Bertumbuh dan Menghasilkan Buah Khotbah Minggu 20 Maret 2022

7 March 2022

Minggu Pra Paskah 3
Stola Ungu

Bacaan 1: Yesaya 55 : 1 9
Bacaan 2
:
1 Korintus 10: 1 13
Bacaan 3
:
Lukas 13: 1 9

Tema Liturgis: Bertirakat sebagai Jalan Memperbarui Panggilan dan Iman
Tema Khotbah: Bertumbuh dan Menghasilkan Buah

Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

 Yesaya 55 : 1 9
Teks Yesaya 55 memberikan kesan yang menunjukkan janji-janji dan harapan akan pertolongan Tuhan Allah kepada bangsa Israel. Janji-janji tersebut dapat ditelusuri dalam beberapa bentuk sebagai berikut: Pertama, janji akan ketercukupan akan kebutuhan hidup sesehari (ayat 1-5). Kepada setiap umat milik Tuhan, akan diberikan ketercukupan. Penggambaran kedekatan relasi Tuhan Allah dengan umat milikNya. Kedua, seruan pertobatan (Ay. 6-7). Seruan untuk kembali kepada Tuhan Allah ini dialamatkan tidak hanya bagi Israel, tetapi juga bagi orang-orang fasik dan orang-orang jahat untuk meninggalkan jalan-jalan mereka. Ketiga, kedaulatan Tuhan Allah dalam memberlakukan kehendak dan rencanaNya bagi hidup umat milikNya.

Pada ayat 9, penekanan mengenai perbedaan rancangan Tuhan Allah dengan rancangan manusia yang digambarkan dengan perbedaan tinggi antara langit dan bumi yang menggambarkan perbedaan yang sangat signifikan. Tentu saja, rancangan yang diberikan oleh Tuhan Allah adalah rancangan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari penegasan mengenai sifat janji Yahweh yang digambarkan membawa suatu kesan  kesuburan (Ay. 10). Ibarat hujan yang mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Tidak hanya itu, tumbuh-tumbuhan yang ada dapat menghasilkan benih bagi penabur dan roti bagi banyak orang. Hal ini menggambarkan suatu keadaan kehidupan yang terjamin.  

1 Korintus 10 : 1 13
Tidak banyak orang yang atas kehendaknya sendiri menyadari bahwa dirinya tengah berada dalam keadaan berdoa, telah melakukan pelanggaran dan bertindak salah. Pada umumnya, banyak orang menganggap bahwa pelanggaran yang telah dilakukan adalah peristiwa biasa dan lumrah terjadi. Bahkan, ada orang yang tidak malu mengatakan bahwa apa yang telah dilakukannya merupakan cobaan dari Tuhan. Mengapa banyak orang seringkali menganggap remeh kebaikan Allah, dan membalikkannya sebagai sebuah pencobaan ketika mereka mendapatkan akibat dari perbuatan mereka? Ketika kita membaca pernyataan rasul Paulus di dalam perikop ini, ada suatu hal yang tersirat dan tersurat bahwa ada sebuah gambaran yang diberikan mengenai relasi yang lekat antara Allah dengan umat-Nya.

Suatu gambaran yang kontradiktif yang semestinya tidak terjadi di dalam kehidupan umat Allah. Paulus sengaja membukakan fenomena masa lalu tentang umat Allah yang senantiasa hidup menurut keinginan hati mereka: melakukan dosa dan kejahatan, penyembahan berhala, dan hidup tidak berkenan kepada Allah. Ini dipakai oleh Paulus untuk menjelaskan keadaan jemaat di Korintus yang berada dalam kondisi yang sama dengan umat Allah pada waktu itu. Paulus mencoba untuk memproyeksikan kehidupan umat Allah di masa lalu dengan jemaat Korintus di masa itu. Sekalipun mereka merasakan penyertaan Allah di dalam hidup mereka, namun mereka senantiasa hidup di dalam dosa dan kesalahan terhadap Allah. Paulus menasihatkan mereka agar tidak mengikuti contoh yang salah dari sejarah umat Allah di masa yang lalu, dan mengajak mereka belajar dari pengalaman umat Allah yang senantiasa mendatangkan murka Allah terhadap mereka supaya tidak dilakukan lagi.

Rasul Paulus mengetengahkan kepada jemaat Korintus agar mereka senantiasa berpegang teguh di dalam kebenaran, selalu mawas diri, dan menghindari diri dari kebiasaan hidup yang tidak berkenan kepada Allah. Paulus membandingkan hal-hal ini bagi mereka, pada ayat 3 dan 4 di sana Paulus memberikan pernyataan perbandingan tentang makan dan minum yaitu makanan dan minuman rohani yang mereka dapatkan di dalam Kristus dibandingkan dengan ayat 7, mereka makan dan minum dalam kondisi yang berbeda, yaitu penyembahan kepada berhala. Ayat 14, Paulus menegaskan supaya mereka menjauhi penyembahan berhala. Di dalam ayat 6, Paulus memberikan nasihat tentang contoh Israel yang melakukan perbuatan-perbuatan jahat dibandingkan dengan ayat 11, contoh itu harusnya menjadi suatu peringatan bagi jemaat Korintus di masa itu.

Kemudian di ayat 9, Paulus memperingatkan supaya mereka jangan mencobai Tuhan dibandingkan dengan ayat 12 dan 13 agar mereka tetap waspada, berhati-hati, teguh berdiri supaya jangan jatuh. Di sana juga ditegaskan bahwa pencobaan-pencobaan yang mereka alami tidak akan melebihi kekuatan mereka. Allah tidak membiarkan mereka dicobai melebihi kekuatan mereka, bahkan sebaliknya Ia akan memberikan jalan keluar, sehingga mereka dapat menanggungnya.

Lukas 13 : 1 9
Hampir semua orang punya pengalaman tanam menanam sebuah pohon, dan tentunya tahu bahwa untuk membuat pohon itu berbuah lebat tidaklah semudah yang dipikirkan. Dibilang sulit-sulit banget tidak, tapi gampang juga tidak. Perumpamaan ini menggambarkan Tuhan sebagai pemilik kebun, mendapati ada umat-Nya yang tidak berbuah dalam jangka waktu lama. Perhatikan ada jangka waktu tertentu yang diberikan Tuhan yang membuka kesempatan bagi manusia untuk berubah (Ay. 9).

Namun ketika kesempatan itu disia-siakan, pohon yang tidak berguna itu pada akhirnya akan ditebang. Pohon “ara” itu hidup percuma dan hanya menghabiskan zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tanaman anggur dalam kebun. Namun secara luar biasa, Yesus yang diumpamakan sebagai pengurus kebun meminta kesempatan sekali lagi. “Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah.” (bandingkan ayat 8b). Di sini Sang “Pengurus kebun” akan mengerjakan segala sesuatu bagi pohon agar bisa berbuah dan tidak harus ditebang dan berakhir di bara api. Hidup manusia yang begitu rusak oleh benalu dan tunas-tunas dosa seringkali tidak lagi dapat diperbaiki sendiri, sehingga manusia membutuhkan uluran tangan Yesus untuk “mencangkul tanah dan memberi pupuk” agar bisa selamat. Di sinilah pentingnya Roh Kudus yang diminta Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya bagi umat milikNya. (bandingkan Yoh. 14:16).

Tuhan Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam prosesnya, terkadang ada bagian-bagian yang tidak efektif dari diri manusia, maka bagian itu harus “dicangkul” atau “dipotong” dan itu bukanlah hal yang menyenangkan. Proses itu terkadang bisa membuat manusia menderita. Tapi itu sungguh diperlukan agar manusia selamat dari tebangan dan dilempar ke dalam api. Tuhan Yesus pun berseru: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” (Yoh.15:4).

Agar manusia bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, ia harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalamnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah berpusat kepada Terang Kristus. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan sukacita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan manusia itu pohon yang dapat berbuah lebat.

“Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Mat. 12:33). Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup manusia yang harus dipotong agar ia berbuah lebat. Apakah itu kesombongan, harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat manusia untuk berbuah, ijinkanlah Tukang Kebun untuk memotongnya.

Untuk dapat memberi kesempatan Tukang Kebun bekerja “menggali dan memupuk” pohon iman manusia, diperlukan adanya penyegaran roh dan jiwa lewat Firman Tuhan, dan rajin-rajin memupuk kedisplinan untuk terus taat dan berjalan dalam koridor-Nya. Hanya dengan demikianlah ia bisa menjadi pohon yang tumbuh subur menghasilkan buah yang banyak. Pemilik “kebun anggur” Kristus memberikan kepada manusia kesempatan untuk bertobat. Tetapi kesempatan itu terbatas. Pengurus kebun anggur memintakan waktu hanya satu tahun kesempatan bagi pohon ara tersebut. Tuhan itu sabar, itu benar, seperti juga dikatakan dalam 2 Petrus 3:9, “… Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Allah panjang sabar, tetapi apa yang disebut dengan panjang pasti mempunyai ujungnya. Oleh karena itu, jangan salahkan Allah kalau suatu saat Allah menebang orang itu.

Fasilitas telah diberikan, baik perorangan maupun komunitas atau lembaga Gereja, menyediakan diri dipakai oleh Roh Kudus dengan menggunakan macam-macam cangkul dan aneka ragam pupuk sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Akan tetapi betapa sering manusia mempermainkan kasih dan kesabaran Allah, manusia menantang Allah : “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahanNya, kesabaranNya dan kelapangan hatiNya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan.” (Rom. 2:4-5).

“Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagi kalian untuk beroleh selamat …”(2 Ptr. 3:15). Kesempatan itu terakhir, pengurus kebun anggur berkata, “… mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” Kesempatan ini merupakan kesempatan terakhir bagi si pohon ara untuk berbuah, jika tidak, maka pohon ara tersebut akan ditebang. “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Mat. 3:10, Luk. 3:9). Banyak orang tidak sadar bahwa kesempatan yang dia punya adalah kesempatan terakhir. Apakah Allah sudah menemukan buah di dalam hidup rohani orang-orang percaya? Jangan salahkan Allah kalau pada waktunya tiba orang-orang itu ditebang alias harus meninggalkan dunia ini, tetapi yang dijumpai adalah perintah Pemilik Kebun Kehidupan, “campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.” (Mat. 25:30, bandingkan Matius 25:46) karena orang-orang itu tidak mau bertobat.

Benang Merah Tiga Bacaan
Kasih dan setia Tuhan Allah menjadi jaminan kehidupan bagi setiap umat milikNya. Pemeliharaan Tuhan mendatangkan damai sejahtera, ketika umat milik Tuhan bersedia menjalani hidup dalam kepatuhan dan ketaatan akan firmanNya. Itulah kehidupan yang berbuah. Sebaliknya, jika kehidupan tidak menghasilkan buah kepatuhan dan ketaatan maka tidak ada lagi kesempatan mendapatkan anugerah damai sejahteraNya. Maka dari itulah hendaklah setiap kehidupan itu bertumbuh dan menghasilkan buah sehingga berkat-berkat Tuhan berlimpah dalam setiap kehidupan umat milikNya.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Salah satu lagu pujian yang cukup rekat dalam kehidupan orang Kristen Jawa, adalah “Amung Godhong”, sebagaimana terdapat di dalam Kidung Pasamuwan Jawi (KPJ) 70. Pada bait pertama dinyatakan demikian; “Amung godhong, lah ta adhuh, Gusti nganti muwun, dene ngupados wohira, katemenan miwah tresna, nanging kang pinanggya amung godhong, amung godhong.” Lagu tersebut bernuansa reflektif, mengajak setiap orang yang menyanyikannya untuk introspeksi diri. Apakah setiap orang yang mengaku sebagai orang percaya sudah benar-benar menghasilkan buah-buah kehidupan, seperti kejujuran dan cinta kasih ataukah sebaliknya bahwa hidup ini hanya sebatas daun-daun lebat namun tidak menghasilkan buah? Maka Tuhan pun menyesal melihat kehidupan umat milikNya yang didapati tiada berbuah ini.

Adakah kesempatan bagi setiap umat milik Tuhan untuk membuktikan diri dengan menghasilkan buah-buah seperti yang dikehendaki oleh Tuhan?

Isi
Perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah sebagaimana diuraikan dalam bacaan kita hari ini, hendak menandaskan adanya kesempatan terakhir kepada setiap umat milikNya. Agar manusia bisa bertumbuh dan berbuah dengan baik, ia harus tetap tinggal di dalam Kristus, dan Kristus di dalamnya, baik dalam kehidupan sehari-hari, keluarga maupun pekerjaan, hendaklah berpusat kepada Terang Kristus. “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Mat. 12:33). Sebatang pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan berbuah baik, begitu pula sebaliknya. Ada banyak ranting, tunas dan benalu dalam hidup manusia yang harus dipotong agar ia berbuah lebat. Apakah itu kesombongan, harta, kebiasaan buruk, status, adat dan sebagainya, jika itu menghambat manusia untuk berbuah, ijinkanlah Tukang Kebun untuk memotongnya. Ketika ada proses-proses pemotongan tunas yang tidak produktif atau pembersihan benalu, laluilah itu dengan sukacita, karena proses itu sungguh diperlukan untuk menjadikan manusia itu pohon yang dapat berbuah lebat.

Pemilik “kebun anggur” Kristus memberikan kepada manusia kesempatan untuk bertobat. Tetapi kesempatan itu terbatas. Pengurus kebun anggur memintakan waktu hanya satu tahun kesempatan bagi pohon ara tersebut. Tuhan itu sabar, itu benar, seperti juga dikatakan dalam 2 Petrus 3:9, “… Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Allah panjang sabar, tetapi apa yang disebut dengan panjang pasti mempunyai ujungnya. Oleh karena itu, jangan salahkan Allah kalau suatu saat Allah menebang orang itu.

Kesempatan itu terakhir, pengurus kebun anggur berkata, “… mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!” Bagaimana kita melihat hal ini? Maka jawaban kita tiada lain sebagai kesempatan bagi setiap orang untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. “Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagi kalian untuk beroleh selamat …” (2 Ptr. 3:15). Kesempatan ini merupakan kesempatan terakhir bagi si pohon ara untuk berbuah, jika tidak maka pohon ara tersebut akan ditebang. “Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.” (Mat. 3:10, Luk. 3:9).

Banyak orang tidak sadar bahwa kesempatan yang dia punya adalah kesempatan terakhir. Apakah Tuhan sudah menemukan buah di dalam hidup rohani orang-orang percaya? Jangan salahkan Allah kalau pada waktunya tiba orang-orang itu ditebang alias harus meninggalkan dunia ini, tetapi yang dijumpai adalah perintah Pemilik Kebun Kehidupan, “campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap.” (Mat. 25:30, bandingkan Mat. 25:46) karena orang-orang itu tidak mau bertobat.

Rasul Paulus (sebagaimana dalam bacaan kedua) mencoba untuk mengarahkan perspektif mereka agar jangan mereka masuk dalam pencobaan yang mereka buat sendiri dan kemudian menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi di dalam hidup mereka. Kata “pencobaan” di sini memakai kata “peirasmos” yang berasal dari kata ”peira” yang berarti “mengalami”.  Kata “peirasmos” disandingkan dengan kata “pistos” yang berarti “setia” dari pribadi Tuhan. Hal ini hendak menegaskan bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan dan meninggalkan mereka di kala menghadapi pencobaan-pencobaan yang mereka alami. Oleh sebab itu, Rasul Paulus mengajak mereka untuk merenungkan tentang sejarah hukuman Allah atas umatNya. Rasul Paulus menegaskan supaya mereka jangan bermain-main dengan dosa, penyembahan berhala, dan kejahatan, karena di balik semua itu pasti ada hukuman sebagai akibat dari perbuatan mereka. Tetapi apabila mereka jatuh di dalam pencobaan akibat perbuatan mereka maupun bukan, Tuhan adalah Pribadi yang setia akan memberikan kekuatan dan jalan keluar untuk dapat menanggungnya agar mereka menyadari dan kembali kepada kehidupan yang berkenan kepadaNya.

Rasul Paulus memulainya dengan mengingatkan kembali jemaat Korintus bahwa mereka telah mendapatkan makan makanan yang rohani, dan minum minuman yang rohani yaitu di dalam Kristus. Jangan jatuh dalam pencobaan karena makanan dan minuman yang bersifat duniawi. Jangan dikalahkan dan jangan membiarkan hal-hal rohani ditelan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Keinginan-keinginan daging berasal dari kehidupan yang tidak pernah puas terhadap apapun yang ada di dunia ini. Dan ketika hal itu terus-menerus dibiarkan akan membawa diri kepada kesenangan yang berusaha untuk memuaskan diri dengan kesenangan, seperti sukacita dalam penyembahan berhala. Oleh karenanya, Rasul Paulus menegaskan jangan terlena, melainkan berdirilah teguh, berhati-hatilah supaya jangan jatuh.

Pencobaan yang terjadi dan dialami hanyalah sebuah pencobaan biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Allah setia dan tidak akan membiarkan umatNya dicobai melebihi kekuatan mereka. Allah setia sehingga Dia memberikan jalan keluar dan kekuatan sehingga umatNya dapat menanggung setiap pencobaan itu. Dan Allah senantiasa memberikan kasih karuniaNya dengan cukup agar umatNya dapat bertahan dan hidupnya pun menghasilkan buah.

Penutup
Apakah kita sebagai umat milik Tuhan senantiasa bersandar kepadaNya? Apakah kita telah memiliki relasi yang lekat denganNya? Apakah kita sebagai umat Tuhan merespon dengan tepat dan benar setiap kebaikan dan anugerah yang diberikanNya dengan penuh kesungguhan? Mengapa kita seringkali gagal dan terus-menerus jatuh di dalam pencobaan? Hal itu terjadi karena kita seringkali menyangka bahwa kita merasa mampu untuk mengalahkannya. Seringkali kita menyangka bahwa tanpa Tuhan segala sesuatunya dapat berjalan dengan baik.

Melalui apa yang telah Rasul Paulus tegaskan di dalam nasihatnya kepada jemaat di Korintus; jangan lagi sama dengan umat milik Tuhan di masa lalu, jangan lagi mencontoh perbuatan mereka yang menista dan mengecewakan hati Tuhan, jangan membiarkan diri bermegah dalam hal-hal yang lahiriah dan duniawi. Tetapi kembalilah kepadaNya, Tuhan Sang Sumber kekuatan kita, sehingga kehidupan kita tidak lagi disebut “amung godhong” melainkan hidup yang berbuah dan berkenan di hadapanNya. Amin. [AS].

 

PUJIAN : KJ. 441 Ku Ingin Menyerahkan


Rancangan Khotbah: Basa Jawi

Pambuka
Sawijining pepujen ingkang misuwur ing antawis kita, pa
ra pandherekipun Gusti, inggih punika “Amung Godhong”, kados ingkang kapacak salebeting Kidung Pasamuwan Jawi (KPJ) 70. Pratelaning tembung ingkang kaandharaken antawisipun mekaten ungelipun; “Amung godhong, lah ta adhuh, Gusti nganti muwun, dene ngupados wohira, katemenan miwah tresna, nanging kang pinanggya amung godhong, amung godhong.” Pepujen punika badhe paring pangatag dhateng para pandherekipun Gusti supados sageda hanaliti gesangipun kanthi tulusing driya, punapa dhiri pribadinipun sampun metokaken pawohing pigesangan, sarana olah katresnan kanthi tulus ing antawisipun sesami linambaraken manah ingkang ngener tumuju kamulyanipun Gusti?

Isi
Pasemon bab wit anjir ingkang boten ngwedalaken pawohing olah tetanen salebeting waosan kita ing dinten punika badhe ngandharaken wigatosing kalodhangan ingkang pungkasan tumrap para tetiyang ingkang dados abdinipun Gusti. Angkahipun, para tiyang pitados kalawau saged tuwuh, kembang-mekar, wusana saged woh. Supados saged ngwedalaken woh, para pandherekipun Gusti kedah tansah rumaket lan mbangun miturut wonten ing dhawuh pangandikanipun Gusti. Kanthi patrap ingkang kados mekaten, para pitados badhe saged ngwedalaken woh ingkang ndadosaken renaning penggalihipun Gusti Allah. “Supaya metokaké woh sing becik, uwité kudu becik. Yèn uwité ora becik, wohé uga ora becik. Ala beciké uwit ketitik saka wohé. (Mat. 12:33).

Taneman ingkang sae badhe ngwedalaken woh ingkang sae ugi. Nalika taneman kalawau kathah pang-pangipun ingkang kirang sae, badhe dipun pangkas utawi dipun icali supados tetela bilih pang ingkang sae badhe tansah ngrembaka. Bendara ingkang kagungan pakebonan, inggih punika Sang Kristus, paring kalodhangan dhateng para pandherekipun supados saged nedahaken pawohing gesang sacara tata karohanen; ingkang kawarni salebeting panindak nyata sarana anggenipun olah katresnan ing antawis satunggal lan satunggalipun. Saumpami para pandherekipun Gusti kalawau taksih dereng saged mujudaken menggah punapa ingkang kedah dipun tindakaken, Gusti Yesus kanthi kebaking kasabaranipun paring wekdal supados para pitados sageda sami mratobat saking panindakipun ingkang boten ndadosaken renaning penggalipun Gusti. “Gusti ora mblénjani janji sing diparingaké, kaya penganggepé sawenèhing wong. Satemené Panjenengané nyabari kowé, awit kersané aja nganti ana wong sing nemu karusakan, malah kabèh wong padha balia lan mratobata saka dosa-dosané.” (2 Ptr. 3:9).

Kathah tiyang ingkang boten nglenggana, bilih piyambakipun pinaringan kalodhangan mirunggan supados saged mujudaken gesang ingkang mituhu wontening ngarsanipun Gusti. Tumraping tetiyang ingkang namung nggega dhateng pikajengipun piyambak punika, Gusti paring dhawuh: “Déné abdi sing ora ana gunané kuwi cekelen, lan lebokna ing pakunjaran. Ing kono bakal ana penangis lan panggegeting untu!’ ” (Mat. 25:30).

Rasul Paulus (kados ingkang kaandharaken salebeting waosan angka kalih) ngandharaken supados para timbalanipun Gusti boten dhumawah salebeting pacobening ngagesang. Tembung ‘pacoben’ migunakaken “peirasmos” saking tembung “peira” ingkang tegesipun “ngalami”. Tembung “peirasmos” punika gandheng kaliyan tembung “pistos” ingkang tegesipun “setya”, gandheng kaliyan tuhu kasetyanipun Gusti. Bab punika badhe paring pangenget bilih, Gusti Yesus boten badhe mendel kemawon nalika mirsani para kagunganipun dhumawah salebeting pacobening ngagesang. Gusti Yesus badhe paring pangentasan, supados para abdi timbalanipun saged luwar saking sadaya pacobening ngagesang kalawau.

Kanthi mekaten kawontenaning gesangipun para pandherekipun Gusti badhe tansah ingayoman, kepara saged luwar saking sakathahing panggodha miwah pacoben, wusana gesangipun lajeng badhe ngwedalaken pawohing gesang sacara tata karohanenipun. Piyambakipun badhe tansah olah katresnan wontening tumindak ingkang nyata, sarana kurmat-pikurmat, mangun sesambetan ing antawisipun satunggal lan satunggalipun kanthi tulusing manah, sangkul sinangkul ing bot repoting ngagesang.

Panutup
Punapa lampah gesang kita tansah sumendhe wontening Astanipun Gusti, amrih gesang kita saged ngwedalaken pawohing pigesangan sacara tata karohanen? Dhumateng para tetiyang ingkang kanthi andhap asoring manah nyenyuwun dhumateng Gusti, tiyang kalawau badhe binerkahan dening Gusti, saged mujudaken gesang ingkang piguna, ngwedalaken woh, ingkang dados karsanipun Gusti. Sampun ngantos kosokwangsulipun, ingkang dumados wontening gesang kita, awit karana cupeting budi lajeng maelu dhateng sapikajeng kita piyambak, satemah gesang kita boten ngwedalaken woh ingkang sae.

Pramila saking punika, sumangga kita sami sageda migunakaken wekdal kanthi prayogi sarana kita mbangun miturut dhumateng Gusti Sang Pamarta, amrih gesang kita boten namung amung godhong, nanging pantes sinebut minangka abdi-abdinipun Gusti Yesus. Amin. [AS]

 

Pamuji: KPJ. 49 Gusti Kang Mahawilasa

Renungan Harian

Renungan Harian Anak