yang kecil itu akan tumbuh menjadi pohon sayur terbesar jika dipelihara dan dijaga tetap tumbuh.
Yesus memberikan kedua perumpamaan tentang kerajaan Allah, dengan dua kesamaan, dimulai dari hal yang kecil yaitu benih dan usaha untuk menaburnya. Tetapi yang kecil tidak boleh dianggap remeh sebab dari yang kecil Allah memberikan berkat-Nya. Biji sesawi digambarkan sebagai benih yang terkecil tetapi jika ia tumbuh bisa sangat besar bahkan burung-burungpun bisa bersarang dalam naungannya. Dai biji yang kecil bis memberikan naungan kepada burung yang sangat besar. Yang kecil bisa menjadi berkat.
Keluarga adalah sistem terkecil dalam masyarakat maupun dalam gereja, tetapi justru keluarga adalah kekuatan utama majunya sebuah bangsa dan gereja. Keluarga seumpama benih yang ditabur di tengah dunia. Dunia akan menawarkan berbagai hal yang mencoba membuat kehidupan kita terlena dengan hal-hal yang sepertinya indah, gampang, menjanjikan kenikmatan dan berbagai macam lagi. Terkadang jika kita menolak segala bentuk “tawaran” itu maka yang kita dapatkan adalah tekanan, penderitaan, kesusahan. Namun sebagai orang percaya, kita diarahkan untuk dapat melihat bahwa kehidupan tidak berakhir ketika kehidupan dunia berakhir, tapi masih ada kehidupan lainnya.
Paulus dalam II Korintus 5:6-10 menjelaskan justru inilah yang menjadi titik perjuangan kita. Janganlah tawar hati karena kehidupan yang sementara ini. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (ay 10). Paulus ingin memberikan tekanan bahwa selama manusia hidup, ia harus bertanggung jawab atas kehidupannya untuk melakukan yang berkenan kepada Allah. Ia menyadari posisinya sebagai milik Allah Baik dalam keadaan hidup ataupun mati Paulus ingin selalu menyenangkan hati Allah ( ay 8-9).
Pilihan ada pada tangan keluarga Kristen :
Pertama akan membangun anggota keluarganya untuk setia kepada Yesus Kristus. Mendidik anggota keluarga memiliki karakter yang penuh cinta kasih dan bertanggungjawab, sehingga bisa menjadi berkat. Sekekcil apapun itu yang dilakukan oleh anggota keluarga jika didasari dengan ketaatan kepada Tuhan dan cinta kasih maka akan menjadi berkat bagi orang lain. Dari yang terkecil ini, Allah bisa memakai keluarga atau bahkan pribadi untuk menjadi berkat bagi bangsa dan negara. Allah sanggup memberkati umatnya untuk menjadi berkat seperti pohon tempat burung-burung bernaung ( Markus 4 :32, Yeh 17:23)
Kedua, atau memilih untuk tergilas arus godaan yang membuat anggota keluarganya jauh dari Allah dan tidak memiliki cinta kasih. Perlu diingat oleh setiap keluarga Krsten bahwa Allah punya kuasa untuk menundukkan kesombongan dan penghianatan ( Yeh 17 : 22-24).
Jika keluarga Kristen memilih yang pertama maka sebagai benih dari hadirnya Kerajaan Allah di muka bumi ini maka keluarga harus bersedia disemaikan dan bertumbuh lalu berbuah dan menjadi berkat bagi banyak kehidupan. Pada proses ini keluarga akan bersatu sepakat untuk hidup setia pada Tuhan. Amaka akan adakedamaian dalam rumah orang yang setia kepada Tuhan.
Penutup
Mari kita meneladani perumpamaan tersebut dengan mulai setia pada hal-hal kecil dan tidak mengabaikannya. Dari yang kecil, seperti biji sesawi, sesuatu yang besar akan tumbuh. Kalau kita mau melihat keadaan sekitar kita maka kita perlu mengubah sikap hati kita tentang sesuatu yang kecil atau yang sedikit. Saya bertumbuh menjadi percaya diri karena pujian kecil dari bagian tubuh saya yang juga kecil yaitu gigi, tapi meskipun kecil ternyata itu sangat memberkati saya karena membantu saya untuk melihat bahwa Tuhan menciptakan saya sangat istimewa. Pepatah berkata, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Sekecil appaun tindkan bagi sesama yang dibuat oleh keluarga yang didasari denga setia kepada Allah dan kasih akan menjadikan keluarga sebagai berkat bagi sekitarnya dan menunjukkan kasih Allah kepada dunia.
Nyanyian: KK no.97
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Nalika kula taksih alit kula nate kirang PD awit kula nika cemeng lan rambute njebobog. Kawontenan punika benten kalian kakang lan adi kula. Para saderek kula pakulitanipun kuning langsat. Bilih wonten pepanggihan brayat lajeng sami moyoki kula kados roti lapis surabaya..he…he…he. ingkang nginggil kuning tengah coklat ngandap kuning. Kula lajeng curhat dateng kanca kula bab punika. Kanca kula mbombong kula kanti celathu , “Kowe pancen ireng, rambutmu kriting ning untumu sing ting pentalit kuwi marakne kowe manis yen mesem lan ngomong. Jane ngaten bilih dipun galih kedahipun kula samsaya mangkel, ireng, kriting lan untunipun ting pentalit. Ananging kula pitados dateng kanca kula punika, lajeng kula dados remen mesem lan rembagan kalian tiyang katah. Kula seneng ngaca kanti mesem lan wicantenan piyambak. Waja punika namung alit kados-kados mboten wonten ajinipun tumrap penampilan, ananging saestu kanca kula berhasil mbombong kula. Ngantos-ngantos nalika kula vikar wonten professor saking kedokteran gigi ingkang kepingin ngrapekaken untu kula, nagging kula mboten purun. Kanca kula mungkin sampun kesupen, malah-malah mbokmenawi rumiyin anggenipun mbombong namung angger wicanten mawon. Ananging bombongan punika ndadosaken kul saged percaya diri. Punapa ingkang dipuntindakaken kanca kula panic alit, nanging saged dados keiyatan kangge berubah.
Isi
Manungsa punika nggadhi kecenderungan alamaiah mboten patos gati dumateng perkawis-perkawis ingkang alit. Kala-kala sami kesupen bilih ingkang ageng punika asalipun saking perkawis ingkang alit. Kita kedah sami ngaturaken panuwun dumateng Gusti lan tansah ngregani punapa kemawon senaosa alit ingkang dados berkahipun Gusti senaosa alit. Peladosan ingkang alit badhe dados ageng bilih dipun gatosaken lan dipunrimati. Kados dene wiji sesawi ingkang alit badhe dados taneman ingkang ageng bilih dipun rimati lan dijagi supados tetep gesang.
Yesus ngagem kalih pasemon bab kratoning Allah kanti kalih perkawis ingkang sami diwiwiti saking perkawis ingkang alit inggih punika saking wiji lan usaha kangge nyebar wiji punika. Ingkang alit mboten pareng dipun anggep remeh awit saking ingkang alit Gusti Allah ndawahaken berkah. Wiji sesawi senaosa alit bilih gesang saged dados panggenan kangge para peksi. Ingkang alit saged dados berkah.
Brayat punika system ingkang paling alit ing masyarakat lan greja, ananging justru dados kakiyatan utama kangge majengipun negari lan greja. Brayat Kristen punika saumpami wiji ingkang dipunsebar ing ndonya. Donya badhe nggodha wiji ingkang dipunsebar dening Gusti punika temah sami lena krana kanikmatan, kasugihan, lan sakpanunggalanipun. Kala-kala malah bilih kita sami nolak panggoda punika kita malah pikantuk kasangsaran, tekanan lan bilai. Ananging krana kita tiyang ingkang pitados kita sami dipun utus kedah saged mirsani bilih nalika gesang ing alam donya punika sampun rampung taksih wonten gesang ingkang sanesipun.
Paulus ing II Korinta 5:6-10 nedahaken bilih punika ingkang dados perjuangan brayat Kristen. Sampun ngantos semplah krana kasangsaran gesang ingkan sakwentara punika. Sabab kita kita sedaya kedah sami mareg datheng pengadilanipun Sang Kristus, supados saben tiyang nampi ingkang punapa ingkangkedah dipun tampi kadosdenen ingkang dipun lampahi ing gesangipun punika duka awon punapa sae (ay 10).Paulus maringi tekanan bilih manungsa gesang kedah tangel jawab dumatheng gesanipun piyambak piyambak kangge nindakaken dawuh pangandikanipun Gusti. Paulus mangertosi bilih dados kagunganipun Gusti pramila ing pejah lan gesang kedah dados renaming penggalihipun Gusti(ay 8-9).
Pilihan wonten ing brayat Kristen:
Sepisan badhe mbangun brayatipun supados setyo tuhu dumatheng Gusti Yesus Kristus. Ndidik brayatipun nggadahi karakter ingkang kebak ing katresnan lan taggel jawab, temahan saged dados berkah. Senaosa alit punapa kemawoningkang dipunlamphi dening brayat bilih ditalesi dening setyatuhu dumatheng Gusti Allah lan katresnan mla badhe dados berkah kangge tiyang sanes. Saking ingkang alit punika Gusti Allah ngagem brayat utawi pribadi kangge bangsa dan negara. Gusti tansah ndawahaken berkah kagem umatipun kadosdene wit-witan panggenanan kangge peksi sami gesang ( Markus 4 :32, Yeh 17:23).
Kaping kalih punapa milih badhe kagiles godanipun donya ingkang ndadosken sedaya anggotanipun tebih saking Gusti Allah lan kecalan katresnan. Wigati tumrap brayat mengertosi bili Gusti Allah kagungan kuaos kangge nyirnakaken kesombonganlan penghianatan( Yeh 17 : 22-24).
Bilih brayat Kristen milih ingkang sepisan mila brayat Kristen minangka wijsaking rawuhe Kratoning Allah kedah purun dipunsebar dening Gusti ing bumi lan saged gesang kanti sae lan nuwuhaken who-wohan ingkang sae temahan saged dados berkah kangge pigesanganipun tiyang kathah. Mila brayat kedah nunggil dados setunggal kangge gesang setyatuhu dumatheng Gusti Allah. Namung kanthi makaten wonten katentreman ing dalemipun tiyang kang pitados.
Panutup
Mila monggo sami nuladani pasemon punika, kanthi setya dumatheng timbalan ingkang alit. Amargi saking perkawis ingkang alit Gusti Allah ndawahaken berkah. Senaosa alit, kawigatosan kita dumatheng tiyang sanes kanti kebak katresnan saged ndadosaken berkah. Mbombongan kanca kula senaosa alit saged mbangun kula dados tyang ingkang percaya diri. Punapa kemawon ingkangdipun tindakaken dening brayat Kristen senaosa alit bilih kebak katresnan lan ditalesi setyatuhu dumatheng Gusti tamtu dados berkah.
Pamuji: PKJ. 316:2,3