Tuhan Yesus Memenuhi Kebutuhan Manusia Secara Utuh Rancangan Khotbah 22 Juli 2018

9 July 2018

Minggu Biasa
Stola Hijau

 

Bacaan 1:        2 Samuel 7:1-14
Bacaan 2:        Efesus  2:11-22
Bacaan 3:        Markus  6:30-34, 53-56

Tema Liturgis  : Utamakan Tuhan Maka Segala Sesuatu Diberikan Kepadamu
Tema Khotbah: Tuhan Yesus Memenuhi Kebutuhan Manusia Secara Utuh

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

2 Samuel 7: 1-14

Ternyata cukup pangan, papan, pakaian dan kekuasaan masih belum cukup memenuhi kebutuhan manusia.  Hati manusia masih merasa belum tenang, aman dan tenteram.  Demikianlah yang dialami oleh Raja Daud setelah dia berhasil menguasai seluruh wilayah Israel dan melakukan konsolidasi yang kokoh. Istananya dari kayu Arasy berdiri megah, Dia rindu sekali untuk membangun Rumah Allah.  Segera keinginan itu disampaikan kepada Nabi Natan.  Mula-mula Nabi Natan menyetujui, namun kemudian datanglah Firman Tuhan kepada Natan untuk disampaikan kepada Raja Daud bahwa Tuhan diam di dalam kemah selalu mengembara bersama Israel.  Dia tidak pernah menuntut untuk dibangunkan rumah.  Malahan Raja Daud sendiri mendapat Firman Tuhan bahwa Tuhan tidak menghendaki dia membangun Rumah Allah karena dia telah telalu banyak melakukan peperangan besar dan menumpahkan darah (1 Taw 22:8,9).  Namun Tuhan berjanji bahwa Dia akan mengokohkan kerajaan anak kandungnya dan dialah yang akan mendirikan rumah Allah.  Tuhan akan menjadi Bapanya dan ia akan menjadi AnakNya.

Efesus 2:11-22

Paulus mengingatkan warga Jemaat Efesus bahwa dulu mereka bukan berasal dari keturunan Israel dan tanpa Kristus, sehingga juga tanpa janji dan pengharapan. Tetapi sekarang melalui darah Kristus, mereka yang semula jauh itu telah menjadi dekat.  Karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah dan mendamaikan kita dengan Allah melalui salib.  Karena itu Dia adalah damai sejahtera kita.  Oleh karena itu di dalam Kristus ini mereka bukanlah orang orang asing, melainkan orang-orang sewarga dengan orang-orang kudus dan anggota –anggota keluarga Allah.  Atas dasar para rasul dan para nabi dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru mereka dibangun untuk menjadi kediaman Allah di dalam Roh.

Markus 6:30-34, 53-56.

Sebenarnya Tuhan Yesus ingin mengambil waktu untuk menyendiri.  Tetapi ketika mereka mendarat dari perahu ternyata telah ribuan orang menantikan-Nya.  Seketika tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan karena mereka seperti domba tanpa gembala.  Yesus mengajar, mengenyangkan jiwa mereka.  Ketika menjelang malam para murid meminta Nya untuk menyuruh mereka mencari makanan sendiri ke kampung-kampung sekitar, Tuhan Yesus bersabda “kamu harus memberi makan”, artinya kamu ikut bertanggung jawab atas kebutuhan mereka.  Orang banyak itupun diatur dengan tertib, dari apa yang ada, yaitu lima ketul roti dan dua ekor ikan, setelah diberkati, dibagi-bagi menjadi cukup untuk lebih dari 5 000 orang.  Itulah yang menjadikan nama Yesus makin terkenal dan dibutuhkan banyak orang di mana-mana.

BENANG MERAH BACAAN

Ada bermacam macam kebutuhan manusia, baik materiil maupun spiritual.  Tuhan Yesus memenuhi kebutuhan mereka hingga yang paling dalam dan mendasar dengan cukup.

 

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan. Sila dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

Pendahuluan

Saudara yang dikasihi dan mengasihi Tuhan, betapa banyaknya kebutuhan manusia.  Menurut Abraham Maslow seorang psikolog berasal dari Amerika, kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, seperti pangan, oksigen, sandang dan papan.  Baru setelah itu adalah kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa cinta untuk memberi dan menerima, memiliki dan dimiliki, persahabatan, kekeluargaan, kebutuhan akan harga diri dan pengakuan dari orang lain dan kebutuhan aktualisasi diri.

Namun dalam bacaan kita ternyata bahwa masih ada lagi kebutuhan dasar yang lain yang jikalau tidak terpenuhi menjadikan kehidupan manusia tidak merasa aman, tenang, bahkan kehilangan sifat kemanusiaannya, yaitu kebutuhan persekutuan dengan Tuhan yang menjadi sumber kehidupan spiritualitas, moralitas dan makna hidup manusia.

Isi

Tuhan Yesus memenuhi kebutuhan dasar manusia

Ketika Tuhan Yesus melihat orang banyak yang mengikuti-Nya hingga petang hari itu seketika hati-Nya iba dan tergerak oleh belas kasihan.  Orang banyak itu seperti domba tanpa gembala dan keadaannya letih dan lapar.  Betapa menyedihkan keadaan kerumunan orang banyak yang tanpa pemimpin dan tujuan.  Masing-masing orang gampang kehilangan kepribadiannya, mereka larut dalam mob atau kerumunan tanpa jiwa.  Sehingga gampang sekali ditipu, dimanipulasi, diprovokasi dan digiring oleh pihak-pihak tertentu demi kepentingan pihak-pihak gtersebut.  Apakah kepentingan politik, keuntungan ekonomi ataukah sosial.  Lebih-lebih ketika kerumunan orang itu letih lesu dan lapar, maka kemarahan, emosi dan hysteria gampang sekali meledak serta sulit sekali dibendung.

Oleh karena itu ketika para murid mengusulkan kepada Tuhan Yesus supaya Ia menyuruh mereka pergi ke kampung-kampung terdekat untuk membeli makanan, Dia menolak.  Malah sabda-Nya: “Engkau harus memberi makan mereka!”  Engkau tidak bisa lepas tanggung jawab.  Berapa banyak roti yang ada padamu?  “Lima roti dan dua ikan”, jawab murid-Nya.  Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk dengan teratu.  Ia mengambil roti dan ikan itu dan menengadah ke langit, memberi berkat lalu memecah-mecahkannya dan membagi-bagikannya hingga lebih dari 5000 orang itu kenyang semua dan masih tersisa 12 bakul.

Kelaparan sampai sekarang masih menjadi masalah dunia lebih dari seperlima penduduk dunia kurang pangan.  Bahkan juga menjadi masalah kita di Indonesia negeri yang subur makmur ini.  Baru-baru ini santer sekali terdengar kasus kurang gizi di Asmat, Papua.  Betapa berbahayanya manakala kerumunan orang-orang yang lapar itu tanpa pemimpin, tanpa gembala.  Para pemimpinnya hanya memikirkan kepentingan dirinya atau kelompoknya sendiri, malahan tidak segan-segan memanipulasi, menipu, memprovokasi , mengadu domba dan mengorbankan rakyat demi keuntungan sosial, ekonomi dan politik dirinya atau kelompok sendiri.  Mahatma Gandhi mengatakan: “This world is big enough to satisfy the needs of any person, but too small to satisfy human greediness.”  (Dunia ini cukup besar untuk memenuhi kebutuhan setiap orang, tetapi terlalu kecil untuk memuaskan kerakusan manusia).  Oleh karena itu SabdaNya kepada kitapun: “kamu harus memberi makan!”  Maka kita dipanggil untuk mengatur diri, hidup dari apa yang ada, mohon berkat dan berbagi kehidupan dengan sesame, utamanya mereka yang kekurangan.

Tuhan Yesus memenuhi kebutuh manusia yang terdalam

Di dalam 2 Sam 7:1-14 Daud sudah menjadi raja di Yerusalem.  Dia hidup tidak kekurangan bersama isteri, anak-anaknya dan keluarganya.  Dia tidak kekurangan pangan, sandang, papan.  Istananya telah  berdiri megah.  Dia sudah merasakan aman, bahkan keamanan di seluruh negeri.  Dia telah menikmati rasa cinta, baik dalam keluarga, di tengah masyarakat, dimana-mana dihormati dan bebas mengaktualisasikan diri menyumbangkan tenaga, pikiran, karya dan hartanya untuk rakyatnya.  Bahkan dapat dikatakan dia telah mencapai tingkat tertinggi dalam hierarkhi (undha usuk) kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow.

Namun, hatinya ternyata belum tenang.  Jiwanya tidak merasa nyaman.  Di relung hati yang paling dalam masih ada lobang yang tidak pernah lega sebelum dipenuhi.  Yaitu dia dan rakyatnya belum mempunyai Bait Allah, tempat mereka menyembah Allah.  Sementara ini “Rumah Allah” itu masih berbentuk kemah yang dipindah kesana kemari.  Dia sungguh malu dihadapan Allah karena istananya telah berdiri megah dengan kamar-kamarnya yang indah, ruangan demi ruangan yang luas, sedangkan rumah Allahnya hanya berupa kemah.

Oleh karena itu ia menyampaikan keinginannya untuk membangun Bait Allah itu kepada Nabi Natan, supaya dia dapat bersekutu dengan Allah bersama bangsanya dengan tenang, berkomunikasi dengan-Nya melalui Firman-Nya yang menjadi sumber inspirasi, hikmat, kebenaran dan keadilan.  Bahkan di sana dia dapat mempersembahkan korban, mencurahkan isi hatinya, dosa-dosanya dan mendapatkan pengampunan daripadanya, sehingga ia dapat melanjutkan langkah hidupnya dengan lega dan mantab.

Namun melalui Nabi Natan, Tuhan menjawab bahwa Dia tidak pernah menuntut Daud untuk membangun Bait-Nya.  Malahan di dalam 1 Taw 22:8,9 dikatakan karena Daud sudah terlalu banyak menumpahkan darah dalam perang-perangnya.  Anaknya Salomolah yang akan mendirikan Bait-nya.

Betapa pentingnya Bait Allah bagi orang beriman.  Namun betapa pula masih banyaknya saudara-saudara kita di Indonesia dan di berbagai tempat yang masih kesulitan membangun Gereja.  Banyak sekali tantangan dan hambatannya.  Pada hal Bait Allah adalah tempat persekutuan umat dengan Tuhannya adalah kebutuhan spiritual yang demikian pokok.  Tempat bersekutu untuk mendapatkan Firman yang membina dan menuntun hidupnya.  Sungguh berbahagialah kita yang telah mempunyai Bait Allah, tempat kita berbakti dengan tenang, bersekutu dengan Allah dan sesama seiman.  Karena demikian penting dan bermaknanya, “Satu hari dipelataran Bait-Nya lebih dari 1000 hari ditempat lain” kata Juru Mazmur (Maz 84:11).  Oleh karena itu janganlah sia-siakan kesempatan berbakti ini.

Di dalam suratnya kepada Jemaat Efesus (Ef 2:11-22), Paulus menyatakan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya memenuhi dan mencukupi kebutuhan dasar manusia saja.  Dia bahkan memenuhi dan melimpahi kebutuhan spiritualitas manusia yang terdalam, yaitu kerinduan persekutuan dan keakraban manusia dengan Tuhan, sehingga orang beriman dapat mengalami kehidupannya bersama Tuhan.

Kita yang dahulu jauh, bukan keturunan Israel, tanpa Kristus, tanpa Allah dan tanpa pengharapan kini telah menjadi dekat.  Melalui salib-Nya, Sang Kristus telah mendamaikan kita manusia dosa dengan Allah yang Maha kudus.  Dia telah merobohkan tembok pemisah, yakni dosa kita yang menjadikan kita dalam perseteruan dengan Allah itu.  Kristuslah damai sejahtera kita.

Dengan didamaikannya kita dengan Allah, kita juga disatukan dengan sesama kita, yang mulai dari sesama iman.  Kita bukan lagi orang asing, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.  Keluarga Allah yang besar sekali yang terdiri atas orang-orang dari berbagai bangsa, latar belakang adat budaya dengan Allah sendiri sebagai kepala keluarga.  Keluarga Allah untuk saling mengasihi, saling belajar antara satu dengan yang lain, saling menopang, saling menyembuhkan dan membangun.  Bahkan kita adalah Bait Allah, dimana Dia di dalam Roh-Nya berkehendak untuk diam dalam hidup kita. Oleh karena itu di atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru marilah kita serahkan hidup kita untuk dibangun sesuai dengan kehendak-Nya.

Penutup

Tuhan Yesus telah memenuhi kebutuhan dasar kita dengan cukup.  Bahkan kebutuhan dasar spiritual kita yang paling dalam, yang tidak dapat dipenuhi oleh manusia dan dunia.  Yaitu persekutuan kita dengan Tuhan Allah sendiri.  Hal ini sungguh suatu penghiburan yang besar.  Dia tinggal di dalam diri kita dan hendak membangun kita dari dalam.  Oleh karena itu sebagaimana tanah liat ditangan tukang periuk, hendaklah kita selalu siap sedia untuk dibangun terus.  Amin.

Pujian: KJ. 413

RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Jawa

Pambuka

Para sadherek ingkang kinasih ndalem asmanipun Gusti Yesus, saestu kathah sanget kabetahaning manungsa punika.  Miturut Abraham Maslow satunggaling ahli jiwa saking Amerika, kabetahaning manungsa ingkang paling dasar inggih punika kabetahan fisiologis, kadosta pangan, oksigen, sandang miwah papan.  Sasampunipun punika lajeng kabetahan raos aman, raos sih katresnan, raos memitran, bebrayatan, kaurmatan lan dipun akeni  dening tiyang ing sakiwa tengenipun.

Adhedhasar waosan kita pranyata taksih wonten malih kabetahaning dhasar manungsa ingkang menawi mboten kapenuhan ndadosaken gesanging manungsa kraos mboten tentrem, malahan kecalan sifat kamanungsanipun.  Inggih puika kabetahan tetunggilan kaliyan Gustinipun ingkang dados sumbering gesanging karohanenipun, moralipun dalasan maknaning gesangipun.

Isi

Gusti Yesus nyekapi kabetahaning dhasar manungsa

Nalika Gusti Yesus mirsani tiyang kathah ingkang sami ndherekaken tindakipun ngantos wanci repet-repet peteng sakala manahipun trenyuh karana welasipun.  Awit tiyang kathah punika kados dene menda ingkang tanpa pangen ingkang kawontenanipun anglentrih lan keluwen.  Iba nyedihaken kawontenanipun gerombolan tiyang ingkang tanpa pamimpin, tanpa arah.  Awit ing saktengahing grombolan ingkang gumrudug mekaten punika saben tiyang gampil sanget kecalan kapribadhenipun.  Tiyang-tiyang punika keli ing ilining grombolan kanthi tanpa jiwa.  Matemah gampil sanget kablithuk, kaobong-obongi lan kagiring dening pihak-pihak ingkang nggadhahi pikiran lan rancangan culika kangge kapentinganipun piyambak.  Punapa kepentingan politik, kauntungan ekonomi utawi sosial.  Langkung-langkung nalika grombolan tiyang-tiyang punika saweg sayah, lungkrah lan keluwen.  Saestu sangsaya gampil sanget mbledhos nepsu lan emosinipun.

Mila rikala para murid nyuwun supados tiyang-tiyang punika kadhawuhana sami tumbas tetedhan ing dhusun-dhusun sakiwa tengenipun, Gusti Yesus malah ngendika: “Kowe bae padha menehana mangan!”  artosipun: kowe ora bisa gampangan ninggalake tanggung jawab.  “Kowe duwe roti pira?  “Wonten roti gangsal sarta ulam kalih”.  Lajeng tiyang-tiyang punika kautus sami lenggah kanthi tata.  Gusti Yesus mundhut roti gangsal lan ulam kalih punika, kadongakaken miwah kaberkahan, lajeng kacuwil-cuwil supados kaedum dhumateng tiyang ingkang cacahipun langkung saking 5 000 tiyang.  Sadaya sami wareg, malah taksih tirah 12 wakul kebak.

Keluwen ngantos sakpunika taksih dados masalahipun donya ingkang awrat, langkung saking sapra liman pendudukipun donya taksih kirang pangan.  Kalebet ing Indonesia negari ingkanggemah ripah loh jinawi punika.  Saweg punika santer sanget pawartos bab keluwen lan kirang gizi ing Suku Asmat, Tanah Papua.  Mila iba agenging bebayanipun rikala tiyang-tiyang ingkang keluwen punika dados grombolan tiyang ingkang tanpa pemimpin, tanpa pangen.  Para pemimpinipun namung mikiraken kapentinganipun piyambak utawi kelompokipun piyambak.  Malahan dipun rencangi ngapusi, ngobong-obongi lan ngedu tiyang kathah demi kauntungan sosial, politik lan ekonomi dhirinipun lan kelompokipun punika.  Mahatma Gandhi, Bapak India ngendika: “This world is big enough to satisfy the needs of any person, but too small to satisfy human greediness.”  (Donya punika sakelangkung ageng kangge nyekapi kabetahaning saben tiyang, ananging dados sakelangkung alit kangge nyekapi kerakusanipun manungsa).  Mila sabdanipun Gusti dhumateng kita ing jaman samangke ugi: “Kowe bae padha menehana mangan!”  Kowe aja padha nguja kamurkanmu, elingana marang kang kaluwen.  Mila kita katimbalan ngatur dhiri, gesang saking punapa ingkang wonten, ngadhang berkahipun Gusti miwah ngedum-edum berkahipun Gusti punika saengga nyekapi kabetahan kita lan sakiwa tengen kita, utaminipun ingkang kekirangan.

Gusti Yesus nyekapi kabetahaning manungsa ingkang paling lebet

Kacariyosaken ing 2 Sam 7:1-14, bilih Sang Prabu Dawud sampun madeg raja ing Yerusalem, Yehuda.  Panjenenganipun sampun bebrayatan kanthi garwa lan putra-putrinipun ingkang gesang kacekapan, mboten kekirangan tetedhan, sandhang miwah papan.  Kratonipun ngadeg jejeg kanthi pengkuh.  Panjenenganipun sampun ngraosaken raos aman, dipun tresnani lan dipun urmati brayat lan rakyatipun, bebas nyatakaken dhirinipun kanthi nyumbangaken kekiyatan, pikiran, pakaryan miwah bandhanipun kangge rakyatipun.  Panjenenganipun prasasat sampun nggayuh tingkat paling inggil ing undha-usuking kabetahaning manungsa miturut Abraham Maslow.

Ananging manahipun taksih dereng tentrem, nyawanipun dereng rumaos marem.  Ing saklebeting manahipun kados-kados taksih wonten satunggaling luwang ingkang mlongo ingkang ngantu-antu dipun iseni.  Inggih punika dereng kagungan “Padalemanipun Gusti Allah”, papan manembah lan tetunggilan kaliyan Gusti Allahipun sarta sesaminipun.  Padalemanipun Allah ing wekdal punika taksih awujud kemah (tendha) ingkang terus kapindhah saking papan satunggal tumuju papan sanesipun.  Panjenenganipun saestu lingsem bilih kedhatonipun ngadeg gagah kanthi kamar-kamar ingkang endah, ananging Yehuwah Allahipun padalemanipun namung kemah.

Mila panjenenganipun ngaturaken pepenginan punika dhumateng Nabi Natan, ketang kepenginipun tetunggilan kaliyan Gusti Allahipun kanthi tentrem, anggilut-gilut pangandikanipun ingkang maringi wewengan, kawicaksanan, kaleresan miwah kaadilan, ngaturaken korban miwah dosa-dosanipun dalasan nampi pangapunten, saengga ing saben wekdal saged nglajengaken jangkahing gesangipun kanthi manteb.

Lumantar Nabi Natan Gusti Allah ngendika bilih Panjenenganipun mboten nate nuntut Dawud yasa padalemanipun.  Malahan ing 1 Babad 22:8,9 kapangandikakaken karana Dawud sampun ngwutahaken rah kathah sanget ing perang-perang ageng.  Sang Prabu Suleman putranipun ingkang badhe yasa padaleman punika.

Sadherek kinasih, tumrap para pitados iba pentingipun Padaleman Suci.  Nanging pranyata iba kathahipun sadherek-sadherek ing sawatawis panggenan ing Indonesia punika taksih angel sanget mbangun Gedung Greja karana mawarni-warni rintangan saking lingkunganipun.  Tanmangka Padaleman Suci minangka papan patunggilanipun tiyang pitados kaliyan Allahipun punika dados kabetahan rohani ingkang pokok kangge mangun patunggilan, gesanging karohanenipun lan nuntun pagesanganipun.  Karana pentingipun punika mila Sang Juru Mazmur ing Jabur 84:11 paseksi bilih “wonten plataran Paduka sedinten punika prayoginipun nglangkungi sewu dinten wonten ing sanes panggenan.”  Mila sumangga, kita ingkang sampun kaparingan “Dalem Pamujan” sampun ngantos nglirwakaken timbalanipun kangge tansah tetunggilan.

Malahan ing seratipun dhateng Pasamuan Epesus (Ep 2:11-22) punika Rasul Paulus nyatakaken bilih Gusti Yesus mboten namung nyekapi kabetahaning dhasar manungsa ingkang phisik kemawon, ananging ugi kabetahaning karohanenipun manungsa ingkang paling lebet, inggih punika raos kangening patunggilan miwah raket-rumaketing sesambetan antawisipun manungsa kaliyan Gusti Allahipun.

Kita ingkang rumiyinipun tebih, sanes tedhakipun Israel, tanpa Sang Kristus, tanpa Gusti Allah miwah tanpa pangajeng-ajeng lumantar salibipun Sang Kristus sakpunika dados caket sanget.  Lumantar salibipun, Sang Kristus sampun ngrukunaken kita tiyang dosa kaliyan Gusti Allah ingkang Maha Suci, miwah ngrubuhaken tembok singgetan sesatron lan nunggilaken kita kagunganipun dados satunggal brayat, inggih brayatipun Allah.  Mila Sang Kristus punika tentrem rahayu kita.  Kita sanes tiyang manca lan neneka malih, ananging sampun manjing dados brayating Allah, kanthi Gusti Allah piyambak ingkang dados Rama kita.  Minangka brayating Allah kita katimbalan gesang sih-sinihan, bantu-binantu, tulung-tinulung, saras-sinarasaken, sampurna-sinampurnakaken.

Malahan sanes gedhong padalemanipun Allah sacara phisik malih, kita sampun manunggal kaliyan Gusti Allah dalasan gesang kita piyambak punika kakarsakaken dening Allah minangka padalemanipun.  Lumantar gesang kita Gusti Allah ngersakaken nyunaraken pepadhangipun, sih katresnanipun miwah mbabar berkahipun.

Penutup

Gusti Yesus sampun nyekapi kabetahan kita kanthi cekap, malahan kabetahan ingkang paling lebet, ingkang mboten saged dipun cekapi dening manungsa lan jagad.  Adhedhasar para rasul lan para nabi lan Gusti Yesus minangka watuning pepojok Padalemanipun Allah punika kedah terus kabangun.  “Kadosdene lempung ing tangane si kundhi”, sumangga mekaten ugi kita ing astaning pambanguning Allah.  (Yer 18:6)  Amin.

Pamuji: KPJ. 118

Renungan Harian

Renungan Harian Anak