Mencari Kebenaran atau Mencari Aman Diri? Khotbah Minggu 15 Juli 2018

2 July 2018

Penutupan Bulan Keluarga
Pembukaan Pekan Wanita
Minggu Biasa – Stola Hijau

 

Bacaan 1     : Amos 7 : 7 – 15
Bacaan 2     : Efesus 1 : 3 – 14
Bacaan 3     : Markus 6 : 14 – 29

Tema liturgis   : Tetap Setia dengan PanggilanNya
Tema khotbah : Mencari Kebenaran atau Mencari “Aman Diri” ?

 

KETERANGAN BACAAN
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

 Amos 7: 7-15

Bagian yang kita baca, Amos menyadari bahwa dirinya bukan nabi, tetapi dia diutus oleh Tuhan untuk bernubuat bagi Israel (ayat 14-15) bahwa : Tuhan tidak akan memafkan Israel; bukit bukit pengorbanan dilicintandaskan, tempat-tempat kudus Israel akan diruntuhkan,  Tuhan akan bangkit melawan keluarga Yerobeam (ayat 8-9). Walaupun akibatnya diusir (ayat 12), Amos tetap setia menjalankan tugas panggilannya bernubuat menyampaikan firman yang berisi hukuman Tuhan atas Israel (ayat 11). Amos tidak mencari amannya diri tetapi mencari kebenaran dan diperjuangkannya.

Efesus 1: 3-14

Kita dapat menemukan pola ketritunggalan Allah, yakni Bapa yang memilih umat-Nya (ayat 3-6). Sekarang gereja hidup di dalam Kristus karena pemilihan Bapa sebelum penciptaan dunia menjamin, bahwa mereka yang mendengar Injil dalam konteks sejarahnya akan menjawab dalam iman (cf ayat 13, II tes 2:13). Di sini kita berhadapan dengan rahasia pemilihan Allah. Ini sebagai keajaiban yang patut membangkitkan puji-pujian; bukan sebagai unsur illahi yang harus diciutkan , melainkan jaminan bahwa hidup manusia ada dalam tangan-Nya yang penuh kuasa, bukannya dalam genggaman nasib. Orang Kristen bertanggung jawab untuk “meneguhkan panggilan dan pilihan”nya (IIPetrs 1:10). Kita dipilih supaya kita menjadi “kudus dan tak bercacat.

Rencana Bapa dilaksanakan dalam Kristus  Anak, yang menebus dengan kematian pengorbanan-Nya sendiri ( ayat 7-10). Ke-anak-an dankeanggotaan dalam keluarga Allah menjadi mungkin atas dasar penebusan; dan ini terjadi dengan penumpahan darah Kristus, sehingga Ia mendapatkan pembebasan bagi umat-Nya dari tirani dosa dan memberikan kepada mereka jaminan pengampunan (justru penebusanlah yang sangat dibutuhkan Israel yang tertawan ( Ul 15:15)

Roh Kudus yang mengenakan pekerjaan Anak dalam Gereja (11-14) Paulus pikirannya beralih pada lanjutan pekerjaan Allah pada hidup manusia. Ia menyatukan baik dirinya sendiri (12) sebagai wakil Yahudi yang sejak lama dipelihara oleh harapan akan datangnya Mesias, dan para pembacanya yang berasal dari bangsa lain (13).  Jalan keselamatannya sama, baik Yahudi maupun bukan Yahudi. Pertama, mendengar firman kebenaran, yakni Injil; kedua, diikuti oleh penerimaan dengan penuh percaya kepada Dia yang diberitakan dalam firman itu; ketiga, pemeterian yang dihubungkan dengan Roh Kudus yang dijanjikan yang tinggal dalam orang yang telah percaya kepada-Nya. Pada saat kita percaya dan dimeteraikan kita dijadikan milik Allah.

Markus 6 : 14 – 29

Yohanes Pembaptis dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi penunjuk jalan bagi Yesus; dia memberitakan pertobatan dan baptisan untuk pengampunan dosa. Dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi ia memperingatkan Herodes atas perkwinannya dengan Herodias isteri Fillipus saudaranya (ayat 18). Atas peringatan yang disampaikan Yohanes ini, Herodes menjadi geram dan dendam, sekaligus tetap menghormati dia. Herodes orang yang hidupnya penuh dengan kepalsuan.Herodes orang yang hanya cari amannya diri. Herodes hendak mebunuh Yohanes Pembaptis tetapI tidak bisa (ayat 19); Herodes benci tapi rindu kepada Yohanes (ayat 20). Yohanes Pembaptis tetap menjalankan tugasnya mencari kebenaran dan menegakkannya, berani menegur raja yang dapat menentukan hidup matinya, akibatnya kematian yang diterimanya (ayat 27).

Herodias dan Salome adalah orang yang selalu ingin menyingkirkan siapa saja yang menghalangi mereka berbuat dosa. Mereka beranggapan bahwa dengan membunuh Yohanes Pembaptis mereka bisa berbuat dosa dengan damai.

 

BENANG MERAH TIGA BACAAN

Orang-orang yang telah percaya karena menerima firman kebenaran, yaitu Injil keselamatan, telah menerima pengampunan dosa dan dibenarkan oleh penebusan Kristus; harus menyatakan ucapan syukurnya kepada Tuhan dengan terus mencari kebenaran dan tidak mencari “amannya diri”.

 

RANCANGAN KHOTBAH : Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan. Sila dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)

 

Pendahuluan

Tidak seorangpun yang tidak merindukan terwujudnya kebenaran atau adanya kebenaran dalam hidup dan kehidupan ini. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa dunia dimana kita ada dan hidup dipenuhi dengan tindakan, sikap, perkataan yang penuh dengan ketidakbenaran, ketidakadilan, ketidak jujuran, ketidakbaikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa kebenaran rasa-rasanya seperti barang yang langka.

Ditengah-tengah dunia yang seperti itulah kita dipanggil untuk senantiasa mencari kebenaran dan menempatkan diri menjadi alat-alat kebenaran dengan segala resikonya.

 

Isi

Alkitab penuh dengan kesaksian orang-orang yang setia dalam panggilannya  mencari dan menyatakan kebenaran, walaupun harus menerima resikonya, menderita sampai mati dibunuh. Tetapi ada juga orang-orang yang sebenarnya tahu kebenaran, tahu bahwa itu benar, tetapi tidak berani menyatakannya, demi “keselamatan” atau “amannya” diri. Bacaan kita hari ini memberi contoh dan sekaligus pengajaran iman bagi kita :

  1. Herodes contoh orang yang mencari aman diri, dan tidak mencari kebenaran.
    1. Ia takut sekaligus menghormati Yohanes. Ia merasa takut terhadap perkataan Yohanes sekaligus juga suka mendengarkannya. Ia adalah cirri orang dengan perpaduan yang aneh. Tidak ada di dunia ini yang seaneh perpaduan sikap yang terdapat dalam diri manusia.
      Fakta yang aneh mengenai manusiua adalah ia dibayang-bayangi baik oleh kecenderungan berbuat dosa maupun oleh kecenderungan berbuat baik.  Sepanjang hidup keinginan untuk berbuat baik selalu ada, tetapi sikap keras kepala selalu saja mengejarnya. Herodes bisa saja merasa takut pada Yohanes tetapi sekaligus mengasihinya. Herodes bisa saja membenci berita Yohanes, namun tak mampu membebaskan dirinya dari bujukan penuh daya pikat yang selalu datang kepadanya. Bagaimana dengan kita ? Bedakah kita dengan Herodes ?
    2. Herodes adalah seorang yang bertindak berdasarkan dorongan hati. Tanpa pikir panjang ia melontarkan janji kepada Salome, janji yang tak terpikirkan secara matang. Bisa jadi janji itu ia berikan saat ia agak mabuk anggur. Orang sebaiknya berhati-hati . Orang sebaiknya berpikir sabelum berbicara (Amsal 13:3; 10:11). Sebaiknya ia tidak melibatkan diri dalam ke dalam suatu keadaan tertentu ketika ia kehilangan kemampuan untuk membuat penilaian dan menyatakan kesediaan melakukan sesuatu yang kemudian akan disesali.
    3. Herodes takut terhadap apa yang akan dikatakan orang lain. Ia memenuhi janjinya kepada Salome karena ia mengemukakan janji itu di depan para kroninya dan ia tak mau membatalkannya ( “gengsi’). Ia takut bahwa ia akan dicemooh dan ditertawakan. Ia takut bahwa mereka akan mengganggapnya sebgai orang yang lemah.
      Betapa sering seseorang melakukan sesuatu yang kemudian sangat ia sesali karena ia tidak mempunyai keberanian moral untuk melakukan yang benar.  Berkali-kali manusia telah membuat dirinya sendiri semakin jauh bersalah karena ketakutannya terhadap ejekan dari orang-orang yang disebutnya “sahabat”.
  2. Salome dan Herodias contoh orang yang mencari aman dirinya dan tidak mencari kebenaran. Herodias memperlihatkan kepada kita apa yang dapat dilakukan oleh seorang perempuan yang disakiti hatinya. Tidak ada di dunia yang sebaik perempuan baik dan tidak ada yang sejahat perempuyan jahat. Para rabi Yahudi mempunyai ungkapan menarik. Mereka mengatakan bahwa seorang perempuan yang baik bisa menikah dengan seorang laki-laki yang jahat sebab dengan berbuat demikian ia pada akhirnya akan menjadikan laki-laki jahat itu menjadi sebaik dirinya. Namun, mereka berkata pula bahwa seorang laki-laki baik tidak boleh menikah dengan seorang perempuan jahat sebab perempuan ini akan membuat laki-laki itu menjadi jkahat, sejahat dirinya sendiri. Yang menjadi masalah bagi Herodias adalah bahwa ia ingin menyingkirkan satu-satunya orang yang telah memperhadapkan dirinya dengan dosa yang telah ia perbuat. Ia ingin berbuat apa saja dan tidak ada seorangpun yang boleh mengingatkannya mengenai hukum moral. Ia membunuh Yohanes supaya ia dapat berbuat dosa dalam damai. Ia lupa bahwa meskipun ia tidak lagi bertemu dengan Yohanes, ia akan tetap bertemu dengan Allah (Amsal 11:21). Bagaimana dengan kita ?
  3. Contoh orang yang mencari kebenaran dan tidak cari amannya diri.
    1. Yohanes Pembaptis adalah seorang yang pemberani, orang yang punya keberanian. Berani karena benar dan berani demi kebenaran. Ia adalah anak padang gurun. Ia adalah anak alam luas yang terbuka. Dipenjara di benteng Makhaerus yang gelap pasti merupakan siksaan agar dia berubah. Namun, Yohanes lebih suka mati daripada hidup dalam kepalsuan. Ia hidup demi kebenaran dan ia mati karena kebenaran. Dia sadar bahwa hidup manusia berada dalam genggaman kuasa Allah bukan pada nasib (bacaan 2).Orang yang membawa suara Allah kepada manusia bertindak sesuai dengan hati nurani. Seringkali seseorang berusaha sebisanya untuk membungkam hati nuraninya dan karena itu orang yang berbicara untuk Allah harus selalu mempertaruhkan nyawa dan nasibnya.
    2. Amos juga seorang yang berani menanggung resiko karena menyatakan kebenaran dan mengatakan yang benar, termasuk kepada orang yang berkuasa menentukan hidup dan matinya secara tubuh. Karena dia yakin bahwa hidup manusia ada dalam genggaman kuasa Allah. Bernikah kita menyuarakan suara ke-nabi-an kita ? FirmanNya : Tuhan tidak membiarkan orang benar menderita kelaparan (Amsal 10:3a) dan berkat ada di atas kepala orang benar (ayat 6a.7a)

Penutup

Dunia dimana kita hidup membutuhkan orang-orang seperti Yohanes Pembaptis dan Amos. Orang-orang yang berani mencari kebenaran dan menyatakannya, orang-orang yang punya keberanian menyatakan mana yang benar dan mana yang salah. termasuk kepada para penguasa. Dunia sudah muak dengan orang-orang seperti Herodes yang hanya mencari amannya diri sendiri, tidak mau mencari dan menyatakan kebenaran walaupun tahu bahwa itu benar. Dunia juga sudah muak dengan orang-orang seperti Herodias dan Salome, yang selalu berusaha menyingkirkan orang-orang yang dipandang menjadi penghalang dalam melakukan kejahatan.

Saatnya kita orang-orang yang telah dibenarkan oleh Krsitus, menyatakan syukur kita dengan terus mencari kebenaran dan tidak mencari aman diri sendiri. Amin (SS)

 

Pujian: KJ 260:1,3

 

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Saben tiyang mesthi nggadahi pangajeng-ajeng supados kaleresan wonten lan kebabar  ing gesang lan pigesangan kita padintenan. Ananging kasunyatan nedahaken bilih donya ing pundi kita wonten lan gesang kinebakan pratingkah, tetembungan lan sikaping gesang ingkang cengkah kaliyan kaleresan, kaadilan, kasaenan. Malah saged kawastanan bilih kaleresan kados-kados dados barang ingkang langka.

Ing satengah-tengahing jagad ingkang kados mekaten menika kita katimbalan supados tansah ngupadosi lan babaraken kaleresan lan dados pirantosing kaleresan, kanthi sedaya resiko nipun.

Isi

Kitab Suci kebak paseksi bab tiyang-tiyang ingkang setya tuhu dateng timbalanipun ngupadosi lan babaraken kaleresan, senadyan kedah nanggung akibatipun, nandang sangsara ngantos dipun pejahi. Ananging ugi wonten tiyang-tiyang ingkang sejatosipun sumerep bilih minika bab ingkang leres, utawi sumerep kaleresan, anaging boten wantun nindakaken utawi babaraken, namung murih “slametipun”  boten wantun lan boten purun nanggung resiko. Waosan kita dinten menika paring conto lan ugi piwulang karohanen kangge kita.

  1. Herodes dados conto tiyang ingkang namung pados slamete awak, lan boten ngupadosi kaleresan.
    1. Piyambakipun ajrih lan ugi ngormati Yokanan Pambaptis. Piyambakipun rumaos ajrih dateng menapa ingkang kadawuhaken dening Yokanan Pambaptis anaging ugi remen mirengaken. Herodes conto tiyang kanthi perpaduan ingkang aneh. Ing donya menika boten wonten perpaduan sikap kados ingkang wonten ing manungsa. Kasunyatan ingkang aneh ing gesangipun manungsa piyambakipun tansah kelimputan dening kecenderungan tumindak sae lan tumindak awon. Ing sauruting gesangipun pepenginan tumindak sae tansah wonten, ananging tansah kemawon kepilut dening bab-bab ingkang awon lan boten kuwawi nyingkiri. Herodes saged kemawon nggething pawartos ingkang kaasta dening Yokanan Pambaptis, ananging piyambakipun boten saged ngluwari dirinipun saking bujukan ingkang kebak daya pikat ingkang tansah datengi piyambakipun. Kados pundi menggahing kula lan panjenengan ?
    2. Herodes tiyang ingkang tumindak adedasardorongan hati nurani- Tanpa menggalih lebet piyambakipun paring janji dateng Salome, janji ingkang boten kapikiraken kanthi mateng. Saged ugi janji menika kaparingaken nalika Herodes rade mabuk anggur. Tiyang prayoginipun ngatos-atos. Tiyang prayoginipun mikir-mikir rumiyin saderengipun dawuh, lan boten waton ngunandika (Wul beb 13:3, 10:11). Prayoginipun tiyang boten lumebet ing kawontenan tertamtu nalika piyambakipun kecalan kasagedan kangge nimbang-nimbang lan sumadya nindakaken prakawis ingkang pungkasipun dadosaken keduwung.
    3. Herodes ajrih dateng menapa ingkang bade dipun dawuhaken dening tiyang sanes. Piyambakipun nuhoni janjinipun dateng Salome karana janji menika kaucapaken wonten ngajenganipun kroni-nipun lan boten purun badharaken (“gengsi”). Piyambakipun ajrih menawi dipun wewadha lan dipun nggujeng. Piyambakipun ajrih bilih tiyang-tiyang badhe mastani Herodes menika tiyang ingkang ringkih.Saiba asringipun tiyang nindakaken bab-bab tertamtu, lajeng piyambakipun keduwung karana piyambakipun boten nggadahi kekendelan moral  kangge nindakaken ingkang leres. Makaping-kaping manungsa dadosaken dirinipun piyambak sangsaya sanget  anggenipun tumindak lepat karana ajrih dateng pangolok-olokipun tiyang ingkang senebat “mitra”.
  2. Salome lan Herodias conto tiyang ingkang namung pados “slametipun awak” lan boten ngupadosi kaleresan. Herodias nedahaken dateng kita menapa ingkang saged katindakaken dening tiyang estri ingkang manahipun dipun sakiti. Ing jagad menika boten wonten ingkang sebaik perempuan baik lan boten wonten ingkang sejahat perempuan jahat. Para guru Yahudi nate dawuh : bilih tiyang estri ingkang sae lampahipun saged nikah kaliyan tiyang jaler ingkang awon lampahipun, sebab srana tumindak mekaten ing tembe wingkingipun tiyang estri menika bade dadosaken tiyang jaler ingkang awon lampahipun bade dados sae kadoadene piyambakipun. Ananging, tiyang jaler ingkang sae lampahipun boten kenging nikah kaliyan tiyang estri ingkang awon lampahipun, karana tiyang estri menika bade dadosaken tiyang jaler dados tiyang ingkang awon lampahipun kados piyambakipun. Ingkang dados masalah tumraping Herodias bilih piyambakipun kepengin nyirnakaken tiyang ingkang sampun dadosaken piyambakipun aben ajeng kaliyan dosa ingkang sampun katindakaken. Piyambakipun mejahi Yokanan Pambaptis, supados saged nindakaken dosa kanthi bebas. Kanthi aman. Piyambakipun kesupen bilih senadyan piyambakipun sampun boten pinanggih kaliyan Yokanan Pambaptis, ananging taksih pinanggih kaliyan Gusti Allah (Wul Beb 11:21) Kadospundi menggahing kula lan panjenengan sami ?
  3. Conto tiyang ingkang ngupadosi kaleresan lan boten namung ngupadosi “slamete awak”
    1. Yokanan Pambaptis tiyang ingkang kendel, tiyang ingkang nggadahi kekendelan. Wantun karana leres lan wantun demi kaleresan. Piyambakipun putra ara-ara samun. Piyambakipun putra alam bebas ingkang binuka. Kakunjara ing benteng Makhaerus ingkang peteng kaangkah supados piyambakipun ngalami ewah-ewahan. Ananging, Yokanan Pambaptis langkung remen pejah katimbang gesang ingkang kebak Piyambakipun gesang demi kaleresan lan pejah kangge kaleresan. Tiyang ingkang ngasta lan nyuwantenaken swantenipun Gusti Allah dateng manungsa, tumindak nyocoki kaliyan hati nurani-nipun. Asring tiyang budidaya sakatogipun kangge nyirep hati nurani-nipun lan karana menika tiyang ingkang wicanten kagem Gusti Allah kedah tansah ngorbanaken nyawa lan nasibipun. Awit gesngipun manungsa karegem ing astanipun Gusti Allah, boten dening nasib (waosan kaping 2)
    2. Amos ugi dados conto tiyang ingkang wantun nanggel resiko karana ngupadosi kaleresan lan ndawuhaken bab-bab ingkang bener lan pener, kalebet dateng tiyang-tiyang ingkang kagungan pangwasa nantokaken pejah gesangipun. Karana pejah gesangipun manungsa karegem ing astanipun Allah (waosan 2). Kadospundi kula lan panjenengan sami menapa kita wantun nindakaken kadosdene Amos ? Dawuhipun Gusti : “ Sang Yehuwah ora negakake wong bener nandhang keluwen..” (Wul Beb 10:3a), berkah iku manggon ana ing sirahe wong benar (6a) pangeling-eling marang wiong bener iku ngolehakje berkah (7a).

Panutup

Donya ing pundi kita gesang betahaken tiyang-tiyang kadosdene Yokanan Pambaptis lan Amos. Tiyang-tiyang ingkang wantun ngupadosi kaleresan lan babaraken ing gesangipun padintenan. Tiyang-tiyang ingkang nggadahi kekendelan nedahaken pundi ingkang leres lan pundi ingkang lepat, kalebet dateng para pangwasa. Donya sampun bosen kaliyan tiyang-tiyang kadosdene Herodes ingkang namung pados “slamete awak”, boten ngupadosi keleresan lan mujudaken, senadyan piyambakipun mangertos bilih menika sae lan leres. Donya ugi sampun bosen ningali tiyang-tiyang kadosdene Herodias lan Salome, ingkang tansah budidaya nyingkiraken tiyang-tiyang ingkang kaanggep dados pepalang ing salebeting nindakaken pratingkah ingkang boten leres/jahat lan dosa.

Sampun dumugi ing titi wancinipun, kita para tiyang-tiyang ingkang sampun kaleresaken dening Gusti Yesus lan sampun nampeni pangapuntening dosa , sami ngucap syukur dateng Gusti srana tansah ngupadosi kaleresan lan boten namung ngupadosi “slamet awak”. Amin

 

Pamuji: KPK 294 : 2 – 4

Renungan Harian

Renungan Harian Anak