Rabu Abu | Pembukaan Masa Pra Paskah
Stola Ungu
Bacaan 1: Yoel 2 : 1 – 2, 12 – 17
Mazmur: Mazmur 51 : 1 – 17
Bacaan 2: 2 Korintus 5 : 20b – 6 : 10
Bacaan 3: Matius 6 : 1 – 6, 16 – 21
Tema Liturgis: Ketaatan kepada Allah Membuahkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Menyehatkan Iman Mewujudkan Karya
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yoel 2 : 1 – 2, 12 – 17
Yoel 2:1-2 menjadi pembuka atas seruan dalam ayat 12-17. Peran ayat 1 dan 2 ini adalah memberikan gambaran situasi yang akan terjadi saat hari Tuhan itu datang. Hari Tuhan akan segera datang, oleh karena itulah semua bangsa harus mempersiapkan diri untuk masuk dalam hari Tuhan. Gambaran nyata atas hari Tuhan adalah adanya alam gelap gulita dengan kabut pekat yang menyelimuti bumi. Sebuah gambaran dari kondisi bencana yang akan mengenai bumi.
Karena dalam situasi yang akan menerima bencana maka tidak lagi dapat dibedakan siapa yang terkena petaka dan siapa yang selamat. Dalam kondisi yang tidak pasti itulah, Yoel meminta supaya setiap orang melakukan pertobatan dengan sungguh-sungguh. Pertobatan juga belum menjadi jaminan akan terluput dari bencana itu karena ayat 14 menyebutkan, “siapa tahu, mungkin…” sebagai harapan jikalau Tuhan akan membatalkan bencana itu. Menyesali waktu rasanya tidak lagi mungkin karenanya daripada menggerutu dalam kepanikan maka bertobat dengan sungguh-sungguh menjadi sikap yang perlu dilakukan supaya jiwa dan roh kita tetap sehat dan kuat walau menerima bencana.
2 Korintus 5 : 20 – 6 : 10
Paulus menyebut dirinya sebagai utusan Kristus. Tentu sebutan ini sangat umum untuk memberikan legalitas kepada berita yang akan disampaikannya. Dengan harapan, berita yang disampaikan mendapatkan perhatian dari orang-orang Korintus. Adapun isi beritanya itu adalah seruan supaya orang-orang Korintus bersedia didamaikan dengan Allah. Pendamaian antara manusia dan Allah itu ada di dalam Yesus Kristus yang telah dibuat Allah menjadi manusia supaya dapat menjangkau manusia berdosa.
Sementara itu pasal 6 nampaknya tidak mempunyai kesinambungan dengan bagian terakhir pasal 5 sebab ayat 1 di pasal 6, Paulus mengingatkan kembali tentang kasih karunia. Rupanya Paulus sengaja meloncat dengan mengingatkan kasih karunia Allah kepada manusia supaya pendamaian dengan Allah dianggap kemustahilan. Kasih karunia itu sudah nyata dan diterima oleh manusia sehingga kehidupannya haruslah wujud kehidupan yang berdamai dengan Allah. Oleh sebab itu, dalam segala situasi apapun pendamaian dengan Allah adalah berkat yang tidak dapat tergantikan. Kemudian Paulus memberikan uraian rinci dari orang yang mengalami pendamaian dengan Allah, yaitu orang yang kehidupannya kini baru dan sungguh sehat secara rohani maupun mental, sehingga kehidupan orang yang berdamai dengan Allah adalah memiliki kemurnian hati dan kasih yang tidak munafik.
Matius 6 : 1 – 6, 16 – 21
Yesus mengajarkan 3 hal utama dalam menjalankan kewajiban agama, yaitu: sedekah, berdoa, dan berpuasa. Disebut sebagai kewajiban agama karena memang Yesus hidup dalam sebuah tradisi agama Yahudi yang taat. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang melakukan tiga kewajiban agama itu dengan teliti dan taat. Menjadi masalah ketika kewajiban agama itu menjadi ajang pamer dan mencari panggung. Cari perhatian dengan melakukan kewajiban agama itulah yang menjadi kritik Yesus. Jadi dari sini kita bisa simpulkan bahwa Yesus tidak meniadakan tiga kewajiban agama. Jangan salah, seolah Yesus meniadakan sedekah, doa, dan puasa bagi pengikut-Nya, tidak dan bukan itu yang menjadi persoalan, tetapi sikap dan perilaku menjalankan kewajiban agamalah yang menjadi perhatian Yesus.
Jika orang melakukan kewajiban agama demi perhatian dan panggung, maka Yesus melarang para pengikut-Nya melakukan hal itu. Sedekah, doa, dan puasa ditujukan hanya bagi Tuhan, sehingga tidak perlu dipamerkan kepada orang lain termasuk pada diri sendiri yang kemudian dalam hati kita memandang diri lebih religius dari pada yang lainnya. Larangan itu terungkap dengan pernyataan Yesus, “Janganlah tangan kiri tahu apa yang dilakukan tangan kanan.” (Ay. 3). Uniknya ayat ini sering sekali dijadikan dasar bagi orang Kristen ketika memberikan persembahan padahal konteksnya memberi sedekah yang merupakan kewajiban. Sikap yang diperlukan oleh orang yang menjalankan kewajiban agama adalah memberi dan melakukan dengan tulus untuk Tuhan. Hanya itu saja motivasinya dan tanpa dicampuri motivasi lainnya. Hanya orang yang murni hati dan tulus diri yang dapat melakukan kewajiban agama dengan motivasi yang benar. Dan orang yang demikian memiliki relasi yang baik dan sehat dengan Tuhan. Jika Tuhan berkenan itu sudah cukup tidak perlu tambahan ini atau itu lagi.
Benang Merah Tiga Bacaan:
Berdamai dengan Allah adalah sebuah kondisi yang harus dicapai oleh orang beriman. Berdamai itulah yang menentramkan hati dan juga menyehatkan iman. Iman yang sehat tidak terlalu memusingkan apa yang didapat tetapi apa yang dipersembahkan bagi Tuhan. Dari iman yang sehatlah, maka segala kewajiban agama dilakukan dengan sukacita karena memang kewajiban itu dilakukan bukan untuk memuaskan diri tetapi untuk memuliakan Tuhan.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah sebuah rancangan khotbah, silahkan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang berusia 112 tahun? Mungkin yang kita bayangkan adalah seorang tua renta yang hanya bisa terbaring di ranjang, menunggu bantuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Namun bayangan macam ini segera pupus jika kita melihat apa yang dilakukan oleh Fauja Singh, lelaki India kelahiran 1911 yang kini tinggal di Inggris. Ia masih aktif mengikuti berbagai kejuaraan maraton. Ia mampu menyelesaikan maraton dengan jarak 42 km dalam waktu hampir 7 jam. Ia telah banyak berkiprah di even olah raga internasional, dari tampil menjadi model pakaian olah raga merk Adidas bersama David Beckham sampai menjadi orang pertama yang memecahkan 8 rekor waktu berbasis usia dalam Ontario Masters Association di Ontario, Kanada.
Tokoh lain yang juga tidak kalah fantastiknya adalah Dharam Pal Singh. Pria kelahiran tahun 1897 yang juga masih mengikuti perlombaan marathon sampai usianya 125 tahun. Wow, sebuah pencapaian yang fantastik tentunya. Sebab sangat jarang orang seusia itu tetap bisa mengikuti lari marathon. Jangankan marathon, jalan kaki 1 Km saja berat rasanya. Berdasarkan berbagai wawancara di media masa, baik Fuja maupun Dharam ternyata memiliki kesamaan pola hidup, yaitu sama-sama vegetarian. Bahkan Fuja dalam wawancara menyatakan bahwa kebugarannya berasal dari gaya hidupnya yang tak pernah berubah sejak muda. Ia memilih menjadi seorang vegetarian dan tak banyak mengonsumsi beragam makanan, sehari-hari ia hanya memakan chappati (roti gandum bundar yang dibakar), kacang-kacangan, sayur hijau, susu dan yogurt. Ia tak pernah makan nasi putih dan segala makanan yang digoreng. Selain makanan, Fauja juga minum air putih dan teh jahe secukupnya.
Dari kedua kisah tokoh ini kita dapat belajar hal-hal penting dalam kehidupan. Capaian yang didapat oleh Fuja maupun Dharam adalah hasil perjuangan panjang seumur mereka. Sisi lain capaian itu karena keberanian dan kekonsistenan keduanya dalam menjalani hidup dengan pola hidup sehat. Ketika pola hidup sehat dapat dilakukan maka membawa capaian prestasi yang luar biasa. Demikian juga dengan iman kita. Iman yang sehat tentu juga akan membawa dampak besar bagi kehidupan diri sendiri dan persekutuan.
Isi
Untuk mencapai kehidupan iman yang sehat dan kuat maka pada ibadah pembuka Masa Pra Paskah hari ini, mari kita merenungkan beberapa kunci pentingnya, yaitu:
A. Memilih Pola Hidup Iman yang Sehat
Jemaat yang terkasih, bukankah kita pun memiliki peluang untuk terus memiliki capaian-capaian dalam hidup? Usia sering menjadi penghalang, tenaga menjadi alasan, renta pun tak luput dari alibi. Tetapi kenapa baru umur segini saja, keluhan kita sudah banyak? Kolesterol-lah, asam urat-lah, tekanan darah tinggi-lah. Boro-boro ikut marathon, jalan kaki atau naik tangga saja sudah ngos-ngosan. Jelas ini karena pilihan gaya hidup kita tak sama dengan apa yang dipilih Fauja dan Dharam, keputusan kita tak sama dengan apa yang diputuskan Fauja dan Dharam. Pilihan yang kita ambil selalu ada dampaknya. Saat kita memutuskan untuk mematikan alarm di pagi hari karena ingin tidur 10 menit lebih lama, dampaknya ya telat! Kalau kita memilih untuk memakai baju yang tidak terlalu nyaman untuk bekerja, dampaknya ya tak nyaman sepanjang hari.
Kalau kita memilih untuk menikah dengan suami atau istri yang tidurnya ngorok, dampaknya ya sepanjang hidup kita akan tidur dengan suara alunan orchestra alami satu nada dan kala ada melodinya: grrrrr…grrrr… Ya… pilihan dan keputusan itu kita yang buat, tak peduli kecil atau besar, dalam hal remeh atau genting, pilihan dan keputusan harus selalu dibuat dan darinya akan selalu ada dampak yang kita rasakan cepat atau lambat.
Demikian juga dengan kehidupan iman kita, iman kita mau sehat atau tidak juga bergantung kepada pilihan gaya beriman kita. Kita beriman tetapi masih sering melakukan dosa, maka pasti jiwa kita tidak pernah sehat. Toh nanti masih ada kesempatan bertobat. Iman kita sehat kalau kita memilih untuk memiliki kehidupan iman yang sehat dengan menjalankan kewajiban iman yang sehat pula.
B. Melakukan Pertobatan Sejati
Jikalau saudara dan saya ingin memiliki iman yang sehat, maka satu hal yang harus kita lakukan, yaitu bertobat. Tidak ada cerita imannya sehat tetapi tetap berbuat dosa. Tidak pernah akan tercapai kebugaran iman kita kalau ternyata bertobatnyapun pura-pura. Oleh sebab itulah, bertobat menyehatkan iman dan menyehatkan jiwa kita. Lantas pertobatan yang bagaimana?
Yoel 2:12-13 menjadi kunci penting bagi kesehatan iman kita yaitu: pertama, berbalik kepada Tuhan dengan segenap hati. Ini adalah pertobatan dengan sungguh-sungguh bukan sekadar ritus apalagi pura-pura. Wujud keseriusan itu dilakukan dengan puasa, menangis, dan mengaduh.
Bicara tentang puasa sebagai wujud keseriusan nampak pula dari perintah Tuhan Yesus ketika para murid tidak mampu mengusir setan. Tuhan Yesus memerintahkan supaya mereka melakukan doa dan puasa (Mat. 17:21). Jadi puasa bukan sebagai syarat atas sesuatu yang kita minta apalagi untuk mendapatkan sesuatu. Puasa adalah wujud kesungguhan diri saat memohon pengampunan Tuhan. Oleh sebab itulah, puasa disertai tangisan dan aduhan karena menyadari segala kesalahan dan dosa. Pada titik inilah pertobatan menjadi wujud utuh atas penyesalan diri dan tidak akan mengulang lagi.
Kedua, pertobatan sejati haruslah dilakukan dengan hati, bukan sekedar basa-basi. Oleh sebab itulah, Yoel 2:13 memberikan perbandingan antara hati dan pakaian. Pakaian adalah bagian yang nampak dan bisa berganti yang lain tetapi hati adalah bagian terdalam dalam diri yang tidak akan pernah digantikan selain hanya perasaan yang ditimbulkannya. Hati yang dikoyakkan adalah wujud keseriusan dan mengungkapkan keseluruhan isi dan perasaan. Mengoyakkan dalam bahasa aslinya adalah qara yang berarti menangisi setiap bagian atau lembaran. Mengoyakkan hati berarti menangisi setiap bagian yang ada dalam hati kita. Ini menunjukkan kesungguhan dan kedalaman penyesalan ketika kita bertobat.
Jadi pertobatan sejatinya berangkat dari dalam diri dengan kesungguhan penyesalan dari setiap bagian yang ada dalam hidup kita. Pertobatan yang demikian adalah pertobatan secara keseluruhan atau totalitas. Kita tidak bisa bertobat sebagian saja atau dicicil saja. Dan pertobatan bukanlah tampilan apalagi show yang hanya dipamerkan supaya dilihat orang kelihatan suci atau religius. Demikian juga pertobatan tidak bisa diwarnai oleh gengsi terhadap sesamanya.
Pertobatan sejati adalah pilihan kita jika ingin memiliki iman yang sehat. Dan iman yang sehat jugalah yang menyehatkan dan menyegarkan jiwa dan kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itulah, kalau jiwa kita sehat maka dalam menjalankan kewajiban agama, kita dilakukan dengan cara yang sehat. Bagaimana menjalankan kewajiban agama yang sehat?
C. Melakukan Kewajiban Agama dengan Sehat
Matius 6:1-6, 16-21 menunjukkan satu kata kunci dari menjalankan kewajiban agama yang sehat, yaitu: semua kewajiban hanya untuk Tuhan saja. Godaan hari ini adalah kewajiban agama diarahkan untuk dilihat oleh orang lain. Budaya tampil ini yang sering menjadikan setiap kewajiban agama kita hanya diarahkan untuk panggung, supaya dapat dilihat dan lebih lagi supaya dapat dikenal.
Oleh sebab itulah, Tuhan Yesus dalam Matius 6 menekankan kembali bahwa sedekah, berdoa, berpuasa janganlah dipenuhi kepentingan untuk diri sendiri. Semua tindakan religious itu haruslah diarahkan kepada Tuhan saja. Pada bagian inilah semua laku iman kita sungguh-sungguh didasari dan dibangun di atas relasi dan kedekatan dengan Tuhan saja. Bahkan pujian dari diri sendiripun jangan sampai menjadi motivasi dalam laku iman tersebut apalagi haus puji-pujian dan penghargaan orang lain.
“Jangan sampai tangan kanan memberi tetapi tangan kiri mengetahui.” Tangan kanan dan tangan kiri adalah satu bagian dari satu tubuh tetapi saat bersedekah pun jangan sampai bagian diri yang lain mengetahui. Ini jelas menekankan bahwa janganlah kita memiliki motivasi untuk diri sendiri. Demikian juga berdoa, betapa seringnya dalam berdoa kita hanya mengarahkan demi memenuhi keinginan diri sendiri sehingga saat doa kita tak terjawab maka kita kecewa kepada Tuhan. Jika doa demikian maka Tuhan hanya dijadikan alat saja untuk memenuhi hasrat kita. Apalagi puasa, betapa seringnya orang berpuasa meminta penghargaan khusus. Minta dihormati orang lain dan bahkan melarang orang lain untuk makan dan minum ketika ada yang berpuasa. Puasa sering sekali dipamer-pamerkan saja.
D. Tanda Iman yang Sehat
Dengan laku pertobatan sejati dan menjalankan kehidupan iman yang sehat maka kitapun akan mampu mengumpulkan harta yang sejati, yaitu harta sorgawi. Harta sorgawi menjadi tujuan dari setiap laku kehidupan kita di dunia. Untuk mendapatkan harta maka diperlukan kerja. Dan orang dapat bekerja dengan baik jikalau tubuh dan jiwanya sehat. Oleh sebab itulah mengumpulkan harta adalah sebuah gambaran nyata dari kebutuhan nyata manusia yang hidup di dunia. Harta itu bukan hanya duniawi dan materi tetapi juga nilai dan kebaikan yang menjadikan Tuhan berkenan atas kehidupan kita. Harta sorgawi adalah aneka sukacita, kebahagiaan, dan kemuliaan.
Harta sorgawi itu didapatkan karena cinta dan kesetiaan kita, karena itulah “dimana hartamu berada disitulah hatimu berada.” Hanya iman yang sehat yang mengetahui bahwa kita memiliki kekayaan sorgawi. Dan orang yang tidak lagi bergelut dengan dosa sajalah yang bisa merasakan bahwa dirinya kaya. Tentu ini bukanlah hal baru sebab semua orang beragama tentu sudah mengetahui jikalau mereka memiliki kekayaan sorgawi. Sayangnya kemudian banyak yang tidak mau cinta sorgawi tetapi memilih cinta duniawi. Karena cintanya dengan dunia, ia sampai kehilangan nilai-nilai sorgawi dan bahkan hidup seperti manusia duniawi.
Penutup
Hidup dalam Iman yang Sehat
Seorang yang beriman sehat akan selalu siap menerima apapun situasi yang terjadi dalam hidupnya. Dan seorang yang selalu siap menanggung apapun dalam hidupnya tidak pernah menjadi batu sandungan bagi sesamanya. Oleh sebab itu, Paulus memberikan nasihat kepada orang-orang Korintus supaya jangan ada di antara kita yang menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan yang rela mengorbankan kemuliaan-Nya dan datang menjumpai manusia. Dan itulah yang dilakukan oleh Tuhan Yesus bagi kita hari ini. Tuhan Yesus sungguh-sungguh menganugerahkan harta sorgawi bagi kita semua.
Tetaplah sehat dalam iman karena kita memilih menjauhi segala dosa baik dalam hati, dalam pikiran, apalagi dalam laku hidup sehari-hari. Tetaplah kerjakan dan nikmati harta sorgawi yang sungguh tak ternilai harganya dengan laku hidup menjadi hamba Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. Amin. [to2k].
Pujian: “Ampuni Aku Dalam Cinta-Mu” Cipt. Dikky Triatmojo
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Punapa ingkang saged dipun ayahi dening piyantun sepuh ingkang yuswanipun 112 tahun? Limrahipun, piyantun sepuh ingkang yuswa sakmanten punika sampun jempo lan mboten saged ngayahi pakaryan ingkang kathah, raganipun ringkih lan winates sanget anggen makarya. Ananging kahanan ingkang benten dipun panggihaken wonten ing Fauja Singh, piyantun India ingkang manggen wonten Inggris. Fauja ing yuswa 112 taun taksih kiyat ndherek lomba marathon. Malah kepara Fauja punika saged ngrampungaken lomba marathon 42 Km kanthi wektu 7 jam. Fauja asring ndherek event lomba olah raga internasional lan ugi dados model merk rasukan olah raga Adidas kaliyan David Beckham. Mboten namung mekaten kemawon, Fauja ugi dados piyantun ingkang mecahaken rekor Ontario Masters Association ing Ontario Kanada.
Piyantun sepuh sanesipun ingkang ugi nggadhahi prestasi edap-edapi ing yuswa adi inggih punika Dharam Pal Singh. Piyantun punika ndherek lomba marathon ngantos yuswa 125 tahun. Wow, punika estu mangedap-edapi awit pakaryan punika tamtu mboten saged dipun lampahi dening kathah piyantun sepuh. Limrahipun piyantun ingkang yuswa sakmanten punika wau mlampahipun sampun mboten jejeg, malah kedah dipun tuntun ngangge teken. Saking katrangan ingkang dipun liput dening media, piyantun kalih punika nggadhahi sengkeran gegayutan kaliyan pakulinanipun nglampahi gesang mirunggan kaliyan pola daharipun. Fauja lan Dharam sami-sami dahar sayur lan mboten purun dahar goreng-gorengan. Unjukanipun ugi mirunggan, toya petak lan wedang jahe sacekapipun saben dinten.
Menawi kita sinau saking kahanan gesangipun piyantun kalih ing nginggil, kita tamtu saged sinau bilih wontening raga ingkang sehat, kita saged nglampahi lan ugi nindakaken pakaryan ingkang mangedap-edapi. Raga ingkang sehat punika saged kagayuh kanthi perjuangan ing sakurutipun gesang. Ing perangan sanes, kakiyatan, lan kesehatan punika kagayuh krana tumemen anggenipun milih pola gesang ingkang sehat. Bilih raganipun sehat tamtu saged ngayahi sedaya prakawis ingkang elok lan endah. Mekaten ugi tumrap iman kita, bilih iman kita punika sehat tamtu kita ugi saged nindakaken pakaryan ingkang elok lan adi.
Isi
Supados gesang iman kita sehat lan kiyat, ing dinten punika sesarengan kita badhe lumebet ing Mangsa Pra Paskah, kita dipun emutaken malih babagkan gesang iman ingkang sehat. Iman ingkang sehat punika kedah kalampahan srana perangan-perangan ingkang mirunggan, inggih punika:
A. Sumadya Milih Pola Gesang Iman ingkang Sehat
Warga pasamuwan ingkang dipun tresnani dening Gusti, ing pigesangan kita samangke tamtu kita ugi kaparingan wekdal murih saged ngayahi karya lan gayuh pakaryan ingkang endah lan adi. Yuswa asring dados pambengan, ringkih raga wanci asring dados reribeting anggen kita badhe makarya. “Sayang umurku wis tuwo, awakku wis ora kuat, penyakit e wis mawarna-warna, kolesterol-lah, asam urat-lah, hipertensi-lah. Aja maneh melok marathon, mlaku 1 Km wae wis kangelan.” Trang awit pola gesang kita punika mboten sami kaliyan Fauja lan Dharam. Pilihan punapa kemawon ing gesang kita nggadhahi dampak kangge gesang kita. Bilih kita milih mejahi alarm 10 menit malih tamtu kita ugi badhe telat ndherek acara. Mekaten ugi nalika kita milih rasukan ingkang mboten pas ugi ndadosaken kita sedinten natas ngraosaken kahanan ingkang mboten nyaman.
Bilih kita saweg nenikahan kaliyan piyantun ingkang tilemipun ngorok tamtu saben dalu kita badhe mireng swanten orkestra satunggal nada inggih punika grrr…gr….. Pancen pilihan lan keputusan kita punika nggadhahi kosekwensi dangu kangge pigesangan kita.
Makaten ugi kaliyan pilihan gaya iman kita. Iman kita badhe sehat punapa mboten gumantung kaliyan pilihan pola gesang iman kita. Bilih ing gesang iman kita punika taksih asring keridu dosa-duraka tamtu iman kita ugi gesang nanging mboten sehat. Mangke taksih wonten wekdal murih saged mratobat. Iman kita saged sehat bilih kita sumadya milih pola gesang ingkang sehat. Lan ing salebeting iman ingkang sehat, kita tamtu badhe ngayahi wajibaning agami kanthi sehat ugi. Punapa ingkang kedah kita tindakaken supados iman kita sehat?
B. Mratobat ingkang Sejatos
Bilih panjenengan nggadhahi kepinginan nglampahi gesang iman ingkang sehat, panjenengan kedah mratobat. Mboten wonten cariosipun iman kita punika sehat bilih taksih tumindak dosa. Wadagipun iman mboten badhe kiyat bilih gesang karohanen kita taksih asring remen nindhakaken dosa lan mratobat namung abang-abange lambe kemawon. Pramila pamratobat punika estu nyantosakaken gesang karohanen lan iman kita. Lajeng pamratobat ingkang kados pundi?
Yoel 2:12-13 paring dawuh bilih pamratobat ingkang nyehataken punika katitik srana: sepisan, kedah kanthi estu-estu. Pamratobat ingkang sak estu punika nedahaken bilih kita mboten namung mratobat sacara tata lair, ritual kemawon ananging mrabobat sak lebeting batos kita. Menawi pamratobat makaten saged kalampahan tamtu kita badhe estreni srana olah raga kita mawi srana siam, tangis panelangsa, lan estu sesambatan kanti tulus dhumateng Gusti Allah.
Ngrembagi babagan siam punika wujuding anggen kita estu mratobat, ugi dipun pangandikakaken dening Gusti Yesus nalika para sakabat mboten saged nundung demit ing badanipun tiyang ingkang kapanjingan demit. Gusti Yesus nyuwun para sekabat murih siam lan dedonga (Mat. 17:21). Siam punika sanes syarat supados sakti, nanging siam punika ngemu teges menawi kita sumeleh lan pasrah dhumateng Gusti. Siam punika wujudipun kita mratobat lan ngakeni karingkihan dhiri, sanes syarat nyenyuwun dhumateng Gusti. Pramila ing Yoel, siam punika kaestrenan pangaduh lan tetangis awit kanthi estu-estu nyeyuwun pitulunganipun Gusti. Kanthi sadar karingkihan dhiri punika lajeng kita ngupaya supados mboten kadlarung ing dosa malih.
Kaping kalih, pamratobat ingkang sejatos punika kedah kanthi manah ingkang tulus mboten namung tata lair kemawon. Pramila Yoel 2:13 paring dawuh pamratobat kanthi manah ingkang dipun suwek. Manah kabandingaken kaliyan rasukan. Tegesipun tata lair kaliyan tata batin. Samukawis ingkang tata lair saged dipun gantosi nanging lebeting batin punika langgeng. Manah ingkang kasuwek punika nedahaken estunipun pamratobat kita. Nyuwek ing basa Ibraninipun qara ingkang ngemu teges perangan baka perangan. Nyuwek maneh punika tegesipun ngakeni sedaya perangan-perangan batos ingkang taksih karidu dosa, pramila dipun suwunaken pangluwaran saking Gusti.
Pramila mratobat ingkang sejatos kedah kawiwitan saking salebetipun dhiri pribadi kanthi estu getuni sedaya perangan manah lan batos ingkang taksih asring nindakaken dosa. Pamratobat ingkang makaten punika pamratobat ingkang total supados manah kita kagantos manah enggal ingkang kebak pamuji lan gesang tulus suci. Makaten ugi, pamratobat mboten saged kaling-kalingan gengsi dipun tingali tiyang sanes. Pamratobat punika dhiri pribadi kaliyan Gusti ingkang maha pirsa.
Pamratobat ingkang sejatos punika pilihan kita bilih kita kepingin nggadhahi iman ingkang sehat. Lan iman ingkang sehat ingkang ngiyataken manah lan raga kasukman kita sumrambahipun wonten ing pigesangan kita ing pandintenan. Bilih iman kita sehat tamtu saged ngayahi kewajiban agami kanthi sehat. Kados pundi kewajiban agami punika katindhakaken kanthi sehat?
C. Ngayahi Wajibing Agami Kanthi Sehat
Matius 6:1-6;16-21 nedahaken satunggal kunci ingkang ndadosaken sedaya kawajibaning agami kanthi sehat, inggih punika sedaya namung kagem kaluhuranipun Gusti Allah. Dinten punika kawajibaning agami asring katindakaken murih supados kathah tiyang ingkang pirsa. Budayanipun budaya tampil. Sedaya ayahan gegayutan kaliyan kawajibaning agami supados tampil lan saged dipun pirsani liyan.
Pramila punika, Gusti Yesus lantaran Matius 6 punika nedahkaken malih bilih paweweh, dedonga, lan siam sampun ngantos katujukaken kangge ngluhuraken dhiri ananging kagem ngluhuraken Gusti. Supados saged ngluhuraken asmanipun Gusti, kedahipun kita nggadahi gesang ingkang wanuh kanthi estu kaliyan Gusti. Sampun ngantos sedaya kawajibaning agami punika katalesen panyuwun pepujen lan ngluhuraken dhiri pribadi.
“Yen tangan tengen aweweh, tangan kiwa aja nganthi ngerti” punika ingkang dados slogan kita anggenipun nindakaken kawajibaning agami. Asring ukara punika dadosaken kita mboten purun dipun sebat nalika pisungsung. Tetela, ukara punika namung kagem weweh dhateng tiyang sanes, sanes kagem pisungsung. Tegesipun ukara punika nandesaken malih supados sedaya ingkang kita lampahi kangge nandukaken kewajiban agami punika mboten namung kangge dhiri pribadi. Mekaten ugi menawi dedonga sampun namung katujukaken kangge dhiri pribadi, bilih donga kita kados makaten, tamtu Gusti namung dados srana kemawon murih sedaya pepenginan kita saged kalampahan. Punapa malih siam, asring siam punika ndadosaken kita nyuwun dipun urmati, menging tiyang sanes dahar krana kita siam. Lajeng punapa paedahipun siam kita bilih namung supados dipun sumurupi tiyang sanes?
D. Pratandaning Iman ingkang Sehat
Kanthi nindakaken pamratobat ingkang sejatos lan nindakaken kawajibaning agami ingkang sehat, kita tamtu saged nglempakaken donya-brana ing swarga. Rajabrana ing swarga dados tujuanipun gesang karohanen kita sedaya, pramila supados kita pikantuk rajabrana kasuwargan kita kedah nglampahi karya. Supados kita saged makarya, kita mbetahaken iman ingkang sehat. Pasemon babagan rajabrana kasuwarga punika pratanda nyata tumraping gegayuhanipun gesang tiyang pitados. Rajabrana mboten namung tata lahir nanging ugi tata karohanen ingkang awujud kamulyan, kawisesan, lan kabingahan.
Rajabrana kasuwargan punika saged kita udipaya srana katresnan lan kasetyan kita dhumateng Gusti. “Ing pundi rajabrana kita ing ngriku ugi manah kita.” Namung iman ingkang sehat ingkang ndadosaken kita pirsa bilih kita punika sampun kagungan rajabrana kasuwargan. Lan iman ingkang sehat sepisan malih kedah kita lampahi srana uwal saking pamengkuning dosa. Sedaya tiyang tamtu sami mbetahaken rajabrana kasuwargan punika nanging kathah ingkang mboten sumadya nresnani gesang kasuwargan nanging kabidung gesang kadonyan kemawon ngantos koncatan katresnan, welah-asih malah karidu hawa napsuning gesang kadonyan.
Panutup
Gesang Ing Salebeting Iman Ingkang Sehat
Tiyang ingkang imanipun sehat tamtu badhe siaga nampi samukawis kahanan. Lan namung tiyang ingkang siyaga ingkang tansah dados berkah, mboten dados pepalang imanipun tiyang sanes. Pramila Paulus paring dawuh kita sampun koncatan sih mirmanipun Gusti ing salebeting kita nglampahi gesang padintenan. Sih mirmanipun Gusti sampun kagelar dhateng kita lantaran Putranipun Allah ingkang kababar lan mbirat sakathahing dosa kita. Putraning Allah inggih punika Gusti Yesus Kristus.
Ditansah sehat ing gesang iman lan sumangga sak mangke kita milih pola gesang ingkang sehat, inggih punika mboten purun malih nindhakaken dosa ing gesang padintenan kita. Swawi tumenga dhateng kamulyaning rajabrana kasuwarga peparingipun Gusti Allah lantaran Sang Kristus srana nglampahi gesang dados abdini-Pun ingkang sejatos. Gusti mberkahi kita. Amin. [to2k].
Pamuji: KPJ. 249 Abdining Sang Yehuwah