Taat Sampai Mati Khotbah Minggu 18 Februari 2024

5 February 2024

Minggu Pra Paskah 1
Stola Ungu

Bacaan 1: Kejadian 9 : 8 – 17
Mazmur: Mazmur 25 : 1 – 10
Bacaan 2: 1 Petrus 3 : 18 – 22
Bacaan 3: Markus 1 : 9 – 15

Tema Liturgis: Ketaatan Kepada Allah Membuahkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Taat Sampai Mati

Penjelasan Teks  Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)

Kejadian 9 : 8 – 17
Perikop ini termasuk dalam kumpulan Kitab Taurat yang disusun oleh Musa. Berisi tentang perjanjian Allah dengan Nuh dan keturunannya. Nuh dan keluarganya baru saja melewati suatu peristiwa yang paling mengerikan dalam sepanjang sejarah umat manusia. Semua makhluk di bumi, kecuali mereka yang ada di dalam bahtera telah musnah oleh peristiwa banjir besar. Mereka keluar dari bahtera sebagai makhluk hidup yang masih bertahan di bumi ini untuk melanjutkan kehidupan baru sesuai rencana Allah. Bumi yang semula dipenuhi makhluk berdosa telah musnah oleh murka Allah. Namun dibalik murka Allah itu ada celah pengampunan sebab Allah tidak hanya bermaksud menghukum bumi tetapi juga memperbaruinya. Nuh, keluarganya, dan segala binatang yang ada dalam bahtera terpilih untuk memulai kehidupan yang baru itu. Mereka akan menjalani rangkaian sejarah keselamatan yang telah dirancang oleh Allah.

Orang yang baru saja mengalami peristiwa mengerikan memerlukan jaminan. Bayangkan betapa traumanya Nuh beserta keluarganya saat menjalani hidup baru di bumi yang baru saja dilanda air bah yang mematikan. Ketika hujan turun, mungkin mereka akan cemas. Bagaimana kalau hujan ini tidak berhenti? Ketika mendengar suara guntur, mungkin mereka akan ketakutan. Apakah air bah akan datang lagi? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu akan mengganggu pikiran mereka. Allah mengerti itu, maka secara sepihak Allah membuat perjanjian dengan Nuh, keluarganya, dan seluruh binatang dan ternak yang bersama – sama mereka. Bahwa Allah tidak akan memusnahkan bumi ini lagi dengan air bah. Untuk meyakinkan mereka, sampai berkali – kali Allah mengucapkan janji-Nya (Kej. 8:21-22; 9:11,15) bahkan membuat “tanda” untuk menguatkan janji itu (Ay. 13-14).

Setelah peristiwa air bah itu, Allah tidak lagi mengambil solusi hukuman yang membinasakan umat manusia, tetapi mengikutsertakan manusia sebagai mitra-Nya dalam perjanjian keselamatan. Dalam Kejadian 9:12-13, Allah berfirman: ”Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama – sama dengan kamu, turun temurun, untuk selama-lamanya: Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.” Tanda perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur. Semula dengan busur yang dilengkapi anak panah dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat berdosa, sehingga mereka binasa. Tetapi setelah bumi dibersihkan dari perbuatan dosa, Allah mengambil keputusan untuk menempatkan kasih karunia-Nya yang membaharui kehidupan umat berdosa. Karena itu, simbol busur yang dilambangkan dalam wujud pelangi bermakna “tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru.”

1 Petrus 3 : 18 – 22
Perikop ini merupakan teks yang sukar dipahami dalam Alkitab dan menimbulkan banyak kontroversi. Sehingga ada banyak penafsiran yang berbeda dalam upaya orang-orang percaya sepanjang zaman untuk memahami apa sebenarnya yang dimaksudkan Petrus dalam bagian ini. Petrus berbicara kepada jemaat agar mereka siap menghadapi penderitaan. Meskipun mereka tidak melakukan sesuatu yang jahat, malahan justru karena mereka sebagai orang Kristen, mereka akan menghadapi penderitaan. Ayat 18-22 adalah upaya Petrus untuk menguatkan orang percaya pada masa itu dan kita hari ini agar bersiap sedia menderita karena Kristus.

Ayat 18: Ingatlah, Kristus juga telah menderita (mati) dan dibangkitkan, supaya Ia membawa kita kepada Allah. Petrus mengingatkan jemaat bahwa jikalau mereka menderita sekalipun karena berbuat baik, janganlah berkecil hati dan kecewa, karena Kristus telah menderita. Jemaat yang menderita karena Kristus, sesungguhnya sedang mengikuti jejak-Nya. Dalam satu ayat ini terkandung doktrin keselamatan yang mendalam dan padat. Penderitaan Kristus adalah penderitaan untuk segala dosa kita. Ia yang benar untuk orang – orang yang tidak benar, satu kali untuk selamanya, dengan satu tujuan, yaitu Ia membawa kita kembali kepada Allah. Dan bagaimanakah Kristus dapat membawa kita kepada Allah jikalau Ia tidak hidup setelah mati? Maka Petrus menambahkan bahwa Ia telah menang dan bangkit dalam kuasa Roh mengalahkan maut. Dosa-dosa kita telah diselesaikan oleh Kristus, oleh kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga tidak ada lagi yang memisahkan kita dari Allah bahkan penderitaan dan kematian sekalipun.

Dalam ayat 21, Petrus melanjutkan dorongannya untuk menguatkan jemaat dengan mengaitkan peristiwa air bah dengan baptisan yang telah mereka terima. Sebagaimana melalui air bah itu, delapan orang diselamatkan dari kematian dan penghakiman Allah. Demikian pula jemaat, melalui air baptisan, diselamatkan dari kematian dan penghakiman Allah kepada hidup yang kekal. Maksud dari baptisan bukanlah untuk membersihkan kenajisan jasmani melainkan sebagai suatu permohonan kepada Allah agar kita diselamatkan. Baptisan itu sendiri sebagai suatu tanda dan ekspresi iman yang berseru kepada Allah. Iman itulah yang membawa keselamatan.

Markus 1 : 9 – 15
Perikop ini mencakup tiga peristiwa sebelum Yesus memulai pelayanan-Nya di dunia, yaitu pembaptisan-Nya, pencobaan di padang gurun dan permulaan pemberitaan tentang diri-Nya. Bukan secara kebetulan ketiga peristiwa itu dicatat oleh Markus. Markus ingin memperlihatkan bagaimana sebelum memulai pelayanan-Nya, Allah terlebih dahulu meneguhkan Yesus. Pertama, Allah meneguhkan identitas Yesus melalui pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes pembaptis (Ay. 9-11). Kedua, Allah meneguhkan mental Yesus melalui pencobaan di padang gurun selama empat puluh hari lamanya (Ay. 12-13). 

Benang Merah Tiga Bacaan:
Allah sungguh memberi kekuatan dan penghiburan, hari lepas hari tanpa terputus oleh ruang dan waktu. Ketika Allah merancangkan karya-Nya pasti diperlengkapi dengan kehendak dan kuasa yang tak terpikirkan oleh manusia. Manusia sangat terbatas namun Allah kita besar dan tidak terbatas. Sudah semestinya yang terbatas akan menyerahkan dan mempercayakan hidupnya kepada yang besar dan tidak terbatas itu, yakni Allah sendiri. Hidup di tengah dunia tentu penuh ancaman dan tantangan, namun tetap serahkan dan percayakan hidup ini kepada Tuhan. Kepada pribadi yang demikian tidak akan dikalahkan oleh godaan apapun. Kasih Tuhan tidak akan bisa dikalahkan oleh kebencian dan penderitaan dunia.

Ketiga perikop kita, bacaan Injil telah mengisahkan sekalipun di padang gurun dicobai, Yesus menang atas pencobaan itu. Bacaan yang kedua, karena percaya kita diselamatkan. Hanya karena kasih yang besar kita dapat beroleh hidup yang kekal. Serta jangan takut menderita karena Kristus yang kasih-Nya besar pun juga menderita. Sedangkan bacaan yang pertama memberikan penguatan kepada kita untuk selalu berlaku taat kepada Allah, karena ketaatannya, Nuh selamat dari air bah yang mematikan. Setelah melawati peristiwa yang mengerikan itu pun Tuhan masih menjamin pemulihan kehidupan Nuh dan keturunannya melalui Perjanjian dari Allah.

 

Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)

Pendahuluan
Taat menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online adalah senantiasa tunduk, patuh, tidak berlaku curang, setia, saleh, kuat beribadah. Siapakah tokoh idola kita yang taat sampai mati? Pastinya, Tuhan Yesuslah tokoh idola kita semua. Yesus taat kepada Allah Bapa sampai mati di atas kayu salib. Semua Dia jalani karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa, demi kemuliaan Allah sebagai Raja. Apakah yang menjadi tantangan kita untuk berlaku taat kepada Tuhan? Besarnya rasa khawatir akan hari esok menjadikan kita mengabaikan sebuah ketaatan. Beratnya tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari bisa menjadikan seseorang mengejar harta tanpa mempertimbangkan itu berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Karena tergiur dengan kenikmatan dunia, seseorang bisa mengorbankan keutuhan rumah tangganya, dan masih banyak lagi contoh ketidaktaatan yang lain. Yang menjadi pertanyaannya, apa yang harus kita perbuat sebagai pengikut Kristus?

Isi
Bacaan kita hari ini mengisahkan tentang ketaatan yang membuahkan keselamatan dan pemulihan. Memperhatikan cerita yang selalu berakhir dengan baik nan indah dalam setiap bacaan, yang menjadikan kita bersedia berkomitmen untuk menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan. Bacaan Injil hari ini mengisahkan Tuhan Yesus diteguhkan sebelum mengawali pelayanan-Nya di dunia. Sekalipun belum diceritakan dalam bacaan kita, kita semua sudah tahu cerita akhirnya bahwa Tuhan Yesus berhasil mengalahkan pencobaan di padang gurun dan menunjukkan ketaatan-Nya sampai mati. Cerita tersebut menginspirasi kita semua yang suka mengejar zona nyaman dan seringkali takut terhadap tantangan. Baru saja menghadapi masalah, seringkali kita sudah menyerah duluan. Sudah kalah sebelum berperang. Sedikit saja masalah sudah mengeluh sepanjang hari. Yesus pun harus tinggal di padang gurun selama 40 hari 40 malam untuk melatih mental-Nya. Segala hal yang tidak menyenangkan kita dan segala hal kenyataan yang kita terima tidak sesuai dengan harapan kita, itu semua dipakai Tuhan untuk melatih kita semakin murni dan dewasa di dalam iman, di dalam kita mengikut Tuhan Yesus.

Bacaan yang pertama, mengisahkan bagaimana Nuh menaati Allah untuk membuat bahtera, sehingga dia dan keluarganya serta semua yang berada di dalam bahtera selamat dari air bah yang mematikan. Nuh dan keluarganya diijinkan untuk melewati badai yang besar. Setelah melewatinya, Allah tidak membiarkan Nuh berpulih sendirian, namun Allah mengadakan perjanjian supaya Nuh semakin yakin bahwa Allah sungguh-sungguh mengasihi anak-anak-Nya yang taat kepada-Nya. Setelah peristiwa air bah itu, Allah tidak lagi mengambil solusi hukuman yang membinasakan umat manusia tetapi mengikutsertakan manusia sebagai mitra-Nya dalam perjanjian keselamatan. Dalam Kejadian 9:12-13, Allah berfirman: ”Inilah tanda perjanjian yang Kuadakan antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup, yang bersama – sama dengan kamu, turun temurun, untuk selama lamanya: BusurKu Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi.” Tanda perjanjian keselamatan Allah yang penuh anugerah dinyatakan melalui simbol busur. Semula dengan busur yang dilengkapi anak panah dipakai oleh Allah untuk memanah setiap umat berdosa, sehingga mereka binasa. Tetapi setelah bumi dibersihkan dari perbuatan dosa, Allah mengambil keputusan untuk menempatkan kasih karunia-Nya yang membarui kehidupan umat berdosa. Karena itu simbol busur yang dilambangkan dalam wujud pelangi bermakna “tumbuhnya pengharapan dan keselamatan yang baru.”

Bacaan yang kedua mengingatkan kita untuk tidak takut menderita. Ayat 18-22 adalah upaya Petrus untuk menguatkan orang percaya pada masa itu dan kita hari ini agar bersiap sedia menderita karena Kristus. Ayat 18: Ingatlah, Kristus juga telah menderita (mati) dan dibangkitkan, supaya Ia membawa kita kepada Allah. Petrus mengingatkan jemaat bahwa jikalau mereka menderita sekalipun karena berbuat baik, janganlah berkecil hati dan kecewa, karena Kristus juga telah menderita. Jemaat yang menderita karena Kristus, sesungguhnya sedang mengikuti jejak-Nya. Dalam satu ayat ini terkandung doktrin keselamatan yang mendalam dan padat. Penderitaan Kristus adalah penderitaan untuk segala dosa kita. Ia yang benar untuk orang – orang yang tidak benar, satu kali untuk selamanya, dengan satu tujuan, yaitu Ia membawa kita kembali kepada Allah. Dan bagaimanakah Kristus dapat membawa kita kepada Allah jikalau Ia tidak hidup setelah mati? Maka Petrus menambahkan bahwa Ia telah menang dan bangkit dalam kuasa Roh mengalahkan maut. Dosa-dosa kita telah diselesaikan oleh Kristus, oleh kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga tidak ada lagi yang memisahkan kita dari Allah bahkan penderitaan dan kematian sekalipun.

Penutup
Kita semua hidup dalam dan oleh Perjanjian Allah. Kita semua adalah anak-anak perjanjian. Allah telah berjanji tidak menghukum dunia ini dengan air bah yang mematikan, namun kepada orang berdosa keselamatan diberikan dengan cuma-cuma. Masih tetapkah kita tidak mau taat kepada Tuhan? Pencobaan dan penderitaan yang teramat mendalam, Tuhan Yesus sudah melampauinya lebih dulu, apakah kita masih tetap meragukan-Nya? Dalam praktik kehidupan sehari-hari seringkali kita melupakan dan mengabaikan perjanjian keselamatan Allah yang telah dianugerahkan dalam kehidupan kita. Relasi khusus yang diikat oleh Allah dalam perjanjian-Nya bertujuan agar kehidupan kita dapat menjadi suatu ziarah iman dimana kita harus selalu haus akan kebenaran-Nya.

Air dan api bisa saja memusnahkan semua makhluk di bumi ini, namun ada satu jaminan bagi setiap orang yang taat, dimana mereka tidak akan binasa oleh sesuatu apapun. Tuhan Yesus Kristus menjadi tanda pelangi bagi setiap orang yang taat. Bertobatlah, percayalah kepada-Nya, dengarkanlah selalu pengajaran-Nya, lakukanlah perintah-Nya dengan taat, maka kita akan terhindar dari hukuman Allah dan hidup kekal akan menghampiri kita. Pada minggu ini kita memasuki masa Pra Paskah, mari setiap kita menghayati bahwa karya keselamatan Tuhan sungguh nyata dalam hidup kita. Kita kembali memperbaharui komitmen hidup kita untuk taat sampai mati, seperti teladan dan jejak Tuhan Yesus, taat sampai mati. Selamat menjadi pribadi yang taat. Roh Kudus memampukan kita semua. Amin. [Life].

 

Pujian: KJ. 400 : 1 – 4  Kudaki Jalan Mulia

 

Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak) 

Pambuka
Taat miturut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) online inggih punika senantiasa tunduk, patuh, tidak berlaku curang, setia, saleh, kuat beribadah. Sinten ingkang dados idola kita ingkang taat ngantos pungkasan? Mestinipun, Gusti Yesus minangka idola kita sedaya. Gusti Yesus taat ngantos seda ing kajeng salib. Sedaya dipun lampahi namung kagem nindakaken karsanipun Sang Rama ing Swarga. Kagem kaluhuran Sang Rama minangka Sang Raja. Punapa ingkang dados tantanganipun kangge mujudaken taat dhumateng Gusti? Agenging raos kuwatos ing dinten – dinten saklajengipun, dinten – dinten ingkang dereng kelampahan saged ndadosaken kita nglirwakaken raos taat kita. Awrating momotan ing bab kabetahan gesang saged ndadosaken kita mburu kadonyan tanpa rumaos nglirwakaken karsanipun Gusti. Karana kabidung semseming jagad, saged ndadosaken kita ngorbanaken brayat kita piyambak dados crah lajeng bubrah, lan taksih kathah conto sanesipun ing bab mboten taat dhumateng Gusti Allah. Ingkang dados pitakenanipun, punapa ingkang kedah dipun lampahi lan dipun tindakaken dening para pandherekipun Gusti?

Isi
Waosan kita ing dinten punika nyariosaken bab kataatan ingkang nuwuhaken kawilujengan lan pamulihan. Nggatosaken cariyos ingkang pungkasanipun mesthi sae lan endah, mestinipun ndadosaken kita sumadya nggadhahi tekad dados pribadi ingkang taat dhumateng Gusti. Waosan Injil ing dinten punika nyariosaken bilih Gusti Yesus kateguhaken langkung rumiyin sakderengipun miwiti peladosan ing satengahing jagad. Sanadyan dereng kacariosaken ing waosan kita ananging kita sampun sumerep cariyos saklajengipun bilih Gusti Yesus kasil ngawonaken pacoben ing satengahing pasamunan lan pungkasanipun mbuktekaken bilih Gusti Yesus taat ngantos seda sinalib. Cariyos punika saestu ngatag manah lan gesang kita ingkang remen nggayuh zona nyaman lan ajrih ngadepi tantangan utawi pambengan. Taksih nembe ngadepi masalah, kita sampun nglokro rumiyin. Sampun rumaos kawon saderengipun nindakaken perang. Sekedik kemawon wonten pambengan kita sampun nggrundel lan nggresula saben dintenipun. Gusti Yesus manggen ing pasamunan ngantos sekawan dasa dinten sekawan dasa dalu kangge nglatih mental-iPun. Sedaya prakawis ingkang mboten ngremenaken manah lan sedaya kasuyatan ingkang kita tampi mboten sami kaliyan ingkang dados pengajeng – ajeng kita, sedaya kalawau dipun agem dening Gusti kangge nglatih kakiyatan kita, sepinten kasetyan lan kadiwasan iman kita ndherek Gusti.

Waosan kaping satunggal, nyariosaken kados pundi Nuh taat dhumateng Gusti Allah, kanthi sumadya ndamel prau ageng, satemah Nuh lan brayatipun sarta sedaya ingkang lumebet ing prau kalawau sami wilujeng saking bebaya banjir ageng ingkang saged mejahi sedaya titah. Nuh lan brayatipun dipun paringi wekdal dening Gusti Allah kangge nglangkungi bebaya ageng kalawau. Sasampunipun nglangkungi bebaya ageng kalawau, Gusti Allah mboten nilar Nuh nglajengaken gesangipun tanpa pangreksaniPun. Pangreksa punika ketawis nalika Gusti Allah ngawontenaken prajanjian kaliyan Nuh. Lumantar prajanjian punika Nuh sansaya manteb bilih Gusti Allah saestu nresnani dhateng piyambakipun para putranipun. Sasampunipun prastawa banjir ageng kalawau, Gusti Allah mboten malih ngukum manungsa kanthi nyirnakaken sedaya titah ananging nimbali manungsa supados dados rowang mitra ing salebeting prajanjian kawilujengan.

Ing Purwaning Dumadi 9:12-13, Gusti Allah banjur nyambeti pangandika: “Iki pratandhane prasetya kang Sundamel ing antaraningSun lan sira tuwin sadhengah makhluk kang urip kang melu sira, nganti turun – tumurun kanggo ing salawase. KluwungingSun Sunpapanake ana ing mendhung, iku kang minangka tandhaning prasetyaningSun lan bumi.” Tanda prajanjian kawilujengan saking Gusti Allah punika namung karana sih katresnanipun Gusti Allah piyambak, ingkang murugaken kita saged nampeni sih rahmat. Saderengipun wonten prajanjian punika, Gusti Allah tetekad saestu nyirnakaken manungsa dosa. Ananging samangke Gusti Allah mapanaken sih rahmatipun kangge mitulungi manungsa ingkang kebak dosa lan kebak cilaka. Kluwung ingkang dipun papanaken dhateng mega minangka pratandha tuwuhipun pangajeng – ajeng lan kawilujengan.

Waosan kaping kalih ngengetaken kita supados mboten ajrih nandang sangsara. Ayat 18-22 minangka pangupadosipun Petrus kangge ngiyataken pasamuwan kala samanten lan kita sedaya ing dinten punika supados sumadya nandang sangsara karana Sang Kristus. Ayat 18, sami engeta bilih Gusti Yesus sampun nandang sangsara (seda) lan kawungokaken, supados kita sami saged kasowanaken dhateng ngarsanipun Gusti Allah. Petrus ngengetaken kasangsaran kita sanadyan kita nindakaken kabecikan, sampun ngantos dados kuciwa lan aliting manah karana Kristus ugi sampun nandang sangsara ngrumiyini kita sedaya. Pasamuwan ingkang sumadya nandang sangsara estunipun saweg nglampahi jejakipun Gusti Yesus. Ing ayat punika ugi nedahaken doktrin kawilujengan. Kasangsaranipun Gusti Yesus inggih punika kasangsaran kangge dosa – dosa kita. Gusti Yesus ingkang mboten nggadhah kalepatan lan mboten nggadhah dosa kedah nanggel dosa lan kalepatan kita sedaya, namung sepisan ngantos selaminya, kangge satunggal tujuan inggih punika bekta kita wangsul dhateng Gusti Allah. Lan kados pundi Sang Kristus saged bekta kita dhateng Gusti Allah bilih mboten kawungokaken? Pramila Petrus nambahi katrangan bilih Gusti Yesus sampun menang lan wungu ngawonaken pati. Dosa – dosa kita sampun kabirat dening Sang Kristus lumantar seda lan wunguniPun. Pramila mboten wonten malih ingkang saged misahaken kita saking Gusti Allah. Kasangsaran lan pejah ugi mboten saged misahaken kita saking Gusti Allah.

Panutup
Kita sedaya gesang ing salebeting prajanjianipun Allah. Kita sedaya dados anak – anak prajanjian. Gusti Allah sampun prajanji mboten badhe paring paukuman dhateng jagad lumantar banjir ingkang ageng, ananging tumraping tiyang dosa. Gusti Allah malah paring kawilujengan srana sih rahmat-iPun. Punapa inggih kita taksih mboten sumadya taat dhumateng Gusti Allah? Pacoben lan kasangsaran ingkang awrat sanget sampun langkung rumiyin kasanggi dening Gusti Yesus, punapa inggih kita taksih mangu – mangu dhumateng Gusti Yesus? Ing kasunyatan gesang padintenan, kita asring nglirwakaken prajanjian kawilujengan peparingipun Gusti Allah. Sesambetan mirunggan ingkang dipun taleni dening Gusti Allah minangka prajanjian supados gesang kita dados ziarah iman, inggih punika kita tansah ngorong dhateng kaleresan ingkang asalipun saking Gusti Allah piyambak.

Toya lan geni pancen saged nyirnakaken sedaya titah ing jagad, ananging wonten satunggal jaminan kangge tiyang ingkang taat, pribadi kalawau mboten badhe cilaka dening punapa kemawon. Gusti Yesus dados pratandha kluwung kangge saben tiyang ingkang taat. Mratobata, pitadosa dhumateng Gusti Allah, mirengna sedaya piwucaliPun, nindhakna sedaya prentahiPun kanthi taat, matemah kita badhe kaluwaran saking paukuman lan kita badhe nampeni gesang langgeng. Ing minggu punika kita lumebet ing Minggu Pra Paskah, kita sami kaajak ngraosaken bilih pakaryan kawilujengan saking Gusti Allah saestu nyata ing gesang kita. Kita kaajak malih ngenggalaken komitmen gesang kita dados pribadi ingkang taat ngantos purna, kadosdene tuladha saking Gusti Yesus, taat ngantos purna. Sugeng ngupadi dados pribadi ingkang taat. Roh Suci paring kasagedan dhateng kita sedaya. Amin. [Life].

 

Pamuji: KPJ. 452 : 1 – 4  Tekading Manah Kawula

Renungan Harian

Renungan Harian Anak