MINGGU ADVENT 3
STOLA HIJAU
Bacaan 1 : Yesaya 61:1-4,8-11
Bacaan 2 : 1 Tesalonika 5:16-24
Bacaan 3 : Yohanes 1:6-8,19-28
Tema Liturgis : Menyiapkan Jalan Menyambut Kedatangan Tuhan
Tema Khotbah : Membangun Tradisi Baik untuk Menyambut Kedatangan Tuhan
Keterangan Bacaan
(Tidak perlu dibaca di mimbar, cukup dibaca saat mempersiapkan khotbah)
Yesaya 61:1-4,8-11
a. Banyak yang menyebut Yesaya 61 adalah bagian dari nubuat mesianik Yahudi.
b. Karya Mesias, sang terjanji itu hidup dengan demikian:
- Dia datang di tengah penderitaan dan pelanggaran hukum.
- Dia datang untuk menggantikan penderitaan (yang digambarkan dengan abu, kain kabung, semangat yang pudar) dengan harapan dan sukacita (yang digambarkan dengan perhiasan, minyak pesta, dan puji-pujian).
- Jalan hidup sang Mesias adalah jalan kebenaran.
c. Bagi orang yang mengenal Mesias akan demikian:
- Karya Mesias tidak akan hanya dirasakan oleh orang-orang yang mengenalnya secara pribadi tetapi juga oleh anak dan cucu mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pengenalan akan Mesias itu harus diteruskan dari gerenasi ke generasi berikutnya.
- Hidup orang-orang yang mengenal Mesias akan menjadi berkat dan teladan yang dilihat oleh semua bangsa. Karya sang Mesias itu nampak dari hidup mereka yang penuh sukacita dan damai sejahtera.
1 Tesalonika 5:16-24
- Bagian ini berisi nasihat-nasihat praktis Paulus kepada jemaat Kristen di Tesalonika. Berbeda dengan nasihat dan penggembalaan lain yang berpanjang-panjang, bagian ini pendek-pendek. Ini mengindikasikan bahwa orang bersama-sama tahu bahwa hal itu baik sehingga tidak perlu menjelaskan lebih jauh. Bagian yang bisa dimengerti oleh banyak orang tanpa perlu mengerutkan dahi, dilakukan saja. Namun nasihat ini tentu tidak lepas dari nasihat Paulus lain yang panjang.
- Bagian ini juga berisi harapan dan sekaligus kepastian, bahwa di tengah perjuangan mereka untuk setia pada iman mereka dengan cara menjaga roh, jiwa, dan tubuh tetap sempurna sampai kedatangan Tuhan, Tuhan pun juga setia dengan janjiNya. Damai sejahtera adalah janji Tuhan yang pasti akan ditepatinya.
Yohanes 1:6-8,19-28
- Yohanes dengan jujur mengakui siapakah dirinya. Bahwa dia bukan Mesias, dia bahkan bukan Elia, bukan seorang nabi. Dia bahkan begitu rendah, sampai-sampai membuka tali kasut Sang Mesias pun dia tidak pantas.
- Kehadiran Yohanes mendahului seseorang yang akan datang berikutnya. Artinya Yohanes tahu bahwa akan ada yang datang, yaitu Dia yang ditunggu-tunggu. Maka selama menunggu persiapannya akan kehadiranNya perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
- Persiapan itu dilakukan Yohanes dengan pembaptisan, menyiapan orang-orang masuk dalam karya penyelamatan Sang Mesias. Bahwa sebelum mereka bertemu dengan Sang Mesias itu, maka mereka disucikan terlebih dahulu, diberi kartu masuk menuju karya penyelamatan itu.
- Ketika Yesus datang, Yohanes pun menyatakan: Itulah Dia, yang ditunggu sudah datang. Mungkin orang tidak tahu maksud Yohanes ketika itu, namun Yohanes tahu.
BENANG MERAH TIGA BACAAN
Kedatangan Mesias akan mengubah wajah dukacita menjadi sukacita. Dan untuk menyambut kedatangannya seseorang perlu terus bersiap-siap sampai Dia benar-benar datang.
RANCANGAN KHOTBAH: Bahasa Indonesia
(Ini hanya sebuah rancangan. . . bisa dikembangkan sendiri sesuai konteks jemaat)
Pendahuluan
Ketika akan mengadakan kegiatan besar, sebut saja sebuah pesta perkawinan, seseorang pasti akan mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh. Mereka akan mencurahkan apa yang mereka miliki, mulai dari tenaga, waktu, pikiran, uang supaya acara tersebut berjalan dengan baik. Mereka tahu bahwa persiapan yang mereka lakukan sebanding dengan hasil luar biasa dari acara yang akan mereka adakan. Mereka tidak akan merasa rugi karena setelah perkawinan ada kehidupan yang membahagiakan dan penuh harapan. Pesta perkawinan itu tidak hanya berkesan, tetapi juga mengubah hidup.
Kedatangan Kristus bisa diumpamakan dengan pesta perkawinan itu. Dan persiapan kita untuk kedatangan Kristus bisa diumpamakan dengan persiapan kita ketika akan mengadakan pesta perkawinan. Bayangkan apa yang terjadi jika sebuah pesta perkawinan tidak disiapkan, maka ketika harinya tiba, kita akan bingung, jangankan merasa sukacita, kita malah tidak tenang sendiri. Kita tidak mungkin bisa membatalkan sebuah pesta perkawinan begitu saja. Kita tidak mungkin bisa membatalkan kedatangan Tuhan. Ketika Dia datang, segala persiapan kita akan berarti dan kita bersyukur telah bersiap-siap.
Isi
Kristus sudah pernah datang dua ribu tahun yang lalu, dan Yohanes mempersiapkan kedatangan itu dengan mambaptiskan orang-orang yang percaya. Supaya ketika Kristus datang, orang-orang sudah terbuka hatinya, dan siap menerima sukacita kedatangan Kristus. Sebagai orang Kristen kita mengimani bahwa Yesus pun akan datang untuk kedua kalinya, maka sekarang pun kita perlu bersiap-siap menyambut kedatanganNya kembali tersebut.
Hal tersebut menunjukkan bahwa:
- Kedatangan Kristus membawa sukacita. Sukacita adalah lepasnya seseorang dari penderitaan. Apakah kehadiran Kristus dahulu membuat kita lepas dari penderitaan? Jawabannya, ya. Karena kedatangan Kristus yang pertama kali dahulu mengangkat kita dari dosa, membersihkan kita. Kita saat ini adalah orang-orang yang telah dibenarkan dan dibersihkan Tuhan, kita mendapatkan jaminan akan merasakan sukacita kekal di dalam Kerajaan Bapa di sorga. Tapi mengapa kita masih mengalami masalah hari ini bahkan yang membuat kita bersusah hati, lalu apa artinya menerima Kristus dalam hidup kita kalau nyatanya kita sekarang masih mengalami masalah dan dukacita? Masalah dan dukacita bagi orang percaya adalah ujian untuk kesetiaan. Mereka mendapatkan kartu masuk (free pass), tapi apakah mereka setia menggenggam kartu masuk itu. Dalam perumpamaan tentang pesta perkawinan di awal, kartu undangan untuk masuk dalam pesta perkawinan itu sudah di tangan kita. Hanya saja pesta perkawinannya masih akan datang. Kalau kita setia menggenggamnya, maka kartu masuk itu akan begitu bernilai pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali. Kita mungkin sekarang mengalami penderitaan, tapi bersama dengan itu, kita juga punya jaminan. Menderita tidak apa-apa, karena sudah ada kartu masuk menuju sukacita sejati. Jangan melepaskan kartu masuk kita karena penderitaan kita. Jangan menukarnya dengan apa pun, kalau sudah hilang, bagaimana nanti kita bisa masuk ketika Yesus datang kedua kalinya.
- Ketika seseorang sudah menerima kartu masuk ini, maka dia dianggap layak di hadapan Tuhan. Maka jangan pernah merasa kecil. Kita pantas. Juga jangan mengecilkan orang lain, karena mereka pun pantas. Hargailah diri kita, hargailah orang lain juga. Lihatlah diri kita dan orang lain sebagaimana Tuhan melihat kita: sebuah citra Allah.
- Untuk menyambut sukacita, ternyata orang perlu bersiap-siap? Benar! Sama seperti orang bersiap-siap bahkan mencurahkan seluruh hidupnya untuk sebuah pesta perkawinan, kita pun perlu bersiap-siap untuk kedatangan Tuhan yang kedua kali. Maka adven itu bukan sekadar tentang mempersiapkan acara Natal di gereja atau di tempat lain, dalam arti seremonial atau perayaan. Tetapi lebih dari itu adven adalah persiapan kita untuk kedatangan Kristus yang kedua kali. Yang pasti membawa sukacita bagi orang-orang yang sudah mendapatkan kartu masuk itu.
- Persiapan kita, kita lakukan dengan menjaga hidup kita tetap di jalan Tuhan. Nasihat-nasihat pendek Paulus dalam bacaan kedua kita menunjukkan cara-cara sederhana untuk mempersiapkan kedatangan Kristus yang kedua: bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa, terus bersyukur, jangan memadamkan roh, ujilah segala sesuatu, peganglah kebaikan, jauhkan dirimu dari kejahatan. Itulah cara sederhana untuk mempersiapkan kedatangan Kristus yang kedua.
- Kita tidak tahu kapan kedatangan Kristus itu akan terjadi, maka seberapa lama kita akan menunggu. Bagaimana jika di tengah segala persiapan itu kita merasa lelah? Yang jelas kedatangan Kristus pasti akan terjadi. Bagaimana cara kita untuk mempersiapkan terus-menerus tanpa merasa lelah? Maka bangunlah tradisi. Biasakan untuk hidup dengan terus bersukacita, biasakan untuk terus berdoa, biasakan untuk bersyukur dalam segala hal, biasakan untuk terus bersemangat, biasakan yang baik. Membangun tradisi atau kebiasaan adalah cara kita untuk tidak merasa lelah di tengah perjalanan itu. Seperti seseorang yang membiasakan dirinya bangun pagi, maka dia akan bangun bahkan tanpa alarm atau jam weker. Membiasakan diri tentu tantangan sendiri, tapi apa pun bisa dilakukan dengan membiasakan diri. Mulailah dengan meniatkannya, lanjutkan dengan melakukannya terus-menerus. Kalau sudah terbiasa, pasti akan mudah.
Penutup
Maka selamat bersiap-siap menantikan Kristus datang. Jangan sia-siakan iman kita. Jangan sia-siakan kartu masuk yang telah kita terima. Sehingga ketika nanti Dia datang, kita bisa mengatakan, “Itulah Dia! Yang ditunggu sudah datang! Tuhan saya sudah punya kartu masuk.” Dan kita pun ikut merasakan sukacita bersamaNya. Amin. [Gide]
Nyanyian: KJ 76, KJ 81
—
RANCANGAN KHOTBAH: Basa Jawi
Pambuka
Nalika tiyang badhe kagungan kersa utawi gadhah damel, upamipun badhe krama utawi neningkahan sedaya prekawis tamtu kasiyapaken kanthi sawetah. Sedaya daya, pikiran, wekdal, arta kasiyapaken kangge acara punika supados sedaya saged lumampah kanthi sae. Awit tiyang pitados bilih neningkahan punika boten namung nilasaken kabingahan nanging ugi ngewahi gesangipun tiyang.
Rawuhipin Gusti punika kados acara neningkahan punika. Rawuhipun Gusti punika nuwuhaken raos bingah ing manah lan ngewahi gesangipun tiyang. Kita saged mbayangaken menawi neningkahan punika boten kacawisaken kanthi sae, ingkang saged kadadosan nalika dintenipun malah bingung. Mekaten ugi menawi rawuhipun Gusti boten kacawisaken kanthi sae, kita saged bingung piyambak. Nanging menawi sedaya kacawisaken kanthi leres lan sae, nalika dheng-ipun kita estu bingah awit kita sampun cecawis.
Isi
Kristus sampun rawuh ing jagad kalih ewu taun kepengker. Yokanan pambaptis nyawisaken rawuhipun kanthi mbaptis tiyang-tiyang ing lepen Yarden. Supados nalika Gusti Yesus rawuh, tiyang-tiyang sampun saged kabikak manahipun lan nampi kabingahan awit rawuhipun Gusti Yesus. Kita tiyang Kristen pitados bilih Gusti Yesus badhe rawuh kaping kalih, pramila samangke kita ugi prelu nyawisaken rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih punika.
Prekawis punika nedahakeh bilih:
- Rawuhipun Gusti punika mbekta kabingahan. Kabingahan ngemu teges uwal saking kasangsaran. Punapa rawuhipun Gusti rumiyin nguwalaken kasangsaran kita? Wangsulanipun: inggih. Awit Gusti rawuh lan kita pitados, kita kaparingan gesang suci, sedaya dosa kita dipun apunten. Kita nampi prajanji badhe nampi kratoning Allah. Kita pikantuk jaminan. Lah kenging punapa kok kita taksih ngalami kasisahan wonten ing gesang? Gesang kita kok taksih nggadhahi masalah? Masalah lan kasisahan ing gesang punika margi kita tumuju dhateng kasetyan. Bab punika saged kaupamakaken kita nampi ulem-ulem (undangan) kabingahan, lan ulem-ulem sampun kita tampi, nanging punapa kita saged njagi supados ulem-ulem punika boten ical? Menawi ulem-ulem punika boten ical kita saged ndherek wonten ing kabingahanipun kratoning swarga. Kathah tiyang karana masalah lan kasisahan wonten ing gesang, lajeng nilar ulem-ulem ingkang sampun dipun tampi punika. Lah menawi ical kados pundi kita saged tumut ing kabingahanipun Gusti nalika Gusti rawuh kaping kalih. Sedaya kasangsaran lan masalah punika ngengetaken kita punapa kita tansah njagi gesang enggal utawi ulem-ulem ingkang sampun dipun paringaken dening Gusti tumrap kita, punapa kita malah ngicalaken.
- Nalika kita nampi ulem-ulem kraton swarga punika, kita sampun dipun pirsani pantes ing ngarasanipun Gusti. Pramila sampun rumaos taksih dosa lan nglanggengaken dosa. Mangga ngregani dhiri kita, ngajeni ulemanipun Gusti punika, lan ngajeni tiyang sanes, awit sedaya saged nampi ulemanipun Gusti. Mangga ningali dhiri kita lan tiyang sanes kados Gusti mirsani kita sami dados gambaripun Gusti ingkang sae.
- Kangge nampi kabingahan tiyang punika kedah cecawis. Kados menawi wonten neningkahan kita cecawis, kita ugi cecawis kangge rawuhipun Gusti ingkang mbingahaken. Awit punika, mangsa adven punika sejatosipun boten namung mangsa kangge kita nyawisaken acara Natal ing greja utawi ing papan sanes, punika ugi ngengetaken kita bilih kita prelu cecawis dhiri nampi rawuhipun Gusti ingkang kaping kalih ingkang mbekta tentrem rahayu.
- Cecawis dhiri punika dipun tindakaken mawi njagi dhiri kita supados tansah saged lumampah ing marginipun Gusti saben dinten. Pitutur saking Paulus ingkang cekak aos kala wau saged dados tuntunan kita nyawisaken rawuhipun Gusti. Inggih punika mawi tansah bingah, setya ing pandonga, ngucap sokur saben wekdal, sampun ngantos mejahi roh, nguji sedaya prekawis, nyepeng kasaenan, lan nebihaken diri saking piawon.
- Kita boten ngertos kapan Gusti badhe rawuh, ingkang kita ngertosi bilih Gusti punika tamtu badhe rawuh. Lajeng kados pundi supados kita boten rumaos lungkrah, lesah, lan kesel anggenipun nengga? Mangga ndadosaken prekawis sae ingkang dipun tedahaken dening Rasul Paulus kala wau kita budayakaken ing gesang kita, kita dadosaken tradisi/ pakulinan. Mangga ngulinakaken dhiri tansah bingah, ngulinakaken diri tansah ndedonga, lsp. Bilih rumiyin Yokanan nyawisaken kanthi baptisan, sampangke kita nyawisaken mawi mangun tradisi sae wonten ing gesang. Ngulinakaken dhiri tamtu sanes prekawis gampil, nanging mangga enget bilih kabingahan ingkang badhe kita tampi nalika Gusti Yesus rawuh punika adi sanget, sampun ngantos kita kecalan. Mangga dipun wiwiti kanthi niyat, lajeng dipun tindakaken saben dinten. Menawi sampun dados pakulinan mesthi boten ewet. Kados kita ingkang biasa tangi saking tilem enjing, boten betah alarm sampun tangi.
Panutup
Mangga sami cecawis kangge rawuhipun Gusti. Sampun ngantos iman kita ingkang sampun ngenggalaken gesang kita lajeng dados nglaha. Sampun ngantos ulem-ulem saking Gusti ingkang kita tampi ical. Matemah nalika mangke Gusti Yesus estu rawuh, kados Yokanan kita saged mungel, “Lah sing dienteni wis teka. Gusti kawula gadhah ulem-ulem lan boten ical.” Lan kita lajeng saged ngraosaken kabingahan adi sesarengan Gusti. Amin. [Gide]
Pamuji: KPJ 210, KPJ 212,