Keluarga Kerajaan Allah Khotbah Minggu 23 Juli 2023

10 July 2023

Minggu Biasa | Bulan Keluarga
Stola Hijau

Bacaan 1: Yesaya 44 : 6 – 8
Bacaan 2: Roma 8 : 12 – 25
Bacaan 3: Matius 13 : 24 – 30, 36 – 43

Tema Liturgis:  Keluarga GKJW sebagai Keluarga Kerajaan Allah
Tema Khotbah:  Keluarga Kerajaan Allah

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

 Yesaya 44 : 6 – 8
Dalam struktur penulisan kitab Yesaya dibagi ke dalam beberapa bagian. Mulai dari bagian pertama yakni peristiwa sebelum pembuangan. Bagian kedua, yakni kabar baik bagi umat Allah di pembuangan dan berakhir pada bagian ketiga, yakni tentang peringatan dan janji untuk umat Allah yang baru sesudah pembuangan. Bacaan Yesaya 44:6-8 masuk dalam bagian kedua tentang kabar baik bagi umat Allah di pembuangan. Bagian ini menceritakan tentang peristiwa kekalahan Babel dan pembebasan umat Allah. Berita baiknya adalah bahwa Tuhan akan memakai Koresh, Raja Persia, untuk mengalahkan Babel dan mengizinkan orang Israel kembali ke Yerusalem. Tuhan sudah memilih Israel dan kini akan membebaskan mereka dari tangan lawannya. Bangsa-bangsa lain akan melihat bahwa Tuhan lebih berkuasa dari pada ilah-ilah mereka.

Sebagaimana jelas diungkapkan dalam bacaan kita: “Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. …” bahwa Allah menegaskan akan jati diri-Nya yang tidak ada bandingnya. Tuhan Allah adalah Tuhan yang tetap sama dari masa ke masa, baik sebelum bangsa Israel berada di tanah Babel dan yang akan membebaskan dan yang akan menyertai mereka keluar dari tanah pembuangan Babel tersebut. Maka kabar baik bagi umat Allah dalam pembuangan jelas, khususnya pada ayat 8a, “Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu.” Inilah penguatan bagi umat Allah yang tentunya berada dalam ketidaknyamanan selama berada di tanah pembuangan. Seperti air segar bagi orang yang sedang kehausan. Janji penyertaan Allah ini akan dinyatakan kelak, ketika mereka diizinkan kembali ke Yerusalem. Demikianlah juga pernyataan Allah ini berlaku sepanjang masa, yakni bahwa Dialah satu-satunya Tuhan Allah yang tidak ada bandingnya.

Roma 8 : 12 – 25
Pada masa itu masih berkembang pemahaman bahwa yang disebut sebagai anak Allah adalah mereka yang menaati hukum Taurat dan yang merupakan keturunan Abraham. Hanya mereka yang layak disebut sebagai anak Allah dan layak untuk menerima janji keselamatan Allah. Dalam bagian bacaan Roma 8:12-25 ini Paulus mencoba menjelaskan bahwa pemahaman yang demikian tidaklah benar. Ayat 14, “Semua orang yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah” hendak menjelaskan bahwa anak Allah tidak cukup dipahami sebegai mereka yang menaati hukum Taurat dan keturunan Abraham saja, melainkan setiap orang yang dipimpin oleh Roh Allah, siapapun itu adalah anak Allah. Ini berarti juga bahwa anak Allah tidak hanya dibatasi secara keturunan biologis Abraham dan ketaatan pada hukum Taurat saja, melainkan secara mendalam bagi siapa saja yang memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah.

Jika siapapun yang memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah, maka dia berhak untuk menjadi ahli waris atas janji-janji Allah. Artinya janji keselamatan itu diberikan bukan hanya kepada mereka yang keturunan Abraham melainkan kepada setiap orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah (Ay. 17). Dengan demikian, setiap orang yang telah menjadi ahli waris dan menerima janji-janji Allah pasti dimampukan untuk melewati setiap penderitaan hidup mereka di sepanjang masa. Paulus menggambarkan penderitaan yang akan dialami oleh setiap umat Allah tadi, seperti seorang yang bersalin, yang tentunya mengalami kesakitan yang amat sangat. Namun, di tengah segala kesakitan yang demikian, tetap ada pengharapan di dalam Kristus, bagi setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Paulus menawarkan harapan akan masa depan, saat semua anak Allah akan hidup selamanya dalam pemeliharaan dan kasih Allah.

Umat Allah dapat bertahan di tengah penderitaan dan masalah-masalah yang terjadi sekarang (di masa itu) karena mereka tahu bahwa Roh Allah ada dalam diri mereka. Itulah sebabnya, mengapa mereka yakin bahwa mereka akan diselamatkan dan mengapa mereka menantikan keselamatan itu dengan sabar. Jadi penting bagi setiap umat yang percaya kepada Yesus Kristus untuk menyadari bahwa dirinya perlu membuka diri akan pimpinan Roh Allah, supaya mereka senantiasa menjadi anak Allah. Dengan begitu Roh Allah yang tinggal diam di dalam dirinya akan terus memimpin, menuntun, dan menguatkan di tengah segala penderitaan dan masalah-masalah yang dialami dari waktu ke waktu.

Matius 13 : 24 – 30, 36 – 43
Dalam Injil Matius secara khusus pasal 13 ini berisi tentang Tuhan Yesus yang menceritakan kisah-kisah tentang Kerajaan Allah. Jika diamati mulai awal sampai akhir pasal 13, ada sebanyak 7 perumpamaan yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menggambarkan Kerajaan Allah. (1) perumpamaan tentang penabur, (2) perumpamaan tentang lalang di antara gandum, (3) perumpamaan tentang biji sesawi, (4) perumpamaan tentang ragi, (5) perumpamaan tentang harta terpendam, (6) perumpamaan tentang mutiara yang berharga, (7) perumpamaan tentang pukat. Jika dilihat bersama dengan Injil yang lain, maka tidak semua bagian perumpamaan dijelaskan dalam Injil yang lain. Hanya perumpamaan tentang penabur dan tentang biji sesawi saja yang juga dikisahkan dalam Injil-injil yang lain. Artinya Matius memberikan penekanan secara khusus tentang kerajaan Allah melalui beberapa perumpamaan yang khas.

Perumpamaan atau dalam bahasa Yunani disebut parabole mempunyai makna menyejajarkan hal untuk diperbandingkan. Biasanya perumpamaan merupakan cerita-cerita pendek yang dikisahkan dalam rangka pengajaran. Perumpamaan juga bisa berupa kalimat-kalimat pendek yang membandingkan suatu hal yang dilakukan seseorang dengan sebuah peristiwa alamiah atau yang biasa terjadi. Dalam Injil Matius, Markus, dan Lukas, Yesus sering menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan Allah dan cara hidup yang semestinya dalam Kerajaan Allah. Seperti dalam bacaan Matius 13:24-30 dan penjelesannya pada Matius 13:36-43. Kali ini Yesus menggunakan lalang dan gandum dalam perumpamaan-Nya. Di daerah Galilea pada masa itu tanaman gandum bisa tumbuh bersama dengan lalang, serta keduanya mempunyai kemiripan pada bagian daunnya. Sehingga keduanya baru bisa dibedakan ketika tiba saatnya waktu menuai. Oleh sebab itu, dalam perumpamaan yang Yesus sampaikan, keduanya dibiarkan tumbuh bersama-sama, sebab jika masih tunas sudah dicabut, bisa jadi orang salah mencabut dan tunas gandum yang dicabut.

Selanjutnya Yesus memberikan penjelasan atas perumpamaan yang diberikan tersebut kepada para murid-Nya. Gandum merupakan gambaran benih yang baik atau anak-anak Allah. Sementara lalang merupakan gambaran benih yang buruk atau anak-anak si jahat yang melakukan kejahatan dan juga segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa. Sang penabur benih yang baik adalah Anak Manusia, yakni Tuhan Yesus sendiri. Sementara si penabur benih lalang adalah si jahat. Sementara itu, ada waktu untuk menuai, yang bisa dipahami sebagai akhir zaman. Waktu dimana Tuhan akan menghakimi dunia dan memisahkan antara gandum dan lalang, memisahkan antara anak-anak Allah dan anak-anak si jahat. Anak-anak Allah akan bercahaya seperti matahari, sementara anak-anak si jahat akan dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam api. Demikian Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para murid-Nya pada masa itu.

Pesan penting dari perumpamaan yang Yesus sampaikan adalah bahwa di tengah pertumbuhan benih gandum, bersamaan tumbuh juga benih lalang. Artinya di tengah pertumbuhan iman anak-anak Allah, si jahat itu juga ada disitu. Si jahat itu juga terus mencari waktu yang tepat dan menggoda anak-anak Allah. Keduanya dibiarkan bertumbuh berarti adanya si jahat tidak begitu saja dilenyapkan dari tengah dunia dan dari antara anak-anak Allah. Maka tugas penting dari anak-anak Allah adalah terus bertumbuh dengan baik, menghasilkan bulir yang baik, sehingga keberadaannya dipertahankan oleh Sang Penabur. Ini juga berarti bahwa gandum yang berbulir baik mampu mengalahkan lalang. Lalang itu akan dikumpulkan dan dicampakkan sementara gandum akan menunjukkan cahayanya. Dengan demikian menjaga pertumbuhan iman di dalam Yesus adalah bagian penting dari perumpamaan ini. Menjaga iman di tengah berbagai godaan dunia bukanlah hal mudah, sebab disitulah tantangan sedang dan terus dihadapi oleh setiap umat percaya sebagai anak-anak Kerajaan Allah.

Benang Merah Tiga Bacaan:
Setiap orang percaya yang membuka dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah, sekaligus adalah warga Kerajaan Allah. Anak-anak Allah tumbuh bersamaan dengan anak-anak si jahat, yakni orang-orang yang melakukan kejahatan dan segala sesuatu yang menyebabkan ia berbuat dosa. Dalam pertumbuhan itu, anak-anak Allah harus tetap terus bertumbuh dan tidak boleh kalah dengan anak-anak si jahat dan berbagai godaan dunia. Tentu bukan hal yang mudah untuk dijalani, namun Roh Allah akan menguatkan dan memampukan setiap anak-anak Allah. Di samping Tuhan Allah sendiri telah berjanji senantiasa menolong setiap umat-Nya dalam menghadapi berbagai pergumulan dan masalah-masalah dalam hidup di sepanjang masa. Sebab Tuhan Allah adalah Allah yang tak tertandingi oleh apapun di dunia ini sepanjang masa.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
James Fowler adalah seorang psikolog dan teolog asal Amerika Serikat. Dia mengembangkan teori tentang tahapan perkembangan iman manusia sesuai dengan tahapan usia manusia, yang dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan yang kompleks. Menurut Fowler, anak usia 7-12 tahun atau anak kelas 4-6 jenjang sekolah dasar berada pada tahapan perkembangan iman yang kedua, yakni tahapan mysthic-literal faith. Pada tahapan ini anak percaya bahwa Tuhan itu adil dalam memberi ganjaran yang sepantasnya bagi manusia. Sesuai dengan tahapan usia anak, ini adalah waktu yang tepat bagi orang tua dan keluarga untuk memberikan pemahaman tentang Allah yang adil, Allah yang satu-satunya dan tidak ada bandingnya kepada anak. Pemahaman di usia ini akan mendasari dan membentuk iman percaya anak hingga ia bertumbuh dewasa. Oleh sebab itu, kita perlu mengambil kesempatan ini dengan baik. Sehingga iman anak-anak bisa terus bertumbuh dengan baik dan tidak mudah dikalahkan oleh berbagai godaan dunia. Bagaimana dengan anak-anak kita, sudahkah kita memberikan pemahaman yang benar tentang Tuhan Allah kepada mereka? Atau bagaimana dengan kita? Sudahkah kita memahami dengan benar dan mengimani dengan benar, seperti apa sosok Tuhan Allah dalam kehidupan kita? Mari kita renungkan dan refleksikan pertanyaan ini secara mendalam.

Isi
Dalam perumpamaan gandum dan lalang, Tuhan Yesus memberikan gambaran yang jelas tentang realita yang senantiasa dihadapi oleh umat percaya dan para pengikut-Nya di sepanjang masa. Bahwa selalu ada lalang yang tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan tanaman gandum. Kedua tanaman ini merupakan tanaman yang cukup populer pada masa itu. Tanaman lalang adalah tanaman yang terkenal beracun dan merusak tanaman gandum. Oleh sebab itu, tanaman lalang harusnya dicabut dan dihilangkan dari antara tanaman gandum yang sedang bertumbuh. Namun, bukan hal yang mudah untuk memilah mana yang gandum dan mana yang lalang, sebab saat masih kecil atau tunas, bagian daun dari keduanya mempunyai kemiripan. Oleh sebab itu, keduanya dibiarkan bertumbuh bersamaan, sampai tiba saatnya waktu menuai. Lalang akan dikumpulkan oleh para penuai, diikat, dan dicampakkan ke dalam api (dibakar), sementara gandum dikumpulkan, diikat, dan dimasukkan ke dalam lumbung.

Gandum merupakan gambaran benih yang baik, yaitu anak-anak Allah. Sementara lalang merupakan gambaran anak-anak si jahat yang melakukan kejahatan dan segala sesuatu yang menyebabkan orang berbuat dosa. Sang penabur benih yang baik adalah Anak Manusia, yakni Tuhan Yesus sendiri. Sementara si penabur benih lalang adalah si jahat. Sementara itu, waktu untuk menuai, bisa dipahami sebagai akhir zaman. Waktu dimana Tuhan akan menghakimi dunia dan memisahkan antara gandum dan lalang, memisahkan antara anak-anak Allah dan anak-anak si jahat. Anak-anak Allah akan bercahaya seperti matahari sementara anak-anak si jahat akan dikumpulkan dan dicampakkan ke dalam api. Demikian Yesus menyampaikan perumpamaan ini kepada para murid-Nya pada masa itu.

Pesan penting dari perumpamaan yang Yesus sampaikan adalah di tengah pertumbuhan benih gandum, bersamaan juga tumbuh benih lalang. Artinya di tengah pertumbuhan iman anak-anak Allah, si jahat itu juga ada. Si jahat itu terus mencari waktu yang tepat dan menggoda anak-anak Allah. Keduanya dibiarkan bertumbuh artinya keberadan si jahat tidak begitu saja dilenyapkan dari tengah dunia, dari antara anak-anak Allah. Maka tugas penting dari anak-anak Allah adalah terus bertumbuh dengan baik, menghasilkan bulir yang baik, sehingga keberadaannya dipertahankan oleh Sang Penabur. Ini juga berarti bahwa gandum yang berbulir baik mampu mengalahkan lalang. Lalang itu akan dikumpulkan dan dicampakkan, sementara gandum akan menunjukkan cahayanya. Dengan demikian maka menjaga pertumbuhan iman di dalam Yesus adalah bagian penting dari perumpamaan ini. Menjaga iman di tengah berbagai godaan dunia bukanlah hal mudah, sebab disitulah tantangan sedang dan terus dihadapi oleh setiap umat percaya sebagai anak-anak Allah.

Namun, dalam menghadapi tantangan itu, umat Tuhan tidak perlu khawatir dan takut, sebab Tuhan Allah akan memampukan dan memimpin mereka. Rasul Paulus menyebutkan anak-anak Allah adalah setiap orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah. Hal ini disampaikan oleh Paulus mengingat pada saat itu masih ada pemahaman yang kurang tepat berkaitan dengan siapa yang layak disebut sebagai anak Allah. Orang-orang pada saat itu membatasi bahwa anak Allah adalah mereka yang berasal dari keturunan Abraham dan Sara, serta mereka yang menjalankan dan taat terhadap Hukum Taurat. Maka dalam kesempatan ini, Paulus menegaskan bahwa pemahaman yang demikian ini tidaklah benar, karena anak Allah adalah setiap orang yang membuka dirinya dan bersedia untuk dipimpin oleh Roh Allah.

Setiap umat Allah yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, pasti akan mampu menghadapi segala penderitaan dan masalah-masalah dalam hidup mereka. Ini bisa terjadi karena adanya kesadaran umat Allah bahwa di dalam dirinya ada Roh Allah yang senantiasa memimpin dan menguatkan mereka. Selain itu, Paulus juga menawarkan harapan akan masa depan, dimana semua anak Allah akan hidup selamanya dalam pemeliharaan dan kasih Allah. Setiap orang yang membuka dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah, sekaligus warga Kerajaan Allah. Kesadaran yang demikian ini akan menolong anak-anak Allah untuk dapat terus bertumbuh dan kelak dipisahkan dari anak-anak si jahat.

Selain itu perlu dibangun kesadaran bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang selalu menolong dan menyertai umat-Nya, sebab Dia adalah Allah yang tidak tertandingi oleh apapun di sepanjang masa. Seperti yang diungkapkan pada bacaan yang pertama bahwa Tuhan Allah dengan tegas menyatakan diri-Nya melalui perantaraan nabi Yesaya. Allah menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan Allah yang tidak ada banding-Nya. Dia adalah Tuhan Allah yang tetap sama dari waktu ke waktu, baik masa lalu sebelum mereka dibawa ke tanah Babel, saat mereka berada di sana maupun saat nanti mereka akan meninggalkan tanah Babel dan kembali ke Yerusalem. Kabar baik ini disampaikan oleh Yesaya saat umat Allah berada di tanah pembuangan di Babel. Selanjutnya firman Tuhan, khususnya pada ayat 8a menyebutkan, “Janganlah gentar dan janganlah takut, sebab memang dari dahulu telah Kukabarkan dan Kuberitahukan hal itu kepadamu.” Inilah penguatan bagi umat Allah yang tentunya berada dalam ketidaknyamanan selama berada di tanah pembuangan. Seperti air segar bagi orang yang sedang kehausan, janji penyertaan Allah ini akan dinyatakan kelak, ketika mereka diizinkan kembali ke Yerusalem. Demikianlah juga pernyataan Allah ini berlaku sepanjang masa, yakni Dialah satu-satunya Tuhan Allah yang tidak ada bandingnya dan Allah yang menolong umat-Nya di sepanjang masa.

Penutup
Bulan keluarga saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk saling mendukung dalam pertumbuhan iman di antara anggota keluarga. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pemahaman yang benar tentang Tuhan Allah kepada anak-anak khususnya sejak mereka di usia 7 hingga 12 tahun. Namun, sebelum orang tua atau orang dewasa memberikan pemahaman tersebut kepada anak, alangkah baiknya pemahaman ini terlebih dahulu dipahami dengan benar dan tepat oleh orang tua atau orang dewasa. Terlebih lagi benar-benar dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pemahaman yang diberikan kepada anak bukan merupakan pemahaman yang kosong tanpa makna, melainkan pemahaman yang berdasarkan pengalaman iman orang tua atau orang dewasa secara pribadi bersama dengan Tuhan. Pemahaman yang benar bahwa setiap orang perlu membuka diri untuk dipimpin oleh Roh Allah, sehingga selalu mempunyai kesadaran akan Tuhan Allah yang tiada bandingnya yang selalu hadir dalam setiap musim kehidupan umat-Nya. Disamping itu, sebagai anak Allah dan sekaligus warga kerajaan Allah, maka kita harus mampu melakukan paling tidak ketiga syarat ini: menjadi berguna (menjadi berkat) bagi orang lain, melepas dan menanggalkan keterikatan duniawi serta menjalani hidup dengan benar sesuai kehendak Tuhan selaku Raja dalam Kerajaan Allah, supaya kita tidak dicampakkan ke dalam dapur api. Kiranya kita dimampukan untuk mewujudkan firman Tuhan hari ini di tengah keluarga kita. Tuhan Yesus memberkati. Amin. [TpJ].

 

Pujian: KJ. 451 : 1, 2    Bila Yesus Berada di Tengah Keluarga

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)

Pambuka
James Fowler punika psikolog ugi teolog saking Amerika Serikat. Piyambakipun ngembangaken teori bab tataran iman kapitadosaning manungsa miturut tataran yuswaning manungsa. Miturut Fowler, bocah umur 7 ngantos 12 taun utawi bocah kelas 4 ngantos 6 SD punika wonten ing tataran iman kapitadosan angka kalih inggih punika tataran mysthic-literal faith. Ing tataran punika bocah pitados bilih Gusti Allah punika Ratu Adil, ingkang paring piwales ingkang pantes tumrap sadaya manungsa. Condong kaliyan tataran umuripun para bocah, wekdal punika sae kangge para tiyang sepuh lan brayat anggenipun nggulawenthah para bocah punika bab Gusti Allah minangka Ratu Adil. Gusti Allah ingkang satunggal lan mboten wonten tandinganipun. Pangertosanipun bocah ing umur punika dados landesan kangge mbangun iman kapitadosanipun ngantos piyambakipun dados pribadi ingkang diwasa. Milanipun kita kedah ngginakaken wekdal punika kanthi sae. Sarana panggulawentah punika, imanipun para bocah punika saged tuwuh kanthi sae lan boten gampang kawon ing mawerni-werni godho. Kados pundi kawontenan para anak kita, punapa kita sampun paring pangertosan ingkang leres dhateng piyambakipun? Utawi, kados pundi kaliyan kita piyambak? Punapa kita sampun nggadhahi pangertosan ingkang leres sarta ngimani Gusti Allah kanthi temen ing gesang kita? Swawi kita galih lan raos-raosaken pitakenan punika.

Isi
Salebeting pasemon gandum lan alang-alang, Gusti Yesus maringi gambaran ingkang jelas bab kawontenan gesang ingkang dipun adhepi dening umat pitados lan para pandherekipun ing sauruting jaman. Wontenipun alang-alang punika tansah tuwuh sinarengan kaliyan gandum. Kekalih taneman punika dados taneman ingkang kasuwur ing wekdal punika. Alang-alang punika taneman ingkang ngandung racun, ingkang saged ngrusak gandum. Karana punika alang-alang kedah dipun cabut lan dipun singkiraken saking antawisipun gandum ingkang tuwuh. Nanging prekawis punika boten gampil, boten gampil kangge milah pundi ingkang gandum lan pundi ingkang alang-alang, awit wiwit alit/tunas, godhong kalih taneman punika ketingal sami. Pramila, kalih taneman punika dipun jaraken tuwuh sesarengan ngantos wancinipun panen. Alang-alang badhe dipun kempalaken dening juru tuai, dipun iket, lan dipun bucal ing geni (dipun obong). Dene gandum dipun kempalaken, dipun iket, lajeng dipun lebetaken wonten ing lumbung.

Gandum punika gambaran winih ingkang sae, inggih punika para putraning Allah. Dene alang-alang punika gambaran anak-anaking si jahat ingkang tumindak jahat lan duraka. Juru tabur winih gandum inggih punika Putraning Manungsa, Gusti Yesus piyambak. Dene juru tabur winih alang-alang punika si jahat. Wekdal panen dipun mangertosi minangka pungkasaning jaman, ing pundi Gusti Allah badhe ngakimi jagad lan misahaken antawisipun gandum kaliyan alang-alang, misahaken antawisipun para putraning Allah kaliyan anak-anaking si jahat. Para putraning Allah badhe sumunar kados srengenge, dene anak-anaking si jahat badhe dipun kempalaken lan dipun bucal salebeting geni. Mekaten Gusti Yesus ngaturaken pasemon punika dhateng para sakabatipun wekdal semanten.

Isining pasemonipun Gusti Yesus inggih punika: 1. Tuwuhing winih gandum punika sinarengan kaliyan tuwuhipun alang-alang. Tegesipun iman kapitadosan para putraning Allah punika tuwuh sesarengan ing satengahing si jahat. Si jahat terus pados wekdal ingkang pas kangge nggodha para putraning Allah. 2. Kalih taneman punika dipun jaraken tuwuh sesarengan. Tegesipun kawontenanipun si jahat boten dipun singkiraken saking donya lan saking para putraning Allah. Karana punika para putraning Allah kedah tuwuh kanthi sae, ngasilaken bulir ingkang sae, supados kawontenanipun dipun ajeng-ajeng dening juru tabur. Gandum ingkang ngedalaken asil ingkang sae saged ngawonaken alang-alang. Alang-alang badhe dipun kempalaken lan dipun bucal, dene gandum sangsaya nedahaken cahyanipun. Srana punika njagi tuwuhing iman pitados ing Gusti Yesus punika dados babagan ingkang penting saking pasemon punika. Jagi iman ing satengah godhoning donya punika sanes prekawis ingkang gampil, awit ing ngriku wonten tantangan ingkang dipun adepi dening para umat pitados minangka para putraning Allah.

Anggenipun ngadepi sadaya tantangan punika, para umating Gusti boten perlu kuatos lan ajrih, awit Gusti Allah badhe paring kasagedan lan mimpin gesangipun. Rasul Paulus nyebataken para putraning Allah inggih punika saben tiyang pitados ingkang gesangipun dipun pimpin dening Rohing Allah. Prekawis punika dipun aturaken Rasul Paulus ngengeti nalika semanten taksih wonten pemanggih ingkang lepat bab sinten ingkang dipun sebat putraning Allah punika. Tiyang-tiyang ing wekdal punika nganggep ingkang dipun sebat putraning Allah punika namung kangge tiyang ingkang saking trah turunipun Rama Abraham lan ibu Sara sarta nindakaken Toret. Kesempatan punika dipun agem Rasul Paulus kangge ngleresaken pemanggih ingkang lepat punika, awit ingkang dipun sebat putraning Allah inggih punika saben tiyang ingkang mbika manahipun kagem Gusti lan sumadya gesangipun dipun pimpin dening Rohing Allah.

Umating Allah ingkang gesangipun dipun pimpin dening Rohing Allah, mesthi saged ngadepi sedaya kasangsaran lan masalah-masalah ing gesangipun. Prekawis punika saged kelampahan karana para umat punika sami sadar Rohing Allah jumeneng lan nunggil salebeting gesangipun. Rohing Allah tansah mimpin lan ngiyataken piyambakipun. Rasul Paulus ugi maringi pangajeng-ajeng kangge mangsa ing ngajeng, bilih sedaya putraning Allah badhe gesang selaminipun ing pangrimatan lan sihipun Allah. Saben tiyang ingkang mbikak manahipun dipun pimpin dening Rohing Allah punika dados putraning Allah ugi warga Kratoning Allah. Kasadaran ingkang kados punika saged nulungi para putraning Allah terus tuwuh lan ing tembe dinten badhe dipun pisahaken saking anak-anaking si jahat.

Bab sanesipun, perlu dipun wangun inggi punika kasadaran bilih Gusti Allah punika Gusti ingkang tansah nulungi lan nganthi umat-Ipun, awit Panjenenganipun punika Gusti ingkang tanpa tanding ing sauruting mangsa. Kados ingkang dipun ungkapaken ing waosan sepisan bilih Gusti Allah nyatakaken Sariranipun lumantar nabi Yesaya. Gusti Allah nyatakaken bilih Panjenenganipun punika Gusti ingkang tanpa banding. Panjenenganipun punika Gusti ingkang sami ing sauruting wekdal, sae ing mangsa saderengipun bangsa Israel dipun betha dhateng tanah Babel,  nalika bangsa Israel ing Babel, ugi nalika bangsa Israel medal saking tanah Babel lan wangsul malih dhateng Yerusalem. Kabar sae punika dipun aturaken Yesaya nalika bangsa Israel  wonten ing Babel. Salajengipun Gusti Allah ngendika ing ayat 8a, ”Sira saja gumeter lan saja wedi, awit bab iku pancen wiwit biyen mula wus Sunwartakake lan Sunsumurupake marang sira.” Punika dhawuhipun Gusti Allah ingkang ngiyataken para umat ingkang nandhang kaprihatosan ing tanah pambucalan Babel. Kados toya seger kanggenipun tiyang ingkang ngelak, janji panganthinipun Gusti Allah punika kalampahan ing sauruting mangsa. Panjenenganipun punika Gusti Allah ingkang tanpa banding, Gusti Allah ingkang tansah nulungi umatipun ing sauruting mangsa.

Panutup
Ing satengahing wulan brayat sapunika dados wekdal ingkang sae kangge saben tiyang saged nyengkuyung brayatipun ing bab tuwuhipun iman kapitadosan. Salah satunggaling cara inggih punika kanthi paring pangertosan ingkang bener bab Gusti Allah tumrap para bocah, mliginipun ingkang yuswanipun 7 ngantos 12 tahun. Ananging, saderengipun tiyang sepuh paring pangertosan marang para bocah, langkung sae bilih pangertosan punika dipun raos-raosaken kanthi bener langkung rumiyin. Wah malih saged dipun lampahi kanthi temen ing gesang sadinten-dinten. Satemah pangertosan ingkang badhe dipun paringaken marang para bocah punika sanes pangertosan ingkang ngayawara ananging pangertosan ingkang temen adedasar pengalaman gesang ingkang nyata, inggih minangka pengalaman iman tiyang sepuh secara pribadi kaliyan Gusti Yesus. Pemanggih ingkang leres bilih saben tiyang kedah kersa mbika manah lan gesangipun supados dipun tuntun dening Rohing Allah, satemah saged ngraosaken bilih Gusti Allah mboten wonten tandinganipun punika tansah rawuh ing salebeting gesangipun para abdinipun. Kejawi saking punika, minangka para putraipun Allah lan warga Kratoning Allah, kita kedah saged nindakaken tiga prajanji punika: (1) dados lantaran berkah kangge tiyang sanes, (2) saged ngrucat sadaya kadonyan lan (3) saged nglampahi gesang miturut karsanipun Gusti minangka Ratuning Kratoning Allah, supados kita mboten dipun cemplungaken wonten ing pawon murup. Mugi kita sadaya saged mujudaken sabda Pangadikanipun Gusti ing dinten punika. Sugeng Wulan Brayat. Gusti Yesus mberkahi kita sami. Amin. [TpJ].

 

Pamuji: KPJ. 315 : 1, 2   Brayat Kang Tentrem Gesangnya

Renungan Harian

Renungan Harian Anak