Minggu Paskah 7 | Hari Raya Undhuh-Undhuh
Stola Putih
Bacaan 1: Kisah Para Rasul 1 : 15 – 17, 21 – 26
Mazmur: Mazmur 1
Bacaan 2: 1 Yohanes 5 : 9 – 13
Bacaan 3: Yohanes 17 : 6 – 19
Tema Liturgis: Undhuh-undhuh sebagai Jalan Kemandirian
Tema Khotbah : Melakukan Kebenaran dan Hidup Kudus sebagai Persembahan Hidup
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Kisah Para Rasul 1 : 15 – 17, 21 – 26
Bacaan pertama ini mengisahkan tentang para rasul yang sedang menentukan siapakah yang akan menggantikan Yudas. Mengapakah Yudas perlu digantikan? Alasan yang pertama agar jumlah murid Yesus tetap utuh seperti saat awal Yesus memanggil mereka, yaitu berjumlah 12 orang. Angka 12 memiliki arti yang penting bagi orang Yahudi karena mereka terdiri dari 12 suku Israel. Dengan dipilihnya pengganti Yudas, maka lengkaplah jumlah para rasul. Hal ini dilakukan agar kekristenan dapat diterima dan diakui oleh orang Yahudi dengan lebih mudah. Alasan kedua, Yudas yang mengkhianati Tuhan Yesus harus digantikan orang lain agar keutuhan dan kemurnian hati para murid kembali terjaga. Sosok pengganti Yudas harus memenuhi syarat, yaitu seorang yang pernah bersama Yesus semasa hidupnya dan ia juga menjadi saksi atas kebangkitan Yesus Kristus (Ay. 21-22). Oleh karena itu, proses pemilihan itu dilakukan dengan diawali doa, lalu membuang undi atas diri Barsabas dan Matias. Para murid berdoa memohon agar Tuhan Allah yang menentukan siapa yang layak untuk menggantikan Yudas. Mereka percaya dan menyerahkan proses pemilihan itu kepada Tuhan. Akhirnya Matias terpilih menggantikan Yudas.
1 Yohanes 5 : 9 – 13
Perhatian utama Yohanes dalam menuliskan suratnya adalah kesaksian yang mengarah pada pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan. Yohanes di sini lebih menjelaskan tentang jati diri Yesus, Dialah adalah Allah yang datang ke dunia dalam rupa manusia. Namun pada masa Yesus hidup tidak banyak orang yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Maka Yohanes menyebutkan tiga kesaksian yang menerangkan bahwa Yesus adalah Anak Allah melalui simbol air, darah, dan Roh (Ay. 6). Air dan darah mengacu pada dua peristiwa penting dalam hidup Yesus, yaitu baptisan dan kematian. Baptisan merupakan awal pelayanan Yesus. Yesus dibaptis bukan karena Ia bertobat atas dosa-dosa-Nya sebab Ia tidak berdosa. Ia dibaptis karena ingin mengidentifikasikan diri-Nya secara utuh dengan manusia berdosa. Sedangkan kematian Yesus di kayu salib bukan karena Ia bersalah dan harus dihukum mati, tetapi karena Ia menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sedangkan Roh Kudus memberikan kesaksian tentang jati diri Yesus sebagai Anak Allah. Sejak awal pelayanan Yesus hingga kematian-Nya, Roh Kudus bersaksi bahwa Yesuslah Sang Mesias dan Anak Allah.
Yohanes bersaksi bahwa Tuhan Allah telah mengaruniakan hidup kekal di dalam diri Yesus (Ay. 11). Artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus, ia akan memiliki hidup kekal bersama-Nya. Karena itu, hidup umat percaya harus senantiasa bersaksi bahwa Yesus adalah Sang Juru Selamat dunia, yang menganugerahkan kemenangan atas dosa dan maut. Disinilah Yohanes menasihatkan agar umat percaya tidak lagi hidup di dalam bayang-bayang dosa, melainkan mereka harus mengalahkan dosa dengan kuasa Yesus. Umat percaya harus hidup sebagai anak-anak Allah. Hidup dalam terang Allah dan melakukan kebenaran seturut dengan kehendak Allah.\
Yohanes 17 : 6 – 19
Menjelang kematian-Nya yang semakin dekat, Yesus datang kepada Allah Bapa dalam doa. Doa Yesus ini dikenal dengan sebutan “Doa Imam Besar” dimana Yesus berdoa untuk para murid-Nya. Doa yang Yesus ucapkan ini mengandung makna bahwa Allah telah memilih para murid sebagai umat percaya. Ia menyebut para murid-Nya sebagai milik Allah (Ay. 6) dan juga milik-Nya (Ay. 7). Mereka menjadi milik Allah Bapa dan Yesus karena mereka mengenal Allah melalui firman yang Yesus nyatakan kepada mereka tentang Bapa (Ay. 6). Di dalam doa-Nya, Yesus berdoa agar para murid dipelihara oleh Bapa, dijauhkan dari yang jahat (Ay. 11, 15), senantiasa bersatu (Ay. 11), penuh kesukacitaan (Ay. 13) dan dikuduskan di dalam kebenaran (Ay. 17). Pemeliharaan Allah yang dimaksudkan adalah pengudusan bagi para murid. Artinya mereka benar-benar milik Allah dan mereka harus menjaga hidup mereka, kudus dan berkenan kepada Allah dengan melakukan kebenaran firman Allah dalam hidup mereka sehari-hari. Ia mendoakan para murid-Nya karena Ia akan segera meninggalkan dunia, sementara mereka masih tinggal dalam dunia. “Dunia” yang dimaksud tidak sekedar menunjuk pada tempat, tetapi juga menunjuk pada keadaan. Selama mereka di dunia akan ada banyak orang yang menentang firman dan memusuhi para murid dan pengikut Yesus (Ay. 14). Disinilah Yesus berharap para murid dan pengikut-Nya mampu menjalankan misi sebagai rasul, karena itu mereka perlu didoakan agar selalu setia dalam tugas pengutusan dan kuat dalam menghadapi penderitaan.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Ketiga bacaan kita saat ini memiliki benang merah, yaitu dipilih untuk melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan hidup. Bacaan pertama, Matias dipilih oleh para rasul sebagai pengganti Yudas, karena ia dipandang memenuhi kriteria sebagai seorang rasul dalam menjalankan misi Kristus di dunia. Dia adalah seorang yang bersama Yesus semasa hidupnya dan juga menjadi saksi atas kebangkitan Yesus Kristus. Bacaan kedua, Yohanes menunjukkan jati diri Yesus sebagai Allah yang menjelma dalam rupa manusia. Yesus hidup berkenan di hadapan Allah, melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan hidup hingga akhir hidup-Nya di kayu salib. Bacaan ketiga, Yesus mendoakan para murid agar mereka senantiasa hidup dalam persekutuan dan persatuan, melakukan kebenaran dalam pewartaan Injil serta hidup kudus dalam pemeliharaan Allah.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Dalam tulisan berjudul memahami makna persembahan di website gkjw.or.id, Pdt. Sumardijana menuliskan beberapa kesaksian tentang persembahan. Salah satunya menyebutkan demikian: “Untuk membedakan apakah seseorang adalah warga jemaat yang sungguh-sungguh mempraktikkan cara hidup bersyukur atau tidak, itu sederhana saja. Lihatlah bagaimana ia menyusun prioritas pengeluaran atas gaji atau penghasilannya. Orang percaya yang baik akan menempatkan persembahan sebagai urutan pertama (bukan soal jumlahnya), tetapi prinsip sikap bahwa pengeluaran pertama yang segera harus disisihkan adalah persembahan (persembahan bulanan, Minggu, dll), baru pengeluaran lainnya. Prinsip ini adalah tanda pengakuan bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa. (GKJW Jemaat Malang, 2002).”
Dari kesaksian warga ini kita tahu bahwa persembahan menjadi prioritas pertama dalam penataan ekonomi keluarganya. Warga yang menyisihkan penghasilannya untuk persembahan benar-benar menyadari bahwa hidupnya ada dalam berkat-berkat Tuhan. Ia tidak takut atau khawatir akan kekurangan karena menyisihkan penghasilannya untuk persembahan. Sebaliknya ia percaya bahwa hidupnya ada dalam pemeliharaan Tuhan. Ia selalu hidup dengan penuh syukur serta meyakini bahwa Tuhan selalu mencukupkan kebutuhan hidupnya.
Isi
Berbicara tentang prioritas hidup, pastilah kita akan diperhadapkan pada berbagai macam prioritas yang harus kita pilih dalam kehidupan kita. Firman Tuhan yang kita baca dan renungkan pada Minggu ini juga berbicara tentang prioritas hidup, yaitu melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan hidup. Mari kita pahami bersama, satu persatu bacaan kita saat ini.
Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul 1:15–17, 21–26 mengisahkan tentang para rasul yang sedang menentukan siapakah yang akan menggantikan Yudas. Proses pemilihan itu dilakukan dengan diawali doa, lalu membuang undi atas diri Barsabas dan Matias. Para rasul berdoa memohon agar Tuhan Allah yang menentukan siapa yang layak untuk menggantikan Yudas. Mereka percaya dan menyerahkan proses pemilihan itu kepada Tuhan. Dan pada akhirnya, Matiaslah yang terpilih menggantikan Yudas. Matias dipilih oleh para rasul sebagai pengganti Yudas, karena ia dipandang memenuhi kriteria sebagai seorang rasul dalam menjalankan misi Kristus di dunia. Dia adalah seorang yang bersama Yesus semasa hidupnya dan menjadi saksi atas kebangkitan Yesus Kristus. Ia dipandang oleh para rasul sebagai sosok yang melakukan kebenaran dan mampu menjaga kekudusan hidup.
Dari proses pemilihan Matias ini, kita menemukan makna, prioritas pertama dalam menyelesaikan suatu persoalan adalah berdasarkan kebenaran firman Tuhan. Kedua, seorang pemimpin harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, orang percaya harus berdoa dengan sungguh-sungguh dan menyerahkan keputusannya kepada Tuhan, ada penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, bukan mengandalkan pada kekuatan atau kemampuan manusia yang terbatas.
Bacaan kedua, 1 Yohanes 5:9-13. Rasul Yohanes memberikan kesaksian tentang jati diri Yesus. Yohanes menunjukkan jati diri Yesus sebagai Allah yang menjelma dalam rupa manusia. Yesus hidup berkenan di hadapan Allah, melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan hidup hingga akhir hidup-Nya di kayu salib. Yohanes menerangkan bahwa Yesus adalah Anak Allah melalui simbol air, darah, dan Roh (Ay. 6). Air dan darah mengacu pada dua peristiwa penting dalam hidup Yesus, yaitu baptisan dan kematian. Baptisan merupakan awal pelayanan Yesus. Yesus dibaptis untuk mengidentifikasikan diri-Nya secara utuh sebagai manusia. Sedangkan kematian Yesus di kayu salib karena Ia menyerahkan hidup-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Sedangkan Roh Kudus memberikan kesaksian tentang jati diri Yesus sebagai Anak Allah. Sejak awal pelayanan Yesus (Baptisan) hingga kematian-Nya, Roh Kudus bersaksi bahwa Yesuslah Sang Mesias dan Anak Allah.
Yohanes juga bersaksi bahwa Tuhan Allah telah mengaruniakan hidup kekal di dalam Yesus (Ay. 11). Artinya setiap orang yang percaya kepada Yesus, ia akan memiliki hidup kekal bersama Yesus. Disinilah Yohanes menasihatkan agar umat percaya tidak lagi hidup di dalam bayang-bayang dosa, melainkan harus mengalahkan dosa dengan kuasa Yesus, serta dengan hidup benar dan kudus. Umat percaya harus hidup sebagai anak-anak Allah.
Pada bacaan yang terakhir, Yohanes 17:6–19, berkisah Yesus yang mendoakan para murid-Nya agar mereka senantiasa hidup dalam persekutuan dan persatuan, melakukan kebenaran dalam pewartaan Injil serta hidup kudus. Yesus tahu bahwa Ia akan segera meninggalkan dunia, sementara para murid-Nya masih tinggal di dalam dunia. “Dunia” yang dimaksud tidak sekedar menunjuk pada tempat, tetapi juga menunjuk pada keadaan. Selama mereka masih tinggal di dunia akan ada banyak orang yang menentang firman dan memusuhi para murid dan pengikut Yesus (Ay. 14). Karena itu, di dalam doa-Nya, Yesus berdoa agar para murid dipelihara oleh Bapa, dijauhkan dari yang jahat (Ay. 11, 15), senantiasa bersatu (Ay. 11), penuh kesukacitaan (Ay. 13) dan dikuduskan di dalam kebenaran (Ay. 17). Yesus berharap mereka mampu menjalankan misi sebagai rasul, karena itu mereka perlu didoakan agar selalu setia dalam tugas pengutusan dan kuat dalam menghadapi penderitaan.
Penutup
Hari raya persembahan atau undhuh-undhuh setiap tahunnya selalu kita rayakan sebagai ungkapan syukur kita kepada Tuhan Sang Pemelihara Kehidupan. Undhuh-undhuh adalah sebuah perayaan khas yang dilakukan oleh GKJW sampai saat ini. Tradisi Undhuh-undhuh ini bermula dari tradisi Undhuh-undhuh di GKJW Jemaat Mojowarno yang dimulai sejak Mei 1939. Dipilih bulan Mei karena Undhuh-undhuh di Mojowarno sejatinya merupakan tradisi masyarakat “Munggah Lumbung”, yaitu ketika masa panen padi, dimana masyarakat menyimpan hasil panennya itu di dalam lumbung. Dalam perkembangannya tradisi masyarakat tersebut dipadu padankan dengan perayaan gerejawi tentang persembahan sebagai penguatan semangat kemandirian jemaat. Undhuh-undhuh kemudian dimaknai sebagai persembahan syukur yang diambil dari sebagian penghasilan (hasil panen, gaji), yang dipersembahkan kepada Tuhan, sebagaimana umat Israel pada zamannya. (Ul. 16:1-17). Pada Masa Raya Undhuh-undhuh inilah seluruh warga GKJW diberi kesempatan untuk mempersembahkan persembahan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan melalui kehidupan pelayanan gereja.
Persembahan tidak hanya diukur dari seberapa banyak atau seberapa besar uang, materi, natura yang kita persembahkan kepada Tuhan. Persembahan yang sejati adalah persembahan hidup kita kepada Tuhan. Ya, hidup yang senantiasa melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan, sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan. Mari belajar dari para rasul yang memprioritaskan Tuhan Allah dalam proses pemilihan rasul. Belajar dari kesaksian Yohanes yang mengakui Yesus sebagai Anak Allah yang hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Dan belajar dari doa Yesus yang mendoakan para murid-Nya agar mereka hidup dalam kebenaran, kesatuan, dan kekudusan. Mari kita jadikan moment undhuh-undhuh sebagai upaya kita untuk mempersembahkan hidup kita kepada Tuhan, yaitu hidup yang berkenan kepada Tuhan dengan melakukan kebenaran dan menjaga kekudusan, seturut kehendak-Nya. Amin. [AR].
Pujian: KJ. 450 : 1 – 3 Hidup Kita Yang Benar
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Ing seratan kanthi jejer “Memahami Makna Persembahan” ing website gkjw.or.id, Pdt. Sumardijana nyerat perangan kesaksian bab pisungsung. Salah satunggaling wonten seratan ingkang mekaten: “Untuk membedakan apakah seseorang adalah warga jemaat yang sungguh-sungguh mempraktikkan cara hidup bersyukur atau tidak, itu sederhana saja. Lihatlah bagaimana ia menyusun prioritas pengeluaran atas gaji atau penghasilannya. Orang percaya yang baik akan menempatkan persembahan sebagai urutan pertama (bukan soal jumlahnya), tetapi prinsip sikap bahwa pengeluaran pertama yang segera harus disisihkan adalah persembahan (persembahan bulanan, Minggu, dll), baru pengeluaran lainnya. Prinsip ini adalah tanda pengakuan bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa. (GKJW Jemaat Malang, 2002).”
Saking paseksinipun warga punika, kita mangertos bilih pisungsung punika dados prekawis ingkang utami salebeting nata ekononining brayatipun. Warga ingkang nyisihaken perangan asil panyambut damelipun kangge pisungsung punika saestu ngraosaken bilih gesang piyambakipun punika awit saking berkah-berkah peparingipun Gusti Allah. Piyambakipun mboten ajrih utawi kuwatos badhe nandhang kakirangan karana sampun nyisihaken perangan asil panyambut damelipun kangge pisungsung. Kosokwangsulipun piyambakipun pitados gesangipun punika wonten ing pangrimatanipun Gusti. Piyambakipun tansah saos sokur sarta yakin Gusti Allah tansah nyekapi kabetahan gesangipun.
Isi
Ngrembag bab ingkang utami ing salebeting gesang, tamtu kita badhe ngadhepi maneka werni prekawis ingkang kedah dipun piji salebeting gesang kita. Kados dawuh pangandikanipun Gusti ingkang kita waos lan raosaken ing Minggu punika, ingkang ugi ngrembak bab ingkang utami salebeting gesang, inggih punika nindakaken kayekten lan njagi kasucening gesang. Sumangga sami kita gatosaken sesarengan lumantar waosan kita dinten punika.
Waosan sepisan, Lelakone Para Rasul 1:15-17, 21-26 nyariosaken para rasul ingkang miji sinten ingkang badhe gantosi Yudas. Anggenipun para rasul miji gantosipun Yudas dipun wiwiti kanthi ndedonga, lajeng bucal undi antawisipun Barsabas lan Matias. Para Rasul ndedonga nyuwun Gusti Allah piyambak ingkang miji sinten ingkang pantes kangge gantosi Yudas. Para rasul pitados dhumeteng Gusti lan masrahaken proses pilihan punika dhumateng Gusti. Pungkasanipun Matias kapiji dados rasul gantosi Yudas. Matias dipun piji kaliyan para rasul minangka gantosipun Yudas, karana Matias dipun pandeng lulus prasyarat minangka rasul ingkang nindakaken pakaryanipun Sang Kristus ing donya punika. Matias dipun tepang tiyang ingkang tansah sinarengan Gusti Yesus nalika Gusti Yesus taksih gesang. Piyambakipun ugi dados saksi wungunipun Gusti Yesus Kristus. Piyambakipun dipun pandeng piyantun ingkang nindakaken kayekten lan saged njagi kasucening gesangipun.
Saking proses pinilihipun Matias punika, kita saged mangertos: bab ingkang utami anggenipun ngadhepi sawetawis masalah inggih punika ngadhepi masalah punika adedasar sabdanipun Gusti. Kaping kalih, dados pamimpin punika kedah lulus prasyarat tartamtu. Kaping tiga, minangka tiyang pitados, kita kedah dedonga kanthi temen sarta masrahaken putusanipun dhumateng Gusti. Kita masrahaken gesang kita sawetahipun dhumateng Gusti Allah, mboten namung ngandelaken kakiyatan utawi kasagedan kita piyambak ingkang winates.
Waosan kaping kalih, 1 Yokanan 5:9-13. Rasul Yokanan ngaturi paseksi bab jatining Gusti Yesus, inggih punika Gusti Allah ingkang manjalma dados manungsa. Ing salampahing gesangipun, Gusti Yesus tansah sembada wonten ing ngarsanipun Gusti Allah. Panjenenganipun tansah nindakaken kabeneran lan njagi kasucening gesangipun dumugi pungkasan gesangipun ing kajeng salib. Rasul Yokanan jelasaken kawontenaning Gusti Yesus minangka Putraning Allah mawi pralambang toya, rah lan Roh (Ay. 6). Toya lan Rah punika nggambaraken kalih prekawis penting ing gesangipun Gusti Yesus, inggih punika baptisan lan seda-Nipun. Baptisan punika nggambaraken wiwitaning Gusti Yesus makarya. Gusti Yesus ingkang dipun baptis punika nedahaken bilih Panjenenganipun punika manungsa sawetahipun. Gusti Yesus ingkang seda sinalib punika nedahaken bilih Panjenenganipun punika kersa masrahaken gesang-Ipun kangge nebus lan milujengaken manungsa saking dosa. Dene Sang Roh Suci punika tansah ngaturaken paseksi bab jatining Gusti Yesus minangka Putraning Allah. Ing wiwitan peladosanipun Gusti Yesus (Baptisan) ngantos dumugi seda-Nipun, Sang Roh Suci punika nyekseni bilih Gusti Yesus punika Sang Masih lan Putraning Allah.
Rasul Yokanan ugi nyekseni menawi Gusti Allah punika sampun maringaken gesang langgeng dhumateng Gusti Yesus (Ay. 11). Punika ateges kita minangka tiyang pitados badhe kaparingan gesang langgeng ugi sinarengan kaliyan Gusti Yesus. Ing ngriki Rasul Yokanan ngengetaken kita supados kita boten gesang ing salebeting dosa, ananging kita kedah ngawonaken dosa punika sarana panguwaosipun Gusti Yesus. Kita kedah gesang ing kayekten lan kasucen. Kita tansah gesang minangka para putraning Allah.
Ing waosan pungkasan, Yokanan 17:6-19 nyariosaken Gusti Yesus ingkang ndedonga kangge para sakabatipun. Gusti Yesus ndedonga supados para sakabatipun punika tansah gesang ing patunggilan lan kautuhan, nindakaken kayekten salebeting martosaken Injil suci sarta gesang suci. Gusti Yesus mangertos bilih sekedap malih Panjenenganipun badhe nilar donya, sawetara para sakabat taksih wonten donya. “Donya” ingkang ngriki boten namung ateges papan panggenan, nanging ateges kahanan ing pundi kathah tiyang ingkang nentang sabda-Nipun Allah lan mengsahi para sakabat lan para pandherekipun Gusti Yesus (Ay. 14). Karana punika salebeting pandonganipun, Gusti Yesus ndedonga supados para sakabat dipun rimati dening Gusti Allah Sang Rama, dipun tebihaken saking bab-bab ingkang jahat (Ay. 11, 15), tansah nyatunggil (Ay. 11), tansah sukabingah (Ay. 13) lan tansah dipun sucekaken ing sajroning kayekten (Ay. 17). Gusti Yesus ngajeng-ajeng supados para sakabatipun saged nindakaken tugas pangutusan minangka rasul. Awit saking punika Gusti Yesus ndedonga supados para sakabat tansah setya nindakaken tugas punika lan saged kiyat anggenipun ngadepi panganiaya.
Panutup
Dinten riyadin undhuh-undhuh saben taun tansah kita pengeti minangka pratandha saos sokur kita dhumateng Gusti Allah ingkang sampun ngrimati gesang kita. Undhuh-undhuh punika satunggaling panghargyan ingkang khas dipun tindakaken GKJW ngantos wekdal sapunika. Tradisi Undhuh-undhuh punika dipun wiwiti saking tradisi undhuh-undhuh pasamuwan Mojowarno wiwit Mei 1939. Dipun piji wulan Mei karana undhuh-undhuh ing Mojowarno punika sejatinipun tradisi masyarakat “Munggah Lumbung”, inggih punika nalika mangsa panen pari, masyarakat sami nyimpen asil panen punika ing salebeting lumbung. Ing perkembanganipun tradisi masyarakat punika dipun gandengaken kaliyan panghargyan grejawi bab pisungsung, minangka panguwating semangat kamandirianipun pasamuwan. Undhuh-undhuh lajeng dipun maknani minangka pisungsung sokur ingkang dipun pendet saking perangan sawetawis asil panen utawi asil panyambut damel, lajeng dipun pisungsungaken kagem Gusti Allah, kados umat Israel ing jamanipun (PT. 16:1-17). Ing mangsa panghargyan Undhuh-undhuh punika, sedaya warga GKJW dipun paringi kesempatan kangge ngaturaken pisungsung ingkang sae kagem kamulyanipun Gusti Allah lumantar greja-Nipun.
Sejatinipun pisungsung punika mboten namung dipun ukur kaliyan sepinten kathah lan agengipun arta, materi, natura ingkang kita aturaken kagem Gusti Allah. Pisungsung ingkang sejati inggih punika ngaturaken gesang kita sawetahipun kagem Gusti. Inggih, gesang kita ingkang tansah nindakaken kayekten lan njagi kasucen, saengga gesang kita tansah sembada wonten ing ngarsaning Gusti Allah. Pramila, mangga kita sinau saking para rasul ingkang tansah ngutamiaken Gusti Allah salebeting proses pilihan rasul. Kita ugi sinau saking paseksinipun Rasul Yokanan ingkang ngakeni Gusti Yesus minangka Putraning Allah, ingkang tansah gesang ing kayekten lan suci. Mangga kita sinau saking Gusti Yesus ingkang ndedonga kangge para sakabatipun supados para sakabat punika gesang ing kayekten, patunggilan, lan kasucen. Mangga kita dadosaken dinten riyadin undhuh-undhuh punika minangka upaya kita kangge ngaturaken gesang kita sawetahipun dhumateng Gusti Allah. Mangga kita nindakaken gesang ingkang sembada kaliyan karsa-Nipun Gusti. Kita tansah nindakaken kayekten, njagi kasucening gesang kita sarta gesang miturut karsa-Nipun Gusti. Amin. [AR].
Pamuji: KPJ. 421 : 1, 2 Uripku Pindha Pangidung