Minggu Pra Paskah 5
Stola Ungu
Bacaan 1: Yeremia 31 : 31 – 34
Mazmur: Mazmur 51 : 1 – 12
Bacaan 2: Ibrani 5 : 5 – 10
Bacaan 3: Yohanes 12 : 20 – 33
Tema Liturgis: Ketaatan kepada Allah Membuahkan Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema Khotbah: Ketaatan Kristus Membuahkan Perdamaian
Penjelasan Teks Bacaan:
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yeremia 31 : 31 – 34
Yeremia menerima nubuat dari Tuhan tentang janji perjanjian baru yang akan Allah adakan dengan bangsa Israel dan Yehuda. Ini menandai suatu momen yang khusus dalam sejarah keselamatan ketika Tuhan berbicara tentang sebuah perubahan paradigma dalam hubungan-Nya dengan umat-Nya. Allah menegaskan bahwa perjanjian baru ini akan berbeda dari perjanjian lama yang pernah diadakan dengan nenek moyang mereka ketika mereka keluar dari tanah Mesir. Perjanjian lama itu telah diabaikan oleh umat-Nya, mereka tidak setia dan tidak menaati hukum-hukum Allah.
Salah satu ciri khas dari perjanjian baru adalah hukum Tuhan tidak hanya dituliskan pada batu, tetapi akan ditaruh dalam batin (hati) umat-Nya. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi akan lebih dari sekadar perubahan luar saja, tetapi akan mempengaruhi hati dan pikiran mereka. Perjanjian baru ini melibatkan transformasi batiniah dan moral. Allah berjanji untuk menjadi Allah bagi umat-Nya dan mereka akan menjadi umat-Nya. Ini menandakan hubungan lebih intim dan pribadi antara Allah dan umat-Nya. Dalam perjanjian baru, Allah mengenali mereka sebagai umat-Nya, dan umat-Nya mengenal Allah lebih dalam dan personal.
Allah berjanji dalam perjanjian baru ini, Dia akan mengampuni kesalahan umat-Nya dan dosa mereka tidak akan diingat lagi. Ini menunjukkan kasih dan rahmat Tuhan yang luar biasa, karena Allah bersedia menghapus dosa dan mengizinkan umat-Nya memulai kembali dengan hati yang bersih. Salah satu ciri yang paling mencolok dari perjanjian baru adalah pengenalan Tuhan oleh semua orang, dari yang terkecil sampai yang terbesar. Ini menunjukkan bahwa dalam perjanjian baru, Allah ingin menyatakan diri-Nya dengan jelas kepada seluruh umat manusia, sehingga mereka dapat mengenal-Nya dengan baik.
Ibrani 5 : 5 – 10
Pengantar teks ini menyatakan bahwa Kristus tidak menobatkan diri-Nya sendiri menjadi imam besar, tetapi Allah meneguhkan kedudukan-Nya sebagai Imam Agung. Ini menunjukkan otoritas dan pemanggilan ilahi Yesus sebagai Imam Agung, perantara yang ditunjuk oleh Allah untuk menghubungkan manusia dengan-Nya. Yesus Kristus dipanggil Anak Allah dalam arti yang unik dan khusus. Ini menunjukkan hubungan-Nya yang luar biasa dengan Bapa di surga. Selain itu, Allah menyatakan bahwa Yesus adalah imam untuk selama-lamanya menurut peraturan Melkisedek. Hal ini menandakan eksistensi-Nya yang kekal dan pelayanannya yang tidak terbatas dalam peran sebagai Imam Agung.
Teks menyajikan gambaran tentang peristiwa di taman Getsemani saat Yesus berdoa dengan sangat mendalam dan menangis, dan dalam kesalehan-Nya, Ia dibantu dan didengar oleh Bapa-Nya. Ini menggarisbawahi aspek kemanusiaan Yesus yang mengalami emosi dan kesulitan seperti halnya manusia, namun tetap taat dan setia kepada kehendak Allah. Teks mengatakan meskipun Yesus adalah Anak, Ia belajar menurut apa yang telah diderita-Nya. Ini menegaskan bahwa dalam kemanusiaan-Nya, Yesus belajar melalui pengalaman penderitaan-Nya. Dalam pengalaman-Nya sebagai manusia, Ia menjadi teladan bagi kita untuk belajar tentang kesetiaan dan ketaatan kepada Allah.
Kristus, setelah Ia menjadi sempurna melalui penderitaan-Nya dan kematian-Nya, mendatangkan keselamatan yang kekal bagi semua orang yang tunduk kepada-Nya. Inilah inti dari karya penyelamatan-Nya, dimana Dia menjadi kurban ganti bagi dosa manusia dan membuka jalan bagi keselamatan kekal bagi semua orang yang percaya kepada-Nya. Teks ini menghubungkan pelayanan imam agung Yesus dengan Melkisedek, seorang imam dan raja dari zaman Perjanjian Lama yang menjadi gambaran bagi pelayanan Yesus. Pelayanan Melkisedek diabadikan dan diperingati oleh Allah sebagai prasyarat dan gambaran bagi pelayanan imam agung yang lebih sempurna, yaitu Yesus Kristus.
Dari sini kita melihat bahwa teks ini memberikan gambaran tentang Yesus Kristus sebagai Imam Agung yang sempurna, menjadi perantara antara Allah dan manusia, dan membawa keselamatan yang kekal bagi mereka yang tunduk kepada-Nya. Ini juga menggarisbawahi kedudukan-Nya sebagai Anak Allah dan hubungan yang intim dengan Bapa-Nya. Teks ini mengajak kita untuk menghargai pelayanan dan penderitaan Yesus sebagai dasar keselamatan kita dan menjadi teladan dalam kesetiaan dan ketaatan kita kepada Allah.
Yohanes 12 : 20 – 33
Dalam konteks ini, orang Yunani melambangkan bangsa-bangsa lain di luar Israel, yang juga mencari Yesus. Ini menunjukkan bahwa karya dan pesan Yesus tidak terbatas pada satu kelompok etnis atau bangsa saja, tetapi untuk seluruh umat manusia. Yesus merespons permintaan orang Yunani dengan menyatakan bahwa telah datang waktunya bagi Anak Manusia (diri-Nya) untuk dimuliakan. Ini merujuk pada penderitaan, kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya, yang merupakan bagian penting dari rencana keselamatan Allah.
Yesus menggunakan perumpamaan tentang sebutir gandum untuk menggambarkan kematian dan kebangkitan-Nya. Seperti sebutir gandum yang mati dan berbuah banyak, pengorbanan-Nya akan menghasilkan buah yang melimpah dalam bentuk keselamatan bagi banyak orang. Yesus mengajarkan bahwa siapapun yang mencintai nyawanya di dunia ini akan kehilangan hidup kekal, tetapi siapapun yang melepaskan hidupnya di dunia ini untuk mengikut Yesus akan memperoleh kehidupan yang kekal. Ini menekankan pentingnya mengorbankan kepentingan pribadi demi mengikuti kehendak Allah.
Yesus menyatakan nyawa-Nya gelisah karena Dia menyadari saatnya sudah tiba untuk menghadapi penderitaan dan kematian-Nya. Meskipun merasa cemas, Ia tetap taat dan setia kepada rencana Allah. Yesus menyatakan bahwa di waktu itu, dunia ini diadili, dan penguasa dunia ini akan diusir keluar. Ini merujuk pada kemenangan-Nya atas kuasa dosa dan Iblis melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Yesus menyatakan ketika Ia ditinggikan dari bumi (melalui kematian-Nya dan kenaikan-Nya), Ia akan menarik semua orang kepada-Nya. Ini adalah panggilan bagi semua orang untuk datang kepada-Nya dengan iman dan percaya pada karya keselamatan-Nya.
Akhirnya, teks ini menegaskan bahwa Yesus adalah Mesias yang datang untuk memberikan keselamatan bagi seluruh umat manusia melalui pengorbanan-Nya yang sempurna. Ia mengajarkan tentang pentingnya mengorbankan diri bagi kehendak Allah dan menyerahkan hidup untuk mengikut-Nya. Teks ini juga menegaskan kemenangan Yesus atas dosa dan Iblis, serta panggilan-Nya kepada semua orang untuk datang kepada-Nya dan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya.
Benang Merah Tiga Bacaan
Karena cinta Tuhan kepada manusia, Tuhan Yesus hadir dan mengalami peristiwa salib. Pengorbanan-Nya itu adalah anugerah bagi kita. Hal ini tentunya senada dengan peristiwa Tuhan Allah mengadakan perjanjian baru terhadap umat Israel. Tuhan Allah mengadakan perjanjian baru dengan umat Israel karena cinta-Nya kepada manusia. Dari sini kita melihat bahwa Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat adalah gambaran sempurna penggenapan perjanjian baru bagi umat manusia. Gambaran Yesus sebagai Imam Agung menuntun kita untuk taat dan setia mengikut-Nya dengan penuh tanggung jawab.
Rancangan Khotbah: Bahasa Indonesia
(Ini hanyalah rancangan khotbah, silakan dikembangkan sesuai dengan konteks jemaat masing-masing)
Pendahuluan
Salah satu pengajaran pokok teologi protestan adalah tentang Imamat Am orang percaya. Pengajaran ini mengisyaratkan bahwa hak dan kewajiban umat Kristen awam bukan hanya untuk membaca Alkitab di dalam bahasa sehari-hari, melainkan juga untuk mengambil bagian di dalam penyelenggaraan Gereja dan segala urusan publik Gereja. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan tatanan hierarkis yang menempatkan wewenang Gereja di dalam suatu imamat eksklusif dan menjadikan imam-imam tertahbis sebagai pengantara yang perlu ada di antara Allah dan umat.
Pemahaman tentang Imamat Am orang percaya mengajak kita untuk menyadari bahwa setiap orang percaya memiliki anugerah keselamatan yang sama. Sebagai seorang pendeta, GI, penatua, diaken ataupun warga biasa, kita memiliki anugerah yang sama. Berasal dari suku apapun kita, berapa pun usia kita, ketika kita percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, maka kita diselamatkan. Untuk itu, kita memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk bisa berdoa secara pribadi kepada Tuhan, membaca Alkitab dengan bahasa yang bisa kita mengerti, serta melayani Tuhan melalui kehidupan kita. Dan yang penting lagi adalah menjaga kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan.
Isi
Menarik untuk melihat bagaimana Injil Yohanes menggambarkan tentang karya keselamatan yang akan dinyatakan oleh Yesus. Penderitaan dan pengorbanan Yesus digambarkan seperti biji gandum yang harus ditanam untuk bisa tumbuh dan berbuah banyak. Demikianlah kematian Yesus akan membuahkan kehidupan bagi orang percaya. Pengorbanan-Nya itu sangat berharga karena dilakukan dengan perjuangan dalam kemanusiaan-Nya. Yesus bergumul dalam hati-Nya supaya Ia bisa tetap setia dengan jalan salib yang harus dilalui-Nya.
Pengorbanan yang berharga itu sungguh diberikan kepada semua orang yang mau menerima dan taat kepada-Nya. Setiap orang yang mau melayani Tuhan dan setia mengikut-Nya akan menerima keselamatan dari Tuhan. Itulah yang menjadi janji Yesus. Dari sini kita bisa memahami bahwa dengan kematian Yesus yang satu kali untuk menyelamatkan dosa manusia, maka tidak ada lagi jembatan pemisah antara Allah dan manusia. Yang dilakukan Tuhan Yesus adalah kematian satu kali untuk selama-lamanya, sehingga manusia tidak lagi dalam belenggu dosa. Itulah mengapa dalam kitab Ibrani 5 dikatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Imam Agung menurut peraturan Melkisedek. Dialah yang menjadi imam dalam hubungan antara Allah dan umat-Nya. Sehingga setiap orang dapat merasakan kasih Bapa dengan perantaraan Yesus Kristus.
Setiap orang di sini tentunya mengubah konsep keselamatan yang dimiliki oleh orang Yahudi. Konsep keselamatan dahulu adalah berdasarkan keturunan Yahudi dan bersunat. Yesus membawa perjanjian baru untuk umat yang tidak hanya didasari pada sesuatu yang bersifat fisik (sunat), namun didasari pada anugerah yang disambut dengan ketaatan. Ini sejajar dengan Perjanjian Baru yang dinyatakan melalui kitab Yeremia 31. Perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel didasarkan pada ketaatan pada hukum Tuhan yang tertulis secara fisik. Pada kenyataannya, bangsa Israel seringkali melanggar hukum itu. Maka Tuhan membuat perjanjian baru yang diletakkan dalam batin dan hati umat, sehingga mereka dapat mengerti dan memahami itu, serta berjuang untuk mewujudkannya. Lebih lagi ada pengampunan untuk dosa-dosa mereka.
Dari sini kita melihat bahwa tindakan Tuhan Allah menyelamatkan umat-Nya melalui perjanjian baru adalah tindakan kasih dan itu diberikan kepada kita semua. Ketaatan kepada Tuhan hendaknya kita tunjukkan sebagai wujud syukur karena kita telah diselamatkan.
Penutup
Menghayati Firman Tuhan saat ini, kita semua dipanggil untuk menjadi pribadi yang taat dan setia. Seperti Tuhan Allah yang setia dalam mengasihi umat-Nya, bahkan dengan mengadakan perjanjian baru dengan umat demi keselamatan umat-Nya. Juga seperti Yesus yang dalam kemanusiaan-Nya setia pada panggilan-Nya, yaitu mati di kayu salib. Sehingga manusia yang penuh dengan dosa dapat beroleh keselamatan dan dipulihkan hubungannya dengan Tuhan Allah. Ketaatan dan kesetiaan kita mengikut Yesus tentunya dapat menjadi wujud kita mengucap syukur atas keselamatan yang telah kita terima.
Dalam suasana masa pra paskah ini, mari bersama kita menilik, yang pertama, diri kita sendiri. Sudah sejauh dan seserius apakah kita hidup taat kepada Tuhan? Masihkah kita bertindak seenak sendiri tanpa mempedulikan firman Tuhan? Maukah kita memperbaiki diri? Itu menjadi pertanyaan pribadi yang perlu kita renungkan. Yang kedua, gereja atau jemaat kita masing-masing. Wujud syukur apakah yang bisa dilakukan gereja dalam menjalani hidup persekutuan yang diberkati dan penuh keselamatan yang dari Tuhan? Kiranya kita sebagai gereja senantiasa berani untuk menyuarakan keadilan Tuhan dalam persekutuan kita, mengakui kesalahan ketika berbuat yang tak seturut sabda-Nya, serta hidup penuh syukur dalam laku dan sikap sehari-hari. Tuhan memberkati. Amin. [DP].
Pujian: KJ. 356 : 1, 2 Tinggallah dalam Yesus
Rancangan Khotbah: Basa Jawi
(Punika namung rancangan khotbah, saged dipun kembangaken miturut konteks pasamuwan piyambak)
Pambuka
Salah satunggaling piwucal teologi Protestan inggih punika bab Imamat Am tiyang pitados. Piwucal punika mratelakaken bilih hak lan tanggel jawabipun sedaya tiyang Kristen punika mboten namung maos Kitab Suci ngagem basa padintenanipun, ananging ugi ndherek mbudidaya gesang patunggilan ing greja lan sedaya paladosanipun greja. Punika tamtunipun benten kaliyan tatanan hierarkis ingkang sampun kelampahan saderengipun bilih wewenang kangge tumindakipun greja lan sedaya paladosanipun namung saged kalampahan dening para imam ingkang sampun dipun tahbis. Para imam punika kapiji dados pantaraning Gusti Allah lan umat-Ipun.
Piwucal bab Imamat Am tiyang pitados punika ngajak kita supados sami ngraos-raosaken bilih saben tiyang punika nampi berkah kaslametan ingkang sami. Minangka pandhita, GI, pinisepuh, diaken, ugi warganing pasamuwan, kita sedaya nampi berkah kaslametan saking Gusti. Saben tiyang pitados saking pundi kemawon, suku punapa kemawon, ugi yuswa pinten kemawon, nalika pitados dhumateng Gusti Yesus, tansah nampi kaslametan. Awit saking punika, kita ugi nggadhahi hak lan kawajiban ingkang sami kangge ndedonga sacara pribadi, maos kitab suci mawi basa padintenan kita, sarta ndherek ing paladosan lumantar gesang patunggilan. Ingkang utami inggih punika mbudidaya gesang ingkang kebak katresnan lan setya tuhu ndherek Gusti.
Isi
Menawi kita ngraos-raosaken waosan Injil ing dinten punika, Injil Yokanan paring pawartos bab kaslametan ingkang kababar lumantar Gusti Yesus. Kasangsaran lan pangurbananipun Gusti Yesus kados wiji gandum ingkang kedhah katanem, pejah, supados saged tuwuh lan ngasilaken woh. Sedanipun Gusti Yesus saestu badhe kelampahan kangge nuwuhaken gesang lan kaslametan tumrap sedaya tiyang pitados. Pangurbanan-Ipun punika saestu adi awit kelampahan kanthi tulus lan kanthi perjuangan ing gesang kamanungsan-Ipun. Gusti Yesus ugi tumemen anggenipun ndedonga supados kasagedaken kanthi setya nglampahi salib punika.
Pangurbanan ingkang adi punika saestu kababar kangge sedaya tiyang ingkang purun wanuh lan setya tuhu ndherek Gusti. Saben tiyang ingkang purun ndherek ing paladosan sarta setya tulus dhumateng Panjenenganipun, badhe nampi kaslametan saking Gusti. Punika ingkang dados prajanjianipun Gusti Yesus. Lumantar prajanjian punika, kita saged pirsa bilih sedanipun Gusti Yesus kangge kaslametanipun manungsa punika pratanda bilih sampun mboten wonten malih pamisah antawisipun Gusti Allah kaliyan manungsa. Ingkang kalampahan punika sedanipun Gusti Yesus sepisan kagem salami-laminipun, temahan manungsa kaluwaran saking pangwasaning dosa.
Pramila ing kitab Ibrani 5 kalawau kaserat bilih Gusti Yesus punika kasebut Imam Agung miturut pranatanipun Sang Melkisedek. Panjenenganipun ingkang dados imam ing salebeting gegayutanipun Gusti Allah lan pasamuwanipun. Temahan saben tiyang saged ngraos-raosaken katresnanipun Sang Rama lumantar Gusti Yesus.
Ingkang kasebat “saben tiyang” punika tamtunipun sedaya tiyang pitados. Pramila konsep punika mboten sami kados konsep kaslametan ing pemanggihipun tiyang Yahudi. Konsep kaslametan miturut pemanggihipun tiyang Yahudi punika namung miturut garis turunipun Yahudi sarta ingkang sampun tetak. Gusti Yesus paring prajanjian enggal kangge manungsa ingkang mboten namung kadhasaran ing bab ingkang ketingal/ sacara fisik (tetak), ananging adedhasar sih rahmatipun Gusti ingkang kedhah dipun tampi kanthi gesang ingkang setya. Punika sarujuk kaliyan prajanjian enggal lumantar kitab Yeremia 31 kalawau. Prajanjian antawisipun Gusti Allah lan bangsa Israel ing wiwitan punika kadhasaran saking kasetyanipun umat nglampahi pangandikaning angger-anggere Toret ingkang kaserat sacara fisik. Nyatanipun, bangsa Israel asring sanget nerak angger-angger punika. Pramila Gusti Allah ngawontenaken malih prajanjian ingkang enggal, ingkang kaserat wonten ing batos lan manahipun umat, temahan sedaya saged mangertos lan ngraos-raosaken, ugi mbudidaya gesang ingkang nyondongi kaliyan prajanjian enggal punika. Langkung-langkung umat Israel badhe anampeni pangapura saking Gusti.
Awit saking punika kita sedaya saged ngraos-raosaken bilih tumindakipun Gusti Allah anggenipun paring kaslametan dhateng umat kagunganipun punika wujuding katresnanipun ingkang agung. Lan sedaya punika kaparingaken tumrap sedaya tiyang pitados, sinaosa sanes turunipun tiyang Yahudi. Kasetyan dhumateng Gusti punika kedhahipun saged kita wujudaken lumantar sedaya tumindak lan tetembungan kita. Sedaya saged dados wujuding saos sokur kita, para umat kagunganipun Gusti ingkang sampun nampi kaslametan.
Panutup
Ngraos-raosaken sabdanipun Gusti sapunika, kita dipun timbali Gusti mbudidaya gesang ingkang tansah setya tuhu ndherek Panjenenganipun. Kados Gusti Allah pribadi ingkang tansah setya ngasihi umat kagunganipun, langkung-langkung ngawontenaken prajanjian enggal kaliyan umat kangge kaslametanipun sedaya umat kagungan-Ipun. Ugi kados Gusti Yesus ing salebeting kamanungsan-Ipun, kanthi setya nglampahi tanggel jawab-Ipun seda ing kajeng salib. Sedaya manungsa ingkang samesthinipun kebak ing dosa, saged nampi kaslametan lan pamulihan saking Gusti Yesus. Gusti Allah lan manungsa nyatunggil malih ing katresnan lan kaslametan. Kasetyan kita ndherek Gusti kedahipun saged dados wujud kita saos sokur dhumateng Gusti awit saking kaslametan ingkang sampun kita tampi.
Ing swasana pra paskah sapunika, sumangga kita sami ngraos-raosaken, ingkang sepisan kangge dhiri kita pribadi. Kados pundi anggen kita sami nglampahi gesang padintenan, punapa sampun ngestokaken dhawuh pangandikanipun Gusti? Menawi taksih kathah lampahing gesang ingkang mboten prayogi, punapa kita purun mratobat lan mbudidaya gesang ingkang sembada? Punika dados pitakenan kangge kita sedaya. Kaping kalihipun, kangge kawontenan kita minangka greja utawi pasamuwanipun Gusti. Wujud sokur ingkang kados pundi ingkang saged kita lampahi minangka pasamuwan ingkang tansah dipur berkahi lan nampi kaslametan saking Gusti? Mugi kita minangka pasamuwanipun Gusti kasagedaken kanthi saestu nindakaken dhawuh pangandikanipun Gusti, wantun mbudidaya gesang ingkang kebak kaadilan lan kabecikan saking Gusti, ugi saged ngakeni kalepatan lan dosa menawi ing gesang kita nindakaken dosa, sarta kasagedaken nglampahi gesang patunggilan ingkang kebak saos sokur lumantar sedaya tumindhak lan tetembungan kita. Gusti mberkahi. Amin. [DP].
Pamuji: KPJ. 99 : 1, 2 Aku Duwe Pamarta