Jadilah Jawaban dengan menjadi Pekerja Kristus Khotbah Minggu 14 Juni 2020

1 June 2020

Bacaan 1         :  Kejadian 18 : 1 – 15
Bacaan 2         :  
Roma 5 : 1 – 8
Bacaan 3         :  
Matius 9 : 35 – 10 : 8

Tema Liturgis :  Roh Kudus Menjadikan Kita Saksi dan Pelayan Kristus
Tema Khotbah:  
Jadilah Jawaban dengan menjadi Pekerja Kristus

 

Penjelasan Teks Bacaam :
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kejadian 18 : 1 – 15

Bagian ini menceritakan sebuah perjumpaan antara Allah dan Abraham. Salah satu dari ketiga orang itu rupanya manifestasi Allah dalam rupa manusia dan dua orang lainnya adalah malaikat dalam rupa manusia. Abraham mulanya mungkin tidak mengetahui jika ketiga orang itu adalah Allah dan malaikat. Apa yang ingin ditekankan dalam bacaan pertama ini adalah kebaikan hati Allah untuk mengunjungi Abraham dan sambutan ramah atas kunjungan tersebut. Perkunjungan Allah sendiri dalam rangka untuk menyampaikan rencana kasih Allah kepada Sara, bahwa Sara akan melahirkan seorang anak laki-laki.

Keramahan Abraham dalam menyambut tamunya ditunjukkan dengan sikap serta jamuan yang dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Ayat 2-5, Ia berlari menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah. Abraham ternyata sangat ramah. Dia melakukan segala sesuatu yang dituntut oleh adat Timur untuk para tamunya. Perilakunya memenuhi semua ketentuan. Dia mempersiapkan sebuah sambutan megah bagi tamunya. Dia mengundang mereka untuk duduk dan beristirahat, sementara hidangan dipersiapkan. Kata Ibrani saad, beristirahat berarti “memperkuat” atau “menjadikan kuat”. Baik duduk maupun makanan yang disediakan akan memberikan “istirahat”. Ia melakukannya sampai sedemikian dalam rangka menghormati tamunya. Abraham menyediakan air untuk membasuh kaki. Itu menunjukkan keramahan dan penghormatan kepada mereka.

Bukan hanya Abraham yang menunjukkan keramahannya, Sara sebagai nyonya rumah juga melakukannya. Sara, istrinya penuh perhatian dan sangat sibuk dalam menjamu tamu mereka dengan sebaik-baiknya. Sara sendirilah yang memasak dan membuat roti. Sedangkan Abraham berlari untuk mengambilkan lembunya, membawa susu dan dadih. Ia tidak beranggapan bahwa harga dirinya akan turun dengan melayani tamu-tamunya di meja makan, supaya tamunya boleh merasa disambut dengan sepenuh hati.

Jenis makanan yang dipersiapkan dan dihidangkan juga mempertegas akan kesungguhan hati mereka dalam menyambut tamu. Ayat 6-8, dua kata Ibrani gemah dan soler dipakai untuk menunjukkan bahwa tepung yang disajikan itu merupakan tepung istimewa. Hema, susu beku dicampur dengan susu segar merupakan minuman segar yang disajikan kepada para pelancong yang kelelahan sambil menunggu makanan utama dihidangkan. Anak lembu jarang sekali dihidangkan sehingga merupakan makanan istimewa nan mewah yang ditambahkan untuk melengkapi sajian demi menghormati para tamunya.

Tuhan meneguhkan iman Sara (ayat 9-15). Tuhan bertanya, dimana Sara? Bukan karena Ia tidak tahu dimana Sara berada, tetapi supaya Sara memperhatikan kata-kataNya. Dalam ayat 10, Tuhan mengulangi janjinya dalam Kejadian 17. Ia akan memberi berkat dalam bentuk anak. Sara tertawa karena tidak percaya (ayat 11-12). Ia bukan sekedar menggunakan otaknya, tetapi ia bersandar pada pengertiannya sendiri. Tuhan memberikan teguran dan firman untuk menguatkan Sara (ayat 13-14), sekalipun dalam bacaan ini tidak diceritakan tentang tanggapan Sara, tetapi jelas bahwa akhirnya Sara menjadi percaya. Bandingkan dengan Ibrani 11:11 “karena iman ia juga Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.

Roma 5 : 1 – 8

Roma 5 dibuka dengan kata “sebab itu”, yang menunjukkan bahwa ayat ini merupakan kelanjutan atau hasil akhir dari ayat sebelumnya (Roma 4:25, yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita), yang mengajarkan bahwa kita dibenarkan melalui iman di dalam Kristus yang telah mati dan bangkit demi menebus dan menyelamatkan kita yang berdosa. Setelah kita dibenarkan maka kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan Yesus Kristus. Kemudian dilanjutkan dengan ayat 2a, “oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini.’ Dengan kata lain, ayat ini mengajarkan bahwa Kristus yang menjadi jalan masuk agar kita beroleh anugerah Allah yang menebus dan menyelamatkan kita dari dosa. Kata jalan masuk dalam terjemahan KJV : acces dan dalam bahasa asalnya prosagoge yang berarti admission (hak atau ijin masuk, pengakuan). Melalui Kristus, kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan ijin masuk ke dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera sejati. Tanpa Kristus, tidak mungkin ada jalan masuk kepada anugerah dan damai sejahtera dari Allah ini.

Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah, sebagaimana yang tertulis di ayat 2b, “Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Kata bermegah dalam Alkitab KJV dipakai istilah rejoice atau bersukacita. Sungguh suatu anugerah yang sangat besar bagi kita, karena kita bukan hanya menerima pembenaran oleh Allah dan juga damai sejahtera sejati, kita pun akan menerima kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah yang dahulu pernah dirusakkan oleh dosa sekarang di dalam Kristus, kemuliaan Allah didalam manusia menjadi pulih kembali dan kita ikut dimuliakan karena Kristus. Apa yang diajarkan disini menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa dosa bukanlah sesuatu yang mudah tetapi sangat fatal bahkan kemuliaan Allah di dalam manusia pun menjadi rusak.

Kemudian di ayat 3 dan 4, dikatakan “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.” Di ayat ini, kalimat “dan bukan hanya itu saja”, menunjukkan selain menerima damai sejahtera dari Allah, kita yang sudah dibenarkan melalui iman juga menerima hal lain, yaitu penderitaan. Ini harus dilihat dalam konteks penulisan surat Roma, dimana jemaat-jemaat Kristen menerima penganiayaan dari kekaisaran Romawi yaitu barangsiapa yang berani menyebut Tuhan kepada pribadi selain kaisar, harus dihukum mati. Dalam konteks inilah, Paulus menghibur jemaat Roma agar mereka juga bermegah di dalam kesengsaraan selain menerima damai sejahtera dari Allah. Kata kesengsaraan dalam bahasa Yunani thlipsis berarti pressure (tekanan) atau bisa berarti persecution, tribulation, trouble, etc (penganiayaan, penderitaan, masalah, dll). Lalu kata ‘bermegah’ dalam bahasa Yunani kauchaomai bisa berarti rejoice (bersukacita). Ada keistimewaan yang diajarkan Paulus disini, Paulus tidak mengatakan, kalau kamu percaya dengan iman yang teguh maka penderitaan atau penganiayaan terhadap kamu akan sirna, tetapi Paulus meletakkan realita penderitaan atas aniaya itu dari sudut pandang kedaulatan Allah. Bahwa dengan penderitaan yang dialami oleh jemaat Roma, mereka harus tetap bersukacita karena Yesus sudah mengatakan, bahwa orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran ialah empunya Kerajaan Sorga. Bahkan kesengsaraan yang dialami itu, berbuah ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Penderitaan tidak melahirkan keputusasaan bagi pengikut Kristus, melainkan melahirkan tiga buah baru, yaitu ketekunan, tahan uji dan pengharapan.

Pengharapan yang bagaimana? Jawabannya ada didalam ayat 5, “dan pengharapan tidak mengecawakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”. Kita bisa memiliki pengharapan kepada Allah di dalam penderitaan, karena ada dua alasan yang dipaparkan Rasul Paulus, yaitu pertama, Kasih Allah. Penganiayaan, fitnahan, kesengsaraan dan segala bentuknya bukan wujud kebencian Allah atau kutukan Allah, segala bentuk penderitaan justru membuktikan bahwa Allah itu mengasihi umatNya sehingga Ia ingin mendewasakan imannya. Kedua, penghiburan dan pimpinan Roh Kudus. Selain kasih dan pemeliharaan Allah, kita dapat menghadapi berbagai penderitaan, karena ada penghiburan dan pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus membuat orang yang dipimpinNya sadar, taat, dan patuh kepada perintah Kristus.

Matius 9 : 35 – 10 : 8

Matius 9:35-38, diawali dengan kata ‘demikianlah’, kata itu menunjukkan sebuah kesimpulan. Sehingga bacaan ini merupakan kesimpulan dari pelayanan Yesus. Diceritakan bagaimana Tuhan Yesus berkeliling ke semua kota dan desa, untuk mengajar dalam rumah-rumah ibadat, memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan orang-orang yang dijumpainya. Di banyak kota dan desa yang dimasuki Tuhan Yesus bersama para muridNya, ada begitu banyak orang yang memerlukan pelayanan, sementara yang dapat melayani hanya sedikit. Tergerak oleh belas kasihan, Tuhan Yesus menyampaikan kepada para pengikutNya untuk berdoa, meminta kepada Bapa di Sorga agar mengirimkan lebih banyak lagi para pelayan.

Yesus berkeliling ke semua kota dan desa. Yesus tidak hanya mengunjungi kota tetapi juga desa. Artinya Yesus tidak hanya datang bagi mereka yang punya kesejahteraan hidup, kekayaan dan kehormatan, tetapi juga bagi orang yang kecil, miskin dan tidak terhormat. Kedatangan Yesus membawa pengharapan kepada mereka yang ada di kota maupun desa, kaya maupun miskin. Yesus mengunjungi kota dan desa ini tanpa terkecuali dengan cara berkeliling. Artinya Tuhan Yesus terus bergerak. Dia terus menggerakkan Injil. Dia tidak bertahan di satu tempat. Dia harus berpindah-pindah untuk mencapai sebanyak mungkin pendengar yang bisa diraihNya.

Tuhan Yesus melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Pelayanan Tuhan Yesus tidak hanya untuk memberi kesembuhan rohani, tetapi juga kesembuhan fisik. Pemberitaan Kerajaan Sorga, sering diikuti dengan peristiwa penyembuhan. Ini juga sebabnya banyak orang yang berbondong-bondong mengikuti Yesus, yaitu untuk melihat tanda-tanda atau mujizat yang dikerjakanNya. Kesimpulan pelayanan Yesus tidak hanya berkaitan dengan apa yang Yesus lakukan. Teks ini juga menceritakan tentang bagaimana Yesus tidak memandang orang banyak sebagai obyek mencari ketenaran. Yesus memandang mereka dengan belas kasihan.

Melihat orang banyak itu, Yesus berbicara dengan para muridNya. Dia mengatakan bahwa tuaian banyak, tetapi pekerja sedikit. Dia sedang memposisikan orang banyak dalam analogi pertanian yaitu sebagai tuaian. Orang banyak itu adalah panen yang banyak. Artinya, Tuhan Yesus sedang mengatakan bahwa mereka tidak kekurangan orang yang dilayani. Banyak orang yang bisa dilayani. Yang menjadi masalahnya adalah kekurangan pekerja atau pelayan. Karena itu, Tuhan Yesus mendorong para muridNya untuk meminta kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Tuhan Yesus sedang menunjuk Allah sebagai tuan yang empunya tuaian. Allahlah yang mempunyai orang banyak itu sebagai panen rohani. Keterpanggilan menjadi pelayan sebenarnya adalah pekerjaan Allah yang mengirimnya. Allahlah yang mempunyai jemaat bukan pelayan. Pelayan adalah pekerja, bukan pemilik. Allahlah pemilik dari jemaat. Para murid diminta untuk meminta kepada Allah supaya mengirim pekerja untuk pelayanan.

Benang Merah Tiga Bacaan  :

Janji Allah memang seringkali bertentangan dengan logika pikir manusia. Tetapi janjiNya selalu ditepati, indah pada waktunya. Demikianlah yang dialami Abraham dan Sara ketika menantikan keturunannya. Dalam setiap kesusahan dan penderitaan sebagai orang yang beriman kepada Allah, Abraham dan Sara tetap memilih melakukan bagiannya dengan baik, yakni memberi diri bagi keberadaan yang lain. Tuhan Yesus telah melakukannya lebih dulu, menjadi contoh dan teladan memberi diri bagi keberadaan yang lain. Terus bergerak mewartakan Injil kepada semua orang. Sehingga semua orang beroleh pertolongan yang daripadaNya. Tantangan yang dihadapi pasti akan dilampaui dengan pengharapan yang tak dapat tergantikan dengan apapun. Karena pengharapan itu tidak mengecawakan. Inilah jalan hidup yang istimewa, mengambil bagian sebagai pekerja Kritus yang setia.

 

RANCANGAN KHOTBAH :  Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan, silahkan dikembangkan sesuai konteks Jemaat)

Pendahuluan

Manusia diciptakan dengan memiliki potensi yang mengagumkan. Kemampuan akal manusia sungguh luar biasa, sehingga meskipun manusia tidak punya sayap, namun bisa terbang dengan naik pesawat terbang. Meskipun tidak punya kaki sekuat kuda, namun bisa berlari lebih cepat dari kuda, dengan naik kereta cepat. Penemuan dan pengembangan IPTEK  yang terus berlangsung menunjukkan betapa hebatnya kemampuan akal manusia. Keyakinan bahwa manusia mempunyai potensi yang luar biasa juga berkembang di dunia bisnis. Banyak program pelatihan untuk menjadi wiraniaga yang hebat, manager yang hebat, negosiator yang hebat. Dan masih banyak lagi bidang kehidupan yang lain, yang mengunggulkan kemampuan dan potensi hebat manusia.

Di samping manusia diciptakan dengan kemampuan akal yang hebat, Alkitab menyaksikan bahwa manusia juga diciptakan dengan kemampuan untuk menjadi mitra Allah. Mazmur 8:3 menyatakan, ”Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu, telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam”. Jadi sebenarnya manusia sejak bayi telah mempunyai kemampuan terpendam untuk menjadi mitra Allah, untuk berada di pihak Allah dalam mengalahkan kejahatan dan kekacauan, dalam menghentikan permusuhan, dendam dan segala sesuatu yang melawan Allah.

Kadang-kadang rasa sakit hati atau kecewa terhadap seseorang menyebabkan kita berkata, “saya tidak bisa baik-baik lagi sama dia”, “saya tidak bisa melupakan sikapnya yang brengsek”, “hubungan saya dengan dia sudah tidak bisa diperbaiki lagi”. Kalimat : SAYA TIDAK BISA, itu tidak benar! Kita diciptakan dengan kemampuan untuk bisa menghentikan kejahatan, untuk bisa menghapus dendam. Masalahnya apakah potensi itu kita gali atau tidak? Potensi itu kita kembangkan atau tidak? Kalau kita menjumpai orang yang sering melakukan kejahatan atau sering menyusahkan orang lain, seringkali kita menilainya, “pada dasarnya memang jahat”, “memang ‘cetakannya’ jelek”. Tetapi penilaian semacam itu seringkali meleset. Banyak terjadi orang yang semula menjadi preman brandalan bisa berubah menjadi orang saleh dan takut akan Tuhan. Jika orang menjadi jahat terus dan menjengkelkan terus seumur hidupnya, itu bukan berarti karena ‘cetakannya’ begitu, namun karena potensinya untuk mengalahkan kejahatan tidak dikembangkan.

Mengapa kemampuan seseorang untuk mengalahkan kejahatan itu bisa tidak berkembang? Barangkali karena manusia terlalu terpancang pada potensi –potensi yang lain. Potensi menjadi orang penting, potensi menjadi orang yang berkuasa, potensi menjadi orang yang pandai, potensi untuk menjadi orang kaya. Bukankah kemampuan-kemampuan itulah yang biasanya dianggap yang utama, sebab bisa membuat orang merasa besar, hebat dan penting? Sebenarnya bukan itu semua, yang menjadikan manusia istimewa. Bukan karena kekuasaannya, bukan karena kehebatannya, bukan karena kekayaannya yang menjadikan manusia disebut istimewa. Tetapi manusia disebut istimewa ketika memilih untuk mengembangkan hidup menjadi mitra Allah. Bacaan kita hari ini, khususnya bacaan yang ketiga menyaksikan bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (Matius 9:37). Sedikit orang yang bersedia mengembangkan potensinya untuk menjadi pekerja Kristus. Oleh karenanya bacaan kita hari ini kembali mengingatkan akan keberadaan kita, siapa kita dihadapan Allah, dan pilihan hidup apa yang harus kita ambil dan putuskan? Tema khotbah hari ini mengajak kita semua untuk mengambil jalan hidup, menjadi jawaban dengan menjadi pekerja Kristus.

Isi

Mengapa menjadi jawaban, karena Injil Matius menyaksikan bahwa banyak orang yang bisa dilayani. Yang menjadi masalahnya adalah kekurangan pekerja atau pelayan. Karena itu, Tuhan Yesus mendorong para muridNya untuk meminta kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Tuhan Yesus sedang menunjuk Allah sebagai tuan yang empunya tuaian. Allahlah yang mempunyai orang banyak itu sebagai panen rohani. Keterpanggilan menjadi pelayan sebenarnya adalah pekerjaan Allah yang mengirimnya. Allahlah yang mempunyai jemaat bukan pelayan. Pelayan adalah pekerja, bukan pemilik. Allahlah pemilik dari jemaat. Para murid diminta untuk meminta kepada Allah supaya mengirim pekerja untuk pelayanan. Oleh karenanya jadilah jawaban dengan menjadi pekerja Kritsus.

Tuhan Yesus sendirilah, Sang Teladan yang Sejati. Dia telah terlebih dahulu melayani manusia. Bacaan Injil menceritakan bahwa Dia berkeliling ke semua kota dan desa. Tidak hanya berhenti pada sebuah tempat saja, tetapi mengupayakan dengan merata, sebanyak mungkin orang yang bisa direngkuhNya. Sampai semua orang mengalami pertolongan, menjadi sembuh, sehat secara fisik juga rohaninya. Itu semua dilakukanNya dengan dasar belas kasihan kepada manusia, bukan supaya menjadi tenar di antara manusia. Dia tidak tergoda menjadi orang yang penting, orang yang berkuasa, terlebih lagi untuk menjadi kaya tetapi satu kata dasarnya, motivasinya, yakni belas kasihan kepada manusia.

Hal yang demikian juga ditekankan oleh Tuhan Yesus ketika mengutus kedua belas rasulNya. Katanya, “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang yang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Matius 10:5-8).

Bacaan pertama menceritakan bagaimana Abraham dan Sara menyambut tamu-tamunya. Kisah itu menggambarkan pekerja Kristus yang sejati. Dengan penuh kasih dan keramah-tamahan Abraham menyambut tamunya. Seperti halnya orang jawa ketika menerima tamu, akan mengutamakan, gupuh, aruh, rengkuh, lungguh, suguh. Abraham dalam rangka menghormati tamunya, diceritakan sampai sujud ketanah. Kemudian menyiapkan hidangan yang lezat dan istimewa.

Keramahan Abraham dalam menyambut tamunya ditunjukkan dengan sikap serta jamuan yang dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Ayat 2-5, Ia berlari menyongsong mereka, lalu sujudlah ia sampai ke tanah. Abraham ternyata sangat ramah. Dia melakukan segala sesuatu yang dituntut oleh adat Timur untuk para tamunya. Perilakunya memenuhi semua ketentuan. Dia mempersiapkan sebuah sambutan megah bagi tamunya. Dia mengundang mereka untuk duduk dan beristirahat, sementara hidangan dipersiapkan. Kata Ibrani saad, beristirahat berarti “memperkuat” atau “menjadikan kuat”. Baik duduk maupun makanan yang disediakan akan memberikan “istirahat”. Ia melakukannya sampai sedemikian dalam rangka menghormati tamunya. Abraham menyediakan air untuk membasuh kaki. Itu menunjukkan keramahan dan penghormatan kepada mereka.

Bukan hanya Abraham yang menunjukkan keramahannya, Sara sebagai nyonya rumah juga melakukannya. Sara, istrinya penuh perhatian dan sangat sibuk dalam menjamu tamu mereka dengan sebaik-baiknya. Sara sendirilah yang memasak dan membuat roti. Sedangkan Abraham berlari untuk mengambilkan lembunya, membawa susu dan dadih. Ia tidak beranggapan bahwa harga dirinya akan turun dengan melayani tamu-tamunya di meja makan, supaya tamunya boleh merasa disambut dengan sepenuh hati.

Jenis makanan yang dipersiapkan dan dihidangkan juga mempertegas akan kesungguhan hati mereka dalam menyambut tamu. Ayat 6-8, dua kata Ibrani gemah dan soler dipakai untuk menunjukkan bahwa tepung yang disajikan itu merupakan tepung istimewa. Hema, susu beku dicampur dengan susu segar merupakan minuman segar yang disajikan kepada para pelancong yang kelelahan sambil menunggu makanan utama dihidangkan. Anak lembu jarang sekali dihidangkan sehingga merupakan makanan istimewa nan mewah yang ditambahkan untuk melengkapi sajian demi menghormati para tamunya. Yang dilakukan oleh Abraham dan Sara merupakan teladan yang baik, yang dilakukan oleh orang yang beriman kepada Tuhan. Yakni memberi diri bagi orang lain. Sekalipun bukan berarti tanpa masalah dan persoalan. Ditengah pengharapan memiliki keturunan bahkan keterpurukan menantikan keturunan tersebut, Abraham dan Sara tetap melakukan panggilannya dengan setia, yakni memberi diri bagi keberadaan yang lain.

Bacaan kita yang kedua menguatkan dengan menerangkan kepada kita bahwa melalui Kristus, kita diakui sebagai anak-anak Allah, kita mendapatkan ijin masuk ke dalam anugerah Allah dan tentunya damai sejahtera yang sejati. Selain mendapatkan damai sejahtera, sebagai anak-anak Tuhan yang telah ditebus oleh Kristus, kita juga mendapatkan kemuliaan Allah. Ada keistimewaan yang diajarkan Paulus disini, Paulus tidak mengatakan, kalau kamu percaya dengan iman yang teguh maka penderitaan atau penganiayaan terhadap kamu akan sirna, tetapi Paulus meletakkan realita penederitaan atas aniaya itu dari sudut pandang kedaulatan Allah. Bahwa dengan penderitaan yang dialami oleh Jemaat Roma, mereka harus tetap bersukacita karena Yesus sudah mengatakan, bahwa orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran ialah empunya Kerajaan Sorga. Bahkan kesengsaraan yang dialami itu , berbuah ketekunan, ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Penderitaan tidak melahirkan keputus asaan bagi pengikut Kristus, melainkan melahirkan tiga buah baru, ketekunan, tahan uji dan pengharapan.

Pengharapan yang bagaimana? Jawabannya ada didalam ayat 5, “dan pengharapan tidak mengecawakan, karena kasih Allah telah dicurahkan didalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”. Kita bisa memiliki pengharapan kepada Allah didalam penderitaan, karena ada dua alasan yang dipaparkan Rasul Paulus, yaitu pertama, Kasih Allah. Penganiayaan, fitnahan, kesengsaraan dan segala bentuknya bukan wujud kebencian Allah atau kutukan Allah, segala bentuk penderitaan justru membuktikan bahwa Allah itu mengasihi umatNya sehingga Ia ingin mendewasakan imannya. Kedua, penghiburan dan pimpinan Roh Kudus. Selain kasih dan pemeliharaan Allah, kita dapat sanggup menghadapi berbagai penderitaan, karena ada penghiburan dan pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus membuat orang yang dipimpinNya sadar, taat, patuh kepada perintah Kristus.

Penutup

Pada saat ini kita sedang memasuki bulan kesaksian dan pelayanan, kita semua diajak untuk semakin mengasah dan mengembangkan potensi kita untuk menjadi mitra Allah. Jadilah jawaban dengan menjadi pekerja Kristus. Menjadi pekerja seperti yang telah diteladankan oleh Tuhan Yesus sendiri. Pekerja yang berkomitmen. Komitmen hanya kepada Tuhan Yesus, Sang Kepala Gereja. Dan itu mengartikan bahwa pelayanan tidak bisa dilakukan dengan bebas berbuat semau sendiri, tidak bisa dilakukan dengan menganggap sebagai urusan sendiri. Karena pekerjaan yang kita lakukan bukan pekerjaan milik kita sendiri, melainkan pekerjaan kepunyaan Tuhan yang dilimpahkan kepada kita. Tuhan Yesus tidak merasa bahwa apa yang dilakukanNya adalah pekerjaanNya sendiri. Ia melihat itu sebagai pekerjaan BapaNya yang telah mengutusNya. Integritas Tuhan Yesus terletak pada ketaatan dan komitmenNya kepada BapaNya yang mengutus Dia. Selamat menjadi jawaban, jadilah pekerja Kristus yang melakukan kehendak Bapa yang mengutus kita. Amin. (Life).

 

Pujian  : KJ. 357   “Dengar Panggilan Tuhan”

RANCANGAN KHOTBAH : Basa Jawi

Pambuka

Manungsa katitahaken kanthi kasagedan ingkang ngedab-ngedabi. Pramila ing jaman samangke, sanadyan katitahaken tanpa swiwi, manungsa saged mabur kadosdene peksi, awit nitih pesawat mabur. Manungsa saged mlajar kanthi rikat nglangkungi jaran, awit nitih kreta. Sadaya kalawau mbuktekaken bilih manungsa nggadahi kasagedan ingkang ampuh. Nalar lan pikiranipun ampuh alias top markotop. Kasagedan ingkang ampuh kalawau ugi kaginakaken ing dunia bisnis. Kathah program pelatihan kangge ndadosaken wiraniaga ingkang mumpuni, manager ingkang mumpuni, negosiator ingkang mumpuni. Lan taksih kathah conto saking bidang sanesipun ingkang sami ngendelaken kasagedan lan kapinteran akal pikiripun manungsa.

Kejawi nalar lan pikiranipun ingkang ampuh, Kitab Suci ugi nerangkaken bilih manungsa katitahaken dados mitraning Allah. Kados ingkang kaserat wonten ing Jabur 8:3 “Sarana cangkemipun bayi-bayi lan manungsa. Paduka sampun nalesi kakiyatan margi saking lawanan Paduka, supados mbungkem mengsah tuwin tiyang ingkang watek remen males piawon”. Kitab Suci nerangaken bilih taksih alit sampun tinalesan kakiyatan kangge ngawonaken mengsah, watek remen males piawon, lan ngawonaken sadaya tumindak ingkang boten condong kaliyan karsanipun Gusti.

Bilih wonten tiyang ingkang wicanten, boten saged ngapura sedherekipun, boten saged nampi sedherekipun awit sampun ndhamel kalepatan, ukara BOTEN SAGED, punika lepat! Awit manungsa katitahaken kanthi kasagedan ngawonaken tumindak ingkang awon, ingkang boten condong kaliyan karsanipun Gusti. Kita asring nggadahi pamanggih, bilih wonten tiyang duraka, kita anggep bilih sadaya kalawau sampun gawan saking lair, pamanggih punika lepat. Awit kathah tiyang duraka ingkang sami mratobat lan dados pendherekipun Gusti ingkang setya dan ajrih asih namung dumatheng Gusti Allah. Pramila tiyang ingkang ngugemi lampah gesang ingkang duraka, artosipun tiyang kalawau boten purun ngasah lan ngembangaken kasagedanipun minangka mitraning Allah, ingkang kedah ngawonaken kadurakanipun.

Prakawis punapa ingkang murugaken manungsa boten saged nuwuhaken kasagedaipun minangka mitraning Allah? Manungsa asring lepat anggenipun nuwuhaken kasagedanipun. Manungsa asring namung ngugemi semseming jagad. Manungsa langkung remen rebutan sinten ingkang langkung pinter? Sinten ingkang langkung inggil pangkate, jabatane? Sinten tiyang ingkang barang darbeke langkung kathah? Sadaya kalawau dipun dadosaken tujuan gesangipun. Aku kudu pinter, aku kudu dadi manajer, aku kudu sugih. Lan sadaya kalawau kagayuh kanthi margi ingkang boten leres. Manungsa sampun kesupen kaliyan kasagedanipun ing bab dados mitraning Allah. Kamangka sanes karana kapinteran, jabatan lan kasugihanipun ingkang ndadosaken manungsa langkung sembada gesangipun. Ingkang ndadosaken manungsa sembada inggih punika nalika dirinipun sumadya dados rencang damelipun Gusti Allah, kangge martosaken katentreman, gesang mulya lan kalanggengan. Waosan kita ing dinten punika, sami ngengetaken kita bilih : “Panene gedhe, nanging kang derep mung sathitihik”. Pramila kita sadaya kedah sumadya ngayahi pedamelan minangka rencang damelipun Gusti Allah.

Isi

Injil Matius nekseni bilih, panene gedhe, nanging kang derep mung sathitik. Pramila Gusti Yesus nyuwun datheng para muridipun supados ndedonga, nyuwun dumatheng Kang Kagungan panen, karsaa maringi tiyang ingkang purun derep. Gusti Yesus nedahaken bilih Gusti Allah ingkang kagungan panenan punika. Ingkang derep minangka rencang, sanes ingkang kagungan. Bilih wonten ingkang purun derep, punika sadaya pakaryanipun Gusti Allah minangka ingkang kagungan pasamuwan. Pramila, sumangga sami ndherek ngrencangi derep, ing sabenipun Gusti.

Gusti Yesus piyambak, sampun paring tuladha. Sampun langkung rumiyin rawuh lan mitulungi jagad punika. Kados ingkang kacariosaken ing Injil Matius, bilih Gusti Yesus sampun tindak njajah kutha lan desa, paring piwulang ing papan pangibadah, nggelarake Injil Kratoning Allah, nyarasake sakabehe lelara lan memala. Lan sadaya kalawau katindakaken boten supados kepingin diajeni lan kesuwur asmane, ananging katindakaken kanthi dasar sih kawelasanipun Gusti datheng manungsa.

Makaten ugi dawuhipun datheng para rasul rolas kang kautus, “Kowe aja padha nyimpang menyang ing dalane wong kapir lan aja lumebu ing kuthane wong Samaria, nanging luwih becik pada maranana wedhus-wedhuse Bani Israel kang pada katriwal. Pada mangkata lan padha memulanga mangkene : Kratoning Swarga wis cedhak. Wong lara padha warasna, wong mati tangekna, biraten wong lara budhugen, dhemit-dhemit pada tundhungana. Kowe padha nampani kanthi lelahanan, mulane wenehna kanthi lelahanan uga”.  (Matius 10:5-8)

Waosan sapisan nyariosaken ing bab rama Abraham lan ibu Sara nampi ngasanes ingkang rawuh ing dalemipun kanthi manah ugi sikap ingkang saestu ngurmati lan ngajeni tumrap dumatheng tamunipun. Kadosdene tiyang jawi bilih nampi tamu, mesthi badhe nengenaken gupuh, aruh, rengkuh, lungguh lan suguh. Makaten ugi ingkang dipun tindaken dening rama Abraham lan ibu Sara. Ayat 2-5, nyariosaken anggenipun rama Abraham ngajeni tamunipun ngantos sumungkem ing bumi. Lajeng dipun pendetaken toya kangge wijik, lajeng dipun aturi roti. Makaten ugi ibu Sara ngladosi kanthi bingah, ndamelaken roti bunder. Kalajengaken rama Abraham mundhut pedet kang empuk lan becik daginge. Taksih mundhut mertega lan susu. Sadaya kalawau dipun suguhaken datheng tamu-tamunipun. Ingkang katindakaken dening rama Abraham minangka wujuding pangurmatan kangge tamu-tamunipun. Punika sadaya ngartosaken datheng kita sadaya, bilih rama Abraham sumadya maringaken dirinipun kangge ngladosi ngasanes. Sampun sakmestinipun para tiyang pitados dumatheng Gusti sami purun nindakaken kadosdene ingkang katindakaken dening rama Abraham. Boten ateges rama Abraham boten gadah pergumulan utawi perkawis ing salebeting gesangipun. Rama Abraham sampun dangu anggenipun kepingin kagungan anak saking ibu Sara, ananging Gusti Allah boten enggal-enggal maringi ngantos yuswa sepuh. Ananging sadaya kalawau boten murugaken rama Abraham nilaraken Gusti Allah, ananging sansaya mempeng anggenipun ndherek lan ajrih asih dumatheng Gusti. Saged katingal saking lampahipun rama Abraham lan ibu Sara, anggenipun kadospundi ngajeni ngasanes.

Waosan kalih, ngiyataken gesang kita, bilih kita punika kasebat para putraning Allah. Kita kasagedaken nampi pawartos sih rahmat, inggih punika karahayon ingkang sejati. Para pitados sami anggadahi pangajeng ajeng lan badhe nampi kamulyaning Allah. Rasul Paulus paring piwucal, kangge para tiyang pitados dumatheng Gusti, boten ateges badhe kalis saged rubeda gesang. Ananging nalika ngadepi karibedan lan kasangsaran, bilih dipun lampahi kanthi tekun badhe njalari kita mantep, mantep njalari tanggon, tanggon nukulake pangarep-arep. Lan pangarep-arep iku ora bakal ngapirani, awit sihe Gusti Allah wus kaesokake ing ati kita dening Sang Roh Suci, kang wus pinaringake marang kita. Roh Suci badhe tansah nuntun kita dados pribadi ingkang ajrih asih dumatheng Gusti. Roh Suci badhe tansah paring kasagedan datheng kita nindakaken pakaryanipun Gusti. Roh Suci badhe tansah ngampi-ngampingi datheng para saksi lan peladosipun Gusti.

Panutup

Ing minggu punika, kita taksih lumebet ing wulan kesaksian lan pelayanan. Kita sadaya kaajak supados sansaya nuwuhaken kasagedan kita ing babagan dados mitraning Gusti Allah. Sami puruna ndherek dereb ing sabenipun Gusti Allah. Sami purun nuladani, pakaryanipun Gusti Yesus piyambak. Sami nggadahana komitmen dumatheng Gusti. Lan tegesipun kangge kita boten saged nyambut damel miturut pikajeng diri kita piyambak. Awit ingkang kita lampahi sanes panyambut damel kita piyambak, ananging kita ndherek ing pakaryanipun Gusti Allah. Kadosdene anggenipun Gusti Yesus makarya boten ngendelaken dirinipun piyambak, ananging sadaya dipun lampahi kagem Ramanipun ing sampun ngutus Panjenenganipun. Sumangga sami dados rencang damelipun Gusti, sami ndherek dereb kanthi tekad lan semangat nampi timbalanipun Gusti. Amin. (Life).

Pamuji : KPJ. 346a  “Ndedonga Lan Makarya”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak